Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain itu,
penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat
signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat
oleh geografis, etnis, kasta dan lain sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya
Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah SWT
kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum Quraisy. Padahal, agama-agama
sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak
memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang bangsa Israil. Sedangkan keunikan Islam jika
dilihat dari respon masyarakat, sangat menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong
agama baru dibandingkan agama lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang
mengitarinya, bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini. Entah dari mana
antusiasme mereka dapatkan terhadap Islam –rahmatan lil alamin-.
Nah oleh sebab itu, menarik saya rasa untuk menjelajah dan menelaah lebih
konprehensif tanpa mengenyampingkan sifat kritis terhadap agama yang satu ini,
khususnya di Negara Indonesia yang memiliki penganut Islam terbesar di jagad raya ini.
Dalam hal ini, lagi-lagi kita dihadapkan dengan keunikan Islam. Apabila kita merefleksi
sejarah Islam, bukankah Islam pertama kali turun dan berkembang di Jazirah Arab, bukan
di Indonesia. Lantas, mengapa yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia adalah
bangsa Indonesia? Tidakkah terlalu jauh antara Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara
tetangganya saja yang memiliki mayoritas penganut agama Islam, misalnya Tajikistan,
Palestina, Turki, Uzbekistan, dll? Dan bagaimana perkembangan Islam pada awal
masuknya ke Nusantara?
Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit mengalami
kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya satu bukti
yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara satu sama lain tidak bisa
menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau teori yang mutlak
kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan Masalahnya meliputi :
1. Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
3. Bagaimanakah perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia ?

1
4. Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
5. Apa saja peranan umat Islam di Indonesia ?
6. Apa saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses awal Masuknya Islam di Indonesia


Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia
bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam
datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang
dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam
sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “
masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk
ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber
lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

2.2 Cara Islam Masuk ke Indonesia


Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1
atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
 Jalur Utara, dengan rute :Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad –
Gujarat – Srilangka – Indonesia
 Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-
Baqarah ayat 256 :
ُ‫ام لَ َها َوهللا‬
َ ‫ص‬َ ‫سكَ بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْقَى الَ ا ْن ِف‬
َ ‫ت َويُؤْ ِمن بِاهللِ فَقَ ِد ا ْست َ ْم‬ َّ ‫ي فَ َمن يَ ْكفُ ْر بِال‬
ُ ‫طا‬
ِ ‫غو‬ ِِّ َ‫الر ْشد ُ ِمنَ ْالغ‬ ِ ‫آلَإِ ْك َراهَ فِي ال ِد‬
ُّ َ‫ِّين قَد تَّبَيَّن‬
‫س ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬
َ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut

3
danberimankepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhultali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Mah aMendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-
Baqarah: 256).

Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya
mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1) Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab,
Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal
ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat
Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga
mempunyai kewaajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan
mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut,
banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama
Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara
bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa
Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih
efektif dibanding cara lainnya.
2) Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa
serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka
harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden
Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta;
perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian
berputra Raden Patah yang pada akhirnya menjadi Raja Demak.
3) Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam,
otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karea, masyarakat
Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika
raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan
diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
4) Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok
pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang

4
berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut
ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali
ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar
menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam
di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (
Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku (
daerah Hitu ), dls.
5) Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta,
Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah
setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana,
sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya:
a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk
Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang
diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam.
Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.
d. Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Diantaranya yang disebut Tahlil.

6) Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan
menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh
dan Sunan Panggung Jawa.
Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima
masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang menyebabkan
Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
a. Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
b. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;
c. Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
d. Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

5
2.3 Perkembangan Islam di berbagai wilayah di Indonesia
Sumatera
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai barat
pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini mudah diterima akal,
karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas
kapal-kapal dagang dari India ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga para
mubalig Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka
menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan, sehingga
terbentuklah keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan Islam dengan
cara yang bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili,
para tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Sikap dan perbuatan mereka yang baik,
kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan jasmani dan rohani, sifat kedermawanan serta
sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka miliki menyebabkan para penduduk hormat dan
tertarik pada Islam, dan tertarik masuk Islam.
Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni
berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara), rajanya
bernama Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh.
Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat, pengembangan
agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya
menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera, peisir barat dan utara Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di kepulauan Maluku. Itulah
sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad
pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi,
Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar
sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah
selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri.
Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan
Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Namun, penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik
yang wafat tahun 1101 M dapatlah dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa.
Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing
tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga

6
abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti
proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi.
Dan untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para
ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya


dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian,
ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan
pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura
Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan


ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam
tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk,
main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit.
Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para
mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak
pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana
Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun
1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih


dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan
Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden

7
Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke
Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden
Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.

e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)


Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah
Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang
Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit
yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha
ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah
Islam.

f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau
juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah,
antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati
yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang
menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon
yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu
pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel,
Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga
kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya
saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali
.

8
h. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan


abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa
menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia
membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan
merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria

Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra


Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan
menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah
lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara
kota Kudus.\
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam.
Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan
Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah.
Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-
Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan
perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam.
“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang
berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua
manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar
dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan
sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan
Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji
(ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden
Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari
Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig
keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu
kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal
selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.

9
SULAWESI
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang muslim
dari Sumatera, Malaka dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di
Sulawesi banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih
memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang
paling besar dan terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562 – 1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama,
Kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar
dan Luwu.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah
pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu Pada masa itu, di Gowa
Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah yang cukup
besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan
pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat. Pada
tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam
yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir
besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan
kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukan dan di-Islamkan. Demikian
juga Bone, berhasil ditaklukan pada tahun 1611 M.

KALIMANTAN
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-
kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di hulu
sungai Nagara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan
Majapahit, bahkan salah seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal
tersebut tercatat dalam Kitab “Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga
jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab
para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah
ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan
banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan
melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari.

10
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu
adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang
ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada
kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden
Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak
bersedia masuk Islam. Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka
sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat
itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden
Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya
adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan
Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang
dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit
Medawi, dan Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Berdasarkan hikayat Kutai, pada masa pemerintahan Raja Mahkota, datanglah dua
orang ulama besar bernama Dato Ribandang dan Tuanku Tunggang Parangan. sehingga
raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri,
panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Kedua ulama itu datang ke Kutai setelah orang-orang Makasar masuk Islam.
Proses penyebaran Islam di Kutai dan sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M.
raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman
Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar
dan para penggantinya.
MALUKU.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga
menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari
Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya
perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan
abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka
dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M,
Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan
Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500
M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi

11
diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu
Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya
dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga
berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso,
Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.

2.4 Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia


Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif
para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat.
Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia,
Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid,
tasawuf, dan sastra Arab.
b. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari
Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626
M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid
Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub
bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.
c. Syaikh Abdussamad Al-Palimbani
Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan.
Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah
untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh
Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan
Daud Al-Tatani.
d. Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

12
Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim
dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain
itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di
Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan
menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid
Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan.
Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali.
Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia
banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik
denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya.
Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau
wafat pada tahun 1897 M/1314 H.
e. Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat
sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan sebutan
wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga
pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting,
yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa
Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi
pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru
seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga
pemerintahan.
Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri,
Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria.

2.5 Peranan Umat Islam di Indonesia


2.5.1 Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Sebelum kaum penjajah, yakni Portugis, Belanda, dan Jepang, masuk ke Indonesia,
mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Dengan dianutnya agama
Islam tersebut, ajaran Islam telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan
itu antara lain:
1. Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja
serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.

13
2. Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, mampu mengubah
masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi
menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat,
martabat, dan hak-hak yang sama.
3. Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan “Hubbul-Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu
mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, yang
dulunya bersifat sekratin (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi
bersifat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya)
4. Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara.
Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
1.Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
2.Perlawanan terhadap Penjajah Belanda

2.5.2 Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan
Peranan ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam:
 Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat
 Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan
Organisasi-organisasi yang dimaksud antara lain:
 Serikat Dagang Islam/Serikat Islam
 Serikat Dagang Islam didirikan oeh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada
tahun 1905 di Kota Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya adalah menggalang
kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina dan memajukan
agama Islam.
 Muhammadiyah
o Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh K.H.
Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah
pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha
mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan mereka,
yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun
sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi
warga miskin dan perpustakaan-perpustakaan.

14
 Nahdlatul Ulama (NU)
o NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting
dalam upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H.
Wahab Hasbullah.

Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang pejajahan dan pernah
mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
 Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.
 Menolak rencana ordonansi (peraturan pemerintah) tentang perkawinan tercatat.
 Menolak diadakannya Milisi (wajib militer)
 Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang memiliki parlemen kepada
pemerintah kolonial Belanda.
4. Organisasi-organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan
Organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di antaranya adalah
Al Irsyad, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Umat Islam (PUI), PERTI (Persatuan
Tarbiyah Islam), dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
Pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi Islam tersebut berkumpul dalam suatu
wadah partai yang bernama Majelis Islam Tinggi, yang telah mengeluarkan pernyataan
politiknya sebagai berikut:
 Membentuk barisan fi sabilillah, untuk berjuang di garis depan menentang penjajah.
 Akan berjuang mengusir penjajah, karena hukumnya adalah fardu ain.
 Menyatakan bahwa seorang yang mati dalam melawan penjajahan adalah mati syahid.
 Membentuk barisan palang merah wanita, sesuai dengan ajaran Islam.
5. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertus di Indonesia, yang penyelenggaraan
pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang diajarkan di
pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan Ilmu
Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya, kitab-kitab berbahasa arab yang tidak berharakat
atau gundul, yang biasa disebut dengan “Kitab Kuning”.

2.5.3 Masa Pembangunan


a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, umat
Islam yang merupakan mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan,
baik perjuangan fisik (berperang) mauapun perjuangan diplomasi.
Di tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat,
bangsa Indonesia harus menghadapi Jepang, negara Sekutu, dan Belanda.

15
Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-
usaha diplomatik, yaitu perundingan antara Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan
Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di
Den Haag.
Dalam usaha mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia
melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan
nasional yang diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha pembangunan yang berencana
dan terarah dimulai semenjak Repelita I, dst.
b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain:
Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain:
 Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi,
berbudi luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara
lain mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak),
Panti Asuhan dan Pos Santunan Sosial.
 Peranan NU pada masa pembangunan adalah:
 Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah
dan Perguruan Tinggi.
 Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren .
 Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
 Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah:
 Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan
kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf
nahi mungkar dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
 Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
 MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta menjadi penerjemah timbal-
balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna menyukseskan pembangunna
nasional.

16
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
 Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha
Esa.
 Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
 Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
 Mencerdaskan bangsa Indonesia.
 Mengadakan pembinaan mentel spiritual.

2.6 Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia


Hikmah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
 Semboyang yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara. Mula-mula dengan cara damai, tapi karena tidak bisa lalu
dengan cara menempu peperangan.
 Allah SWT berfirman, “dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang melampaui batas.”
 Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja
serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah, Tuhan yang maha
Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah
masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi
menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat,
martabat dan hak-hak yang sama.
 Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu
mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemudanya, yang
dulunya bersifat sectarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi
bersifat nasionalis. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang
bernama Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah
pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari
Madinah.
 Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
 Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah
Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani,
Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung
Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
 Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf,
Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran di
ataslah islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu
pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai sekarang seperti
Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh kesenian.
B. Saran
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai
dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini kita di
ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala
pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://kafeilmu.com/tema/hikmah-perkembangan-islam-di-indonesia.html
nurilblog.blogspot.com/.../sejarah-masuknya-islam-di indonesia
www.slideshare.net/.../perkembangan-islam-di-indonesia
amifta45.blogspot.com/.../proses-penyebaran-islam-di-indonesia
sejarah11-jt.blogspot.com/.../proses-awal-penyebaran-islam-di-indonesia
eljannahraheem.blogspot.com/.../peranan-umat-islam-indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai