Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

OTITIS EKSTERNA DIFUSA


Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian THT

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada Yth:

dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M.Kes

Disusun Oleh:

Putri Annisa

20110310016

BAGIAN ILMU THT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
Laporan Refleksi Kasus
Nama : Putri Annisa

NIM : 20110310016

Homebase : RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Pembimbing : dr. Asti Widuri Sp. THT-KL,


M.Kes

A. Kasus
Seorang anak perempuan usia 5 tahun datang berobat ke poliklinik THT RS
PKU Muhammadiyah bersama kedua orang tuanya dengan keluhan telinga nyeri dan
terasa ada yang menyumbat pada telinga kanan dan kiri sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat mengeluarkan cairan dalam telinga (+), orang tua pasien mengatakan
anaknya juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan dan kiri sedikit
berkurang serta gatal. Orang tua pasien mengatakan bahwa sering membersihkan
telinga anaknya dengan cotton bud. Riwayat batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan
disangkal. Hasil pemeriksaan didapatkan meatus akustikus edema (+), hiperemis (+),
serumen (+), secret (+) cair, kekuningan dan bau. Dokter mendiagnosis dengan ADS
otitis eksterna difusa. Pentalaksanaan pada pasien ini dilakukan membersihkan
sekret dan mengambil serumen pada telinga kanan dan kiri. Terapi yang diberikan
berupa kloramfenikol 3x1 (2 tetes).

B. Masalah yang Dikaji


Apa saja faktor predisposisi pada otitis eksterna difusa? Bagaimana cara
mendiagnosis dan penanganan pada pasien dengan kasus otitis eksterna difusa serta
edukasi untuk orang tua pasien?

C. Pembahasan
Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga luar. Otitis media difusa
adalah infeksi pada dua sepertiga dalam liang telinga akibat infeksi bakteri.
Penyebab bakteri pada otitis eksterna difusa ini biasanya Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Eschericia coli, dan lainnya.
Faktor predisposisi untuk otitis eksterna difus ini antara lain:
 Sering berenang, suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan
cotton buds atau jari atau alat lainnya,
 Iklim yang hangat dan lembab,
 Liang telinga sempit dengan rambut yang lebat,
 Benda asing dalam telinga,
 Sumbatan serumen,
 Penggunaan bahan kimia (ex: hairsprays, shampoo, dan pewarna rambut) yang
memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk,
 Diabetes mellitus

Penegakkan diagnosis untuk otitis eksterna difus ini bias didapat dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik dari pasien yang meliputi:
1. Anamnesis
Dalam anamnesis akan didapatkan keluhan dengan gejala:
a. Rasa sakit atau nyeri pada telinga (otalgia)
Otalgia ini bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut terutama saat telinga
disentuh dan mengunyah.
b. Rasa penuh pada telinga
Hal ini merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
media eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.
c. Gatal
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan
tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.
d. Pendengaran berkurang
Mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit
liang telinga, secret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progesif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
e. Keluarnya secret yang bau dari telinga.
2. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan tragus
b. Nyeri tarik daun telinga
c. Eczema dari daun telinga
d. Otoskopi:
- Liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar hiperemisdan
edem dengan batas yang tidak jelas.
- Secret telinga bau  tidak mengandung lender (musin).
Penanganan pada otitis eksterna difusa bisa dengan non-medikamentosa dan
medikamentosa.
1. Non-medikamentosa
a. Liang telinga dibersihkan dengan hati-hati dengan penghisap (suction)
atau kapas yang dibasahi dengan H2O2 3%
b. Bila terdapat abses, dilakukan insisi atau drainase.
2. Medikamentosa
a. Topikal (misal, hydrocortisone dan acetic acid otic solution, alcohol
vinegar otic mix)
b. Golongan analgesik (misal, acetaminophen, acetaminophen dan
codeine)
c. Antibiotik (misal, hydrocortisone/ neomycin/ polymyxin B, otic
ofloxacin, otic ciprofloxacin, otic finafloxacin, dexamethasone
/tobramycin, otic ciprofloxacin and dexamethasone, otic ciprofloxacin
dan hydrocortisone suspension)
d. Antibiotik oral (misal: ciprofloxacin)
e. Golongan antijamur (misal, otic clotrimazole 1% solution, nystatin
powder)
Edukasi yang dapat diberikan untuk orang tua pasien ialah:
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam
kondisi kering dan tidak lembab.

D. Kesimpulan
Otitis eksterna difusa terjadi akibat dari infeksi bakteri, biasanya dari golongan
Pseudomonas. Cara mendiagnosis otitis eksterna difusa dapat diketahui dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis didapatkan pasien
merasakan nyeri pada telinga dan terasa ada yang menyumbat pada telinga kanan dan
kiri, pendengaran sedikit berkurang pada kedua telinga serta mengeluarkan sekret bau.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan meatus akustikus terdapat edema dan hiperemis.
Penanganannya dilakukan pembersihan sekret dan mengambil serumen pada kedua
telinga. Terapi yang diberikan kloramfenikol 3x1 (2 tetes).
DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Edisi
Revisi Tahun 2014
2. Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E.A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid II. IVth Ed. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Ariel A Waitzman, MD, FRCSC. (2015). Otitis Externa. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#a1 [Accessed 16 February
2016]

Anda mungkin juga menyukai