Anda di halaman 1dari 21

Kinetika Kimia

Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari pengertian laju reaksi, menuliskan rumus laju
reaksi, menentukan orde (tingkat) reaksi, menghitung laju reaksi dari data eksperimen,
mengkaji konsep laju reaksi dari segi teori tumbukan efektif, serta mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi laju suatu reaksi kimia.

Kinetika Kimia (Chemical Kinetics) adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji
mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Dari berbagai jenis reaksi kimia
yang telah dipelajari para ilmuwan, ada yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
(reaksi berlangsung cepat), seperti reaksi pembakaran gas metana. Di sisi lain, ada pula reaksi
yang berlangsung dalam waktu yang lama (reaksi berlangsung lambat), seperti reaksi
perkaratan (korosi) besi. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dalam besaran
laju reaksi.

Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan
waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang kita ketahui,
reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti, selama reaksi kimia
berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah
produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk.

Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana berikut :

A ——-> B

laju reaksi = – ∆ [A] / ∆ t atau

laju reaksi = + ∆ [B] / ∆ t

Tanda – (negatif) menunjukkan pengurangan konsentrasi reaktan

Tanda + (positif) menunjukkan peningkatan konsentrasi produk

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan koefisien
reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi masing-masing
spesi. Sebagai contoh, dalam reaksi 2A ——-> B, terlihat bahwa dua mol A dikonsumsi
untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah
dua kali laju pembentukan spesi B. Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :

laju reaksi = – 1 ∆ [A] / 2.∆ t atau

laju reaksi = + ∆ [B] / ∆ t

Secara umum, untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi di bawah ini,

aA + bB ——-> cC + dD
laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :

laju reaksi = – 1 ∆ [A] / a.∆ t = – 1 ∆ [B] / b.∆ t = + 1 ∆ [C] / c.∆ t = + 1 ∆ [D] / d.∆ t

Laju suatu reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi reaktan yang digunakan
dalam reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan yang digunakan, laju reaksi akan meningkat.
Di samping itu, laju reaksi juga dipengaruhi oleh nilai konstanta laju reaksi (k). Konstanta
laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Nilai k
akan semakin besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan
dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak
berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi.

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju reaksi (v) terhadap
konstanta laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan tertentu
(orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

aA + bB ——-> cC + dD

v = k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan melalui
eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan b.

Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi reaktan A dan B


terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde
reaksi reaktan secara keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.

Untuk menentukan orde reaksi masing-masing reaktan, berikut ini diberikan data hasil
eksperimen reaksi antara F2 dan ClO2.

F2(g) + 2 ClO2(g) ——-> 2 FClO2(g)

No. [F2] (M) [ClO2] (M) laju reaksi (M/s)


1 0,10 0,010 1,2 x 10-3
2 0,10 0,040 4,8 x 10-3
3 0,20 0,010 2,4 x 10-3

Dengan mempelajari data nomor 1 dan 3, terlihat bahwa peningkatan konsentrasi F2 sebesar
dua kali saat konsentrasi ClO2 tetap menyebabkan peningkatan laju reaksi sebesar dua kali.
Ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi F2 sebanding dengan peningkatan laju
reaksi. Dengan demikian, orde reaksi F2 adalah satu. Sementara, dari data nomor 1 dan 2,
terlihat bahwa peningkatan konsentrasi ClO2 sebesar empat kali saat konsentrasi F2 tetap
menyebabkan peningkatan laju reaksi sebesar empat kali pula. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi ClO2 juga berbanding lurus (sebanding) dengan peningkatan laju
reaksi. Oleh karena itu, orde reaksi ClO2 adalah satu. Orde total reaksi tersebut adalah dua.
Persamaan laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk berikut :

v = k [F2] [ClO2]
Konstanta laju reaksi (k) dapat diperoleh dengan mensubstitusikan salah satu data percobaan
ke dalam persamaan laju reaksi. Dalam hal ini, saya menggunakan data nomor 1. Persamaan
laju reaksi setelah disubstitusikan dengan data eksperimen akan berubah menjadi sebagai
berikut :

1,2 x 10-3 = k (0,10) (0,010)

k = 1,2 / M.s

Hukum laju reaksi dapat digunakan untuk menghitung laju suatu reaksi melalui data
konstanta laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Hukum laju reaksi juga dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi reaktan setiap saat selama reaksi kimia berlangsung. Kita akan
mempelajari laju reaksi dengan orde reaksi satu, dua, dan nol.

Reaksi Orde Satu

Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan
yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum, reaksi dengan orde satu dapat
diwakili oleh persamaan reaksi berikut :

A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v/[A] = M.s-1/M = s-1 atau 1/s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

ln { [A]t / [A]0 }= – kt atau

ln [A]t = – kt + ln [A]0

ln = logaritma natural (logaritma dengan bilangan pokok e)

[A]0 = konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)

[A]t = konsentrasi saat t = t (konsentrasi setelah reaksi berlangsung selama t detik)

Reaksi Orde Dua

Reaksi dengan orde dua adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu reaktan
yang dipangkatkan dengan bilangan dua atau konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-
masing dipangkatkan dengan bilangan satu. Kita hanya akan membahas tipe satu reaktan
yang dipangkatkan dengan bilangan dua. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]2

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v / [A]2 = M.s-1/M2 = s-1/M atau 1/M.s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]2

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

1 / [A]t = kt + 1 / [A]0

Reaksi Orde Nol

Reaksi dengan orde nol adalah reaksi dimana laju tidak bergantung pada konsentrasi
reaktan. Penambahan maupun mengurangan konsentrasi reaktan tidak mengubah laju reaksi.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]0 atau v = k

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v / [A]0 = v = M.s-1 atau M / s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]0

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

[A]t = -kt + [A]0

Selama reaksi kimia berlangsung, konsentrasi reaktan berkurang seiring peningkatan waktu
reaksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membedakan reaksi orde nol, orde
satu, dan orde dua adalah melalui waktu paruh. Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang
dibutuhkan agar konsentrasi reaktan menjadi setengah dari konsentrasi semula. Persamaan
waktu paruh untuk masing-masing orde reaksi adalah sebagai berikut :

Orde Satu : t1/2 = ln 2 / k = 0,693 / k (waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaktan)

Orde Dua : t1/2 = 1 / k.[A]0 (waktu paruh berbanding terbalik dengan konsentarsi awal
reaktan)

Orde Nol : t1/2 = [A]0 / 2k (waktu paruh berbanding lurus dengan konsentrasi awal
reaktan)
Agar reaksi kimia dapat terjadi, reaktan harus bertumbukan. Tumbukan ini memindahkan
energi kinetik (energi gerak) dari satu molekul ke molekul lainnya, sehingga masing-masing
molekul teraktifkan. Tumbukan antarmolekul memberikan energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan sehingga ikatan baru dapat terbentuk.

Kadang-kadang, walaupun terjadi tumbukan, energi kinetik yang tersedia tidak


cukup untuk dipindahkan sehingga molekul tidak dapat bergerak dengan cukup
cepat. Kita dapat mengatasi hal ini dengan memanaskan campuran reaktan.
Suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari molekul tersebut; menaikkan suhu akan
meningkatkan energi kinetik yang ada untuk memutuskan ikatan-ikatan ketika tumbukan.

Saat tumbukan antarmolekul terjadi, sejumlah energi kinetik akan digunakan untuk
memutuskan ikatan. Jika energi kinetik molekul besar, tumbukan yang terjadi mampu
memutuskan sejumlah ikatan. Selanjutnya, akan terjadi pembentukan kembali ikatan baru.
Sebaliknya, jika energi kinetik molekul kecil, tidak akan terjadi tumbukan dan pemutusan
ikatan. Dengan kata lain, untuk memulai suatu reaksi kimia, tumbukan antarmolekul harus
memiliki total energi kinetik minimum sama dengan atau lebih dari energi aktivasi (Ea),
yaitu jumlah energi minimum yang diperlukan untuk memulai suatu reaksi kimia. Saat
molekul bertumbukan, terbentuk spesi kompleks teraktifkan (keadaan transisi), yaitu spesi
yang terbentuk sementara sebagai hasil tumbukan antarmolekul sebelum pembentukan
produk.

A + B ——-> AB* ——-> C + D

reaktan keadaan transisi produk

Konstanta laju reaksi (k) bergantung pada temperatur (T) reaksi dan besarnya energi aktivasi
(Ea). Hubungan k, T, dan Ea dapat dinyatakan dalam persamaan Arrhenius sebagai berikut :

k = A e –Ea / RT atau ln k = ln A – Ea / R.T

k = konstanta laju reaksi

Ea = energi aktivasi (kJ/mol)

T = temperatur mutlak (K)

R = konstanta gas ideal (8,314 J/mol.K)

e = bilangan pokok logaritma natural (ln)

A = konstanta frekuensi tumbukan (faktor frekuensi)

Dari persamaan Arrhenius terlihat bahwa laju reaksi (dalam hal ini diwakili konstanta laju
reaksi) semakin besar saat reaksi terjadi pada temperatur tinggi yang disertai dengan energi
aktivasi rendah.
Kadang-kadang, walaupun telah terjadi tumbukan dengan energi kinetik yang cukup, reaksi
tetap tidak menghasilkan produk. Hal ini disebabkan oleh molekul yang tidak mengalami
tumbukan pada titik yang tepat. Tumbukan yang efektif untuk menghasilkan produk
berkaitan erat dengan faktor orientasi dan sisi aktif molekul bersangkutan. Dengan
demikian, molekul harus bertumbukan pada arah yang tepat atau dipukul pada titik yang tepat
agar reaksi dapat terjadi. Sebagai contoh, reaksi antara molekul A-B dengan C membentuk
molekul C-A dan B.

A-B + C ——-> C-A + B

Terlihat bahwa untuk menghasilkan produk molekul C-A, zat C harus bertumbukan dengan
molekul A-B pada ujung A. Jika zat C menumbuk molekul A-B pada ujung B, tidak aka ada
produk yang dihasilkan. Ujung A dari molekul A-B dikenal dengan istilah sisi aktif, yaitu
tempat pada molekul dimana tumbukan harus terjadi agar reaksi dapat menghasilkan
produk. Saat zat C menumbuk ujung A pada molekul A-B, akan ada kesempatan untuk
memindahkan cukup energi untuk memutus ikatan A-B. Setelah ikatan A-B putus, ikatan C-
A dapat terbentuk. Persamaan untuk proses tersebut dapat digambarkan dengan cara berikut :

C∙∙∙∙∙∙∙A∙∙∙∙∙B ——-> C-A + B

Jadi, agar reaksi ini dapat terjadi, harus terdapat tumbukan antara zat C dengan molekul A-B
pada sisi aktifnya. Tumbukan antara zat C dengan molekul A-B harus memindahkan cukup
energi untuk memutuskan ikatan A-B (pemutusan ikatan memerlukan energi) sehingga
memungkinkan ikatan C-A terbentuk (pembentukan ikatan melepaskan energi).

Laju reaksi berkaitan dengan frekuensi tumbukan efektif yang terjadi antarmolekul. Apabila
frekuensi tumbukan efektif semakin besar, tumbukan antarmolekul semakin sering terjadi,
mengakibatkan produk terbentuk dalam waktu yang singkat. Dengan meningkatkan frekuensi
tumbukan efektif antarmolekul, produk dalam jumlah besar dapat dihasilkan dalam waktu
yang singkat. Beberapa faktor yang dapat mengubah jumlah frekuensi tumbukan efektif
antarmolekul , antara lain :

1. Sifat reaktan dan ukuran partikel reaktan

Agar reaksi dapat terjadi, harus terdapat tumbukan antarmolekul pada sisi aktif molekul.
Semakin besar dan kompleks molekul reaktan, semakin kecil pula kesempatan terjadinya
tumbukan di sisi aktif. Kadang-kadang, pada molekul yang sangat kompleks, sisi aktifnya
seluruhnya tertutup oleh bagian lain dari molekul, sehingga tidak terjadi reaksi. Secara
umum, laju reaksi akan lebih lambat bila reaktannya berupa molekul yang besar dan
kompleks (bongkahan maupun lempengan). Laju reaksi akan lebih cepat bila reaktan berupa
serbuk dengan luas permukaan kontak yang besar. Semakin luas permukaan untuk dapat
terjadi tumbukan, semakin cepat reaksinya.

2. Konsentrasi reaktan

Menaikkan jumlah tumbukan akan mempercepat laju reaksi. Semakin banyak molekul
reaktan yang bertumbukan, semakin cepat reaksi tersebut. Sepotong kayu dapat terbakar di
udara (yang mengandung gas oksigen 20%), tetapi kayu tersebut akan terbakar dengan jauh
lebih cepat di dalam oksigen murni. Dengan mempelajari efek konsentrasi terhadap laju
reaksi, kita dapat menentukan reaktan mana yang lebih mempengaruhi laju reaksi (ingat
tentang orde reaksi).

3. Tekanan pada reaktan yang berupa gas

Tekanan pada reaktan yang berupa gas pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sama
dengan konsentrasi. Semakin tinggi tekanan reaktan, semakin cepat laju reaksinya. Hal ini
disebabkan adanya kenaikan jumlah tumbukan. Peningkatan tekanan dapat memperkecil
volume ruang sehingga molekul semakin mudah bertumbukan satu sama lainnya.

4. Suhu

Secara umum, menaikkan suhu menyebabkan laju reaksi meningkat. Pada kimia organik, ada
aturan umum yang mengatakan bahwa menaikkan suhu 10°C akan menyebabkan kelajuan
reaksi menjadi dua kali lipat. Kenaikan suhu dapat meningkatkan jumlah tumbukan
antarmolekul. Menaikkan suhu menyebabkan molekul bergerak dengan lebih cepat, sehingga
terdapat peningkatan kesempatan bagi molekul untuk saling bertumbukan dan bereaksi.
Menaikkan suhu juga menaikkan energi kinetik rata-rata molekul. Energi kinetik minimum
yang dimiliki molekul harus sama atau lebih besar dari energi aktivasi agar reaksi dapat
berlangsung. Reaktan juga harus bertumbukan pada sisi aktifnya. Kedua faktor inilah yang
menentukan apakah suatu reaksi berlangsung atau tidak.

5. Katalis (Katalisator)

Katalis adalah zat yang menaikkan laju reaksi tanpa dirinya sendiri berubah di akhir reaksi.
Hal ini berarti katalis terbentuk kembali setelah reaksi berakhir. Katalis dapat menaikkan laju
reaksi dengan memilih mekanisme reaksi lain yang energi aktivasinya lebih rendah dari
mekanisme semula.

A + B ——-> C + D (tanpa katalis)

A + B ——-> C + D (dengan katalis)

kdengan katalis > ktanpa katalis sehingga vdengan katalis > vtanpa katalis

Laju reaksi akan lebih cepat jika puncak energi aktivasinya lebih rendah. Hal ini berarti
reaksi akan lebih mudah terjadi. Total energi reaktan dan produk tidak dipengaruhi oleh
katalis. Hal ini berarti entalpi (∆H) reaksi tidak dipengaruhi oleh katalis. Katalis dapat
menurunkan energi aktivasi reaksi dengan satu dari dua cara berikut :

1. Memberikan permukaan dan orientasi

Terjadi pada katalis heterogen. Katalis ini hanya mengikat satu molekul pada permukaan
sambil memberikan orientasi yang sesuai untuk memudahkan jalannya reaksi. Katalis
heterogen adalah katalis yang berada pada fasa yang berbeda dengan reaktan. Katalis ini
umumnya merupakan logam padat yang terbagi dengan halus atau oksida logam, sedangkan
reaktannya adalah gas atau cairan. Katalis heterogen cenderung menarik satu bagian dari
molekul reaktan karena adanya interaksi yang cukup kompleks yang belum sepenuhnya
dipahami. Setelah reaksi terjadi, gaya yang mengikat molekul ke permukaan katalis tidak ada
lagi, sehingga produk terlepas dari permukaan katalis. Katalis dapat siap melakukannya lagi.

2. Mekanisme alternatif

Terjadi pada katalis homogen, yaitu katalis yang mempunyai fasa sama dengan reaktannya.
Katalis ini memberikan mekanisme alternatif atau jalur reaksi yang memiliki energi aktivasi
yang lebih rendah dari reaksi aslinya. Dengan demikian, reaksi dapat berlangsung dalam
waktu yang lebih singkat.

Referensi:

Andy. 2009. Pre-College Chemistry.

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.

Iklan
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan
adalah :

Keterangan : K = konstanta laju reaksi


A = faktor freakuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :

Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan
dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis
dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A.
Jika suatu reaksi memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada
konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan
Pembahasan Soal OSK Kimia Tahun 2018

Kamis, 01 Maret 2018


Berikut ini soal pembahasan OSK Kimia Tahun 2018 yang baru lalu, sembari bersibuk ria ini akan
ditambahkan hingga semua soal terbahas tuntas. Ikuti perkembangan postingan ini.

Soal Nomor 1 OSK Kimia 2018


Di antara unsur berikut yang memiliki ion dengan muatan +2 dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 3d10 adalah
A. K
B. Si
C. Zn
D. Ca
E. Ge

Pembahasan Soal Nomor 1 OSK Kimia 2018


X bermuatan +2 = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 ,total elektron = 28, jadi elektron sebelumnya X = 28+2 = 30
Berdasar sistem periodik unsur, unsur yang bernomor atom 30 adalah Zn
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 2 OSK Kimia 2018


Rumus molekul suatu garam adalah XCl2. Ion X dalam garam ini mempunyai 27 elektron, maka logam
X adalah
A. Ni
B. Co
C. Fe
D. Cu
E. Zn

Pembahasan Soal Nomor 2 OSK Kimia 2018


XCl2 → X2+ + 2Cl–
X bermuatan +2 = 27 elektron, jadi elektron sebelumnya X = 27+2 = 29
Berdasar sistem periodik unsur, unsur yang bernomor atom 29 adalah Cu
Jawaban yang tepat D.

Soal Nomor 3 OSK Kimia 2018


Larutan natrium sulfat dapat bereaksi dengan larutan barium klorida sesuai persamaan reaksi yang
setara berikut:

Na2SO4(aq) + BaCl2(aq) → 2NaCl(aq) + BaSO4(s)

Seorang siswa mencampurkan larutan yang mengandung 10,0 g Na2SO4 dicampurkan dengan larutan
yang mengandung 10,0 g BaCl2, dan diperoleh 12,0 g BaSO4. Persen hasil (rendemen) dari reaksi ini
adalah
A. 60,0%
B. 73,1%
C. 82,4%
D. 93,3%
E. >100%, karena endapan barium sulfat yang diperoleh masih basah

Pembahasan Soal Nomor 3 OSK Kimia 2018

Jawaban yang tepat E.

Soal Nomor 4 OSK Kimia 2018


Di antara larutan dalam air berikut ini yang mempunyai titik didih paling tinggi adalah
A. 1,0 m asam asetat, CH3COOH
B. 1,0 m asam klorida, HCl
C. 1,0 m asam sulfat, H2SO4
D. 1,0 m asam fosfat, H3PO4
E. 1,0 m glukosa, C6H12O6

Pembahasan Soal Nomor 4 OSK Kimia 2018


Dengan konsentrasi molal sama maka titik didih paling tinggi biasa dimiliki oleh larutan elektrolit
kuat yang hasil ionisasinya lebih banyak. ∆Tb = m.Kb.i (m = molalitas, Kb tetapan titik didih air, i =
faktor van Hoff)

Larutan elektrolit kuat yang tersedia adalah HCl yang terurai menjadi 2 ion. H2SO4 terurai menjadi 3
ion. H3PO4 adalah asam lemah, bukan masuk kategori zat yang dapat terurai sempurna.
Jadi dalam soal ini alternatif jawaban yang tepat adalah H2SO4
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 5 OSK Kimia 2018


Kalor pembentukan timbal (II) karbonat adalah 699 kJ/mol. Persamaan reaksi yang paling tepat
untuk proses tersebut adalah
A. Pb(s) + C(s) + O2 (g) → PbCO3 (s)
B. Pb(s) + C(s) + 3/2 O2 (g) → PbCO3 (s)
C. Pb(s) + 2C(s) + 3O2 (g) → 2PbCO3 (s)
D. PbCO3 (s) → Pb(s) + C(s) + 3/2 O2 (g)
E. 2PbCO3 (s) → 2Pb(s) + 2C(s) + 3O2 (g)

Pembahasan Soal Nomor 5 OSK Kimia 2018


Persamaan reaksi pembentukan itu adalah pembentukan dari unsur-unsur penyusunnya. Dalam soal
dinyatakan kalor pembentukan 699 kJ/mol artinya akan terbentuk 1 mol PbCO3 saja. 1 mol dapat
diwakili dengan koefisien reaksinya juga 1.
Jadi persamaan reaksi yang tepat adalah Pb(s) + C(s) + 3/2 O2 (g) → PbCO3 (s)
Jawaban yang tepat B.

Soal Nomor 6 OSK Kimia 2018


Di antara larutan garam dengan konsentrasi 0,1 M berikut yang memberikan nilai pH paling tinggi
adalah
A. NaCl
B. NaNO3
C. NaClO4
D. NaHSO4
E. NaHCO3

Pembahasan Soal Nomor 6 OSK Kimia 2018


pH yang paling tinggi dimiliki oleh larutan yang bersifat basa. Kalau larutan itu garam yang memiliki
pH tinggi biasanya adalah garam-garam dari basa kuat dengan asam lemah.
NaCl → dari basa kuat + asam kuat
NaNO3 → dari basa kuat + asam kuat
NaClO4 → dari basa kuat + asam kuat
NaHSO4 → dari basa kuat + asam kuat
NaHCO3 → dari basa kuat + asam lemah
Jawaban yang tepat E.

Soal Nomor 7 OSK Kimia 2018


Di antara larutan dalam air berikut:
i. 0,2 M HF
ii. 1,5 M CH3COONa
iii. 3,0 M NH4Br
iv. 0,5 M NH3
v. 0,85 M FeCl3

yang mempunyai pH di bawah 7,0 adalah


A. i, iii, v
B. ii, iv
C. i, ii, iii
D. hanya i
E. tidak ada, semua bersifat basa
Pembahasan Soal Nomor 7 OSK Kimia 2018
pH larutan di bawah 7 dimiliki oleh larutan yang bersifat asam, atau kalau larutan itu garam biasa
garam asam kuat dengan basa lemah.
0,2 M HF → asam lemah, pH < 7
1,5 M CH3COONa → dari basa kuat + asam lemah, pH > 7
3,0 M NH4Br → dari basa lemah + asam kuat, pH < 7
0,5 M NH3 → basa lemah, pH > 7
0,85 M FeCl3 → dari basa lemah + asam kuat, pH < 7
Jawaban yang tepat A.

Soal Nomor 8 OSK Kimia 2018


Ke dalam alr HCl 4 M ditambahkan padatan berikut:
i. Zn
ii. Cu
iii. Na2SO3
iv. Na2SO4
Padatan yang akan menghasilkan gas ketika ditambaghkan ke dalam larutan HCl 4 M adalah
A. hanya i
B. hanya ii
C. Hanya i dan iii
D. i, ii, dan iii
E. Tidak ada reaksi yang menghasilkan gas

Pembahasan Soal Nomor 8 OSK Kimia 2018


Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
Cu(s) + 2HCl(aq) → Tidak dapat berlangsung, daya reduksi Cu lebih kecil dibanding H.
Na2SO3(s) + 2HCl(aq) → H2O(l) + 2NaCl(aq) + SO2(g)
Na2SO4(s) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2SO4(aq)
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 10 OSK Kimia 2018


Berdasarkan teori VSEPR, pasangan molekul/ion yang memiliki geometri segiempat planar adalah
A. NH4+ dan S2O32–
B. CCl4 dan SiF4
C. SO42– dan BF4–
D. ICl4– dan XeO4
E. POF3 dan SF4

Pembahasan Soal Nomor 10 OSK Kimia 2018


Di antara molekul/ion yang memiliki geometri segiempat planar hanyalah ICl4–

Trik cepat menentukan geometri → jumlah (elektron valensi semua atom plus atau minus muatan)
dibagi 8 sebagai jumlah PEI, jika bersisa, sisanya dibagi 2 sebagai PEB
ICl4–
ev I = 7 elektron ; ev Cl x 4 = 28 elektron; muatan -1 = 1 elektron; total elektron = 7+28+1 = 36
elektron
36/8 = 4 PEI, sisa 4 elektron, 4/2 = 2 PEB, jadi ini geometrinya segiempat datar (bentuk dasar atau
geometri elektronnya adaah oktahedral)

XeO4
ev Xe = 8 elektron; ev O x 4 = 24; total elektron = 8+24 = 32 elektron
32/8 = 4 PEI, tanpa sisa, jadi ini geometrinya tetrahedral (bentuk dasar atau geometri juga
terahedral)
Tidak ada pilihan yang tepat untuk soal ini.

Soal Nomor 11 OSK Kimia 2018


Di antara pernyataan di bawah ini yang benar adalah
A. Energi kisi MgF2 lebih kecil dibandingkan MgCl2
B. Energi kisi NaCl lebih kecil dibandingkan KCl
C. Energi kisi KCl lebih kecil dibandingkan MgCl2
D. Energi kisi MgO lebih kecil dibandingkan CaS
E. Energi kisi NaF lebih kecil dibandingkan NaCl

Pembahasan Soal Nomor 11 OSK Kimia 2018


Energi kisi ditentukan oleh ukuran jari-jari ion dan banyaknya muatan sesuai dengan hukum
Coulomb.
Perkiraan energi kisi = (hasil kali jumlah muatan) : (jumlah jari-jari ion). Energi kisi berbanding lurus
dengan hasil kali jumlah muatan, dan berbanding terbalik dengan jumlah jari-jari ion.

Jadi energi kisi:


MgF2 > MgCl2 → hasil kali jumlah muatan keduanya sama, kationnnya sama dan jari-jari ion F lebih
kecil dari ion Cl lebih besar.

NaCl > KCl → hasil kali jumlah muatan keduanya sama, anionnya sama dan jari-jari ion Na lebih kecil
dari ion K.

KCl < MgCl2 → hasil kali jumlah muatan KCl < MgCl2 dan meskipun ukuran ion jari-jari K > ion Mg2+
namun faktor hasil kali muatan jauh lebih besar pengaruhnya.

MgO > CaS → hasil kali jumlah muatan sama namun jumlah jari-jari ion CaS lebih besar dibanding
MgO.

NaF > NaCl → hasil kali jumlah muatan keduanya sama, kationnya sama dan jari-jari ion F lebih kecil
dari ion Cl.
Jawaban yang tepat C.
Soal Nomor 12 OSK Kimia 2018
Berikut ini diberikan tabel entalpi dissosiasi ikatan (EDI)

Ikatan EDI, kJ.mol-1 Ikatan EDI, kJ.mol-1

H–H 432 O–O 146

O–H 467 O=O 495

Nilai entalpi pembentukan, ∆Hfo untuk H2O(g) adalah


A. -934 kJ.mol-1
B. -858kJ.mol-1
C. -510 kJ.mol-1
D. -429 kJ.mol-1
E. -255 kJ.mol-1

Pembahasan Soal Nomor 12 OSK Kimia 2018


∆Hfo atau entalpi pembentukan standar adalah entalpi/energi yang dihasilkan dalam pembentukan 1
mol senyawa dari unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas.

Reaksi pembentukan H2O


H2 (g) + ½ O2 (g) → H2O (g)
H–H + ½ O=O → H–O–H

∆Hfo H2O = (H–H + ½ O=O) – 2 O–H


∆Hfo H2O = (432 + ½ . 495) – 2.467
∆Hfo H2O = (432 + 247,5) – 934
∆Hfo H2O = 679,5 – 934
∆Hfo H2O = -254,5 kJ/mol ≈ -255 kJ/mol
Jawaban yang tepat E.

Soal Nomor 13 OSK Kimia 2018


Diketahui energi ikatan:
C=C = 614 kJ/mol; C–Cl = 328 kJ/mol; C–C = 348 kJ/mol
Cl–Cl = 244 kJ/mol; C–H = 413 kJ/mol
Perubahan entalpi bagi reaksi berikut adalah
H2C=CH2(g) + Cl2(g) → ClH2C-CH2Cl(g)
A. 32 kJ
B. 62 kJ
C. 93 kJ
D. 124 kJ
E. 146 kJ

Pembahasan Soal Nomor 13 OSK Kimia 2018


∆Hreaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan

Jawaban yang tepat -146 kJ

Soal Nomor 14 OSK Kimia 2018


Perhatikan reaksi berikut:
A+B+C→D Laju = k[A][B]2
Di antara pernyataan berikut yang tidak meningkatkan laju reaksi adalah
A. Menaikkan konsentrasi A
B. Menaikkan konsentrasi B
C. Menaikkan konsentrasi C
D. Menambah katalis ke dalam campuran reaksi
E. Temperatur reaksi dinaikkan

Pembahasan Soal Nomor 14 OSK Kimia 2018


Dalam persamaan laju reaksi Laju = k[A][B]2 , C tidak muncul sebagai faktor penentu laju reaksi, maka
kenaikan konsentrasi C tidak akan mempengaruhi laju reaksi juga.
Jawaban yang tepat C. Menaikkan konsentrasi C

Soal Nomor 15 OSK Kimia 2018


Diberikan data deret aktivitas berikut ini:
Ion yang dapat direduksi oleh logam Zn adalah
A. Al dan Mn
B. Al3+ dan Mn2+
C. Cr3+ dan Fe2+
D. Hanya Cr3+
E. Hanya Fe2+

Pembahasan Soal Nomor 15 OSK Kimia 2018


Zn dapat mereduksi zat lain, berarti Zn sendiri mengalami oksidasi. Zn hanya bisa mereduksi zat yang
lebih mudah mengalami reduksi dibanding yang lebih mudah mengalami oksidasi.
Jadi Zn akan mereduksi Cr3+ dan Fe2+
Jawaban yang tepat C. Cr3+ dan Fe2+

Soal Nomor 16 OSK Kimia 2018


Proses hidrometalurgi untuk pemurnian emas melibatkan pembentukan selektif senyawa komples
emas yang larut dalam air. Spesi yang direduksi dan dioksidasi dalam reaksi berikut adalah
4Au(s) + CN–(aq) + O2(g) + 2H2O(l) → 4 Au(CN)2–(aq) + 4 OH– (aq)
A. CN– mengalami oskidasi dan Au(s) mengalami reduksi
B. Au(s) mengalami oskidasi dan CN– mengalami reduksi
C. O2 mengalami oskidasi dan Au(s) mengalami reduksi
D. Au(s) mengalami oskidasi dan O2 mengalami reduksi
E. Reaksi ini bukan reaksi reduksi-oskidasi

Pembahasan Soal Nomor 16 OSK Kimia 2018


Au + 2CN– → Au(CN)2– + 1e– (Au mengalami okaidasi)
O2 + 2H2O + 4e– → 4OH– (O mengalami reduksi)
Jawaban yang tepat D.

Soal Nomor 17 OSK Kimia 2018


Perhatikan reaksi kesetimbangan berikut:
2NOBr(g) ⇌ 2NO(g) + B2 (g) Keq = 0,064
Pada kesetimbangan, wadah tertutup yang volumenya 1,00 L mengandung 0,030 mol NOBr dan
0,030 mol NO. Jumlah mol Br2 dalam wadah tersebut adalah

A. 0,0019
B. 0,030
C. 0,064
D. 0,470
E. 0,090
Pembahasan Soal Nomor 17 OSK Kimia 2018
Keq=[NO]2×[Br2][NOBr]2
0,064=0,32×[Br2]0,32
0,064=[Br2]
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 18 OSK Kimia 2018


Asam lemah HA mempunyai nilai tetapan disosiasi Ka = 1,0 × 10–7. Di antara pernyataan berikut yang
benar untuk larutan 0,30 M HA dalam air adalah
i. [A–] << [HA]
ii. [H+] = (Ka[HA])½
iii. [OH–] >> [A–]

A. hanya i
B. hanya ii
C. hanya i dan ii
D. hanya ii dan iii
E. semua betul i, ii, dan iii

Pembahasan Soal Nomor 18 OSK Kimia 2018


HA(aq) ⇌ H+(aq) + A-(aq)
[H+] = [A-]

Ka HA=[H+]×[A−][HA]
1,0×10−7=[H+]20,3
[H+]=1,0×10−7×0,3−−−−−−−−−−−−−√ → (Ka[HA])½
[H+]=0,000577
→ [OH−]=1×10140,000577
→ [OH−] = 1,73 × 10–11
[A−]=0,000577
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 19 OSK Kimia 2018


Diketahui nilai Kb NH3 = 1,8 x. 10–5 dan Ka HC2H3O2 = 1,8 × 10–5. nilai pH dari larutan amonium asetat,
NH4C2H3O2 0,065 M adalah
A. 1,19
B. 2,96
C. 7,00
D. 11,06
E. 12,81

Pembahasan Soal Nomor 19 OSK Kimia 2018


Bila larutan basa lemah dan asam lemah dengan nilai Ka = Kb maka konsentrasi garam tidak lagi
berpengaruh terhadap derjat keasamaannya, dan pH-nya = 7 (netral).
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 20 OSK Kimia 2018


Di antara senyawa berikut ini yang kelarutannya paling besar di dalam air adalah
A. MnS, Ksp = 2,3 × 10–13
B. CoCO3, Ksp = 1,0 × 10–10
C. Fe(OH)2, Ksp = 7,9 × 10–16
D. Ag2CrO4, Ksp = 1,2 × 10–12
E. Al(OH)3, Ksp = 1,2 × 10–33

Pembahasan Soal Nomor 20 OSK Kimia 2018


Soal seperti ini biasa dengan mudah membandingkan kelarutan (s) hanya dengan membagi pangkat
dari 10 dengan jumlah ion. Bila diperoleh angka yang sama sila periksa angka pengali dari 10n.
Pangkat negatif terkecil berarti nilai kelarutannya terbesar.

Senyawa Jumlah ion Ksp Perkiraan s

MnS 2 2,3×10–13 10–13/2 = 10–6,5

CoCO3 2 1,0×10–10 10–10/2 = 10–5

Fe(OH)2 3 7,9×10–16 10–16/3 = 10–5,33

Ag2CrO4 3 1,2×10–12 10–12/3 = 10–4

Al(OH)3 4 1,2×10–33 10–33/4 = 10–8,5

Jawaban yang tepat adalah D.

Soal Nomor 21 OSK Kimia 2018


Semua senyawa berikut adalah isomer dari siklopetanon, kecuali
A. 2-metil siklobutanon
B. 2-etil siklopropanon
C. 2,3-dimetil siklo propena
D. metil-siklobutil-eter
E. 1-pentena-3-on

Pembahasan Soal Nomor 21 OSK Kimia 2018


Isomer adalah senyawa yang memiliki jumlah unsur sama namun strukturnya berbeda.
Siklopentanon (C5H8O)

2-metil siklobutanon → (C5H8O)


2-etil siklopropanon → (C5H8O)
2,3-dimetil siklopropena → (C5H8)
metil-siklobutil-eter → (C5H10O)
1-pentena-3-on → CH3C4H5O → (C5H8O)
Terdapat 2 jawaban yang tepat yaitu C dan D

Soal Nomor 22 OSK Kimia 2018


Konformasi Newman yang benar untuk senyawa di bawah ini adalah

A. Gauche-2-metil pentana
B. Gauche-3-metil pentanan
C. Eclips-4-metil heksana
D. Trsans-2-metil heksana
E. Trans-3-metil heksana

Pembahasan Soal Nomor 22 OSK Kimia 2018

Jawaban yang tepat E. trans-3-metilheksana

Soal Nomor 23 OSK Kimia 2018


Untuk mendapatkan senyawa jenuh, yaitu senyawa yang tidak memiliki ikatan rangkap, dapat
dilakukan reaksi-reaksi berikut, kecuali
A. hidrogenasi sikloheksena dengan katalis logam
B. reduksi aseton dengan hidrida logam
C. reaksi alkohol dalam larutan asam sulfat pekat
D. adisi asam halida pada propena
E. pembuatan polietilena

Pembahasan Soal Nomor 23 OSK Kimia 2018


Alkohol dalam larutan asam sulfat pekat merupakan reaksi dehidrasi (pelepasan molekul air) yang
justru akan menghasikan senyawa alkena.
Jawaban yang tepat C.

Soal Nomor 24 OSK Kimia 2018


Di antara reaksi-reaksi di bawah ini yang tidak dapat digunakan untuk membuat CH3CH2Cl adalah
A. CH2=CH2 + HCl
B. CH2=CHCl + H2
C. CH3CH2OH + HCl
D. CH3CH2OH + Cl2
E. CH3CH2OH + PCl3

Pembahasan Soal Nomor 24 OSK Kimia 2018


CH2=CH2 + HCl → CH3CH2Cl
CH2=CHCl + H2 → CH3CH2Cl
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
CH3CH2OH + Cl2 → CH3-CHO + 2HCl
3CH3CH2OH + PCl3 → 3CH3CH2Cl + H3PO3
Jawaban yang tepat D.

Soal Nomor 25 OSK Kimia 2018


Reaksi substitusi nukleofilik ion metoksida (CH3O–) dapat berlangsung pada senyawa-senyawa
berikut, kecuali

Pembahasan Soal Nomor 25 OSK Kimia 2018


Reaksi pergantian (substitusi) akan terjadi pada senyawa yang memiliki gugus pergi yang baik,
seperti Br, OH, Cl. Jadi yang tidak dapat berlangsung adalah senyawa di B.

Report this ad

Report this ad

Anda mungkin juga menyukai