Anda di halaman 1dari 3

http://www.antaranews.com/berita/441693/dokumen-rencana-pemberontakan-pki-ditemukan#at_pco=cfd-1.

0&at_ab=-&at_pos=2&at_tot=5&at_si=53c0695a5568ed87

Dokumen rencana pemberontakan PKI ditemukan


Senin, 30 Juni 2014 17:01 WIB | 62748 Views
Pewarta: Edy M Ya'kub

Foto dokumentasi
pemberangusan anggota atau
simpatisan Partai Komunis
Indonesia pasca pemberontakan
mereka pada Oktober 1965.
Sampai kini masih sangat banyak
informasi ataupun penggalan
sejarah otentik yang gelap tentang
pemberontakan PKI ini.
(kvltmagz.com)

... Ada sisa-sisa PKI bercokol di media massa... "

Surabaya (ANTARA News) - Dokumen kecil berisi rencana pemberontakan PKI


dengan target mendirikan negara komunis di Indonesia ditemukan ahli sejarah
Universitas Negeri Surabaya, Prof Dr Aminuddin Kasdi.

"Jadi, pengakuan pihak tertentu ada skenario ABRI melakukan penangkapan


orang-orang PKI setelah Oktober atau ada pembantaian terencana oleh NU
terhadap PKI, ternyata tidak didukung bukti historis," katanya, kepada ANTARA,
di Surabaya, Senin.

Menurut dia, fakta yang sebenarnya justru ada dalam buku kecil atau buku saku
tentang ABC Revolusi yang ditulis CC (Comite Central) PKI pada 1957, yang merinci
tiga rencana revolusi atau pemberontakan PKI tentang negara komunis di
Indonesia.

"Buku yang saya temukan itu justru membuktikan bahwa rencana pemberontakan
PKI yang diragukan sejumlah pihak itu ada dokumen historisnya, bahkan dokumen
itu merinci tiga tahapan pemberontakan PKI yang semuanya gagal, lalu rumorpun
diembuskan untuk mengaburkan fakta," katanya.

1
Tanpa menyebut asal-usul dokumen yang terlihat lusuh itu, ia mengaku bersyukur
dengan temuan dokumen yang tak terbantahkan itu.

"Kalau ada orang NU melakukan pembunuhan, itu bukan direncanakan, tapi reaksi
atas sikap PKI sendiri yang menyebabkan chaos itu," katanya.

Ia menjelaskan sikap PKI memang menyakitkan, sehingga NU melakukan reaksi balik.


"PKI melakukan provokasi dengan ludruk yang temanya menyakitkan, seperti
matinya Tuhan, malaikat yang tidak menikah karena belum dikhitan, dan banyak
lagi," katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat jangan terpengaruh dengan provokasi


politik yang didukung media massa untuk "membesarkan" PKI guna mengaburkan
sejarah dengan menghalalkan segala cara.

"Kita jangan terpancing dengan sisa-sisa orang PKI di berbagai lini yang berusaha
membangkitkan mimpi tentang negara komunis melalui media massa, buku-buku, dan
semacamnya yang seolah-olah benar dengan bersumber kesaksian," kata dia.

"Ada sisa-sisa PKI bercokol di media massa," katanya pula.

Ia menambahkan, testimoni berbagai pihak itu mungkin benar, namun testimoni itu
bersumber dari individu-individu yang tidak mengetahui skenario besar dari PKI
untuk merancang tiga revolusi dengan goal untuk mendirikan negara komunis di
Indonesia.

"Saya bukan hanya bersaksi, karena saya juga sempat mengalami sejarah
pemberontakan PKI itu dan lebih dari itu, saya mempunyai bukti yang sangat
gamblang dari dokumen PKI sendiri," katanya.

Senada dengan itu, guru besar Universitas dr Soetomo Surabaya, Prof Dr Sam
Abede Pareno, menyatakan, buku Memoir on The Formation of Malaysia, karya
Ghazali Shafie terbitan Universiti Kebangsaan Malaysia, menunjukkan kaitan erat
Konfrontasi Indonesia-Malaysia dengan PKI.

"Dalam buku itu jelas Bung Karno tidak menghadiri persidangan puncak dengan
Tungku Abdul Rachman di Tokyo pada tahun 1963, karena PKI tidak suka dengan
pertemuan itu," kata penulis buku Rumpun Melayu, Mitos dan Realitas itu.

2
Oleh karena itu, konfrontasi Indonesia-Malaysia itu bukan sekadar demo
anti-Indonesia atau demo anti-Malaysia, melainkan PKI merancang konfrontasi itu
agar rencana besar (negara komunis) tidak "terbaca".

Apalagi Bung Karno melontarkan gagasan nasionalis, agama, dan komunis yang justru
"melindungi" gerakan PKI.

"PKI memang selalu memanfaatkan kelengahan pemerintah Indonesia yang sibuk


menghadapi Agresi Militer I Belanda pada 1947 dengan aksi terpusat di Madiun
pada 1948," katanya.

"Lalu ketika pemerintah sibuk dengan Ganyang Malaysia yang juga mereka sponsori
itu, PKI menikam dari belakang dengan Gerakan 30 September 1965," katanya.

Pada Juli ini juga ada beberapa agenda besar nasional, di antara yang terbesar
adalah Pemilu Presiden 9 Juli nanti yang menyerap sejumlah besar pengerahan
sumber daya nasional.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © 2014

Anda mungkin juga menyukai