b. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:
1) Kelelahan
2) Proses penuaan
3) Keturunan
4) Diet yang tidak seimbang
5) Stress
6) Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi: Gagal jantung, gagal ginjal, stroke
(kerusakan otak), kelumpuhan.
c. Patofisiologi
Komponen-komponen utama pada system kardiovaskuler adalah jantung dan
vaskularisasinya. Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyalit klinis tetap
mempunyai ukuran yang sama atau menjadi sedikit lebih kecil daripada usia setengah
bayi. Secar umum frekuensi denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun dan curah
jantung berkurang 30-40%.
Perubahan juga terjadi pada katup mitral dan aorta, katup-katup tersebut
mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis,
miokard menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan
kepekaan, sehingga stress mendadak/lama dan takikardia kurang diperhatikan.
Peningkatan frekuensi jantung dalam berespon terhadap stress berkurang dan
peningkatan frekuensi jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar.
Untuk mengkompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup
meningkat, sehingga meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah
Penurunan kadar hemoglobin pada lansia mengakibatkan penurunan pada
konsentrasi oksigen yang dapat ditransportasi oleh darah sehinga oksigenasui menjadi
tidak adekuat. Ditambah lagi dengan masukan diet yang buruk, kondisi psikologis
seperti kesepian, serta adanya penyakit kronis dapat menjadi faktor pemberat anemia
Perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang),
pembuluh darah (arteriosklerosis;elastisitas dinding pembuluh darah berkurang), dan
kemampuan memompa dari jantung harus bekerja keras sehingga terjadi hipertensi.
Semua hal tersebut ini berhubungan dengan proses menua dimana dapat mengubah
fungsi dan menempatkab para lansia pada resiko terhadap penyakit.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging
pigment) pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens
menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang
disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama
jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia
berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis.
Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular.
Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat
pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan
karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan
afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu
reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi
penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal
ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
e. Komplikasi
1) Gagal Jantung atau Penyakit Jantung Koroner
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru
sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2) Stroke
Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat
pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab utamanya adalah
tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang
di antara sel-sel otak.
3) Gagal Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
4) Kebutaan
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga
menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.
f. Pemeriksaan penunjang
g. Penatalaksanaan
1) Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
e) Pencegahan sekunder
2) Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
a) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
c) Batasi aktivitas
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk
penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik
5 x perminggu
3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan.,
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke –2 jenis lain,
dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh : Obat ke-2 diganti, Ditambah obat
ke-3 jenis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya : Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-
evaluasi dan konsultasi dan Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman
Intervensi :
2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama 4 hari kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasi :
- nafsu makan klien meningkat
- porsi yang disediakan habis
- klien makan 3 kali dengan kalori yang cukup
- Dalam waktu 1-2 bulan ada peningkatan BB
Intervensi :
pengobatan
Intervensi
a) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
Intervensi
Intervensi:
a) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
Rasional : Membantu menurunkan cedera.
b) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/12880/12470
http://www.perawatina.com/2015/06/laporan-pendahuluan-hipertensi.html