Latar Belakang
Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang yang
memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya, serta mampu memperbesar
pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Selain itu
pengembangan masyarakat juga merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang
diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat. Pengembangan ini berguna untuk
meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebagai sebuah
metode atau pendekatan yang relatif baru, pengembangan masayarakat menekankan adanya
proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas dalam proses
pembangunan di tingkat komunitas dan antar komunitas. Secara khusus pengembangan
masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung
atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan
kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan. Pengembangan masyarakat
memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat
untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan
bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kemenangan kaum sosialis nampaknya begitu terasa dengan paradigma desentralisasi
pembangunan yang dipakai pemerintah. UU. No.6 Tahun 2014 Tentang Desa menjadi salah satu
bukti nyata. Desa yang selama ini menjadi obyek pembangunan sejak orde baru sekarang
dikembalikan sebagai subyek pembangunan. Kebijakan ini mengembalikan desa pada masa
penjajahan Belanda dimana ada konstitusi yang mengatur otonomi pembangunanya secara
mandiri.
Pengembangan masyarakat kemudian mengalami perkembangan dalam banyak hal.
Berkembang dalam metode dan pendekatan maupun tujuanya. Sedangkan progres dari
pendekatan ini bisa kita lihat dari beberapa jenis desa binaan. Misal saja pendekatan budaya yang
menjadikan sebuah desa berkembang menjadi desa pariwisata. Desa yang menjadi percontohan
lingkungan karena dikembangkan dengan pendekatan lingkungan misalnya, semakin banyak
pendekatan dalam pengembangan masyarakat membuat outputnya beragam juga.
Sebagai Kasubag Pengembangan Masyarakat dengan berbagai mandat personal dan
sosial maka wajar jika Kasubag Pengembangan masyarakat dengan “Agama”. Masyarakat
menggagas sebuah pendekatan yang mempunyai ciri spesifik. Pendekatan tersebut adalah
pengembangan
Selain mandat sosial, pengembangan masyarakat dari gagasan sampai tindakan juga
menjadi mandat pendidikan nasional yang tertuang dalam Tri Dharma. Maka menjadi aneh jika
seorang Kasubag Pengembangan Masyarakat tidak memahami arah dan tujuan dari wacana
pengembangan masyarakat yang bercirikan pemberdayaan dan partisipasi ini. Jika dilempar
pertanyaan “kenapa Indonesia tidak bisa maju padahal banyak orang pintar di dalamnya?”, apa
yang harus dijawab? Bagi penulis, kecurigaan perlu kita alamtakan pada tingkat kohesi sosial
kita. Jangan-jangan Indonesia mempunyai orang-orang yang sebatas baik secara personal tapi
sangat lemah dibidang sosial. Maka pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan nilai
partisipasi yang terkandung didalamnaya diaharapkan bisam menjadi sebuah rantai penghubung
kehebatan-kehebatan orang Indonesia yang hebat secara personal menjadi kehebatan secara
komunal.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
1. Arah Pengembangan Masyarakat adalah agar masyarakat dapat memahami dan mengerti
tentang pentingnya Pengembangan Masyarakat untuk meningkatkan kondisi masyarakat
di segala bidang.
2. Arah Revisioner Pengembangan Agama di Masyarakat agar di masyarakat dapat lebih
toleran dan menghargai serta lebih menignkatkan ketakwaan Kepada Tuhan oleh setiap
pemeluk Agama yang berkembang di dalam suatu masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara hukum UUD Pasal 29 Ayat 2 sudah menjelaskan kebebasan beragama. ICCPR
yang telah diratifikasi pada tahun 2005 juga menerangkan hal tersebut pada pasal 18. Sebagai
negara yanng tidak berlandaskan agama tertentu melainkan berketuhanan yang maha esa,
membuat gejolak agama dan peran netralitas negara agak tumpang tidih karena kebetulan
Indonesia adalah negara yang mayoritas umatnya beragama muslim. Salah satu pandangan yang
perlu di revisi adalah fatwa MUI tahun 2005 tentang pelarangan paham Sekularisme, Pluralisme
dan Liberalisme.
Fatwa pelarangan sekularisme, pluralisme dan liberalisme ini juga cukup mengagetkan
ditengah usaha intensif beberapa tokoh agama mengkampanyekan keberagaman, kebebasan dan
kebangsaan sebagai solusi bagi Indonesia yang majemuk. Fatwa MUI pada kenyataanya menjadi
lebih tinggi posisinya dibanding UUD. Misal saja membatasi pada sekularisme.
MUI menganggap paham ini sebagai paham anti agama seperti yang terjadi di Turki atau
Francis yang akan menggerogoti moralitas agama. Devinisi MUI tentang sekularisme adalah
paham dimana agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhanya,
sedangkan hubungan sesama manusia hanya diatur oleh kesepakatan sosial saja.
Pengertian seperti diatas jelas tidak tepat dan membuat kacau diskursus mengenai tiga
konsep pemikiran tersebut yang mau melindungi kebebasan beragama, atau mau
mengembangkan apa yang disebut “masyarakat terbuka”. MUI mengharamkan sekularisme
dengan alasan yang mereka devinisikan sendiri. Sebenarnya sekularisme adalah pemisahan
antara agama dan negara secara relatif. Agama bisa memberikan nilai kepada masyarakat
sehingga mampu membentuk masyarakat yang toleran dalam harmonisasi di negara yang
majemuk, sementara negara harusnya berperan sebagai pelindung kebebasan agama lewat
konstitusi, karena hal itulah yang paling efektif.
Sekularisme berusaha agar dua kekuatan agama-negara tidak melakukan kolaborasi
sehingga membentuk agama negara atau negara agama. Jika dua kekuatan ini berintegrasi maka
negara yang mempunyai kekuasaan lewat aparaturnya dan agama lewat doktrin otoritatifnya,
maka akan ada kekuatan absolut yang beresiko membangkitkan traumatis masa lampau.
Genosida atau kejahatan lainya akan mudah saat sekularisme gagal diterapkan dengan benar di
sebuah negara.
Pancasila sebagai dasar negara sebenarnya tidak bertentangan denga Islam ditiap
pasalnya. Kalau Indonesia menginginkan sistem demokerasi maka tidak ada pilihan kecuali
Indonesia menjadi negara sekuler. Karena sekularisasi tujuan utamanya adalah proses demokrasi,
sementara demokrasi tujuan akhirnya membuat tidak ada satupun yang mempunyai kekuata-
kekuasaan yang lebih kuat dibanding yang lain yang memungkinkanya terjadi totalitarianisme.
Dalam sekularisasi muncul yang namanya diferensiasi, yakni upaya pembedaan antara otoritas
keagamaan dan otoritas kekuasaan negara, termasuk didalamnya difrensiasi antara agama dan
ilmu penegtahuan. Maka sekularisme adalah usaha agar menghindari kemungkinan politisasi dari
sebuah intitusi agama.
Maka sebelum melakukan pendampingan dan partisipasi dalam pengembanga masyarakat
dalam hal lainya, pandangan tentang menjadi negara sekuler adalah penting diwacanakan.
Karena akan percuma saat negara yang majemuk kemudian gagal berkembang karena seringnya
terjadi konflik komunal yang terjadi. Dalam pengembangan masyarakat tentang revisi
pemahaman hubungan antar negara-agama, penulis menekankan bahwa betapa pentingnya
komunikasi sosial. Tanpa komunikasi sosial pengembangan masyarakat akan selalu gagal.
Karena menurut Giorgio Braga, komunikasi adalah pusat kehidupan masyarakat yang
mengandung masalah semantik yang didasarkan pada sosiologi.
Maka pengembangan masyarakat di desa dan daerah tertinggal juga perlu dipahamkan.
Kita harus berlari bergegas mengejar bangsa-bangsa lain yanng sudah semakin jauh
meninggalkan kita. Negara yang maju tentu salah satunya dari berhasilnya proses sekularisasi,
lihat saja German dan Amerika. Bahkan India juga berhasil menembus perekonomian dunia,
dengan keadaan masyarakat majemuk yang hampir sama India yang sudah selesai melakukan
proses sekularisasi berhasil maju melejit. Kini giliran Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memang banyak definisi dari pengembangan masyarakat, pun juga berbagai
pendekatanya. Tapi, bagi penulis yang punya latar belakang sedikit pemahaman tentang
teori konflik, maka percuma saja usaha progressifitas dicanangkan jika akar dasar konflik
belum diselesaikan. Maka sengketa perbedaan paradigma antara relasi agama-negara
harus kita pahami dan selesaikan terlebih dahulu sebelum progres lainya kita upayakan.
B. Saran
Alhamdulillah kami ucapakan atas keterselesaian makalah kami. Di dalam
makalah ini tentunya terdapat berbagai kesalahan dalam penyusunannya, untuk itu kami
mohon maaf jika terdapat kesalahan. Dan semoga dengan adanya makalah ini kita
mendapat banyak pengetahuan baru. Sekian dari pemakalah, dan kami ucapkan terima
kasih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
http://trilito.blogspot.com/2016/06/makalah-kesejahteraan-masyarakat.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang hal-hal mengenai masalah dalam pengembanga masyarakat.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal-hal yang
dapat merangsang atau dapat mendorong pengembangan masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
PENYUSUN
H. HASAN, S.Pd. I
DAFTAR ISI