Family Folder Gede

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan

Cilamaya dengan Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga

Disusun oleh:
I Gede Karyasa
11.2016.087

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, 2018
Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas sel darah merah
yang membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Ibu hamil
dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan anemia defisiensi besi
yang bisa bertahan sepanjang usia awal anak dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan.1

Berdasarkan hasil studi awal Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
(PKGBM) pada tahun 2014 yang dilakukan di tiga provinsi yakni Provinsi Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa pevalensi anemia
pada ibu hamil sebesar 55% dan angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional (37.1%,
Riskesdas 2013), sehingga WHO mengkategorikan masalah ini sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang berat.1

Menurut Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa hanya ada 33.3% ibu hamil yang
mengkonsumsi minimal 90 TTD selama kehamilan. Sedangkan berdasarkan sebuah studi
formatif yang dilakukan di wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
(PKGBM) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa hanya 54.5% ibu hamil mengkonsumsi 90
TTD selama kehamilan. Alasan yang paling umum dikemukakan oleh ibu hamil untuk tidak
mengonsumsi penuh dosis TTD yang dianjurkan adalah efek samping.1

Peningkatkan konsumsi penuh TTD dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan


dengan didukung materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang tepat untuk tenaga
kesehatan. Hal tersebut mempunyai peran penting dalam memberikan informasi yang tepat
tentang konsumsi TTD dan risiko terkait anemia pada ibu hamil. Hal ini selanjutnya dapat
berdampak pada peningkatan pengetahuan dan meningkatkan perilaku konsumsi TTD.1
1.2. Tujuan
Dengan melakukan kunjungan ke rumah, diharapkan kita dapat melakukan analisa kasus
anemia dengan pendekatan keluarga, yakni:
1.2.1 Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarganya mengenai pentingnya kesehatan.
1.2.2 Memantau perkembangan penyakit pasien serta kepatuhan pasien menjalani terapi.
1.2.3 Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kepatuhan mengkonsumsi TTD terhadap
kesembuhan pasien.
1.2.4 Memberikan penyuluhan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesembuhan dan memperberat penyakit.
1.2.5 Mengidentiikasikan faktor resiko anemia dan menilai adanya faktor yang memperberat
anemia.

1.3. Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit anemia defisiensi
besi, yang umumnya terjadi pada ibu hamil.
1.3.1 Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit yang diderita dan penyebab penyakit
tersebut.
1.3.2 Kurangnya pengetahuan mengenai makna dari hidup bersih dan sehat baik di dalam
rumah maupun di lingkungan tempat tinggal pasien dan keluarga.

1.4. Sasaran
Sasaran pokok nya adalah pasien beserta dengan keluarga pasien.
Bab II

Metode dan Materi

Metode yang digunakan adalah penemuan penderita pasif (passive case finding).
Penemuan penderita pasif adalah kegiatan mendatangi pasien ke rumahnya dengan berdasarkan
data yang didapat dari puskesmas, atau dari pasien yang sedang berobat ke Puskesmas. Selain
Passive Case Finding, kita juga melakukan Active Case Finding pada keluarga pasien yaitu
melihat apakah anggota keluarga pasien menderita penyakit yang sama.
2.1 Metode
2.1.1 Mendapatkan data lengkap mengenai pasien dari aspek biologis, psikologis, dan
sosialnya.
2.1.2 Mendapatkan data lengkap mengenai keadaan rumah dan keluarga pasien.
2.1.3 Mendapatkan data lengkap tentang keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
2.1.4 Menganalisa dan memberikan penjelasan pada pasien mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi penyakit anemia.

2.2 Materi
2.2.1 Penyebab anemia.
2.2.2 Melakukan pemeriksaan medis yang rutin untuk memantau perjalanan penyakit
anemia.
2.2.3 Aturan dan Kepatuhan minum obat demi mencapai kesembuhan.
2.2.4 Upaya perilaku hidup bersih dan sehat.
2.2.5 Meningkatkan gizi agar daya tahan tubuh baik.
2.2.6 Upaya menciptakan rumah yang sehat.

Bab III
Kerangka Teori

Kebijakan Indonesia Sehat 2017 dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan
pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta
kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur maupun jenis kelamin.
Pelayanan kedokteran keluarga berorientasi komunitas yang bertitik tolak terhadap keluarga,
tidak hanya memandang sebagai seorang individu yang sakit, tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi mengunjungi secara aktif penderita maupun
keluarganya (IDI 1982). Tujuannya adalah terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota
keluarga. Pelayanan kedokteran keluarga dibagi menjadi 3 yaitu:
 Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
 Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah
 Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah
serta rawat inap di rumah sakit.

3.1 Kunjungan Rumah


Kunjungan rumah dilakukan petugas kesehatan puskesmas sebagai tindak lanjut upaya
promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas yang telah dilakukan kepada pasien dan
keluarga. Terutama kepada pasien yang mempunyai masalah kesehatan yang cukup berat dan
atau yang sepakat untuk melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut di rumah tangganya
(seperti menyemen lantai, membuat jamban keluarga, TOGA dan lain-lain). Untuk pasien dan
keluarga yang cukup mempunyai masalah penyakit yang cukup berat, kunjungan rumah
merupakan proses dalam membantu pemecahan masalah tersebut (konseling) di tingkat keluarga,
dalam hal ini berlaku prinsip-prinsip konseling.
Untuk pasien atau keluarga yang sepakat untuk melaksanakan tindak lanjut, kunjungan
rumah digunakan sebagai upaya supervise dan bimbingan sekaligus sebagai penghargaan jika
langkah-langkah tersebut terlaksana. Namun tidak jarang kunjungan rumah jenis ini dapat
berubah menjadi bimbingan konseling, bila ternyata langkah-langkah yang telah disepakati
belum terlaksana atau terkendala. Artinya, petugas puskesmas harus membantu keluarga tersebut
dalam mengatasi masalah atau kendala yang sedang dihadapi.
Tidak jarang bahwa kunjungan rumah yang semula dimaksudkan untuk
menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi konseling yang lebih luas. Hal ini
terjadi bahwa masalah yang dihadapi keluarga tersebut juga dihadapi oleh keluarga lainnya.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoetin.Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi.2
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin
darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam
sirkulasi. Ekspansi volume plasma di mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37.
Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan, dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22
ketika titik keseimbangan tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-
menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar
Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal, maka timbul anemia. Umumnya
ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari
33 %. 2
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sekitar 75 % anemia pada
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom pada apusan darah tepi.2
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua
pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air
ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan.2
Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan
produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama anemia defisiensi besi. Anemia
pada kehamilan dapat berakibat buruk baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh
transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama
sekali. 3,4,5
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus,
perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil,
masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.Mengingat besarnya dampak buruk
dari anemia defisiensi besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian
yang cukup terhadap masalah ini. Dengan diagnosa yang cepat serta penatalaksanaan yang tepat
komplikasi dapat diatasi serta akan mendapatkan prognosa yang lebih baik.3,4,5

3.2 PATOFISIOLOGI
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke
9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.6
Anemia defisiensi besi ditandai ciri-ciri yang khas, yaitu mikrositosis dan hipokromasia.
Anemia yang ringan tidak selalu menunjukan hal itu, bahkan banyak yang bersifat normositer
dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi
asam folat. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi adalah :6,7

 kadar besi serum rendah


 daya ikat besi serum tinggi
 protoporfirin eritrosit tinggi
 tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang

3.3 ETIOLOGI
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu hipervolemia yang menyebabkan
terjadinya pengenceran darah, kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi meningkat
serta gangguan pencernaan dan absorbsi. Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4
liter ke 6 liter, volume plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan
nilai hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi.
Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta.
Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam
sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua. Namun bertambahnya sel-sel darah
adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban
jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia
tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak
naik.2,8,9

3.4 GEJALA KLINIS


Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala,
bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia
bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular,
lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.2
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang
pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau
tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar.2
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk feritin di hati, saat konsumsi zat besi
dari makanan tidak cukup, feritin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat
rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat
lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput
lendir , kelopak mata, dan kuku pucat.8

3.5 DERAJAT ANEMIA


Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11
gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl,
kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. Klasifikasi anemia yang lain
adalah:2-4
 Hb 11 gr% : Tidak anemia
 Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
 Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
 Hb < 7 gr% : Anemia berat

3.6 TATALAKSANA
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per oral .Biasanya diberikan garam besi
sebanyak 600 – 1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat
dinaikan sampai 10 g/dl atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan
vitamin C dalam pengobatan mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion ferro
yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.10
Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per oral,
ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua.
Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intamuskulus dapat disuntikan dekstran besi
atau sorbitol besi. Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan.
Juga secara intravena perlahan–lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oksidum
sakkaratum, sodium diferat, dan dekstrat besi. Akhir-akhir ini Imferon banyak pula diberikan
dengan infuse dalam dosis total antara 1000 – 2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang
sangat memuaskan. Walaupun besi intravena dengan infus kadang – kadang menimbulkan efek
samping, namun apabila ada indikasi yang tepat, cara ini dapat dipertanggungjawabkan. 8

3.7 PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN


3.7.1 Pengaruh anemia terhadap kehamilan 10
a. bahaya selama kehamilan
 Risiko abortus
 Persalinan premature
 Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
 Mudah terjadi infeksi
 Ancaman dekompesasi kordia (Hb < 6 gr% )
 Mola hidatidosa
 Hiperemesis gravidarum
 Perdarahan antepartum
 Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan
 Gangguan his ( kekuatan mengejan)
 Kala I dan kala II berlangsung lama
 Kala III berisiko untuk terjadi retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena
atonia uteri
 Kala IV dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c. Pada waktu nifas
 Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
 Risiko infeksi puerperium
 Produksi ASI berkurang
 Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
 Anemia saat nifas
 Mastitis

3.7.2 Bahaya terhadap janin 10


 Abortus
 Intrauterine fetal death (IUFD)
 Persalinan premature
 Berat badan lahir rendah
 Kelahiran dengan anemia
 Dapat terjadi cacat bawaan
 Sistem imun tubuh bayi yang rendah  mudah terinfeksi
 Tahap intelligensi rendah

3.8 DIAGNOSA ANEMIA


Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat di tegakkan dengan :
3.8.1 Anamnesis
Pada anemnesis akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual, muntah lebih berat pada hamil muda. Bila terdapat keluhan
lemah, Nampak pucat, mudah pingsan, sementara masih dalam batas normal, maka
perlu dicurigai anemia defesiensi zat besi.
3.8.2 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama.
Pemeriksaan Hb dengan Spektofotometri merupakan standar, kesulitan adalah alat ini
hanya tersedia di kota. Di Indonesia penyakit kronik seperti : malaria dan tuberculosis
(TBC) masih relatif sering dijumpai sehingga pemeriksaan khusus darah tepi dan
sputum perlu dilakukan. Dengan pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan
defisiensi asam folat dan thalassemia. Pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV)
penting untuk menyingkirkan thalasemia. Bila terdapat batas MCV < 80 uL dan kadar
RDW (red cell distribution width) >14% mencurigai akan penyakit ini kadar
Hemoglobin Fetal (HbF) >2% dan HbA2 yang abnormal akan menentukan jenis
thalasemia.10

3.9 PENCEGAHAN DAN PENANGANAN ANEMIA


3.9.1 Pencegahan Anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu
tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk
pemeriksaan tinja sehingga di ketahui adanya infeksi parasit.10

3.9.2 Penanganan pada Anemia sebagai berikut: 4


 Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga
hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat
peroral sekali sehari.
 Anemia Sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti
sulfat ferosus atau glukonas ferosus.
 Anemia Berat
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil,
dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.

Bab IV
Pengumpulan Data

Puskesmas : Puskesmas Cilamaya

5.1 Identitas Pasien


5.1.1 Nama : Ny. S
5.1.2 Umur : 33 tahun
5.1.3 Jenis Kelamin : Perempuan
5.1.4 Pekerjaan : IRT
5.1.5 Pendidikan : Tamat SD
5.1.6 Alamat : Tegalwaru 11 / 02

5.2 Riwayat Biologis Keluarga


5.2.1 Keadaan kesehatan sekarang : Baik
5.2.2 Kebersihan Perorangan : Baik
5.2.3 Penyakit yang diderita : Anemia ringan
5.2.4 Penyakit keturunan : Tidak ada
5.2.5 Penyakit kronis/ keturunan : Tidak ada
5.2.6 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
5.2.7 Penyakit keluarga : Tidak ada
5.2.8 Pola makan : baik, 3 x sehari
5.2.9 Pola istirahat : Baik
5.2.10 Jumlah anggota keluarga : 4 orang

5.3 Psikologis Keluarga


5.3.1 Kebiasaan : Suami merokok
5.3.2 Pengambilan keputusan : Suami dan Istri
5.3.3 Ketergantungan obat : Tidak ada
5.3.4 Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
5.3.5 Pola Rekreasi : Jarang
5.4 Keadaan Rumah/ Lingkungan
5.4.1 Jenis bangunan : Permanen
5.4.2 Lantai Rumah : Keramik
5.4.3 Luas Rumah : 50m2
5.4.4 Penerangan : Baik
5.4.5 Kebersihan : Baik
5.4.6 Ventilasi : Baik
5.4.7 Dapur : Ada
5.4.8 Jamban keluarga : Ada jamban di dalam rumah
5.4.9 Sumber air minum : Aqua gallon
5.4.10 Sumber pencemaran air : Tidak ada
5.4.11 Pemanfaatan perkarangan : Tidak ada
5.4.12 Sistem pembuangan limbah : Tidak ada
5.4.13 Tempat pembuangan sampah : Ada
5.4.14 Sanitasi lingkungan : Baik

5.5 Keadaan Sosial dan Ekonomi


5.5.1 Ketaatan beribadah : Baik
5.5.2 Keyakinan tentang kesehatan : Kurang
5.5.3 Tingkat pendidilkan : Kurang
5.5.4 Hubungan antar anggota keluarga : Baik
5.5.5 Hubungan dengan orang lain : Baik
5.5.6 Keadaan ekonomi : Kurang, suami Buruh Tani

5.6 Keluhan dan diagnosis


Keluhan utama : Sering merasa pusing
Keluhan tambahan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang : G3P2A0 Hamil 10 minggu
Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik : TD 110/70, N; 88x/m, RR; 20x/m, Suhu: 36,8 C
Diagnosis Penyakit : G3P2A0 Hamil 10 minggu
Diagnosis Keluarga : Tidak ada

5.7 Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


 Promotif: Menjelaskan Tentang pentingnya meminum tablet tambah darah pada saat hamil
dan kemungkinan masalah yang di hadapi jika tidak meminum tablet tambah darah.
 Preventif: mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperi daging ayam, sapi,
ikan, telur, bayam, kacang-kacangan
 Kuratif : Meminum obat penambah darah , dan memantau kehamilan secara berkala di
posyandu atau puskesmas
 Rehabilitatif: Menjaga kehamilan dengan, menjaga berat badan agar tidak berlebih,
memperbaiki Gizi keluarga untuk meningkatkan sistem imun keluarga.

5.8 Prognosis
Penyakit : Bonam
Keluarga : Bonam
Masyarakat : Bonam
Bab V
Pembahasan

Pasien bernama Sringatun usia 33 tahun, tinggal di daerah Tegalwaru Rt 04/08. Lingkungan
pertama yang kami lewati dengan jarak 3 km dari Puskesmas. Sumber air minum pasien berasal
dari air gallon, sedangkan untuk mencuci pakaian dan mandi pasien menggunakan air PAM. Air
limbah langsung di alirkan ke selokan. Jamban dalam rumah tersedia.
Kondisi Rumah pasien cukup baik, sudah menggunakan tembok dan semipermanen, terdiri
dari 1 lantai. Ventilasi rumah baik, .Lantai rumah pasien terbuat dari keramik, kebersihan rumah
terjaga. Pencahayaan pada rumah baik. Luas Bangunan rumah pasien adalah 30m2, sehingga
jarak antar anggota keluarga 4x4 m.
Bab VI
Penutup

6.1 Kesimpulan
Kondisi pasien dan keluarga umumnya cukup sehat. Keadaan rumah / Lingkungan serta
keadaan sosial dan ekonomi pasien cukup baik. Pasien kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi zat besi seperti daging merah, ikan, telur, bayam dan kondisi pasien yang
sedang mengandung anak kedua.

6.2 Saran
a. Kepada Pasien.
 Mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi seperti daging merah,
ikan, telur, bayam
 Selalu mengontrol tekanan darah dan gula darah pasien serta melakukan Edukasi
terhadap penyakit pasien.
 Menghindari terpapar asap rokok dari pasangan
 Melakukan kunjungan rutin ke posyandu atau puskesmas dan mengikuti kelas ibu
hamil

b. Kepada Puskesmas
 Pasien mengeluhkan bahwa jarak rumah ke puskesmas sangat jauh sehingga
terkadang pasien merasa malas untuk berobat ke puskesmas, untuk
mengantisipasinya, puskesmas perlu mengusahakan puskesmas keliling secara
rutin.
 Melakukan kegiatan Promotif yaitu dengan penyuluhan karena masih banyak
pasien yang kurang edukatif dan sadar akan penyakitnya
Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI, Millenium Challenge Acount-Indonesia. Pedoman program


pemberian dan pemantauan pemantauan mutu tablet tambah darah untuk ibu hamil.
Jakarta : 2015.h.8-9.
2. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan,Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, EGC : 1998; hal. 29-32
3. DeCherney A, Nathan L, Laufer N, Roman A. Hematologic Disorder in Pregnancy in Current
Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th edition, Mc Graw Hill ; 2008.
4. Hudono S.T., Penyakit darah. Dalam : Winkjosastro H, Saifuddin A.B., Rachimhadhi T
(editor). Ilmu kebidanan, edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Praworiharjo, Jakarta; 1994. hal 448-51.
5. Huch R, Breymann C. Anaemia in pregnancy and the puerperium. International
Medical Publishers Bremen; 2005
6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W.I, Setiowulan W (Editor). Kapita selekta
kedokteran, edisi ke-3. Media Aesculapius FKUI,Jakarta; 1999. hal. 549-50
7. Samuels P. hematological Complications of Pregnancy. Dalam :gabbe: Obstetrics-
Normal and problem Pregnancies, 4th ed. Churshill Livingstone; Philadelphia: 2002.
hal. 1179
8. Hercberg G, Galan P, Preziosi P, et al.Consequences of iron deficiency in pregnant
women. Clin Drug Invest 2000; 19 Suppl. 1:1-7.
9. Bernard J. Brabin, Mohammad Hakimi and David Pelletier, An Analysis of Anemia and
Pregnancy-Related Maternal Mortality, Journal of Nutrition.2001;131:604S-615S
10. Corwin E.J. Anemia in Handbook of Pathophysiology, 3rd ed, Lippincott William and
Wilkins, USA ; 2008: pg 410-9.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai