Anda di halaman 1dari 3

Nama: dr.

Agustria Anggraeny Silali S

Penyebab, Cara, dan Mekanisme dari Kematian


1. Penyebab kematian adalah adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan
kekacauan fisik pada tubuh yang menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut
ini adalah penyebab kematian: luka tembak pada kepala, luka tusuk pada dada,
adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis koronaria.
2. Mekanisme kematian adalah kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab
kematian yang menghasilkan kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat
berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung. Ada yang dipikirkan adalah
bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian dapat diperoleh dari beberapa
penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal karena
perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas
dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya. Kebalikannya adalah
bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat
menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya
perdarahan atau peritonitis.
3. Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang. Cara
kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat
memiliki banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme,
penyebab kematian dapat memiliki banyak cara). Seseorang dapat meninggal
karena perdarahan masif (mekanisme kematian) dikarenakan luka tembak pada
jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian secara pembunuhan (seseorang
menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri), kecelakaan (senjata jatuh),
atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi). Kematian
adalah berakhirnya proses kehidupan seluruh tubuh, proses yang dapat dikenal
secara klinis dengan tanda kematian berupa perubahan pada tubuh mayat.

Jenis Kematian
Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama
lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan
ikut berpengaruh. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).
1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan
dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan.
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
5. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum.
Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang
secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.

Tanda Pasti Kematian


Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Setelah beberapa waktu timbul
perubahan paska mati yang jelas, sehingga memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih
pasti.Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa:
1. Lebam mayat / hipostatis / lividitas paska mati / Livor mortis adalah salah satu tanda
kematian, yaitu mengendapnya darah ke bagian bawah tubuh, menyebabkan warna
merah-ungu di kulit. Karena jantung tidak lagi memompa darah, sel darah merah
yang berat mengendap di bawah serum karena gravitasi bumi. Warna ini tidak
muncul di daerah-daerah yang berhubungan dengan benda lain karena kapilari
tertekan. Livor mortis dimulai sekitar 20 menit sampai 3 jam setelah kematian.

2. Rigor mortis atau kaku mayat terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena
pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan
myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis
akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai
maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur
menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan
maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan
suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor
mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh
persendian tubuh. Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku
jenazah adalah:

1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan
menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan
atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.
2.Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang
tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga
terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai
otot.

3. Penurunan suhu tubuh

4. Pembusukan –> Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan


karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna
kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau
busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi
menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut,
wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah
terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit
infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat

5. Mummifikasi –> Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh
akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan
akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak
membusuk.

6. Adiposera –> Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna


keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja
lipase endogen dan enzim bakteri. Faktor yang mempermudah terbentuknya
adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere
membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif
resisten terhadap pembusukan.

Anda mungkin juga menyukai