F.71
Oleh :
NIM 1730912320049
Penguji :
dr. H. Achyar Nawi Husin Sp. KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Usia : 22 tahun
Pendidikan : -
Agama : Islam
A. KELUHAN UTAMA
Bicara sendiri
KELUHAN TAMBAHAN
1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Heteroanamnesis
pukul 13..00 WITA pada 18 Juli 2018. Pasien sempat dirawat di RS Moch Ansari
Saleh pada tanggal 25 Mei 2018 dengan keluhan mengamuk. Pasien mengamuk
tidak mau masuk ke rumah dan menyiram seluruh tubuh dengan air. Menurut
paman pasien, sebelum dirawat di RS pasien sering susah tidur. Pasien juga sering
terlihat gelisah dan sering mondar-mandir tanpa alasan dirumah. Paman pasien
juga merasa, pasien gampang marah atau menangis saat ditegur atau saat
tahun. Awalnya sejak pasien tinggal dengan paman dan tante pasien terlihat
seperti anak-anak lainnya dan masih mau bermain dengan teman sebayanya. Lalu
saat masuk SD kelas 1 guru pasien mengeuhkan bahwa pasien suit diajak belajar
disekolah, saat diajak belajar pasien hanya menundukkan wajah atau menutup
Namun pasien tidak langsung disekolahkan. Sejak saat itu pasien terlihat sering
bicara sendiri, saat diajak bicara terkadang tidak nyambung dan tidak mau diajak
memindahkan barang dirumah dan tidak ingat lagi dimana meletakkan barang
tersebut. Pasien juga jadi pendiam dan sering melamun. Saat disuruh melakukan
dengan benar. Namun pasien dapat buang air kecil dan buang air besar pada
tempatnya, bisa memakai baju sendiri, bisa makan sendiri serta membereskan dan
mencuci peralatan makan saat selesai makan. Sampai saat ini pasien masih
2
dimandikan oleh tantenya karena jika pasien mandi sendiri, mandinya tidak
bersih.
Pada tahun 2011 pasien disekolahkan di SLB dan bersekolah selama 5 tahun.
Namun pada tahun 2016 pasien tidak lanjut sekolah lagi. Menurut pengakuan
paman dan tante pasien, pasien tidak bisa membaca dan menulis. Disaat waktu
luang pasien lebih sering menonton televisi, tidur atau melihat sepupunya main
Menurut paman pasien, sejak keluar dari rumah sakit keadaan pasien jauh
lebih baik dari sebelumnya. Emosi pasien lebih stabil, pasien sudah jarang marah-
marah atau menangis tanpa sebab, tidak ada keluhan susah tidur, namun pasien
masih sering bicara sendiri. Pasien juga terkadang masih tidak nyambung saat
diajak bicara dan interaksi sederhana dengan orang lain juga lebih baik dari
sebelumnya. Nafsu makan pasien juga baik dan pasien sangat kuat minum.
Autoanamnesis
rumah pasien. Pasien mengaku dibawa ke Rumah Sakit karena mengamuk saat
bilang karena merasa sangat kesal. Pasien mengaku tidak pernah melihat
tertawa namun saat pertanyaan diulang lagi pasien mengatakan tidak ada
mendengar suara bisikan apapun. Pasien mengaku senang mengisi waktu luang
dengan menonton india atau tidur. Pasien juga mengaku senang saat diajak jalan-
3
Saat disuruh menebak angka yang diperlihatkan oleh pemeriksa secara
berurutan, pasien bisa menjawab dengan benar, namun saat pemeriksa menjukkan
angka secara acak, pasien tidak bisa menjawab dengan benar. Pasien hanya bisa
menyebutkan angka secara berurutan, pasien juga tidak bisa menyebutkan huruf
apa yang ditulis oleh pemeriksa. Saat pasien diminta menuliskan huruf yang diberi
berusia sekitar 6 tahun. Lalu sejak tahun 2012 pasien mengikuti rawat jalan di RS
Moch Ansari Saleh. Namun pada bulan Mei 2018 pasien dirawat inap karena
mengamuk.
Paman pasien mengatakan sejak tinggal serumah dengan pasien, pasien tidak
kejang demam, maupun epilepsi. Pasien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit
sebelumnya.
a) Riwayat Prenatal
Pasien diasuh oleh Ibu dan Ayah pasien sehingga keluarga yang mengasuh
4
c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,8-3 tahun) Autonomy vs
Pasien diasuh oleh Ibu dan Ayah pasien sehingga keluarga yang mengasuh
Guilt
tinggalnya.
Confusion
Pada saat ini .pasien lebih pendiam dan sering melamun. Namun saat
memainkan handphone.
h) Riwayat pendidikan
Pasien sempat bersekolah di SD Negeri Telaga Biru 1 saat kelas 1 SD, lalu
i) Riwayat pekerjaan
5
Pasien tidak bekerja.
j) Riwayat perkawinan
k) Riwayat keagamaan
Pasien dulunya masih mau disuruh sholat, namun beberapa tahun terakhir
l) Riwayat psikoseksual
n) Riwayat hukum
bersama paman dan tantenya. Ayah pasien meninggal saat pasien berusia 6 tahun
dan ibunya pergi meninggalkan pasien tidak lama saat ayahnya meninggal. Saat
ini pasien tidak sekolah, dan tidak bekerja. Pasien mengisi waktu kosongnya
6
G. RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Keterangan:
= Penderita
/ = Laki-Laki / Perempuan
1. Status Interna :
Nadi : 92 x/menit
SpO2 : 98%
7
Kulit
Inspeksi : normosefali
Mata
iiiperdarahan (-), mata berair (-), ptosis (-), pandangan kabur (-),
Telinga
Hidung
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),
leukoplakia (-)
Toraks
8
Palpasi : fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
hernia (-)
Perkusi : timpani
(-)Nyeri tekan (- - - -
- - -
- - -
Punggung
Ekstremitas
9
Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)
2. Status Neurologis
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien mengenakan baju rumah berwarna putih, perawakan berisi tidak tampak
terlalu kurus atau gemuk, warna kulit sawo matang, tampak terawat, tenang,
cukup lambat.
B. Keadaan
1. Mood : euthym
10
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi
4. Hidup Emosi
Stabilitas : stabil
Dalam/dangkal : Dangkal
C. Fungsi Kognitif
Orientasi
Daya ingat
Segera : Baik
menggambarnya.
11
Pikiran abstrak : jelek
D. Gangguan persepsi
Halusinasi (A / V / T / O / S ) : – / –/ – / – / –
Ilusi (A / V / G / T / O) :–/–/–/–/–
E. Pikiran :
1. Proses pikir
G. Daya Nilai
Tilikan :1
12
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
sering bicara meracau, tidak mau bermain dengan anak seusianya, sulit
berumur 6 tahun.
2. pasien tidak bisa mandi dengan bersih, sehingga sampai saat ini masih
sempat berhenti saat menjawab pertanyaan, & isi pikir : tidak ada
waham.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Masalah Pendidikan
13
Aksis V : GAF Scale 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang.
VII. PROGNOSIS
14
Asam folat 2x1
a. Terapi perilaku
perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan
memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang tidak
b. Terapi kognitif
instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental
c. Terapi psikodinamika
d. Pendidikan Keluarga
15
X. DISKUSI
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai
dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai
(PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
baik dalam fungsi intelektual maupun prilaku adaptif yang diekspresikan dalam
Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) adalah sama
16
Hal-hal yang menyebabkan keterbelakangan mental antara lain :
A. Kelainan Kromosom
i. Sindrom Down
disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai
dengan retardasi mental serta anomali fisik yang beragam. Untuk seorang ibu usia
pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma Down adalah
kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah cirri yang menumpang
pada sindrom Down. Sebagian besar pasien berada dlam kelompok retardasi
sedang sampai berat., hanya sebagian kecil yang memiliki IQ di atas 50.
Diagnosis sindrom Down relative mudah pada anak yang lebih besar tetapi
seringkali sukar pada neonates. Tanda yang paling penting pada neonates adalah
hipotonia umum, fisura palpebra yang oblik, kulit leher yang berlebihan,
tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah yang menonjol.
Dapat dilihat juga tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal pada
dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X.1 Diyakini terjadi pada kira-
kira 1 tiap 1000 kelahiran laki-laki dan 2000 kelahiran perempuan. Derajat
retardasi mental terentang dari ringan sampai berat. Ciri perilakunya adalah
17
fungsi bahasa adalah pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan kelainan
2010).
Kelianan ini akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15, biasanya
terjadi secara sporadic. Prevalensinya kurang dari 1 dalam 10000. Orang dengan
sindrom ini menunjukkan perilaku makan yang kompulsif dan sering kali
tangan dan kaki yang kecil. Anak –anak dengan sindrom ini seringkali memiliki
dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing yang khas (disebabkan oleh kelainan
laring) yang memberikan nama sindrom secara bertahap berubah dan menghilang
mental adalah jauh lebih jarang terjadi dibandingkan Sindrom Down (Kaplan,
2010).
18
B. Faktor Genetik Lain
makan amat dikontrol (Salmiah, 2010). PKU ditransmisikan dengan trait Mendel
autosomal resesif yang sederhana dan terjadi pada kira-kira yang di institusi
adalah kira-kira 1 persen dalam setiap 10.000 sampai 15.000 kelahiran hidup.
Bagi orang tua yang telah memiliki anak dengan PKU, kemungkinan memiliki
anak lain dengan PKU adalah satu dalam setiap empat sampai lima kehamilan
Sebagian besar pasien dengan PKU mengalami retardasi yang berat, tetapi
gambaran klinis bervariasi, anak PKU tipikal adalah hiperaktif dan menunjukkan
perilaku yang aneh dan tidak dapat diramalkan, yang menyebabkan sulit
menunjukkan gerakan aneh pada tubuhnya dan anggota gerak atas dan manerisme
memutir tangan, dan perilaku mereka kadang-kadang meyerupai anak autistic atau
tidak ditemukan. Koordiansi anak adalah buruk, dan mereka memiliki banyak
C. Faktor Prenatal
19
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat
melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental
yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir
dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab
kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat
(Salmiah, 2010).
D. Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan berat
badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis
seorang anak dapat berubah secara dramatik akibat penyakit atau trauma fisik
20
efek merugikan pada perkembangan atau keterampilan anak tampak setelah
gangguan. Beberapa penyebab yang didapat pada masa anak-anak antara lain :
1. Infeksi.
2. Trauma kepala
Tetapi, lebih banyak cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan di rumah
tangga, seperti terjatuh dari tangga. Penyiksaan anak juga suatu penyebab cedera
kepala.
3. Masalah lain
Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia jarang terjadi. Satu
penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah afiksia yang berhubugan dengan
berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan kemoterapi juga dapat merugikan fungsi
otak
sosial yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual, penelantaran atau
kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam
21
yang telah dikenali pada kasus tersebut (Salmiah, 2010).
buruk dan gizi maternal yang buruk. Kehamilan remaja sering disertai dengan
penyulit obstetric, prematuritas, dan berat badan lahir rendah. Perawatan medis
setelah kelahiran buruk, malnutrisi, pemaparan dengan zat toksin tertentu seperti
timbale dan trauma fisik adalah serig terjadi. Ketidakstabilan keluarga, sering
pindah, dan pengasuh yang berganti-ganti tetapi tidak adekuat sering terjadi.
Selain itu, ibu dalam keluarga tersebut sering berpendidikan rendah dan tidak siap
Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh ganguan mental parental
yang parah. Gangguan tersebut dapat menganggu pengasuhan dan stimulasi anak
dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan demikian menempatkan anak pada
resiko perkembangan. Anak-anak dari orang tua dengan gangguan mood dan
3. DIAGNOSIS
bahwa semua ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada
22
setiap individu, tetapi ada ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada
dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
lingkungan sosial biasa sehari – hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai
yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu
1. Fungsi intelektual dibawah rata – rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa
secara individual.
individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari
23
kehidupan rumah-tangga, ketrampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :
IQ = MA/CA x 100%
tanggal lahir
bahwa perilaku anak sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang
24
A. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran. Terdapat
riwayat keluarga retardasi mental, hubungan darah pada orangtua, dan gangguan
herediter. Juga dapat menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim emosional
B. Wawancara Psikiatrik
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah
pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin
pasien dan dari riwayat penyakit. Sangat membantu jika memeriksa pasien dan
pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses
diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang memadai. Dukungan dan
pujian harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan pengertian
pasien.
klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus
25
pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan maturitas pertahanan pasien
harus dinilai. Juga penting adalah citra diri dan peranannya dalam perkembangan
keyakinan diri, dan juga penilaian keuletan, ketetapan hati, keingintahuan, dan
C. Pemeriksaan Fisik
ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal. Sebagai
diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang hidung yang datar,
alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan retina yag
letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi
geligi. Lingkaran kepala harus diukur sebagai bagian dari pemeriksaan klinis.
Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum dengan lengkung yang tinggi,
ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran anak dan batang tubuh dan ekstremitasnya
26
adalah bidang lain yang digali (Kaplan, 2010).
D. Pemeriksaan Neurologis
ringan. Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep
E. Tes Laboratorium
gangguan kromosom.
tahun.
27
teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukan
pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu. Hasilnya tersedia dalam waktu singkat
(beberapa jam atau hari), dan jika kehamilan adalah abnormal, keputusan untuk
F. Pemeriksaan Psikologis
4. KLASIFIKASI
Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai
28
tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis dan banyak masalah
epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
bervariasi, ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain
pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh
besar pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi,
29
harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.
- Gambaran klinis
Keterampilan visuospasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
yang tepat, penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan
rumah tangga.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus. Biasanya
30
ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas,
seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan
perkembangan pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
5. PENATALAKSANAAN
berbagai faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah
A. Pencegahan Primer
31
tentang retardasi mental.
• Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
pusat.
dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah,
pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai program
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali,
sekunder) dan untuk menekan sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya
(pencegahan tersier).
hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan
perilaku yang memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang
terbatas yang dimiliki anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang
32
dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan anak.
dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi
retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup nyata dan
dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi
mungkin berguna.
perilaku agresif dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk perilaku yang
relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien
33
c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan
retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri
memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental,
konteks keluarga.
menerus dari terapi keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk
terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan masa depan anak.
Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua informasi medis dasar dan
terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti
d. Intervensi farmakologis
pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang
pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak
medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi
mental:
34
Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith) berguna
dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri. Antagonis narkotik
sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi kriteria diagnostik untuk
gangguan austik infantile. Satu hipotesis yang diajukan sebagai mekanisme kerja
(Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang juga bermanfaat
Beberapa anak dan orang dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi mental
mental dan gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat
35
dalam kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas.
DIAGNOSIS
pasien. Pasien datang dengan keluahan tidak dapat focus. Pasien sudah berusia 15
tahun dan masih duduk di bangku kelas 6 SDLB. Selain itu, pasien sudah 3 tahun
tidak naik kelas. Pasien suka membolos pelajar sekolah, cenderung tidak memiliki
rumahnya.
(PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan social. Retardasi mental dapat terjadi
dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hendaya perilaku
adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan social terlindung dimana sarana
pendukung cukup tersedia, hendaya inimungkin tidak tampak sama sekali pada
Pada pasien ini tidak dilakukan Tes IQ, dimana menurut PDGJ, nilai IQ
dapat turut membantu untuk penegakan diagnosis dari retardasi mental dan dapat
36
mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga
dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan
lambat dari normal. Hal ini terbukti bahwa pasien bias membereskan tempat
tidurnya sendiri, masak mie instan dan air panas untuk keperluan pasien itu
sendiri.
Penyebab dari retardasi mental pada pasien mungkin dapat disebabkan oleh
infeksi yang terjadi saat masa kehamilan dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa
saat kehamilan ibu pernah mengalami keputihan dan ibu berobat ke dokter
menggunakan alat. Keluhan ini pasien alami sebanyak 3 kali selama masa
kehamilan. Keputihan yang dialami oleh ibu pasien memang belum dapat
dipastikan sebagai penyebab utama dari retardasi mental yang terjadi pada pasien,
Tatalaksana pada pasien ini adalah terapi perilaku, terapi kognitif, terapi
mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien. Terapi kognitif
dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu
retardasi mental dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Retardasi Mental. Sinopsis Psikiatri Ilmu
38