Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEADAAN IKLIM MADIUN MENGGUNAKAN

KLASIFIKASI MOHR, SCHDMIT


FERGUSSON,KOPPEN,THORNWAITE,OLDEMAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Meteorologi dan Klimatologi

yang dibina oleh Drs.Dwiyono Hari Utomo,Mpd.,Msi

Meitha Christiana Halim

140721600889

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

November 2015
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim negara dan daerah
masing – masing ke dalam beberapa jenis metode
2. Mahasiswa dapat mengeatahui pengukuran golongan ikli,
menggunakan metode Mohr, Koppen ,Oldeman, Schdmit Fergusson,
Torhnwaite
B. Alat dan Bahan
Alat
1.Microsoft Excel
2. Kertas
3. alat print
Bahan
1. Data curah hujan Madiun
2. Data suhu Madiun
3. Data suhu Negara Pakistan ,
C. Dasar Teori

Iklim Mohr

Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kembapan dari


bulan-bulan sepajang tahun yaitu. Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih dari
100mm,maka bulan ini dinamakan bulan basah;jumlah curah hujan ini
melampaui penguapan.

Iklim schimdt dan ferguson

Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan
perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia. Kriteria yang
digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara
bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 10% (Q = BK / BB x
100%).Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem
klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan
bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-
Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang
kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :
1) Bulan Basah (BB) Bulan dengan curah hujan > 100 mm
2)Bulan Lembab (BL) Bulan dengan curah hujan antara 60 –100mm
3)Bulan Kering (BK) Bulan dengan curah hujan < 60 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang
dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu :
Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim
Nilai Q (%)
Keadaan Iklim dan Vegetasi

< 14,3: Daerah sangat basah, hutan hujan tropika

B
14,3 – 33,3: Daerah basah, hutan hujan tropika
C
33,3 – 60,0: Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim
kemarau
D
60,0 – 100,0 : Daerah sedang, hutan musim
E
100,0 – 167,0: Daerah agak kering, hutan sabana
F
167,0 – 300,0: Daerah kering, hutan sabana
G
300,0 – 700,0 : Daerah sangat kering, padang ilalang
H
> 700,0 : Daerah ekstrim kering, padang ilalang
Iklim Koppen

Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman)
membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban
udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu
Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing
daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.

1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:

· suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,

· suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,

· curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan

· tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri
sebagai berikut:
· Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa);
· Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar;
3. Iklim C atau iklim sedang.
Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -3°C.
4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari
10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.
5. Iklim E atau iklim kutub .
Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah
lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.
Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi
beberapa macam iklim, yaitu:
1. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu
sebagai berikut:

a. Af = Iklim panas hujan tropis.

b. As = Iklim savana dengan musim panas kering.

c. Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.

d. Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.

2. Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:

a. Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan


iklim lembab dari iklim A, C, dan D.
b. BW = Iklim gurun.
3. Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:
a. Ø Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau
iklim lembab agak panas kering.
b. Ø Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau
iklim lembab dan sejuk.
c. Ø Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan.
4. Ø Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu:
a) Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
b) Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab

5. Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu:

a.Ø ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpana


antarasampai 10°

b. Ø Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi


Iklim Thornthwaite

Menurut C.W Thornwaite (1993) membuat klasifikasi iklim


berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga
selain jumlah curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari
pada penguapannya kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite
menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipatation effectiveness) atau
ratio P-E sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi dengan
jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan,yaitu ratio P-E=P/E jumlah 12
bulan ratio P-E disebutkan indeks P/E.

Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di


komfermasikan dengan penyebaran curah hujan musiman.penyebaran curah
hujan musiman dibedakan:

r = curah hujan banyak pada setiap musim.

s = defisit curah hujan pada musim panas

w = defisit curah hujan pada musim dingin

d = defisit curah hujan pada setiap musim

Iklim Oldeman

Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia


dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau
kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis
klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian
tanaman pangan di Indonesia.

Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi


dan palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih
maju karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi
matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman.
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang
dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia
membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada
kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut.
Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah
(BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan
memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air pada
tanaman

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm

Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm

Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100
mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan


ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.

Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan


pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub
divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering
berturut-turut.

Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.

Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.

Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.

Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.

Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.

Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang d

D. Langkah Kerja
1. Kumpulkan data yang berasal dari daerah madiun
2. Kumpulkan data suhu dari negara yang akan dihitung
3. Hitung data menggunakan rumus Mohr
Mencari jumlah curah hujan per tahun dan per bulan , dan mencari rata –
rata curah hujan per bulan dan per tahun. Kemudian klasifikasikan per bulan
tersebut masuk dalam bulan basah(>100mm),bulan kering(<60), bulan
lembab(60-100)
4. Hitung dengan menggunakan rumus Schdmit dan fergusson
(Q = BK / BB x 100%).
5. Hitung dengan menggunakan rumus koppen
Menentukan aw, am, af . Dengan menggunakan r = curah hujan tahunan
dalam inchi
6. Hitung dengan menggunakan rumus Thornwaite
Thornwaite menghitung ratio keefektifan curah hujan atau ratio
P(Prespitasi)-E(Evaporasi) = 115[P/T-10]10/9
12

Indeks P-E = ∑ 115[PI/Ti – 10]10/9


I =1

7. Hitung data menggunakan rumus Oldeman


Mengklasifikasikannya berdasarkan curah hujan per bulan
Bulan basah(curah hujan >200m),(curah hujan<100mm), bulan lembab(100-
200)

E. Hasil Praktikum

F. Pembahasan

Perhitungan data dari daerah Madiun menggunakan rumus Mohr, Scdmith,


fergusson, Koppen, Thornwaite , dan oldeman mempermudah klasifikasi
berdasarkan pendapat para ahli tersebut.

a. Berdasarkan klasifikasi iklim Mohr


Pengklasifikasian iklim mohr dibagi berdasarkan hasil penguapannya.
Bulan basah(jumlah curah hujan ini melampaui penguapan), bulan
kering(penguapan lebih banyak daripada curah hujan), bulan lembab(curah
hujan dan penguapan seimbang). Di madiun penguapan terkecil terjadi di
bulan januari sampai mei.November dan desember juga terjadi penguapan
terkecil.Penguapan terbesar terjadi pada agustus sampai september
b. Berdasarkan klasifikasi Scdmit dan fergusson
Pengklasifikasian iklim scdmit dan fergusson berdasarkan curah hujan dapat
dijabarkan sebagai berikut. Bulan Basah (BB) Bulan dengan curah hujan >
100 mm,bulan Lembab (BL) bulan dengan curah hujan antara 60 –100mm
bulan Kering (BK) Bulan dengan curah hujan < 60 mm. Daerah Madiun
termasuk daerah hutan hujan tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi
termasuk iklim schdmit dan fergusson tipe b.
c. Iklim Koppen
Iklim koppen membagi klasifikasinya ke dalam beberapa tipe iklim
A,B,C,D,E. Iklim tersebut dibagi berdasarkan jumlah vegetasi yang ada
yang akan mempengaruhi curah hujan dan akan mempengaruhi suhu.
Berdasarkan perhitungan yang ada Negara – Negara yang ada Bengasi
,spring , dan Pakistan merupakan daerah dengan 3 vegetasi yang rata – rata
sama. Di Madiun memiliki iklim koppen dengan vegetasi yang lebat dan
curah hujan yang tinggi.
d. Iklim Thornwaite
Iklim ini untuk mengklasifikasikan iklim daerah berdasarkan golongan
kelembabannya dan keefektifan tanamannya. Menggunakan rumus
Prespitasi dikurangi Evaporasi. Daerah Madiun termasuk kedalam golongan
kelembaban basah , keefektifan tanaman yang ada di daerah ini adalah hutan
hujan.
e. Iklim Oldeman
Iklim Oldeman digolongkan berdasarkan keberurutan bulan basah dan bulan
kering tanpa memperhitungkan suhu. Di Madiun termasuk iklim Oldeman
golongan D3 dengan satu kali sampai dua kali periode panen.
G. Kesimpulan
Madiun terletak di lintang selatan, yang memiliki curah hujan yang
Cukup tinggi. Berada pada letak lintang yang tinggi sehingga penguapan
relatif tinggi.

Daftar Rujukan

1.http://dokumen.tips/documents/klasifikasi-iklim-mohr.html(diakses
tanggal 27 November 2015)
2. klasifikasi_iklim(SECURED) (diakses tanggal 27 November 2015)
3. Meteorologi dan Klimatologi, Utomo Hari Dwiyono,
4. http://dokumen.tips/download/link/klasifikasi-iklim-
55b085a077b98(diakses 3 Desember 2015)

Anda mungkin juga menyukai