Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dewi Meliana

NIM : 1808020084

Tugas Profesionalismme Islam

KEUNTUNGAN BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan bisnis ekonomi merupakan upaya yang dilakukan manusia


untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Dalam melakukan bisnis
ekonomi pada dasarnya setiap orang memiliki organisasi bisnis, maupun
pengelola yang mempunyai kewenangan menjalankan organisasi bisnisnya,
ataupun menjadi keduanya (pemilik sekaligus pengelola), dengan tuntunan
ditembuh dengan cara benar dan halal. Kegiatan bisnis barang dan jasa itu
haruslah berupa barang dan jasa yang halal dalam pandangan syariat atas dasar
sukarela (taradhin). Prinsip sukarela dan keadilan merupakan prinsip yang harus
dipegang, baik dalam lingkungan intern (organisasi) maupun dengan pihak luar
(partner maupun pelanggan).
Ekonomi Islam memandang keuntungan dalam bisnis tidak hanya berupa
profit (laba) yang bersifat materi saja, namun ada juga pandangan tentang
keuntungan non materi yaitu berupa benefit, yang diterjemahkan dengan
keberkahan. Sehingga dirumuskan bahwa laba ditambah keberkahan akan
menghasilkan maslahat, yakni kesuksesan di dunia dan akhirat. Strategi bisnis
mengarah pada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip bisnis dalam
islam.
Dalam bisnis ekonomi, seluruh proses tidak boleh ada yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang islami. Selama proses bisinis dapat dijamin atau
tidak terjadi penyimpangan terhadap prinsip syariah, maka setiap transaksi
apapun dalam bisnis atau pemasran dapat diperbolehkan. Jadi dari
permasalahan diatas, oleh karena itu diperlukan pembahasan yang lebih
terperinci dan mendalam mengenai keuntungan dalam bisnis islami.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah mahasiswa dapat memahami keuntungan bisnis dalam perspektif
islami ?
2. Apakah ada pengaruh etika bisnis islam dalam keuntungan bisnis islami?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami terkait keuntungan bisnis dalam perspektif islami
2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh etika bisnis islam keuntungan
usaha dalam perspektif islam.
1.4 Manfaat
Manfaat dalam makalah ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan pada mahasiswa terkait keuntungan bisnis dalam
perspektif islami
2. Untuk menerapkan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
melakukan bisnis secara islami
BAB II
ISI

A. Konsep Etika Bisnis Islam


Konsep Etika Bisnis Islam Sering kali, istilah “etika” dan “moral”.
Etika dalam bahasa yunani berarti “etos” yang berarti “kebiasaan”,
sinonimnya adalah “moral”, juga berasal dari bahasa yang sama “mores”
yang berarti “kebiasaan”. Sedangkan bahasa arabnya “akhlak”, bentuk
jamak dari mufradnya “khuluq” artinya “budi pekerti”. Keduanya bisa
diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat (custom atau mores) yang
menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang
dianggap benar atau baik. Kemudian, pandangan Al Qur’an tentang bisnis?
Bisnis merupakan salah satu hal yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Tidak heran jika Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan
Sunnah Nabi SAW memberi tuntunan menyeluruh berkaitan dengan
interaksi dalam bidang usaha dagang. Rasulullah SAW yang diutus oleh
Allah SWT sebagai penyempurna akhlak juga memberi tuntunan yang
berkaitan dengan bisnis. Al-Qur’an dalam mengajak manusia untuk
mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek
kehidupan seringkali menggunakan istilah-istilah yang dikenal dalam dunia
bisnis, seperti jual-beli, untung-rugi dan sebagainya. “Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh.(Itu telah menjadi) janji yang benar dari
Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar.” (At-Taubah ayat 111).
Nilai etik, moral, atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong
manusia menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran, keadilan,
kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini
dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap
orang boleh mempunyai seperangkat pengetahuan tentang nilai, tetapi
pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang Islam
hanya ada dua yaitu Al Qur’an dan Hadis sebagai sumber segala nilai dan
pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis. Dua acuan
inilah yang dapat menjadi pengendali dari perbuatan-perbuatan yang tidak
terpuji dalam praktik-praktik bisnis, dengan berpegang teguh kepada dua
sumber tersebut maka setiap orang akan terdorong kepada perbuatan baik.
Perbuatan baik adalah perbuatan yang mengandung kriteria kebaikan yang
dicintai Islam dan Islam menganjurkan untuk melakukannya. Sedangkan
perbuatan buruk adalah perbuatan yang mengandung kriteria-kriteria buruk
sebagai sesuatu yang dilarang oleh Islam untuk dilaksanakan.
B. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Al-Qur’an adalah:
1. Melarang bisnis yang dilakukan dengan proses kebatilan.
Bisnis harus didasari kerelaan dan keterbukaan antara kedua belah pihak
dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Orang yang berbuat batil termasuk
perbuatan aniaya, melanggar hak dan berdosa besar. Sedangkan orang yang
menghindarinya akan selamat dan mendapat kemuliaan. Ha inid apat
dilihat pada Firman Allah SWT pada Qur’an surat An-Nisa:31 “Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” (An-Nisa' 4:31).
2. Tidak boleh mengandung unsur riba (QS. 2:275) “Orang-orang yang
makan (mengambil) riba(1) tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila(2). Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu(3) (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
3. Kegiatan bisnis juga memiliki fungsi sosial baik melalui zakat dan sedekah.
Pengembangan harta tidak akan terwujud kecuali melalui interaksi antar
sesama dalam berbagai bentuknya. (QS.9:34) “Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi
dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih” (Q.S At-taubah : 34).
4. Melarang pengurangan hak atas suatu barang atau komoditas yang didapat
atau diproses dengan media takaranatau timbangan karena merupakan
bentukkezaliman (QS. 11:85) Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan., sehingga
dalam praktek bisnis, timbangan harus disempurnakan (QS. 7:85,QS.
2:205).
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan baik ekonomi maupun
sosial,keselamatan dan kebaikan serta tidak menyetujui kerusakan dan
ketidak-adilan
6. Pelaku bisnis dilarang berbuat zalim (curang) baik bagidirinya sendiri
maupun kepada pelaku bisnis yang lain. Pada firman Allah SWT (QS. 7:85)
“(Dan) Kami telah mengutus (kepada penduduk Madyan saudara mereka
Syuaib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
yang nyata) yakni mukjizat (dari Tuhanmu) yang membenarkan
kerasulanku (Maka sempurnakanlah) genapkanlah (takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan) maksudnya menekorkan (bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangan mereka dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi) dengan kekafiran dan maksiat-
maksiat (sesudah Tuhan memperbaikinya) dengan mengutus rasul-rasul-
Nya (Yang demikian itu) yang telah disebutkan itu (lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang-orang yang beriman) yang menghendaki
keimanan, maka bersegeralah kamu kepada keimanan” (Q.S Al-a’raf:85).
Dan QS.Al baqoroh :205). “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan”.

Dalam bisnis ekonomi islami, seluruh proses tidak boleh ada yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang islami. Selama proses bisinis dapat
dijamin atau tidak terjadi penyimpangan terhadap prinsip syariah, maka setiap
transaksi apapun dalam pemasaran dapat diperbolehkan. Dilihat pada Nabi
Muhammad SAW menunjukan bagaimana cara berbisnis yang berpegang
teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus bisa tetap bisa
memperoleh keuntungan yang optimal. Dengan berpegang teguh pada nilai-
nilai yang terdapat pada Al-quran dan Al-hadis, Nabi Muhammad SAW
melakukan bisnis secara profesional. Nilai-nilai tersebut menjadi suatu
landasan yang dapat mengarahkan untuk tetap dalam koridor yang adil dan
benar. Landasan atau aturan-aturan inilah yang menjadi suatu syariah atau
hukum dalam melakukan suatu bisnis. Selain itu dalam ekonomi bisnis ilsam
yang disertai dengan keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridhaan
Allah SWT, maka bentuk transaksinya insya Allah menjadi ibadah di hadapan
Allah SWT. Seperti kata Al-quran : “Dan perumpamaan orang-orang yang
membelanjakan hartanya karna mencari keridhaan Allah SWT dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat.
C. Kriteria–kriteria Islam secara umum yang dapat memberi pengaruh
dalam penentuan batas laba adalah sebagai berikut:
1. Kelayakan dalam penetapan laba
Islam menganjurkan agar para pedagang tidak berlebihan dalam
mengambil laba. Pernyataan ini menjelaskan bahwa batasan laba ideal
(yang pantas dan wajar) dapat dilakukandengan merendahkan harga.
Keadaan ini sering menimbulkan bertambahnya jumlahbarang dan
meningkatnya peranan uang danpada gilirannya akan membawa
padapertambahan laba
2. Keseimbangan antara tingkat kesulitan dan laba
Semakin tinggi tingkat kesulitan dan risiko, maka semakin besar
pula laba yang diinginkan pedagang. Semakin jauh perjalanan, semakin
tinggi risikonya, maka semakin tinggi pula tuntutan pedagang terhadap
standar labanya. Begitu pula sebaliknya, akan tetapi semua ini dalam
kaitannya dengan pasar Islami yang dicirikan kebebasan bermuamalah
hingga berfungsinya unsur penawaran dan unsur permintaan. Pasar Islami
juga bercirikan bebas dari praktik–praktik monopoli, kecurangan,
penipuan,perjudian, pemalsuan serta segala jenis jualbeli yang dilarang oleh
syariat.
3. Masa perputaran modal
Peranan modal berpengaruh pada standarisasi laba yangdiinginkan
oleh pedagang, yaitu dengansemakin panjangnya masa perputaran
danbertambahannya tingkat resiko, maka semakintinggi pula standar laba
yang yang diinginkan oleh pedagang atau seorang pengusaha. Begitu juga
dengan semakin berkurangnya tingkat bahaya, pedagang dan pengusaha
punakan menurunkan standarisasi labanya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, ekonomi
bisnis dalam perspektif islam adalah kegiatan utama dari sebuah perusahaan
dalam memperkenalkan dan mengkomunikasikan produk dan jasanya
kepada konsumen guna mencapai suatu tujuan. strategi bisnis adalah
rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang bisnis ekonomi,
yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk
dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Pengaruh etika bisnis
Islam terhadap keuntungan usaha yaitu setiap pedagang muslim harus
menjalankan kegiatan ekonominya berdasarkan syariah yaitu aturan atau
ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya. Kegiatan
ekonomi tersebut dimaknai sebagai kegiatan yang tidak melakukan tipu
muslihat, adanya keadilan antara pihak penjual dan pembeli, adanya
kemurahan hati, memiliki motivasi yang baik di dalam menjalankan
bisnisnya dan kesemuanya itu hanya untuk menjalankan perintah Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Badroen, faisal. (2007). Etika Bisnis dalam Islam :Kencana Jakarta

M. Suyatno. (2008). Muhammad Bussiness: Strategy & Ethnichs. CV Andi Offset:


Yogyakarta.

PP Muhammadiyah. (2012). (Edisi Revisi). Pedoman Hidup Islami Warga


Muhammadiyah Suara Muhammadiyah: Yogyakarta.

Seyanto, Budi. (2006). (Edisi Pertama). Pengenalan ekslusif Ekonomi Islam:


Jakarta

Yusanto, M.I., Muhammad, K.W. (2006). Menggagas Bisnis Islami. Gema Insani:
Depok.

Anda mungkin juga menyukai