Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pentingnya belajar ilmu komunikasi karena permasalahan yang timbul akibat
komunikasi. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia harus hidup bersama manusia
lain, baik demi kelangsungan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya,
manusia harus hidup bermasyarakat. Semakin besar suatu masyarakat yang berarti
semakin banyak manusia yang dicakup, semakin banyak masalah yang akan
timbul, akibat perbedaan-perbedaan di antara masyarakat yang banyak itu dalam
pikiranya dan perasaannya. Jadi, ilmu komunikasi apabila diaplikasikan secara
benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi,
antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, antar-ras serta membina kesatuan dan
persatuan manusia penghuni bumi.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri komunikan
sendiri, sebelum melakukan komunikasi sosial atau dengan orang lain seseorang
melakukan komunikasi intrapersonal terlebih dahulu. Dengann demikian
komunikasi intrapersonal ini sangat penting bagi aspek kita semua dan perlu
diperhatikan dengan baik karena merupakan pemicu bentuk komunikasi lainnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi komunikasi intrapersonal?
2. Apakah proses dalam komunikasi intrapersonal?
3. Apakah tujuan komunikasi intrapersonal?
4. Apakah faktor-faktor komunikasi intrapersonal?
5. Apakah hubungan komunikasi intrapersonal dalam keperawatan?

1
1.3. TUJUAN

1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari komunikasi intrapersonal.
b. Mengetahui proses dalam komunikasi intrapersonal.
c. Mengetahui tujuan dari komunikasi intrapersonal.
d. Mengetahui faktor-faktor komunikasi intrapersonal.
e. Mengetahui hubungan komunikasi intrapersonal dalam
keperawatan.

2
BAB II

ISI

2.1. Definisi Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication).


Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri
seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog dengan dirinya
sendiri. Dia bertanya dan dijawab oleh dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal
merupakan komunikasi yang dilakukan pada dirinya sendiri atas sensasi,
persepsi, memori, dan berpikir (Rahmad, J. 1996)

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari


dalam upaya memahami diri pribadi di antaranya adalah berdoa, bersyukur,
intropeksi diri dengan meninjau perbutan kita dan reaksi hati nurani kita,
mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman
diri pribadi berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, akan tetapi
perilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun
pemahaman diri sendiri. Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa
elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134).

Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri
sendiri (self esteem) dan identitas diri kita yang berbeda-beda (multiple selves).
Perilaku seseorang diawali dengan adanya kesadaran terhadap stimulus yang
masuk (sensasi) dan diterjemahkan dalam bentuk persepsi dan disimpan dalam
bentuk storage dalam bentuk memeori serta aplikasikan dalam bentuk perilaku.

Dalam komunikasi intrapersonal ada upaya mengembangkan kreativitas


berpikir dan berperilaku dalam pengembangan kreativitas imajinasi, mempelajari
dan memahami diri sendiri, serta mengendalikan diri sendiri.

3
2.2. Proses Komunikasi dalam Komunikasi Intrapersonal
Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologi seperti
persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi
intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang
saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri
dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi, maka
pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang memersepsikan, bukan pada
suatu ungkapan ataupun objek .

1. Sensasi

Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari
kata “sense”, artinya alat penginderaan yang menghubungkan organism dalam
lingkungannya. “Bila alat-alat indera mengubah informasi munjadi impuls-impuls
saraf – dengan ‘bahasa’ yang difahami oleh (‘komputer’) otak – maka terjadilah
proses sensasi,” Dennis Coon (1977:79).

“Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera yang tidak memerlukan


penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indera, “ tulis Benyamin B. Wolman (1973:343).

Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari
lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas
fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh
pengetahuan dan semua kemampuan untuk beribteraksi dengan dunianya. Tanpa
alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumpuan, karena
rumput dapat juga mengindera cahaya dan humiditas (Lefrancois, 1974:39).

Mungkin benar anggapan filsuf John Locke bahwa “There is nothing in the mind
except what was first in the senses.” (Tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali
harus lebih dulu lewat alat indera). Dan benar juga anggapan filsuf lain, Berkeley,
bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat indera, dunia ini tidak akan ada. Anda
tidak tahu ada harum rambut yang baru disemprot hairspray, bila tidak ada indera
pencium. Sentuhan lembut istri Anda tidak akan disadari, kalau indera peraba
Anda sudah mati. Lalu Anda tidak mendengar ada yang membisikkan ucapan

4
kasih di telinga Anda, tidak melihat senyum manis yang dialamatkan kepada
Anda. Dunia Anda tidak teraba, terdengar, tercium, terlihat – artinya tidak ada
sama sekali.

Sampai di sini, kita hanya membicarakan faktor situasional yang mempengaruhi


sensasi. Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal. Pada
tahun 30-an, beberapa orang peneliti menemukan bahwa phenylthiocarbomide
(ptc) yang terasa pahit bagi sebagian orang tidak pahit bagi yang lain. “We live in
different ‘taste worlds’”, kata Blaksley, salah seorang di antara peneliti tersebut.
Sebetulnya, ini bukan hal yang aneh banyak orang mengetahui bahwa masakan
Padang yang sangat pedas bagi orang Jawa, ternyata biasa-biasa saja bagi orang
Sumatera Barat. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman
atau lingkungan budaya, di samping kapasitas alat indera yang berbeda.
Sebagaimana kacamata menunjukkan berbagai ukuran, seperti itu pula alat indera
yang lain (walaupun tidak ada kaca lidah, kaca kulit, atau kaca kuping).

Perbedaan kapasitas alat indera menyebabkan perbedaan dalam memilih


pekerjaan atau jodoh, mendengarkan musik, atau memutar radio. Yang jelas
sekali, sensasi mempengaruhi persepsi. Contoh kasus persepsi: Kasus belajar

 Proses belajar (membaca buku) dari diri manusia diawali dengan


sensasi, yaitu proses menangkap stimulasi dari luar dan dari dalam
diri manusia. Stimulasi dari dalam berupa suasana hati yang
gembira (karna beasiswa sudah cair) dan stimulasi luar berupa
buku yang dibaca, dua stimulasi ini diterima oleh alat penerima
dan diubah menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak.

2. Persepsi

Beberapa pakar mendefinisikan sebuah persepsi sebagai berikut.

1. Persepsi didefinesikan sebagai interprestasi bermakna atas sensasi sebagai


representatif objek eksternal. Proses menafsirkan informasi indrawi. Jika
kita tidak akurat, maka tidak mungkin bisa berkomunikasi secara efektif
(Rudolp F. Verdeber, 1978)

5
2. Persepsi didefinisikan sebagai sebuah proses yang menjadikan kita sadar
akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Joseph A. De
Vito).
3. Persepsi diartikan sebagai sebuah proses mental yang digunakan untuk
mengenali rangsangan.

Persepsi adalah proses internal yang kita gunakan untuk memilih, mengevaluasi
dan mengorganisasi rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain
persepsi adalah cara kita mengubah energi fisik lingkungan kita menjadi
pengalaman yang bermakna.

Inti dari komunikasi adalah persepsi. Hal ini dikarenakan apabila persepsi kita
tidak akurat tidak mungkin kita berkomunikasi secara efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin
tinggi derajat kesamaaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering
kita berkomunikasi, sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk
kelompok budaya atau kelompok identitas. Agar dapat membuat kesan yang baik,
berarti kita harus berbuat dan bersikap tertentu yang membuat stimulus itu
menyenangkan bagi kita walaupun stimulus tersebut tidak menyenangkan bagi
kita. Oleh karena itu, pandai dalam mengambil hikmah dan selalu bersikap positif
merupakan jalan yang terbaik untuk mempersepsikan sebuah stimulus dengan
mengurangi rasa curiga terutama curiga yang berlebihan.

Persepsi terdiri dari hal-hal berikut ini :

1. Pengindraan (sensasi), melalui alat-alat indera kita (indra perasa, pencium,


peraba, pengecap dan pendengar) makna pesan yang dikirimkan ke otak harus
dipelajari. Semua indera itu memiliki andil bagi berlangsungnya komunikasi
manusia. Penglihatan menyampaikan pesan ke otan untuk diinterprestasikan,
pendengaran juga mentasfirkan pesan verbal ke otak. Penciuman, sentuhan,
dan pengecapan juga terkadang memegang peranan penting dalam
komunikasi seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat,
dan rasa air di pantai.

6
2. Atensi atau perhatian adalah pemeroses secara sadar sejumlah kecil informasi
dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi di dapatkan dari
pengindraan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu
efisiensi penggunaan sumber daya mental terbatas yang kemudian akan
membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan tertentu. Atensi terjadi
dalam keadaaan sadar atau tidak sadar.
3. Interpretasi adalah proses komunikasi lisan atau gerakan antara dua atau lebih
pembicaraan yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama baik
secara simultan atau berurutan.

3. Memori

Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam


mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun
berfikir (yang akan kita uraikan nanti).

Memori adalah sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme


sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk
membimbing perilakunya.“ Ini definisi dari Schlessinger dan Groves
(1976:352). Setiap saat stimuli mengenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu
direkam secara sadar atau tidak sadar.

Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan


pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui
reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang
kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam
bentuk apa dan dimana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan
secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi
yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri. Mungkin secara pasif terjadi
tanpa perubahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari mengingat
lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig,
1973:499).

7
Jenis-jenis Memori

1) Pengingatan (recall).

Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan


informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. Jika
Anda ditanya, “Apakah jenis-jenis ikan laut yang termasuk mamalia?” Anda
menjawabnya dengan pengingatan. Ketika Anda menjawab pertanyaan dalam
bentuk esai, Anda juga mencoba mengingat kembali fakta yang tersimpan
dimemori.

2) Pengenalan (recognition).

Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah


mengenalnya kembali. Pertanyaan, “Siapa presiden Mesir sekarang?” lebih
sukar dijawab daripada pertanyaan, “Siapa nama presiden Mesir sekarang -
Sadat atau Mubarak?” pada pertanyaan kedua, Anda tidak usah mengingatnya,
Anda harus mengenal satu diantara dua. Pilihan berganda (multiple-choice)
dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.

3) Belajar Lagi (relearning).

Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk


pekerjaan memori. Seorang psikolog sering membacakan kutipan-kutipan
pendek dalam bahasa Yunani pada anaknya yang masih kecil. Ini dilakukan
setiap hari sejak usia 15 bulan sampai 3 tahun. Pada usia 8 tahun, ia ditanya
apakah masih ingat pada kutipan-kutipan yang pernah didengarnya, anak itu
menjawab tidak. Recall tidak terjadi. Diperlihatkan kutipan-kutipan itu
kepadanya, apakah ia mengenalnya. Recognation juga tidak terjadi. Kini si
anak disuruh menghapal kutipan yang pernah dan yang tidak pernah
didengarnya, ternyata ia 25% lebih cepat menghafal kutipan yang pernah
didengarnya. Ini yang disebut relearning.

4) Redintegrasi (redintegration).

8
Redintegrasi adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk
memori kecil. Suatu takbir pada malam ‘Id sering membawa orang islam pada
kenangan-kenangan indah (atau pahit) pada masa lalu, lengkap dengan seluruh
emosi yang menyertainya. Petunjuk memori (memories cues) mungkin berupa
bau tertentu, warna atau tempat. Inilah yang menyebabkan Anda tiba-tiba
dilanda perasaan sedih ketika mencium bau parfum Drakkar karena
mengingatkan Anda pada pacar yang meninggalkan Anda.

4. Berpikir

Dalam berpikir kita melibatkan semua proses sebagai berikut:

Sensasi, persepsi dan memori.

Gambaran dalam pikiran biasanya disebut images atau citra oleh Marx (1977);
disebut juga graphic symbols atau lambang grafis (Fuch, 1967).

Jika kita berpikir dengan menggunakan angka, kali, bagi, jumlah, kurang. Ini
disebut dengan lambang verbal (verbal symbols). Baik lambang grafis maupun
verbal merupakan representasi objek atau peristiwa; artinya, mewakili atau
menggantikan objek atau peristiwa dalam benak anda.

Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil


keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan
menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik
kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasandan realitas eksternal dan
internal. Sehingga dengan singkat Anita Taylor et al mendefenisikan berpikir
sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring process (Taylor et
al. 1977:55).

Bagaimana Orang Berpikir?

Secara garis besar ada dua macam jenis berpikir yaitu:

9
- Berpikir austisik adalah orang melarikkan diri dari kenyataan, dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Contohnya : melamun dan
menghayall
- Berpikir realistik disebut juga nalar (reasoning) ialah berpikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Folyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik:

1. Berpikir deduktif: mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, dari


pernyataan umum ke pernyataan khusus.
2. Berpikir induktif: dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil
kesimpulan umum.
3. Berpikir evaluatif: berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidak
tepatnya suatu gagasan tanpa menambahi atau mengurangi gagasan tersebut,
dan menilainya menurut kriteria tertentu.

Sedangkan berpikir analogis pada umumnya orang menggunakan perbandingan


atau kontras. Contohnya: jika Anda mengatakan bahwa kehidupan di Yugoslavia
seperti di Belanda, anda menggunakan perbandingan. Jika anda membandingkan
keadaan pedesaan Indonesia sebelum dan sesudah Orde Brau, anda menggunakan
kontras.

Menetapkan Keputusan (Decision Making).

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Setiap keputusan yang
diambil, akan disusul oleh keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan.

Tanda-tanda umum dalam mengambil keputusan yaitu:

1. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual.


2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative.
3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya
boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Memecahkan Persoalan (Problem Solving).

Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan.

10
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:

1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab


tertentu. Anda mula-mula akan mengatasinya dengan memecahkan yang
rutin. Contoh: mobil mogok, anda stater berkali-kali. Bila cara biasa ini gagal,
masalah timbul.
2. Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja
yang efektif pada masa yang lalu. Contoh: mobil mogok bisa didorong.
3. Pada tahap ini anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah
anda ingat atau yang dapat anda pikirkan. Semua anda coba. Ini disebut
dengan penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba – trial
error.
4. Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk
mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari
jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat.
5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan “aha, telepon saja
bengkel langganan saya”. Kilasan pemecahan masalah ini disebut Aha
Erlebnis (pengalaman aha) atau lazim disebut dengan insight solution.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah dipengaruhi oleh :

1. Faktor-faktor situasional dan personal, terjadi misalnya pada stimulus yang


menimbulkan masalah. Sifat-sifat masalah: sulit-mudah, baru-lama, penting-
kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.
2. Faktor-faktor sosiopsikologis, contoh-contohnya sebagai berikut:
- Motivasi, motivasi yang rendah mengalihkan perhatian sedangkan
motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. Contoh: anak yang terlalu
bersemangat untuk melihat hadiah ulang tahun, sering tidak dapat
mempuka pita bingkisan.
- Kepercayaan dan sikap yang salah, asumsi yang salah dapat menyesatkan
kita. Contoh: karena kurang kepercayaan pada diri sendiri akan cenderung

11
menolak informasi baru, merasionalisasikan, kekeliruan, dan mempersukar
penyelesaian.
- Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu
atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan berlebihan
dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah
yang efisien.
- Emosi, emosi seringkali mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah
dapat berpikir betul-betul objektif. Tetapi bial emosi itu sudah mencapai
intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi
sulit berpikir efisien.

2.3. Tujuan Komunikasi Intrapersonal


Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi adalah untuk
membangun/ menciptakan pemahaman atau pengertian. Saling memahami atau
mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan berkomunikasi
terjadi suatu perubahan sikap pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

1. Perubahan sikap (attitude change).


Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah,
baik positif maupun negatif. Delam berbagai situasi kita berusaha
mempengaruhi sikap kita sendiri dan berusaha agar bersikap positif.
2. Perubahan pendapat (opinion change).
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah
kemampuan mamahami pesan secara cermat.
3. Perubahan perilaku (behavior change).
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan
seseorang, dari perilaku destruktif (tidak mencerminkan hidup sehat
misalnya mengenai merokok dapat menyebabkan kematian
Dalam komunikasi intrapersonal yang berperan sebagai komunikan dan
komunikatornya adalah dirinya sendiri atas dasar persepsi dan kesadaran dirinya
sendiri .

12
2.4. Faktor dalam Komunikasi Intrapersonal

Faktor Eksternal

Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan


personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang
bersifat eksternal atau penarik perhatian (attension getter). Stimuli diperhatikan
karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas
stimuli, kebaruan, dan perulangan.

Gerakan.

Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang
bergerak. Kita senang melihat huruf - huruf dalam display yang bergerak
menampilkan nama barang yang diiklankan. Pada tempat yang dipenuhi benda-
benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak.

Intensitas Stimuli.

Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.
Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung ditengah-tengah orang
pendek, suara keras dimalam sepi, iklan setengah halaman dalam surat kabar, atau
tawaran pedagang yang paling nyaring di pasar malam, sukar lolos dari perhatian
kita.

Kebaruan (Novelty).

Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah
dipelajari atau diingat. Karena alasan inilah maka orang mengejar novel yang baru
terbit, film yang baru beredar, atau kendaraan yang memiliki rancangan mutakhir,
(karena itu pula mengapa umumnya istri muda lebih disenangi dari istri pertama).
Pemasang iklan sering memanipulasikan unsur kebaruan ini dengan menonjolkan
yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Media massa juga tidak
henti-hentinyamenyajikan program-program baru. Tanpa hal-hal yang baru. Tanpa

13
hal-hal yang baru, stimuli menjadi monoton, membosankan, dan lepas dari
perhatian.

Perulangan.

Hal-hal yang disajikan berkali-kali bila disertai dengan sedikit variasi, akan
menarik perhatian. Di sini, unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu
dengan unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung
unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan
yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ulang “jingles” atau slogan-
slogan, tetapi juga kaum politisi memanfaatkan prinsip perulangan. Emil Dofivat
(1968), tokoh aliran publisitik Jerman, bahkan menyebut perulangan sebagai satu
di antara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa.

Faktor Internal.

Faktor-faktor biologis.

Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Karena itu, bagi
orang lapar yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang
akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain.

Faktor-faktor Sosiopsikologis.

Sosiopsikologis adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku
individu-individu dalam hubungan dengan situasi sosial. Ccontohnya: berikan
sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan
sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang
berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat
pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh
pertanyaan itu.

14
2.5. Hubungan Komunikasi Intrapersonal dalam Keperawatan

Mengetahui diri sendiri sebagai perawat melalui kesadaran diri.


Sebelum menilai orang lain mungkin akan lebih adil kita menengok diri
kita sendiri seperti apa diri kita baik sebagai perawat maupun diri sendiri. Dalam
konteks berhubungan dengan orang lain maupun dengan klien, akan lebih baik
kita mempersiapkan diri kita terlebih dahulu melalui analisis diri kita sendiri
sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka, dalam hal ini kita sebagai
perawat yang memberi pelayanan keperawatan bagi klien.
Sebagai perawat tentunya bagaimana kita bertindak selalu
mengatasnamakan sebuah profesi perawat yang memeberikan pelayanan kepeda
klien sehingga kita harus meninggalkan perasaan-perasaan yang menggangu
hubungan perawat dan klien. Disamping itu perawat juga harus mempunyai bekal
dalam memberikan pelayanan keperawatan antaralain keterampilan hubungan
itrapersonal atau hubungan antar manusia kognitif atau pengetahuan, serta
keterampilan klinikal. Hal itu memerlukan kesadaran diri yang tinggi untuk
menganalisis diri sendiri.

Kiat yang harus ditempuh untuk meningkatkan kesadaran diri yang tinggi dengan
model keperawatan holistik maupin menurut Stuart dan Sundeen (1995) terdiri
atas beberapa komponen yaitu psikologi, fisik, lingkungan, dan filosofi .
 psikologi memandang diri sendiri dari aspek emosi, motivasi,
konsep diri, dan kepribadian diri sendiri,
 fisik memandang diri kita sendiri dari aspek gambaran diri kita
yang sebenarnya, potensi fisik dan sensasi tubuh,
 lingkungan berorientasi pada lingkungan sosiokultural, hubungan
dengan orang lain dan pengetahuan tentang hubungan dengan
orang lain,
 filosofi mencakup arti hidup seseorang.
Dari keempat komponen tentang kesadaran diri tersebut memberikan petunjuk
begi perawat mengenai pentingnya posisi yang dialami perawat. Perawat harus
sensitif dan sadar terhadap status psikologi yang saat itu dialami, kemampuan dan

15
kemauan yang dimiliki, suasana lingkungan yang ditempati serta prinsip hidup
yang dipegang dan dikendalikan. Hal ini akan mempengaruhi komunikasi
terapeutik dengan klien. Semakin sadar dan semakin sensitif terhadap dirinya
sendiri kesadaran diri perawat akan lebih efektif dalam penggunaan diri.

2.6. Pembahasan
Komunikasi intrapersonal mungkin terjadi karena setiap manusia memiliki dua
hal yang bertentangan dalam dirinya sendiri yaitu ego dan nurani. Komunikasi
intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran
yang terjadi dalam diri kominator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemerosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan dan
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi selanjutnya.

Komunikasi intrapersonal terjadi akibat seseorang yang memberi arti terhadap


suatu objek yang diamatinya atas tercetus dalam pikirannya. Objek dalam hal ini
bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, atau fakta
yang mengandung arti bagi manusia. Baik yang terjadi diluar maupun dalam diri
seseorang (Cangara H, 2004). Oleh karena itu perilaku kita selalu terbentuk dari
proses mengamati stimulus dari luar diri sendiri. Tanpa adanya stimulus dari luar,
kita tidak melakukan tindakan apapun. Stimulus dari luar menggerakan kita untuk
melakukan sesuatu tindakan sehingga terdapat kesan “ada aksi ada reaksi”.
Dengan adaya reaksi akibat aksi tersebut, seseorang mengomunikasikan dengan
dirinya sendiri termasuk apa yang sedang atau akan di perbuat. Sseseorang akan
mengukur kemampuan yang dimiliki baik dari segi fisik maupun psikologis.
Objek yang diterima melalui panca indra selanjutnya akan memberi pengaruh
pada pengetahuan, sikap dan prilaku seseorang.

Sebelum mengambil suatu keputusan seseorang dibawa dalam situasi


berkomunikasi pada diri sendiri, antara diterima atau ditolak, setuju atau tidak
setuju, untung atau rugi, serta ya dan tidak sehingga timbul konsep tahu diri, tahu

16
menempatkan diri, dan tahu membawa diri (Cangara. H, 2004). Seseorang
dihadapkan pada penilaian kapasitas dan kemampuan yang dimiliki sebelum
mengambil keputusan. Ekspolarisasi perasaan, ketakutan dan fantasi merukakan
bentuk-bentuk komunikasi intrapersonal. Saat itulah seseorang akan
berkomunikasi pada dirinya sendiri. Namun demikian, beberapa kalangan menilai
bahwa proses komunikasi tersebut bukan merupakan bentuk dari komunikasi
melainkan sebagai aktivitas internal monolog (Asante, 1979).

17
BAB III

3.1. Kesimpulan
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri
seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan. Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang dilakukan
pada dirinya sendiri atas sensasi, persepsi, memori, dan berpikir
(Rahmad,j.1996).

Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologi seperti


persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi
intrapribadi oleh komunikator.

Proses komunikasi intrapersonal :

1. Sensasi
2. Persepsi
3. Memori
4. Belajar

Faktor dalam Komunikasi Intrapersonal

Faktor Eksternal

1. Gerakan.
2. Intensitas Stimuli.
3. Kebaruan (Novelty).
4. Perulangan.

Faktor Internal

1. Faktor-faktor biologis.
2. Faktor-faktor Sosiopsikologis.

18
3.2 . Saran
Agar komunikasi dapat berjalan lancar dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi.
Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi
itu akan gagal. Maka cara komunikasi yang benar harus dimiliki agar keberhasilan
komunikasi tercapai. Tetapi sebelum berkomunikasi dengan orang lain, kita harus
bisa mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu.

3.3. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan tentang Komunikasi Intrapersonal.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. Tentunya kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan ilmu kami.
Dengan begitu kami memgharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah yang telah kami susun.

19
Daftar Pustaka
Effendy , Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti .

Nasir, Abdul., Abdul Muhith, Muhammad Sajidin, dan Wahid Iqbal Mubarak.
2009. Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasinya. Gresik:
Salemba Medika.

Rahmad, J. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

20

Anda mungkin juga menyukai