Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), indicator kesejahteraan suatu
Negara salah satunya di ukur dari besarnya angka kematian ibu (AKI). AKI
yaitu banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian yang
berkaitan dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,
melahirkan dan nifas (42 hari setelah melahirkan). Menurut hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan AKI di
Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
Millenium Development Goal’s (MDG’S) pada tahun 2015 di harapkan AKI
menurun sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, di susul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Wirakusumah, 2010). Persalinan di
katakan normal jika terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala dalam waktu 18 jam tanpa
komplikasi pada ibu/janin (Saifuddin, 2008).
Tingginya AKI yang di sebabkan karena perdarahan 28 %, infeksi 15%,
abortus tidak aman 13 %, hipertensi dalam kehamilan 12 %, partus macet 9 %,
dan lain – lain. Infeksi biasa terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang di kandungnya akan mempunyai
resiko terkena infeksi. Salah satu infeksi dalam persalinan yang menyebabkan
komplikasi pada persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD) (Saefudin,
2000).
KPD adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses
persalinan. Penyebab KPD belum di ketahui dengan pasti. Kejadian KPD
mendekati 10% dari semua persalinan pada umur kehamilan kurang dari 34
minggu, kejadian sekitar4% kemungkinan di sebabkan karena berbagai jenis
faktor yaitu infeksi vagina dan servik, fisiologi selaput ketuban yang
abnormal, inkompetensi servik, dan defisiensi zat gizi (asam askorbat)
pecahnya selaput ketuban berkaitan erat dengan perubahan proses biokimia

1
yang terjadi dalam faktor kolagen, infeksi dan peregangan selaput ketuban
(Prawirohardjo,2009).
Dan data di tanjungpinang pada bulan januari- oktober 2017, sebanyak
40% kasus ketuban pecah dini dari kehamilan patologi.

DI RSUD Raja Ahmad Tabib pada bulan januari – oktober 2017, sebanyak
68 kasus ketuban pecah dini dari kehamilan kasus kehamilan patologi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanankan Asuhan kebidanan Kegawat Daruratan pada Ny
“N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di Ruang Bersalin
RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian dengan pengumpulan data Subjective pada Ny
“N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di Ruang
Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah kebidanan
pada Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di
Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
yang mungkin dapat terjadi pada Ny “N” umur 38 tahun dengan
Ketuban Pecah Dini 3 Jam di Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad
Tabib Tanjungpinang.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera
(kolaborasi) jika timbul diagnosa atau masalah potensial pada Ny “N”
umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di Ruang Bersalin
RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
pada Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di
Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.

2
6. Mahasiswa mampu melaksanakan seluruh rencana asuhan secara
evisien dan aman pada Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah
Dini 3 Jam di Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib
Tanjungpinang.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi seluruh asuhan yang telah diberikan
pada Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di
Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.

C. Manfaat Penulisan
 Bagi Penulis
1. Dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapat dari
perkuliahan dalam menerapkan asuhan kebidanan kegawat daruratan
sesuai dengan kebutuhan pada Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban
Pecah Dini 3 Jam di Ruang Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib
Tanjungpinang.
 Bagi Pelayanan Kesehatan
1 Sebagai bahan masukan untuk membuat suatu kebijakan dalam
pelaksanaan dan perawatan asuhan kebidanan kegawat daruratan pada
Ny “N” umur 38 tahun dengan Ketuban Pecah Dini 3 Jam di Ruang
Bersalin RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang.
 Bagi Masyarakat
1. Masyarakat dapat mengetahui apa-apa saja tanda-tanda dari Ketuban
Pecah Dini dan jika masyarakat sudah mengetahui tanda-tanda
tersebut, masyarakat akan segera datang ke tempat tenaga kesehatan
terdekat untuk memeriksakan kehamilannya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu
atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002). Ketuban
Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002).
2. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
B. Penyebab
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada


otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua

4
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan
selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).

2. Peninggian tekanan inta uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli, Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar
dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian
bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion
terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran

5
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

C. Tanda Dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”
atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

D. DIAGNOSIS
1. Pastikan selaput ketuban pecah.
2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,
tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

6
5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus
(nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat
memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan
trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amniom dan gambaran daun pakis.
7. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi.
9. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan
ketuban keruh dan berbau.
10. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
11. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi
intrauterin.
12. Tentukan tanda-tanda persalinan.
13. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
14. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (
terminasi kehamilan )

Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly
janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif

7
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis

E. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi, Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen
pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.

Kerangka Teori
Kejadian KPD terjadi karena faktor-faktor berikut:

1) FAKTOR BAYI
a. Gemeli
b. Malposisi atau malpresentasi janin
2) FAKTOR IBU
a. Paritas
b. Anemia
c. Perilaku Merokok
d. Riwayat KPD
e. Serviks yang inkompeten
f. Faktor keturunan
g. Infeksi
h. Usia
i. Riwayat hubungan sex baru baru ini
j. Asma
3) Keadaan Sosial Ekonomi

8
F. Pengaruh KPD
1. Terhadap Janin: Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala
infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi
intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu: Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga
dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi
cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

G. Komplikasi KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.

1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada
ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering
dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia

9
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat.
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

H. Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan
solusio plasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg
per oral 3x perhari selama 7 hari.
e. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beri dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
f. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada
infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24
jam.
2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
b. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

10
c. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah sebagai berikut :
1) Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan
waktu apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih
dari 2000 gram.
2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari
38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi
melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur
air ketuban

Penatalaksanaan lanjutan :

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan
adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan
DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan
selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali
pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tangan anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran
jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh
akibat dehidrasi.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA NY “N“ UMUR 38th
G6 P0 A5 H0 UMUR KEHAMILAN 38-39 MINGGU DENGAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD) 3 JAM
DI RSUD RAJA AHMAD TABIB TANJUNGPINANG

Nama Pengkaji : Ita Oktaviani Tanggal : 23-11-2017


NIM : P07224215 1599 Pukul : 10:45 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. “N” Nama Suami : Tn. “E”
Umur : 38 tahun Umur : 43 tahun
Suku/ Bangsa : Melayu/Indonesia Suku/ Bangsa :Melayu/Indonesi
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Batu Kucing
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. KELUHAN UTAMA : Ibu mengatakan keluar air-air sejak pukul 07:00 WIB

C. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun HPHT : 20-02-2017
Lamanya : 5-6 hari HPL : 27-11-2017
Siklus : 30 hari 
Banyak : 3x ganti pembalut 

D. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


a. Trimester 1 ANC : 2x
Periksa ke : Bidan

12
Keluhan : ada flek-flek ANC : 1x
Terapi : Tablet Fe Keluhan : tidak ada
b. Trimester 2 Terapi : tidak ada
Periksa ke : Bidan

c. Trimester 3
Periksa ke : Bidan
ANC : 2x
Keluhan : tidak ada
Terapi : tidak ada

E. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU :


No Tahun UK Jenis Tempat Komplikasi Penolong JK BB Keterangan
Partus Persalinan Persalinan
1 Abortus

2 Abortus

3 Abortus

4 Abortus

5 Abortus

6 Hamil
Ini

F. RIWAYAT PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN : Ibu


mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS,
HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun:
jantung.
G. RIWAYAT OPERASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN
: Ibu mengatakan tidak ada/ tidak pernah melakukan operasi.

13
H. RIWAYAT PERNAH DIRAWAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEHAMILAN INI : Pernah, tahun 2008, di RSAL

I. RIWAYAT ALERGI MAKANAN/OBAT : Ibu mengatakan tidak ada alergi


makanan/ obat.

J. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Ibu mengatakan baik dari keluarga


ibu maupun suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS,
HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun:
jantung.

K. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan ke :1 Umur Waktu Kawin : 28 tahun
Status Perkawinan : Sah Berapa Lama kawin baru hamil : 5 bulan

L. RIWAYAT KONTRASEPSI
Rencana Penggunaan KB : ada
Jenis KB yang akan digunakan : suntik
Jenis KB yang pernah digunakan : tidak ada
Masalah : tidak ada
Kapan berhenti jadi akseptor : tidak ada
Alasan berhenti jadi akseptor : tidak ada

M. RIWAYAT PSIKOLOGI
Keadaan emosi : Stabil
Pandangan ibu terhadap kehamilan : Ibu mengatakan senang
dengan kehamilan sekarang
Pandangan keluarga terhadap kehamilan : Keluarga mengatakan senang
dengan kehamilan sekarang.
Jenis kelamin anak yang diinginkan : perempuan
Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami

14
N. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Nutrisi
1. Pada saat hamil :
Jenis Makanan : Nasi, sayur, Lauk-pauk
Frekuensi : 3x/ hari
Jenis Minuman : air putih, susu
Frekuensi : 6-7 gelas/ hari, 1-2 gelas/ hari
Masalah : tidak ada
2. Sekarang :
Jenis Makanan : Nasi, sayur, lauk-pauk
Frekuensi : 1x/ hari ( dalam porsi sedikit)
Jenis Minuman : air putih dan the manis.
Frekuensi : 1-2 gelas/ hari.
Masalah : tidak nafsu makan.
b. Pola Eliminasi
Pada saat hamil :
1. BAK 2. BAB
Frekuensi : 6-7x/ hari Frekuensi :1-2x/ hari
Warna : kuning jernih Warna : kecoklatan
Masalah : tidak ada Masalah : tidak ada
Sekarang :
1 BAK 2. BAB
Frekuensi : 1-2x Frekuensi : tidak ada
Warna : Kuning Warna : tidak ada
Masalah : tidak ada Masalah : tidak ada
c. Pola Istirahat
Pada saat hamil Sekarang
Tidur siang : 1 jam/ hari Tidur siang : 10-15 menit.
Tidur Malam : 6-7 jam/ hari Tidur malam : tidak ada
Masalah : tidak ada Masalah : tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x/ hari

15
Gosok Gigi : 2x/ hari
Kramas : 3-4x/ minggu
Ganti pakaian dalam : 3-4x/ hari (jika basah)
e. Aktifitas
Senam Hamil : ibu mengatakan ada senam pagi minimal 1-2x/
bulan
Jalan Pagi : ibu mengatakan ada melakukan jalan pagi minimal
3-4x/ bulan.
Keluhan : tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. PEMERIKSAAN UMUM.
Keadaan Umum : baik TD : 110/80 mmHg
Kesadaran : composmentis Nadi : 82x / menit
Tinggi Badan : 173 cm RR : 20x / menit
BB sebelum hamil : 56 kg Suhu : 36,7oC
BB Sesudah hamil : 67 Kg LILA : 30 cm

2. PEMERIKSAAN FISIK.
1. Kepala
Warna : hitam Kebersihan : bersih
Oedema : tidak ada
2. Mata
Bentuk : simetris Sclera : tidak ikterik
Konjungtiva : merah muda Tanda Infeksi : tidak ada
3. Hidung
Kebersihan : bersih
Secret : tidak ada
4. Telinga
Bentuk : simetris
Pengeluaran : tidak ada pengeluaran.
5. Mulut

16
Kebersihan : Bersih Gigi berlubang : tidak ada
Caries : tidak ada caries
6. Leher
Kelenjar tyroid : Tidak ada.
Pembesaran Vena Jugularis : Tidak ada.
7. Dada
Payudara : Simetris. Puting susu : menonjol.
Bentuk : simetris. Pengeluaran : Tidak ada
Areola : Hyperpigmentasi Rasa nyeri : Tidak ada.
Kebersihan : Bersih Jantung : Teratur
8. Abdomen
a. Inspeksi : pembesaran perut sesuai dengan UK, tidak ada
bekas operasi, ada linea nigra.
b. Palpasi
Leopold I : Dibagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak
melenting, yaitu bokong.
Leopold II : Dibagian kanan perut ibu teraba keras, panjang
dan memanjang yaitu punggung janin. Sedangkan dibagian kiri
perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil yaitu ekstremitas janin.
Leopold III : dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
melenting yaitu kepala janin. Kepala sudah masuk sebagian PAP.
Leopold IV : Convergen (4/5)
TFU : 35 cm
TBJ : (35-12) x 155 = 3.410 gr

c. Auskultasi
DJJ : Ada
Irama : Teratur
Frekuensi : 130x / menit
9. Genetalia
Pemeriksan Dalam : Belum ada pembukaan.
10. Ekstremitas

17
Atas Bawah
Kuku : Bersih Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada Varises : tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium Terlampir
- CTG

III. ASSESMENT
Diagnosa : Ny “N” umur 38 tahun G6P0A5H0, usia kehamilan
38-39 minggu dengan KPD 3 Jam.
Diagnosal Potensial : - Infeksi.
- Gawat Janin.
Tindakan Segera : - Kalaborasi dengan Dokter SpOG.

IV. PLANNING
1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Pernapasan : 20x / menit
Suhu : 36,70c
DJJ : 130x/ menit
VT : Pembukaan tidak ada, portio tebal, ketuban pecah
dini.
2. Memberitahu ibu tentang keadaannya saat ini ibu sedang mengalami
ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan
yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya. Namun
hal itu dapat dicegah dengan teraphy yang diberikan oleh dokter .
3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya KPD seperti keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis

18
dan tidak seperti bau amoniak, cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4. Menganjurkan ibu tetap rileks agar keadaan ibu dan janin tetap stabil.
Ibu telah mengetahui bahwa kondisi rileks dapat menyebabkan stabilnya
kondisi ibu dan janin.
5. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga pola nutrisi dengan makan-makanan
bergizi secara teratur.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene atau kebersihan
diri, membersihkan vagina setiap kali selesai buang air dengan cara
mengusap kearah belakang dan mengganti celana dalam setiap kali selesai
buang air atau bila terasa lembab.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn, advise :
- Infus RL 16 tpm
- Cefotaxime 3 x 1 gr
8. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu akan terus dipantau yaitu dengan
mengecek TTV dan DJJ.

SOAP PERKEMBANGAN
NO : 1
Hari/ Tanggal SOAP
23-11-2017 S : Ibu mengatakan sekarang masih keluar air-air
11.45 WIB O : Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 21x/ menit
Suhu : 36,8oC
DJJ : 145x/ menit
A : Ny “N” umur 38 tahun G6P0A5H0, usia kehamilan 38-39

19
minggu dengan KPD 3 Jam.
P : 1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 21x / menit
Suhu : 36,80c
DJJ : 145x/ menit
2. Memberitahu ibu agar jangan lupa makan untuk
menambah energi ibu.
3. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan pada
daerah kemaluannya, jika selesai buang air kecil untuk
tetap mengeringkan daerah kemaluannya.
4. Memberitahu kepada ibu bahwa 1 jam lagi akan datang
kesini lagi untuk memeriksakan TTV dan DJJ

NO : 2
Hari/ Tanggal SOAP
23-11-2017/ S : Ibu mengatakan masih keluar air-air bahkan semakin
12.45 WIB merembes, tetapi ibu tidak memiliki keluhan.
O : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36,8oC
DJJ : 143x/ menit
A : Ny “N” umur 38 tahun G6P0A5H0, usia kehamilan 38-39
minggu dengan KPD 3 Jam.
P : 1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

20
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernapasan : 20x / menit
Suhu : 36,80c
DJJ : 143x/ menit
2. Memastikan infus ibu masih berjalan dengan baik.
Infus masih berjalan dengan baik.
3. Memberitahu kepada ibu bahwa 1 jam lagi akan datang
kesini lagi untuk memeriksakan TTV dan DJJ
Ibu mengerti dan bersedia.

No :3
Hari/ Tanggal SOAP
23-11-2017/ S : Ibu mengatakan tetap keluar air-air lewat vagina dan terasa
13.45 WIB sedikit mules.
O : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 83x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36,5oC
DJJ : 150x/ menit
A : Ny “N” umur 38 tahun G6P0A5H0, usia kehamilan 38-39
minggu dengan KPD 3 Jam.
P : 1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 83 x/ menit
Pernapasan : 20x / menit
Suhu : 36,50c
DJJ : 150x/ menit
Ibu telah mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.

21
2 Memberitahu ibu untuk melakukan teknik relaksasi yaitu
dengan manarik nafas panjang lewat hidung dan
dikeluarkan lewat mulut, untuk mengurangi rasa nyeri.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3 Dokter visit dan memberitahu ibu bahwa ibu akan
dioperasi untuk menolong bayi ibu.
Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan operasi.
4 Menyiapkan pasien preoprasi yaitu ibu dianjurkan untuk
berpuasa sekitar 2 jam, menganjurkan ibu untuk
membersihkan diri, membersihkan rambut pubis ( scaren
), melakukan vulva hygine, memasang selang kateter,
menyiapkan perlengkapan ibu seperti kain, pampers, baju
ibu dan perlengkapan bayi seperti baju, popok, kain
bedong, penutup kepala, kaos tangan dan kaki.
5 Mengantarkan ibu di ruang operasi jam 14:20 WIB.

22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengumpulan data tanggal 23 November 2017 pukul 10.45 px bernama
ny. “N” G6P0A5H0 masuk keruang VK dengan keluhan keluar air-air sejak pukul:
07:00 WIB, VT: Pembukaan belum ada, portio tebal, penurunan 4/5, hodge I, dan
ibu merasa cemas dan TD 110/ 80 mmHg, Nadi 82x/i, RR 20 x/I, TFU : 35cm, S
36,7 oc, DJJ : 130x/ menit, berkolaborasi dengan Dr. Spog : cefotaxime 3x1gr,
pemasangan infus dengan RL 16 tpm, CTG (+), cek labor (+), juga cek
menggunakan kertas lakmus merah, dan hasilnya kertas lakmus merah berubah
menjadi warna biru dan melakukan pemantauan terhadap TTV dan DJJ janin.
Pada pukul 11.45 bidan menganjurkan kepada px untuk makan agar memiliki
tenaga dan akan terus dipantau setiap 1 jam yaitu TTV dan DJJ. Pukul 12.45 px
mengatakan air ketubannya makin merembes. Dan pada pukul 13.45 Menyiapkan
pasien preoprasi yaitu ibu dianjurkan untuk berpuasa sekitar 2 jam, menganjurkan
ibu untuk membersihkan diri, membersihkan rambut pubis ( scaren ), melakukan
vulva hygine, memasang selang kateter, menyiapkan perlengkapan ibu seperti
kain, pampers, baju ibu dan perlengkapan bayi seperti baju, popok, kain bedong,
penutup kepala, kaos tangan dan kaki. Dan pada pukul 14.20 ibu diantar keruang
operasi.

Dari data yang didapatkan dokter memberikan advice untuk melakukan cek
menggunakan kertas lakmus merah dan berubah menjadi biru, (Dan itu sudah
sesuai dengan teori). Dokter juga meminta untuk memantau TTV dan DJJ janin,
(Dan itu sudah sesuai dengan teori).

Jadi dari data diatas dapat disimpulkan bahwa teori dengan kegiatan yang
dilakukan di tempat praktek tidak ada kesenjangan.

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
KPD merupakan salah satu kegawatdaruratan dalam obstetric.
Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.Ketuban pecah dini merupakan salah satu factor
penyebab kematian ibu dan janin.Penatalaksanaan KPD tergantung pada
usia kehamilan dan ada atau tidaknya infeksi.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan
tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia
akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau
timbul tanda dan gejala korioamninitis.
Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter, guna menginduksi persalinan dan
kelahiran. Pilihan metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung
pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.

B. Saran
1. Bagi Individu
Diharapkan penulis agar lebih mahir untuk membuat kasus
Ketuban Pecah Dini apabila nanti menemukan kasus yang sama.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta lebih jeli dalam menentukan masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien dan mampu menentukan solusi dalam
menangani masalah tersebut
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat yang sudah mengetahui tanda-tanda dari
Ketuban Pecah Dini ini untuk sigap apabila salah satu
dikeluarganya ada yang merasakan dari tanda-tanda yang sudah
dijelaskan.

24
25

Anda mungkin juga menyukai