Anda di halaman 1dari 2

Peran Disruptif Teknologi dalam Pengembangan Fintech dan kaitannya dengan stabilitas sistem

keuangan

Pendahuluan

Perkembangan pesat teknologi berdampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk


sektor finansial. Jaringan dan internet memudahkan akses informasi keuangan, era digital
perbankan lahir sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Hal ini mendorong para
pelaku bisnis ekonomi, finansial, perbankan selalu melakukan inovasi produk dalam upaya
memenuhi kebutuhan konsumen. Perubahan ini akan berdampak pada bisnis pemerintah dan
otoritas serta memberikan dampak pada pengukuran-pengukuran yang menjadi indikator
pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemerintah Indonesia memiliki sebuah visi besar dalam sektor ekonomi digital, Presiden
Joko Widodo menargetkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada
2020. Hal tersebut tidak mustahil untuk dicapai, mengingat jumlah penduduk Indoensia yang
memanfaatkan layanan ekonomi digital semakin meningkat setiap tahunnya. Sejalan dengan itu,
perusahaan rintisan (start up) mulai banyak bermunculan.
Ekonomi digital memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangungan di Indonesia.
Keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan kontribusi signifikan
terhadap produk domestic bruto (PDB) dan jumlah lapangan kerja di Indonesia. Secara spesifik,
setiap 1% peningkatan penetrasi mobile di proyeksikan akan menyumbang tambahan 640 juta
USD kepada PDB Indoesia serta membuka 10.700 lapanga pekerjaan baru pada tahun 2020.
Kontribusi ini terasa semakin signifikan dimana sektor TIK menyumbang 7.2 persen dari total
PDB Indonesia (Oxford Economic, 2016).
Perubahan massif di era teknologi digital ini tidak hanya berdampak pada sektor usaha
dan bisnis saja, melainkan stabilitas sistem keuangan Indonesia juga akan terpengaruh. Hal
tersebut dapat dilihat dari beberapa perubahan yang terlihat pada masyarakat Indonesia.
Perubahan terjadi dalam cara berkomunikasi, bekerja, dan bertransaksi untuk membelanjakan
pendapatannya.
Financial Technology (FinTech atau fintech dalam penulisan selanjutnya) sebagai solusi
alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan jasa keuangan. Dengan ide
kreatif dan inovasi teknologi, fintech menawarkan pilihan baru bagi konsumen dalam melakukan
aktivitas pembayaran, pengiriman uang, intermediasi dana, dan investasi. Sebagai negara dengan
populasi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar keempat di dunia, Indonesia merupakan pasar
besar bagi fintech. Menurut Indonesia's Fintech Association (IFA), jumlah pemain fintech di
Indonesia tumbuh 78% pada tahun 2015-2016. Sampai November 2016, IFA mencatat sekitar
135 hingga 140 perusahaan startup yang terdata. Kehadiran fintech di Indonesia diperkuat
dengan momentum pertambahan jumlah middle-class and affluent consumer (MAC), yang
diprediksi oleh Boston Consulting Group (BCG) akan melonjak dari 74 juta orang pada 2013,
menjadi 141 juta orang pada 2020. MAC merupakan kelompok masyarakat yang secara sosial-
ekonomi akan mulai menggunakan uangnya antara lain untuk kebutuhan rumah tangga,
kendaraan dan layanan keuangan (Kennedy. 2017).
Peluang adanya disruptif teknologi dalam pekembangan perekonomian nasional, salah
satunya terfokus pada dua sector yaitu sector pelayanan dan pembiayaan. Dalam sektor layanan,
seringkali dihubungkan dengan bagaimana cara berkomunikasi dan pemenuhan kepuasan
konsumen. Seperti pada pelayanan belanja yang semakin marak dikembangkan di Indonesia,
yaitu dengan memberikan layanan secara online dan pasar semakin mendekatkan diri pada
konsumen. Hal tersebut memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan pasar di
Indonesia. Pada sector pembiayaan di Indonesia, fasilitas yang semakin memudahkan para
pelaku usaha ekonomi. Hal tersebut karena saat ini pemerintah yang banyak mendukung sector
ekonomi digital. Beberapa cara yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan
memberikan pembiayaan pada UKM yang berkembang di Indonesia. Namun, sayangnya UKM
yang berjalan di Indonesia kurang mengembangkan kapasitas digitalnya. Laporan Deloitte di
2015 mengungkapkan 73% UKM Indonesia memiliki kapasitas digital yang sangat terbatas.
Artinya sekitar dua pertiga dari semua perusahaan di Indonesia belum memaksimalkan teknologi
digital. Deloitte memperkirakan digitalisasi Indonesia akan memungkinkan UKM untuk
berkontribusi pada pertumbuhan hingga 80% lebih tinggi dari sebelumnya dan membuat mereka
17 kali lebih mungkin untuk makin inovatif, dan pada akhirnya, menyumbang peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia sebanyak 2% setiap tahunnya. Hal tersebut tidak
menjadi focus pemerintah dalam memberlakukan disruptif teknologi, namun lebih jauh dari itu
pemerintah memperhatikan bagaimana peranan dari disruptif teknologi yang dapat
mempengaruhi fintech. Seperti yang telah dijabarkan, adanya fintech tentunya akan memberikan
dampak yang signifikan terhadap perubahan system keuangan yang berlaku. Adanya perubahan
system tersebut secara langsung akan memberikan dampak perubahan pada stabilitas keuangan
nasional. Perlunya mengetahui bagaimana peran disruptif teknologi dalam pengembangan
fintech yang dapat memberikan pengaruh terhadap stabilitas keuangan dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai