Anda di halaman 1dari 9

Syaiful Bahri dan Rinawati…Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi

SENYAWA TERPENOID HASIL ISOLASI DARI DAUN LADA


(Piper nigrum, Linn) DAN UJI BIOAKTIVITASNYA
TERHADAP HAMA Callosobruncus chinensis
Syaiful Bahri dan Rinawati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung


Jl. S. Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

E-mail: muzaki@maiser.unila.ac.id

Diterima 8 Juli 2005, perbaikan 25 November 2005, disetujui untuk diterbitkan 2 Desember 2005

ABSTRACT
The isolation of terpenoid from pepper leaves (Piper nigrum, Linn) has successfully been performed. The
compound (3 mg) was isolated by the use of 100 % chloroform eluen with the RF of 0.46 as white crystal.
The compound shows activity against Callosobruncus chinensis. Based on the infrared and the mass
spectrometry spectra, the compound obtained is classified as sesquiterpen containing the main functional
groups of –OH and C=C, with the relative molecular mass of 220 m/e. The bioactivity test of this compound
against Callosobruncus chinensis on mung bean leaves showed that the compound causing not only to the
death of the plant diseases but also reducing the feeding activity with the contact time of 72 hours.

Keywords: pepper leaves, terpenoid, bioactivity, Callosobruncus chinensis

1. PENDAHULUAN insektisida botani yang memiliki sifat mudah


terurai (biodegradable)4 di alam sehingga tidak
Dewasa ini ketergantungan petani akan mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
penggunaan insektisida sintetik untuk manusia karena residunya mudah hilang.
menanggulangi hama cukup tinggi bila Insektisida tersebut juga bersifat pukul dan lari,
dibandingkan dengan insektisida botani. Padahal yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama
penggunaan insektisida tersebut umumnya dapat pada waktu itu setelah hamanya terbunuh maka
berpengaruh buruk bagi lingkungan dan dapat residunya akan cepat menghilang di alam5.
mengakibatkan hama menjadi resisten terhadap
insektisida tersebut, akhir-akhir inipun harga Hingga saat ini informasi tentang pemanfaatan
pestisida sintetik relatif mahal dan terkadang sulit daun lada sebagai sumber insektisida botani masih
untuk memperolehnya. Untuk itu perlu dicari sangat terbatas, sehingga perlu diadakan penelitian
tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat tentang pemanfaatan daun lada tersebut.
insektisida khususnya yang mudah diperoleh dan Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan meng-
dapat diramu sebagai sediaan insektisida1 untuk identifikasi senyawa terpenoid pada daun lada dan
pengendalian hama gudang yang efektif dan tidak menguji sifat bioaktivitas terhadap hama gudang
berpengaruh buruk terhadap manusia dan Callosobruncus chinensis pada biji kacang hijau.
lingkungannya2.
2. METODE PENELITIAN
Lada merupakan salah satu tanaman yang
mengandung senyawa terpenoid sekitar 1 – 4 %. 2.1. Persiapan sampel
Penggunaan lada sebagai sumber potensial
insektisida botani pernah dilaporkan oleh Arnason Sampel daun lada diambil dari Way Kanan. Daun
(1993) dan Isman (1995)1 sedangkan daun lada lada yang diperoleh kemudian dibersihkan dari
dilaporkan pula dapat digunakan sebagai kotoran yang menempel dan kemudian
insektisida terhadap ngengat dalam lemari dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering
pakaian3. Daya insektisidal yang terdapat dalam sampel daun lada digiling untuk mendapatkan
buah lada cukup efektif untuk melindungi produk ukuran yang lebih kecil.
pertanian misalnya digunakan sebagai pencegah
daya makan (antifeedant) terhadap hama gudang1. 2.2. Proses isolasi dan pemurnian
Pengendalian hama gudang (Callosobruncus
chinensis) dengan menggunakan daun lada Sampel kering seberat 5 kg dimasukkan dalam
merupakan salah satu contoh penggunaan wadah dan direndam dengan menggunakan pelarut

158  2005 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

aseton selama 2 x 24 jam. Hasil perendaman rpm) rendah menggunakan bantuan vakum
kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat. sehingga senyawa-senyawa dalam filtrat relatif
Filtrat tersebut lalu dipekatkan dengan penguap aman dari kerusakan akibat pemanasan yang
putar vakum hingga diperoleh ekstrak kental. berlebihan. Dari hasil pemekatan didapatkan
Ekstrak kental tersebut kemudian dipartisi dengan ekstrak kental sebanyak 50 gram. Ekstrak kasar
menggunakan pelarut n-heksana : H20 (1 : 1). aseton yang diperoleh dipartisi dengan
Fasa n-heksana diambil dan dipekatkan dengan menggunakan n-heksana : air (1 : 1). Partisi ini
penguap putar vakum. Kemudian dilakukan uji bertujuan untuk memperkecil pola penyebaran
KLT dengan eluen n-heksana dan kloroform, plat range komponen senyawa hasil maserasi
KLT tersebut dilihat pada lampu UV kemudian berdasarkan kelarutannya. Setelah didiamkan
disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchad beberapa saat kemudian akan didapatkan 2 lapisan
untuk mengetahui letak senyawa terpenoid. yang selanjutnya dipisahkan dan dihasilkan fasa n-
Setelah itu dilakukan uji bioaktif dengan heksana dan fasa air. Pada kedua fasa tersebut
menggunakan hama gudang Callosobruncus diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Pada
chinensis dan bahan uji biji kacang hijau fasa air tidak terbentuk endapan yang mencirikan
terdapatnya senyawa terpenoid, sedangkan pada
2.3. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom fasa n-heksana ternyata didapatkan endapan
berwarna ungu sehingga fasa inilah yang
Ekstrak kental hasil partisi dimasukkan ke dalam dilanjutkan ketahap berikutnya.
kolom dan dielusi dengan pelarut mulai dari n-
heksana, kloroform, metanol dan perbandingan Fasa n-heksana yang didapat kemudian dipekatkan
dari pelarut-pelarut tersebut. Dari hasil dengan penguap putar vakum sehingga didapatkan
pemisahan fraksi-fraksi tersebut kemudian crude n-heksana sebanyak 10 gram. Selanjutnya
dilakukan uji KLT dan uji bioaktif untuk dilakukan uji KLT menggunakan plat KLT dengan
mendapatkan fraksi yang aktif dan mengandung SiO2 sebagai fasa diam. Dari hasil KLT fasa n-
senyawa terpenoid. Untuk memurnikan fraksi heksana didapatkan 10 bercak noda dengan harga
yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom , Rf masing-masing Rf1 = 0,03, Rf2 = 0,09, Rf3 =
fraksi tersebut kemudian di rekolom untuk yang 0,16, Rf4 = 0,41, Rf5 = 0,46, Rf6 = 0,5, Rf7 = 0,61,
kedua kalinya. Hasil elusi ditampung setiap 1 ml Rf8 = 0,77, Rf9 = 0,8, dan Rf10 = 0,95 dengan
per botol sampel agar didapatkan pemisahan yang kloroform 100 % sebagai fasa gerak, hasil KLT
lebih baik. diberikan pada Gambar 1.

2.4. Uji Bioaktif


Rf10
Uji bioaktif dilakukan dengan tujuan mengetahui Rf9
pengaruh daun lada sebagai insektisida5. Uji Rf8
bioaktif dilakukan pada semua fraksi hasil setiap Rf7
tahapan pemurnian. Pengujian bioaktivitas Rf6
dilakukan dengan metode percobaan makan. Rf5
Pengamatan mortalitas hama uji dilakukan setiap 6 Rf4
jam sekali sampai didapatkan fraksi aktif yaitu
fraksi yang ditambahkan pada biji kacang hijau Rf3
mengakibatkan hama uji mati seluruhnya pada 5 Rf2
kali pengulangan. Data yang ditampilkan dalam
Rf1
waktu (jam) merupakan data hama yang masih
dapat bertahan hidup6 .
(a) (b)
2.5. Identifikasi Senyawa Terpenoid
Gambar 1. Hasil KLT Crude n-heksana Hasil
Sampel yang telah diisolasi kemudian Partisi (a) Eluen n-heksana 100 % (b) Eluen
diidentifikasi dengan metode spektroskopi, yaitu CHCl3 100 %
spektroskopi UV-Vis, IR dan GC-MS.
Hal itu menunjukkan bahwa dalam ekstrak n-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN heksana terkandung sedikitnya 10 komponen
senyawa dan dengan pereaksi Liebermann-
Hasil perendaman daun lada disaring sehingga Burchard dapat dilihat adanya senyawa terpenoid
didapatkan filtrat yang kemudian dipekatkan pada bercak noda dengan Rf2, Rf5, Rf6, Rf8 dan
dengan penguap putar yang bertujuan memekatkan Rf10 ditandai dengan terbentuknya warna ungu,
filtrat dengan suhu (30 – 400C dan putaran 60 merah jambu dan ungu kemerahan.

 2005 FMIPA Universitas Lampung 159


Syaiful Bahri dan Rinawati…Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi

3.1. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom yang berada pada Rf tersebut menjadi target isolasi
berikutnya.
Pemisahan komponen senyawa pada crude n-
heksana dilakukan menggunakan kromatografi
kolom dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa
gerak menggunakan cara elusi landaian dimulai
dengan pelarut n-heksana, kloroform, dan
perbandingan dari pelarut tersebut terakhir Rf4
Rf3
menggunakan pelarut metanol. Dari hasil
penampungan kolom kromatografi didapatkan 5 Rf2
fraksi yaitu fraksi n-heksana (1), fraksi n-heksana : Rf1
CHCl3 (2), fraksi CHCl3 (3), fraksi CHCl3 : MeOH
(4) dan fraksi MeOH (5). Hasil kromatografi
kolom fasa n-heksana diberikan pada Tabel 1. Plat KLT SiO2
Eluen CHCl3 100 %
Hasil fraksi-fraksi tersebut dipekatkan dengan
penguap putar vakum, kemudian diambil sejumlah
cuplikan dan dilarutkan dengan aseton untuk uji Gambar 2. Hasil KLT Senyawa Fraksi CHC3
bioaktif terhadap hama Callosobruncus chinensis
untuk mengetahui fraksi yang bersifat aktif. Untuk memisahkan senyawa yang menjadi target
isolasi dari komponen yang lain dilakukan kembali
Dari hasil uji bioaktivitas yang disajikan pada kromatografi kolom dengan menggunakan silika
Tabel 2. dapat dilihat bahwa fraksi n-heksana : gel 60 sebagai fasa diam dan fasa gerak n-heksana,
CHCl3 dan fraksi CHCl3 bersifat aktif. Pada fraksi kloroform, perbandingan pelarut-pelarut yang
n-heksana : CHCl3 mempunyai sifat aktif terhadap digunakan dan MeOH. Hasil rekolom dari fraksi
hama uji tetapi tidak mengandung senyawa CHCl3 dapat dilihat pada Tabel 3.
terpenoid sedangkan fraksi CHCl3 merupakan
fraksi yang aktif terhadap hama gudang Dari hasil rekolom fraksi CHCl3 didapatkan 4
Callosobruncus chinensis dan mengandung fraksi. Pada fraksi-fraksi tersebut kemudian diuji
senyawa terpenoid ditandai dengan adanya bercak bioaktivitas dan uji terpenoid. Didapatkan
noda yang berwarna ungu kemerahan. Fraksi senyawa target berada difraksi 3.3 dengan eluen
CHCl3 memiliki keaktifan terhadap hama CHCl3 : MeOH dan setelah diuji bioaktivitas
Callosobruncus chinensis dengan waktu kontak ternyata fraksi tersebut aktif terhadap hama gudang
selama 24 jam untuk dapat mematikan semua Callosobruncus chinensis, hasil uji bioaktif
hama uji pada lima kali pengulangan. diberikan pada Tabel 4.

Hasil KLT pada fraksi CHCl3 menunjukkan bahwa Hasil KLT fraksi 3.3 diberikan pada Gambar 3.
dalam fraksi tersebut masih terdapat 4 komponen Dari gambar tersebut dapat dilihat hasil KLT
senyawa dengan harga Rf masing-masing senyawa rekolom fraksi 3.3 bercak noda yang dihasilkan
adalah Rf1 = 0,41, Rf2 = 0,46, Rf3 = 0,5 dan Rf4 sudah satu spot tetapi masih agak memanjang
= 0,61. Pada Rf = 0,46 dan Rf = 0,5 diidentifikasi sehingga perlu dilakukan lagi kromatografi kolom
sebagai senyawa terpenoid karena berwarna ungu terhadap fraksi tersebut untuk mendapatkan
kemerahan dan merah jambu setelah disemprot senyawa target yang lebih murni.
dengan Liebermann-Burchard, maka komponen

Tabel 1. Hasil Kromatografi Kolom Crude n-heksana

Hasil Uji
Fraksi Eluen Warna Fraksi Uji Terpenoid
Bioaktif
1. n-heksan Kuning pekat - +
2. n-heksan : CHCl3 Hijau pekat - +
3. CHCl3 100 % Kuning kemerahan + +
4. CHCl3 : MeOH Hijau kehitaman + +
5. MeOH 100% Hitam - -

Keterangan : + = Hasil uji aktif / terdapat terpenoid


- = hasil uji tidak aktif / tidak mengandung terpenoid

160  2005 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Tabel. 2. Data Hasil Uji Bioaktif Kromatografi Kolom Fase n-heksana

Waktu (Jam) / Hama yang Masih Berat


Berat Awal Hidup
Perlakuan Akhir Keterangan
(gram)
6 12 18 24 (gram)
Blangko
Kacang
a. 0,6888 10 10 10 9 0,6703
hijau
b. 0,6775 10 10 10 10 0,6625 berlubang
c. 0,7465 10 10 10 10 0,7286 dan
berbubuk
d. 0,7113 10 10 10 9 0,6998
e. 0,7277 10 10 10 10 0,7175
Pelarut Aseton
kacang
a. 0,7096 10 10 10 9 0,6898
hijau
b. 0,7398 10 10 10 10 0,7252 berlubang
c. 0,6132 10 9 10 10 0,6039 dan
berbubuk
d. 0,6358 10 10 9 8 0,6225
e. 0,6824 10 10 10 10 0,6249
Fraksi
heksana : CHCl3
a. 0,6468 10 10 7 4 0,6315 kacang
hijau
b. 0,6872 10 9 5 2 0,6398
berlubang
c. 0,6886 10 9 7 6 0,6706 dan
d. 0,6813 10 9 6 3 0,6783 berbubuk

e. 0,6357 10 10 6 4 0,6224
Fraksi CHCl3
kacang
a. 0.6388 8 5 3 0 0.6388
hijau
b. 0.7143 6 4 2 0 0.7143 tetap
utuh
c. 0.7292 9 7 5 0 0.7292
d. 0.7386 8 3 0 0 0.7386
e. 0.7840 8 6 4 0 0.7840
Fraksi CHCl3 :
MeOH
a. 0,6844 9 6 1 0 0.6781
b. 0,6625 8 4 2 1 0.6497 kacang
hijau
c. 0,6989 10 8 4 2 0.6901 sedikit
d. 0,7227 8 5 2 0 0.7112 berbubuk

e. 0,7348 8 6 3 1 0.7178
Fraksi MeOH
kacang
a. 0,6921 10 6 5 2 0,6753
hijau
b. 0,6928 10 7 3 1 0,6805 berlubang
c. 0,6133 10 9 6 4 0,5924 dan
d. 0,6685 9 7 4 0 0,6479 berbubuk
e. 0,6319 9 8 4 1 0,6186

 2005 FMIPA Universitas Lampung 161


Syaiful Bahri dan Rinawati…Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi

Tabel 3. Hasil Rekolom Fraksi Kloroform (CHCl3)

Hasil Uji
Fraksi Eluen Warna Fraksi Uji Terpenoid
Bioaktif
3.1 n-heksana 100 %, n- Kuning muda - -
heksana : CHCl3
3.2 CHCl3 100 % Kuning - -

3.3 CHCl3 : MeOH Kuning kemerahan ++ +

3.4 MeOH 100 % Kuning + +

Keterangan : ++ = Hama mati semua


+ = Hama masih ada yang hidup
- = Hama masih bayak yang hidup

Tabel 4. Data Hasil Uji Bioaktif Fraksi 3 (CHCl3)

Berat Waktu (jam) / Hama yang Masih Berat


Perlakuan Awal Hidup Akhir Keterangan
(gram) 12 24 36 48 60 (gram)
Blanko
a. 0,7356 10 10 10 10 9 0,7068 Kacang
b. 0,7562 10 10 10 9 8 0,7245 hijau
c. 0,7208 10 10 10 10 10 0,6981 berlubang
d. 0,7759 10 10 10 10 10 0,7540 dan
e. 0,7270 10 10 10 10 10 0,6876 berbubuk
Pelarut Aseton
a. 0,7080 10 10 10 10 10 0,6852
b. 0,7085 10 10 10 9 9 0,6907 Kacang
c. 0,6678 10 10 10 10 10 0,6393 hijau
d. 0,6706 10 10 10 9 8 0,6564 berlubang
e. 0,6930 10 10 10 9 9 0,6818 dan
berbubuk
Fraksi 3.1
a. 0,6647 10 10 8 6 3 0,6529 Kacang
b. 0,7939 10 9 6 4 2 0,7761 hijau
c. 0,6558 9 8 6 4 1 0,6354 sedikit
d. 0,7334 9 7 5 3 3 0,7149 berbubuk
e. 0,7150 10 9 7 5 4 0,6893
Fraksi 3.2
a. 0,6670 10 7 5 4 2 0,6602 Kacang
b. 0,7249 8 6 3 1 0 0,7089 hijau
c. 0,7799 10 7 5 2 0 0,7675 sedikit
d. 0,7352 10 8 6 4 3 0,7228 berbubuk
e. 0,7074 9 8 6 3 1 0,6937
Fraksi 3.3
a. 0,7548 9 8 6 3 0 0,7548 Kacang
b. 0,6935 9 7 4 2 0 0,6935 hijau
c. 0,6611 8 7 6 4 0 0,6611 tetap
d. 0,7403 7 5 3 0 0 0,7403 utuh
e. 0,6665 9 6 5 2 0 0,6665
Fraksi 3.4
a. 0,6724 10 9 6 4 3 0,6680 Kacang
b. 0,6921 10 6 4 2 1 0,6854 hijau
c. 0,7526 9 7 3 2 2 0,7472 berlubang
d. 0,6673 9 5 3 1 1 0,6603 dan
e. 0,7839 10 7 6 3 0 0,7788 berbubuk

162  2005 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

eluen dengan kepolaran yang berbeda-beda, harga


Rf 0,17 dengan eluen n-heksana : CHCl3 (1 : 1) (a),
Rf 0,46 dengan eluen CHCl3 100 % (b), eluen n-
heksana : CHCl3 : MeOH ( 5 : 4 : 1) Rf 0,60 (c)
dan Rf 0,9 dengan eluen CHCl3 : MeOH (1 : 1)
(d). Kristal yang dihasilkan sebanyak 3 mg
Plat KLT SiO2 berbentuk seperti jarum dan berwarna putih. Hasil
Eluen CHCl3 100 % plat KLT senyawa target yang dihasilkan dengan
beberapa eluen diberikan pada gambar berikut:

Gambar 3. Hasil KLT Rekolom Fraksi 3.3

Pada tahap pemurnian ini, hasil tampungan


dilakukan setiap 1 ml per botol sampel dengan
menggunakan eluen n-heksana : CHCl3, CHCl3,
CHCl3 : MeOH dan MeOH. Dari hasil kolom
didapatkan hasil penampungan sebanyak 210 botol (a) (b) (c) (d)
sampel dan tiap botol diuji KLT dan disemprot
dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Gambar 4. Hasil KLT Senyawa Hasil Isolasi
Berdasarkan hasil KLT yang dilihat dari harga Rf (Terpenoid)
bercak noda yang terbentuk didapatkan 6 fraksi.
Setelah didiamkam selama beberapa hari pada 3.2. Uji Bioaktif
masing-masing fraksi terbentuk kristal berbentuk
jarum. Kristal yang terbentuk tiap fraksi memiliki Hasil pengujian uji bioaktivitas Callosobruncus
bentuk yang hampir sama dan memiliki nilai Rf chinensis pada biji kacang hijau menunjukkan
yang memiliki perbedaan sangat tipis. Hasil kristal bahwa pada ekstrak daun lada mengandung
terbanyak terdapat pada fraksi 3.3.4. Hasil kolom senyawa terpenoid yang dapat menyebabkan
kromatografi pemurnian ini diberikan pada Tabel kematian pada hama uji dan juga dapat
5. mengurangi aktivitas makan. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya hama yang mati dan biji kacang
Pada masing-masing fraksi yang didapat dari hasil hijau pada fraksi yang aktif masih dalam keadaan
kromatografi kolom fraksi 3.3 kemudian dilakukan utuh. Sedangkan biji kacang hijau pada blangko,
uji bioaktivitas terhadap hama gudang pelarut dan fraksi yang lain menjadi berlubang dan
Callosobruncus chinensis. Berdasarkan hasil uji berbubuk sehingga menyebabkan penurunan berat
bioaktivitas yang diberikan pada Tabel 6. fraksi kacang hijau. Berkurangnya berat kacang hijau
3.3.4. bersifat aktif terhadap hama uji, sehingga disebabkan karena selama perkembangannya larva
kristal yang ada pada fraksi ini yang kemudian Callosobruncus chinensis memakan kotiledon
diidentifikasi dengan alat spektroskopi. maupun embrio dari kacang hijau. Serangan yang
dilakukan oleh hama ini menyebabkan kacang
Pemeriksaan dengan KLT memperlihatkan bahwa hijau berlubang bahkan sampai hampa (tinggal
senyawa target yang diperoleh selalu memberikan kulitnya saja) dan bobotnya menjadi ringan9.
bercak tunggal walaupun telah digunakan berbagai

Tabel 5. Hasil Kromatografi Rekolom Fraksi 3.3 (Fraksi CHCl3 : MeOH)

Hasil Uji Uji Kristal yang


Fraksi No. Tabung Eluen
Bioaktif Terpenoid terbentuk
3.3.1 1 – 20 n-hek : CHCl3 - + sedikit
3.3.2 31 – 69 CHCl3 - + sedikit
3.3.3 76 – 84 CHCl3 + + cukup banyak
3.3.4 88 – 151 CHCl3 : MeOH + + banyak
3.3.5 159 – 173 MeOH - + sedikit
3.3.6 177 – 210 MeOH - + cukup banyak

 2005 FMIPA Universitas Lampung 163


Syaiful Bahri dan Rinawati…Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi

Tabel 6. Data Hasil Uji Bioaktif Rekolom Fraksi 3.3

Berat Waktu (Jam) Berat


Perlakuan Awal 12 24 36 48 60 72 Akhir Keterangan
(gram) (gram)
Blangko
a. 0,7371 10 10 10 10 10 10 0,7125 Kacang
b. 0,7710 10 10 10 10 10 10 0,7528 hijau
c. 0,7067 10 10 10 10 10 10 0,6891 berlubang
d. 0,7324 10 10 10 10 9 9 0,7089 dan
e. 0,7952 10 10 10 10 10 9 0,7765 berbubuk
Pelarut Aseton
a. 0,7158 10 10 10 10 9 8 0,6500
b. 0,7007 10 10 10 10 10 10 0,6252 Kacang
c. 0,7698 10 10 10 10 10 9 0,6288 hijau
d. 0,7429 10 10 10 10 10 10 0,6784 berlubang
e. 0,7952 10 10 10 10 10 10 0,6892 dan
berbubuk
Fraksi 3.3.1
a. 0,6849 10 9 7 7 5 5 0,6682 Kacang
b. 0,6904 10 8 6 5 4 4 0,6828 hijau
c. 0,7060 10 10 8 6 5 2 0,6859 berlubang
d. 0,6824 9 7 6 5 5 3 0,6705 dan
e. 0,6794 8 6 4 3 1 0 0,6591 berbubuk
Fraksi 3.3.2
a. 0,6735 10 10 7 5 3 3 0,6689 Kacang
b. 0,6654 10 9 9 6 3 3 0,6573 hijau
c. 0,7111 10 10 8 7 4 4 0,6902 berlubang
d. 0,6869 10 9 7 6 1 1 0,6803 dan
e. 0,7229 10 9 9 6 2 2 0,7114 berbubuk
Fraksi 3.3.3
a. 0.6572 10 8 7 6 5 5 0,6385 Kacang
b. 0.6814 10 9 8 5 3 2 0,6719 hijau
c. 0.7213 10 10 9 7 4 2 0,7152 berlubang
d. 0.7543 9 7 6 5 3 3 0,7290 dan
e. 0.7259 9 8 6 6 2 1 0,7004 berbubuk
Fraksi 3.3.4
a. 0,6897 8 5 3 2 1 0 0,6897
b. 0,6609 8 6 5 5 2 0 0,6609 Kacang
c. 0,7441 9 8 6 4 1 0 0,7441 hijau
d. 0,7336 7 6 4 1 1 0 0,7336 tetap
e. 0,7345 10 8 5 2 0 0 0,7345 utuh
Fraksi 3.3.5
a. 0,6852 9 7 5 3 2 0 0,6785
b. 0,6909 9 7 6 4 1 0 0,6821 Kacang
c. 0,7336 8 7 4 2 1 1 0,7250 hijau
d. 0,7278 10 8 6 5 3 2 0,7209 sedikit
e. 0,7414 8 6 5 3 1 0 0,7334 berbubuk
Fraksi 3.3.6
a. 0,6753 9 9 7 4 3 2 0,6611 Kacang
b. 0,6988 8 7 4 3 1 0 0,6799 hijau
c. 0,7215 10 9 7 6 3 1 0,7153 berlubang
d. 0,7566 10 9 7 5 2 2 0,7425 dan
e. 0,6484 9 9 6 5 4 2 0,6348 berbubuk

164  2005 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Gambar 5. Spektrum IR Senyawa Hasil Isolasi

Gambar 6. Spektrum massa Senyawa Hasil Isolasi

3.3. Identifikasi dengan Spektroskopi Infra dalam rumus molekul tersebut dapat dihitung
Merah berdasarkan rumus DBE dan dihasilkan sebanyak
4 buah ekivalen ikatan rangkap, yaitu 3 buah
Pemeriksaan spektrum infra merah dari senyawa lingkar (siklik) dan 1 buah ikatan rangkap C=C7.
terpenoid yang diperoleh, memberikan pita-pita Adanya gugus – OH pada struktur dugaan
serapan pada bilangan gelombang 3317,3 cm -1 (s) dibuktikan dengan adanya puncak 202 m/e pada
merupakan serapan dari uluran – OH. Serapan data MS dimana ion molekul melepaskan molekul
pada 2931,6 cm -1 (k) yang didukung dengan netral H2O dan didukung dengan adanya serapan
serapan pada 1458,1 cm -1 (s) merupakan uluran pada bilangan gelombang 3317,3 cm-1 pada data
metil, pada bilangan gelombang 2862,2 cm -1 IR. Gugus metil dilihat dari munculnya puncak
merupakan uluran =C-H dan serapan di daerah 205 m/e dimana ion radikal metil dilepaskan dari
sidik jari pada 1373,2 cm -1 menunjukkan uluran - ion molekul dan juga puncak 187 m/e setelah
CH2. Pada 1643,2 cm -1 (l) yang didukung oleh pelepasan H2O dan gugus metil dari ion molekul,
serapan di daerah sidik jari pada 887,2 cm -1 (l) dari data IR gugus metil ditunjukkan dengan
merupakan uluran C=C yang terdapat dalam adanya serapan pada 2931,6 cm-1 dan 1458,1 cm-1.
struktur lingkar. Serapan di daerah sidik jari pada Adanya ikatan rangkap pada siklik ditunjukkan
1126,4 cm -1 (s) merupakan serapan dari C-O dengan adanya serapan pada 1643,2 cm-1 dan
(Sastrohamidjojo, 1990). Data hasil pengukuran 887,2 cm-1. Ikatan =C-H pada ikatan rangkap
spektroskopi IR diberikan pada Gambar 5. ditunjukkan dengan adanya peak pada 2862,2 cm-1.
Hasil pengukuran Spektroskopi Massa diberikan
3.4. Identifikasi dengan Spektroskopi Massa pada Gambar 6.

Dari hasil pengukuran spektroskopi massa


didapatkan senyawa dengan berat molekul 220 m/e 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan puncak dasar (100 %) adalah 43. Senyawa
dengan berat molekul 220 diduga memiliki rumus Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
molekul C15H24O. Jumlah ekivalen ikatan rangkap sebagai berikut: telah berhasil diisolasi senyawa

 2005 FMIPA Universitas Lampung 165


Syaiful Bahri dan Rinawati…Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi

terpenoid dari daun lada (Piper nigrum, Linn) yang Host, The Diamondbackmoth (Lepidoptera:
bersifat bioaktif terhadap hama Callosobruncus Plutellidea). J. Econ. Ento. 48 (6): 435-411.
chinensis berupa kristal berwarna putih sebanyak 3
mg dengan harga Rf 0,46 menggunakan eluen 3. Bahri, S. dan Rinawati. 2005. Isolasi
CHCl3 100 %. Dari hasil analisis spektroskopi IR Senyawa Alkaloid pada buah lada dengan uji
dan Spektroskopi Massa diperkirakan senyawa aktifitas terhadap hama beras (Sithopilus
hasil isolasi merupakan senyawa terpenoid jenis oryzae L). J. Ilmiah MIPA. VIII(1): 42-47
seskuirterpenoid dengan gugus-gugus fungsi utama
OH dan C=C serta berat molekul relatif 220 m/e. 4. Arnason, B.J.R., I. M Gagnon, N. Lesage,
L.egrave. 2005. Efficacy of Botanical
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil Insecticides from Piper Species (Piperaceae)
penelitian ini adalah sebagai berikut : agar Extracts For Control of European Chafer
didapatkan senyawa hasil isolasi yang memiliki (Coleoptera: Scarabaeidae). J. Econ. Ento.
kemurnian lebih tinggi dilakukan pengukuran 98 (3): 845-855(11)
dengan menggunakan HPLC, perlu dilakukan
pengukuran lebih lanjut dengan NMR agar dapat 5. Isman, M. 2002. Pesticide Outlook, J. Royal
menentukan struktur molekul senyawa terpenoid Soc. Chem. 10.1039/b206507j: 30-37.
yang didapat dari daun lada (Piper nigrum, Linn)
secara pasti. Perlu dilakukan uji bioaktivitas 6. SAS Institut. 1990. SAS/STAT User’s Guide,
terhadap hama Callosobruncus chinensis dengan Version 6, Fourth Edition, Volume 2. North
menggunakan beberapa taraf konsentrasi sehingga Carolina. SAS Institut Inc.
dapat dihitung LC50 (Lethal Concentration).
7. Hamid, A., Y. Nuryani. 1992. Kumpulan
Abstrak Seminar dan Lokakarya Nasional
DAFTAR PUSTAKA Etnobotani, Bogor. Dalam S. Riyadi, A.
Kuncoro, dan A.D.P. Utami. Tumbuhan
1. Suprapto dan Nurjanah, N. 2001. Daya Beracun. Malang : Balitnas.
Insektisida Buah Lada Terhadap Beberapa
Hama Gudang. J. Sains Tek.7(3): 141-146. 8. Rismunandar. 2001. Lada, Budidaya dan Tata
Niaganya. Penebar Swadaya. Jakarta.
2. Idris, A.B dan E. Garfius. 1993. Pesticides Halaman 6-34.
Affect Immature Stangst of Diadegme
Insulare (Hymenoptra: Plutellidea) and it’s 9. Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman
dalam Gudang. Rineka Cipta. Jakarta.

166  2005 FMIPA Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai