Resiko Malnutrisi
Resiko Malnutrisi
Ringkasan
Objektif: Untuk mengidentifikasi faktor yang berkaitan dengan risiko malnutrisi pada
pasien rawat inap. Metode: Studi potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan di
rumah sakit umum di Sao Paulo, dengan metode convenience sample sebanyak 300
subjek dewasa yang berusia 18-64 tahun. Pasien diberikan kuesioner, yang terdiri dari
data antropometri, data klinis dan diet. Kemudian pasien dievaluasi dan dikelompokkan
menjadi malnutrisi dan nonmalnutrisi. Regresi logistik multipel dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor yang berkaitan dengan malnutrisi. Variabel disusun berdasarkan
nilai odds ratio (OR), confidence interval (95%CI), koefisien regresi (β) dan tingkat
signifikansi (p). Hasil: Malnutrisi terjadi pada 60,7% pasien dan variabel yang berkaitan
dengan malnutrisi adalah: kehilangan berat badan akhir-akhir ini dan tidak disengaja,
struktur tulang yang jelas, penurunan napsu makan, diare, intake energi inadekuat dan
jenis kelamin pria. Kesimpulan: Faktor yang berkaitan dengan malnutrisi dapat
diidentifikasi saat masuk rumah sakit dan selanjutnya dilakukan evaluasi nutrisi yang
menghasilkan intervensi dan terapi nutrisi yang adekuat.
Latar belakang
Prevalensi global yang tinggi pada pasien rawat inap yang mengalami malnutrisi
telah banyak didokumentasikan sejak 4 dekade yang lalu. Beberapa studi menganalisis
malnutrisi yang terjadi di rumah sakit dan mengkorelasikan malnutrisi serta
konsekuensinya, seperti peningkatan frekuensi komplikasi klinis dan mortalitas,dampak
pada biaya dan lama rawat di rumah sakit; semakin lama pasien dirawat di rumah sakit,
semakin besar risiko perburukan malnutrisi.
Malnutrisi pada pasien rawat inap merupakan akibat sejumlah faktor dan dapat
berkaitan dengan penyakit dan/ atau terapi. Salah satu penyebab utama adalah asupan
makanan yang tidak adekuat dan terdapat beberapa situasi klinis yang dapat
mengakibatkan hilangnya napsu makan atau asupan makanan, termasuk pemeriksaan dan
prosedur yang memerlukan puasa dan perubahan komposisi diet. Selain itu, deteksi dan
intervensi yang inadekuat dapat mengakibatkan perburukan status nutrisi saat rawat inap.
Evaluasi status nutrisi pasien diperoleh melalui penilaian nutrisi, yang terdiri dari
pengukuran antropometri, observasi tanda klinis malnutrisi, perubahan hasil tes biokimia
yang mendeteksi kadar protein plasma dan sel imunitas yang rendah serta evaluasi asupan
makanan.
Penilaian status nutrisi dapat didahului dengan identifikasi risiko malnutrisi,
menggunakan alat skrining nutrisi. Meskipun tidak ada konsensus mengenai definisi dan
prosedur, beberapa institusi mempublikasikan panduan (guideline) mengenai hal ini.
Pada tahun 1994, ADA (American Dietetic Association) mendefinisikan risiko nutrisi
sebagai “adanya faktor yang dapat mengakibatkan atau memperburuk malnutrisi pada
pasien” dan ESPEN (European Society of Parenteral and Enteral Nutrition)
mendefinisikannya sebagai “risiko gangguan status nutrisi karena kondisi medis saat ini”.
ASPEN (American Society of Parenteral and Enteral Nutrition) menganggap faktor
risiko yang dapat mengganggu status nutrisi pasien adalah: kehilangan berat badan (BB),
penyakit kronis, peningkatan kebutuhan nutrisi, perubahan pola makan dan terdapatnya
kebutuhan nutrisi enteral dan/ atau parenteral.
Risiko nutrisi berkaitan dengan variabel yang berkaitan dengan status umum
pasien dan riwayat penyakit pasien saat ini serta dapat meliputi faktor fisik, sosial, dan
psikologis. Untuk memberikan terapi nutrisi yang adekuat, identifikasi pasien yang
memiliki risiko penting untuk terapi.
Identifikasi malnutrisi merupakan tujuan yang penting dan merupakan perhatian
global pada pasien rawat inap. Diagnosis yang tepat penting agar terapi nutrisi dapat
dimulai sesegera mungkin. Identifikasi faktor risiko penting agar tim layanan kesehatan
dapat mulai bekerja dan menguntungkan pasien.
Dalam konteks ini, objektif studi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang
berkaitan dengan risiko malnutrisi pada pasien rawat inap.
Metode
Studi ini merupakan studi observasional potong lintang, yang dilakukan di rumah
sakit di Sao Paulo antara Januari hingga Desember 2005. Studi ini melibatkan individu
yang telah dirawat inap selama 1 atau dua hari, pria ataupun wanita, yang berusia 18-64
tahun. Kriteria eksklusi adalah: pasien tidak dapat berkomunikasi, dinilai dengan
parameter antropometri, dan masuk ke rumah sakit karena alasan obstetri atau psikiatri.
Pasien diinformasikan mengenai tujuan studi ini dan menandatangani informed
consent apabila mereka bersedia untuk berpartisipasi dalam studi ini. Studi ini disetujui
oleh komite riset etik di Faculdade de Saude Publica, Universidade de Sao Paolo, dengan
nomor protokol 828.
Dengan menganggap bahwa prevalensi malnutrisi sekitar 50%, maka secara
statistik diperoleh sampel sebanyak 300 orang dengan metode pengambilan sampel
berupa convenience sampel.
Analisis statistik
Untuk analisis statistik data, kami menggunakan metode regresi logistik, yang
direkomendasikan oleh Jones, dengan objektif untuk mengevaluasi efek setiap variabel
terhadap risiko malnutrisi. Malnutrisi sebagai variabel dependen dan 45 variabel
independen dipilih, yang disusun dari kuesioner umum. Malnutrisi dianggap sebagai
variabel ganda (ya atau tidak) dan kekuatan hubungan antara variabel diekspresikan
dalam odds ratio (OR) dengan 95% confidence interval (95%CI) serta tingkat signifikansi
statistik sebesar 5%.
Analisis variabel yang berkaitan dengan malnutrisi awalnya dilakukan dengan uji
Chi-square, dan diikuti dengan analisis tunggal dan multipel, menggunakan model
stepwise backward. Program yang digunakan untuk analisis data adalah Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 10 untuk Windows.
Hasil
Populasi terdiri dari 300 subjek, yaitu 52,7% wanita dan 47,3% pria. Rentang usia
paling banyak adalah 30-49 tahun dan rerata usia adalah 45,2 tahun (SD= 11,8 tahun).
Malnutrisi terjadi pada 60,7% sampel dan mayoritas individu adalah pria (73,2%). Pada
analisis regresi univariat, 15 variabel berkaitan dengan malnutrisi (p<0,05) dan disusun
dimulai dengan yang paling banyak didapatkan (Tabel 1).
Dengan mempertimbangkan variabel yang berkaitan dengan penilaian BB,
variabel ‘kehilangan BB akhir-akhir ini dan tidak disengaja’ merupakan yang paling
banyak (64% sampel) (Tabel 1) dan 91,2% mengalami malnutrisi (Gambar 1). Frekuensi
tertinggi pada persentase kehilangan sehubungan dengan BB biasa adalah antara 10-20%
(29,3%) dalam periode 1-3 bulan (43,2%) dan rerata kehilangan BB adalah 15,8 kg (SD=
8,6 kg). Pada penilaian tanda klinis malnutrisi, variabel ‘struktur tulang yang jelas’
diamati pada 37,7% populasi (Tabel 1) dan 92,8% mengalami malnutrisi (Gambar 1).
Terkait jenis terapi rumah sakit, kebanyakan pasien masuk rumah sakit untuk
terapi klinis (63,3%) dan diagnosis kanker merupakan penyebab hospitalisasi pada
hampir setengah dari jumlah sampel (43,3%) (Tabel 1) dan kebanyakan mengalami
malnutrisi (69,2%) (Gambar 1).
Terkait variabel yang berkaitan dengan asupan makanan saat ini, perubahan
kebiasaan makan akhir-akhir ini dilaporkan pada 40,7% populasi (Tabel 1) dan perubahan
yang paling sering adalah berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi (96,4%).
Ketika menilai kecukupan asupan energi, kami mengamati bahwa 48% populasi tidak
mencukupi kebutuhan energi individu (Tabel 1) dan dari populasi ini, 81,9% mengalami
malnutrisi (Gambar 1). Rerata konsumsi energi adalah 1507 kkal/hari (SD=763,8 kkal)
dan rerata pada individu-individu dengan malnutrisi (1241,7 kkal, SD= 711,5 kkal) lebih
rendah (p < 0,05) dibandingkan dengan yang tidak mengalami malnutrisi (1916,1 kkal,
SD=655,5 kkal).
Pada penilaian variabel klinis, kebanyakan tidak dirawat inap akhir-akhir ini
(58%) ataupun memiliki kelemahan (59%) (Tabel 1). Akan tetapi, ketika variabel-
variabel ini dinilai dengan malnutrisi, didapatkan frekuensi sebesar 70,6% dan 82,9%
berturut-turut (Gambar 1). Terkait penilaian tentang kesehatan sendiri saat ini, 47%
menganggap kesehatan saat ini sudah cukup, bahkan dengan mempertimbangkan adanya
penyakit dan pasien dirawat inap, dan dari populasi ini 71,7% mengalami malnutrisi.
Diantara perubahan saluran cerna yang terjadi akhir-akhir ini (perubahan pada
gigi dan proses menelan, mual dan muntah, perubahan pencernaan lambung, diare,
konstipasi, dan intoleransi), yang paling berkaitan dengan malnutrisi adalah perubahan
lambung (36,7%), mual dan muntah (23,3%) (Tabel 1), dan frekuensi individu dengan
malnutrisi diantara kedua variabel tersebut adalah 70,9% dan 84,8% berturut-turut
(Gambar 1). Diare sering terjadi pada 13,3% sampel dan 82,5% dari sampel tersebut
mengalami malnutrisi (Tabel 1 dan Gambar 1).
Variabel-variabel yang awalnya berkaitan dengan malnutrisi digunakan dalam
model regresi logistik multipel dan meskipun usia tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan, usia tetap digunakan sebagai variabel penyesuaian. Variabel-variabel yang
berhubungan antara lain: kehilangan BB akhir-akhir ini, struktur tulang yang jelas,
penurunan napsu makan, diare, asupan energi inadekuat, dan jenis kelamin pria.
Didapatkan bahwa variabel ‘kehilangan BB akhir-akhir ini dan tidak disengaja’
merupakan risiko malnutrisi yang paling penting (OR= 58,03, 95%CI = 18,46-182,41,
p< 0,001) (Tabel 2).
Tabel 1. Frekuensi faktor yang berkaitan dengan malnutrisi (p<0,05) setelah regresi
logistik univariat di Sao Paulo, 2005
Malnutrisi
Total
Variabel Kategori Ya Tidak
n % n % N %
Kehilangan Ya 175 86,3 17 14,4 192 64
BB Tidak 7 13,7 101 85,6 108 36
Jenis terapi Klinis 135 74,2 55 46,6 190 63,3
Bedah 47 25,8 63 53,4 110 36,7
Asupan Inadekuat 118 64,8 26 22 114 48
energi Adekuat 64 35,2 92 78 156 52
Penilaian Inadekuat 114 62,6 45 38,1 159 53
kesehatan Adekuat 68 37,4 73 61,9 141 47
sendiri
Perubahan Ya 113 62,1 9 7,6 122 40,7
kebiasaan Tidak 69 37,9 109 92,4 178 59,3
makan
Struktur Ya 111 61 2 1,7 113 37,7
tulang yang Tidak 71 39 116 98,3 187 62,3
jelas
Penurunan Ya 110 60,4 9 7,6 119 39,7
napsu Tidak 72 39,6 109 92,4 181 60,3
makan
Jenis Pria 104 57,1 38 32,2 142 46,7
kelamin Wanita 78 42,4 80 67,8 158 53,3
Kelemahan Ya 102 56,1 21 17,8 123 41
Tidak 80 43,9 97 82,2 177 59
Diagnosis Ya 90 49,4 40 33,9 130 43,3
kanker Tidak 92 50,6 78 66,1 170 56,7
Hospitalisasi Ya 89 48,9 37 31,4 126 42
sebelumnya Tidak 93 51,1 81 68,6 174 58
dan akhir-
akhir ini
Perubahan Ya 78 42,9 32 21,1 110 36,7
lambung Tidak 104 57,1 86 72,9 190 63,3
Nyeri ketika Ya 77 42,3 6 5,1 83 27,7
makan Tidak 105 57,7 112 94,9 217 72,3
Mual dan Ya 67 36,8 12 10,2 79 26,3
muntah Tidak 115 63,2 106 89,8 221 73,7
Diare Ya 33 18,1 7 5,9 40 13,3
Tidak 149 81,8 111 94,1 260 86,7
Diagnosis kanker
Hospitalisasi akhir-akhir ini
Perubahan lambung
Terapi klinis
Evaluasi diri inadekuat
Jenis kelamin pria
Penelanan inadekuat
Diare
Kelemahan
Mual dan muntah
Kehilangan BB
Penurunan napsu makan
Perubahan kebiasaan makan
Nyeri ketika makan
Struktur tulang jelas
Diskusi
Frekuensi malnutrisi sebesar 60,7% sangat serupa dengan studi lain yang
dilakukan di Brazil, Amerika Latin, dan di dunia, sehingga mendukung pernyataan bahwa
dalam 4 dekade belakangan ini, prevalensi malnutrisi masih tinggi dengan konsekuensi
pada bertambah panjangnya waktu rawat inap di rumah sakit, komplikasi, dan biaya
rumah sakit.
Dalam konteks ini, hasil analisis regresi mengidentifikasi variabel-variabel
prediktif, yaitu berkaitan dengan malnutrisi pada populasi ini. Terkait variabel-variabel
(kehilangan BB akhir-akhir ini, struktur tulang yang jelas, penurunan napsu makan, diare
dan asupan energi inadekuat), dapat dilihat bahwa mereka sering ditemukan pada studi
yang serupa untuk mengidentifikasi risiko nutrisi, metode-metode yang secara umum
subjektif dan bersifat klinis.
Tabel 2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan malnutrisi setelah regresi logistik multipel,
berdasarkan nilai OR (odds ratio), 95% confidence interval (95%CI) dan koefisien regresi
(β) di Sao Paulo, 2005.
Variabel independen OR 95%CI β p
Kehilangan BB akhir-akhir ini 58,03 18,46-182,41 4,06 <0,001
Struktur tulang yang jelas 47,62 5,89-384,96 3,86 <0,001
Kesimpulan
Setelah menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan malnutrisi
(kehilangan BB akhir-akhir ini, struktur tulang yang jelas, penurunan napsu makan, diare,
asupan energi inadekuat dan jenis kelamin pria), didapatkan bahwa kebanyakan variabel
tersebut ada saat masuk rumah sakit.
Identifikasi risiko manutrisi pada pasien berdasarkan variabel-variabel prediktif
merupakan langkah pertama untuk memperoleh perawatan nutrisi yang tepat, sehingga
mengurangi frekuensi malnutrisi dan konsekuensinya. Setiap institusi harus
mengidentifikasi faktor-faktor tersering pada populasi, mengembangkan alat skrining
nutrisi tersendiri atau mengadopsi alat skrining yang direkomendasi, mengembangkan hal
tersebut dan kemudian memvalidasinya.
Pencegahan dan terapi malnutrisi merupakan tantangan yang besar. Diagnosis
yang tepat penting untuk dimulainya terapi nutrisi sesegera mungkin dengan intervensi
terapetik-diet yang efisien. Diagnosis harus dilakukan secara dini dan monitoring status
nutrisi merupakan tanggung jawab seluruh tim layanan kesehatan yang merawat pasien.
Intervensi nutrisi pada pasien yang berisiko malnutrisi dapat menghasilkan prognosis
yang lebih baik, mengurangi morbiditas dan mortalitas, serta meningkatkan kualitas
hidup.