BAB I
PENDAHULUAN
1
perkemba
kematian anak leb
angka kematian balita,
228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggidi atas 200 bersama-sama dengan komponen-
komponennya, angka kematian bayi dan angka kematian kematian bayi bar
selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan
bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun FGambar
i g u r e 22
kekayaandal
in te n -y e a
Baik di9 0daerah pe
FGambar
iGambar
g u r e 1 .1.M1.Tren aTren
te r nkematian
akematian
l m o r ta libu, i Ibu,
ty trbeberapa
ebeberapa
n d s , s e lnegara
enegara
c te d AASEAN S E A N c o u n tr i e s
ASEAN
untuk 8seluruh
0
ku U
SSumber:
o Sumber:
u r c e : UUNN UNMMaternal
a Maternal
te r n a l Mortality
M o Mortality
r t a l i ty Estimation
E s Estimation
tim a tio n Group:
G rGroup:
o u p WHO,
: W WHO,
H O UNICEF,
, U UNICEF,
N IC E FUNFPA,
, U UNFPA,
N F P AWorld
, W World
o r Bank
ld B Bank
ank mengurangi
70
angk
M a te r n a l d e a t h s dalam6beberapa
0
t
700 p e r 1 0 0 ,0 0 0 li v e
b ir th s Kesehatan
50
2007 (
600 baik angka
40
kemat
bayi baru
30
lahir2 0tel 03
500
tertinggi,
20
tetapi al
400 Meskipun
10
rumah
kematian 0
balita se
300
kematian balita
L o w e s t Spe
1
200 In d o n e s ia 's M D G sebuah studi men
ta r g e t = 1 0 2
P h i l i p p in e s perdesaan menga
100
angkabayi
kematian barud
0 perkotaan bahkan
terakhir. S
1990 1995 2000 2005 2010 2015
masa2007)
neonatal. men Tr
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah maupun a
upaya-upaya
tingginya untuk
angka kematian. meningkatkan
Di Indonesia, pelayanan
angka kematian kesehatan
bayi baru lahir pada anak-anak pada kelom
yangibu. Negara-negara
ibunya miskin antenatal
mendapatkan pelayanan di wilayah
dan tersebut
pertolongan persalinan oleh tidak jelas
menunjukkan
profesional peningkatan
medis adalah yangkematian
seperlima dari angka lebih besar dalamyang
pada anak-anak hal ibunya perdesaan
unite for children
tidakinimendapatkan
(Gambarpelayanan
1). ini. Walaupun demikian, Indonesia telah menunjukkan
sepertiga l
pada ruma
angka peningkatan proporsi persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
Indonesia telah melakukan upaya-upaya jauh lebih menunjukk
dari 41 persen pada tahun 1992 menjadi 82 persen pada tahun 2010. mengalam
baik dalam menurunkan kematian bayi dan balita,
MDG Dari data didapatkan sekitar 61 persen perempuan usia 10-59 tahun melakukan
keempat. Tahun 1990-an menunjukkan kematian d
empat kunjungan
perkembangan pelayanan
tetapantenatal
dalam yang disyaratkan selama
menurunkan angka kehamilan mereka. perkotaan
kematian
Kebanyakan balita,hamil
perempuan bersama-sama dengan
(72 persen) di Indonesia komponen-
melakukan kunjungan pertama, periode ne
komponennya,
tetapi putus sebelum empat angka kematian
kunjungan bayi dan angka
yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan. urbanisasi
kematian
Kurang bayi perempuan
lebih 16 persen baru lahir. (25 Akan tetapi,
persen dari dalam
perdesaan dan beberapa
8 persen perempuan kepadatan
tahuntidak
perkotaan) terakhir,
pernah penurunan kematian
mendapatkan pelayanan bayiselama
antenatal barukehamilan
lahir mereka. yang buruk
tampaknya diperburuk
Kualitas pelayanan telah terhenti.
yang diterima Jika
selama tren iniantenatal
kunjungan berlanjut,
juga tidak memadai.
Indonesia tidak mungkin mencapai target MDG untuk telah meny
Kementerian Kesehatan Indonesia merekomendasikan komponen-komponen pelayanan
penurunan kematian anak pada tahun 2015, meskipun tradisional
antenatal yang berkualitas sebagai berikut: (i) pengukuran tinggi dan berat badan, (ii) daerah-da
nampaknya berada dalamarah yang tepat pada tahun-
pengukuran tekanan darah, (iii) tablet zat besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v)
tahun sebelumnya. penyebab.
pemeriksaan perut, (vi) pengetesan sampel darah dan urin dan (vii) informasi tentang
Angka ke
Pola kematian anak 2 Anak-anak
memiliki a
Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini setinggi an
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Sekitar 86 dan 45 persen perempuan hamil masing-
masing telah diambil sampel darah mereka serta mengetahui tanda-tanda komplikasi
kehamilan. Akan tetapi, hanya 20 persen perempuan hamil mendapatkan lima intervensi
pertama secara lengkap.
Kira-kira 31 persen ibu nifas mendapatkan pelayanan antenatal 'tepat waktu'. Ini
berarti pelayanan dalam waktu 6 sampai 48 jam setelah melahirkan, seperti yang
ditentukan Kementerian Kesehatan. Pelayanan pasca persalinan yang baik sangat penting,
karena sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama dan
pelayanan pasca persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan.
Sekitar 26 persen dari semua ibu nifas pernah mendapatkan pelayanan pascapersalinan.
Dari data-data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa buruknya kualitas
pelayanan kesehatan antenatal, persalinan, dan pascapersalinan merupakan hambatan
utama untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Oleh karena itu, diproritaskan
mini project ini pada upaya peningkatan derajat kesehatan kelompok paling rentan
kesehatan, yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan nifas serta bayi pada masa perinatal melalui
pengadaan kelas ibu hamil serta skrining untuk mendeteksi secara dini ibu-ibu yang
memiliki risiko dalam kehamilannya agar dapat dicarikan solusi untuk permasalahan ibu
hamil tersebut. (Depkes, 2009)
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Menemukan berbagai kelainan/penyulit pada saat kehamilan, persalinan dan nifas
secara dini.
Melakukan persiapan, perencanaan persalinan, dan penolong persalinan sesuai
kondisi ibu/janin.
Menemukan ibu risiko tinggi dengan kemungkinan terjadinya risiko
kematian/kesakitan pada ibu dan atau bayi dengan menggunakan kartu skor.
Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi
informasi pada ibu hamil sehingga dapat menentukan pengambilan keputusan
oleh ibu hamil dan keluarganya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
bandingkan wanita yang hamil dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi
(Saifudin, 2010).
Jarak kehamilan yang terlalu pendek kurang dari 2 tahun dan di atas 5 tahun,
hamil dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko melahirkan bayi dengan
kelainan genetik. Begitu juga dengan ibu hamil yang pernah menjalani operasi. Faktor
lainnya adalah kondisi fisik atau menetap bagi sang ibu (seperti tinggi badan di bawah
145 cm, biasanya panggul sempit dan akan kesulitan melahirkan secara normal) juga
harus diwaspadai. Selain itu, ibu hamil penderita obesitas dan darah tinggi pada
kehamilan atau mengalami penyakit lain yang cukup membahayakan sebelum atau saat
hamil meruakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehamilannya berisiko tinggi
(Saifudin, 2010).
Usia reproduksi sehat untuk hamil berkisar antara 25-30 tahun. Jika kurang atau
melebihi usia tersebut, maka mempengarui faktor kesuburan reproduksi yang juga
berpengaruh terhadap risiko kehamilan. Banyak cara untuk mengatasi masalah kehamilan
berisiko tinggi. Salah satu caranya adalah mempersiapkan mental saat menjalani
kehamilan tersebut, ibu hamil juga harus rajin melakukan pemeriksaan rutin untuk
mendeteksi kondisi ibu dan janin. Biasanya ibu hamil yang rajin memeriksakan
kehamilan secara rutin merasa lebih sehat. Dengan memeriksakan kehamilan secara
teratur, komplikasi serta ganguan kehamilan dapat teratasi dibandingkan ibu hamil yang
tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil juga perlu mengkosumsi gizi yang
baik, tepat dan seimbang, salah satunya asam folat, guna mengoptimalkan perkembangan
janin dan kesehatan ibu sendiri. (Saifudin, 2010).
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah
tidak direncanakan. (Saifudin, 2010)
6
2.2.1 Pengertian Kehamilan Risiko Tinggi
a. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu
dan janin (Manuaba, 2008)
b. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko tinggi lebih besar dari
biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian
sebelum maupun sesudah persalinan (Cunningham, 2005)
7
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang
subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat menimbulkan kelainan
yang berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
e. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan bayi
cukup bulan dan berat normal.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko
tinggi mengalami persalinan secara prematur, karena lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit.
f. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, diabetes, tiroid, jantung, paru, ginjal, dan
penyakit sistemik lainnya).
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau
lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan dengan
hipertensi esensial atau hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan dapat
berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi pre-eklamsi tidak murni. Penyakit
diabetes mellitus dapat menimbulkan pre-eklamsi dan eklamsi begitu pula
penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan darah sehingga dapat
menyebabkan pre-eklamsi.
g. Kehamilan dengan keadaan tertentu (mioma uteri, kista ovarium)
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak
bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta,
bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya, kehamilan juga bisa
berdampak memperparah mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung
membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan
perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama
kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
h. Kehamilan dengan anemia (Hb kurang dari 10,5 gr %)
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas,
wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut
merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada
8
masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam
tubuh semasa mengandung. Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada
ibu hamil adalah kekurangan zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan
haemoglobin. Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar
nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai
hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas diatas
dihubungkan dengan kejadian hemodilusi.
i. Kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya.
Faktor Janin:
a. Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi muka)
b. Janin besar (taksiran lebih dari 4000 gram)
c. Janin ganda (kembar)
d. Janin dengan pertumbuhan yang terhambat
e. Janin kurang bulan (prematur)
f. Janin dengan cacat bawaan/kelainan kongenital
g. Janin meninggal dalam rahim. (Manuaba, 2008)
9
(ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-
loncat dan memijat perutnya sendiri.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena keguguran juga cukup tinggi yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (Manuaba, 2008).
10
pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor,
kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
Kehamilan risiko rendah (KRR): jumlah skor 2
Kehamilan risiko tinggi (KRT): jumlah skor 6-10
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST): jumlah skor ≥ 12
2.3.1 Tujuan Sistem Skor
Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar berkembang
perilaku sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar peduli
dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan
transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
11
ada pada Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yang telah disusun dengan format
sederhana agar mudah dicatat dan diisi.
12
Keterangan:
Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga
kesehatan.
Bila skor 12 atau lebih, dianjurkan bersalin di RS/dengan spesialis kebidanan.
KRR: tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi
penolong persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan
bayinya.
13
KRT: ibu hamil diberi penyuluhan agar pertolongan persalinan oleh bidan atau
dokter puskesmas (di polindes/puskesmas) atau langsung dirujuk ke rumah sakit
misalnya pada letak lintang dan ibu primi dengan tinggi badan rendah.
KRST: ibu hamil diberi penyuluhan untuk melahiran di rumah sakit dengan alat
yang lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.
14
BAB III
METODE MINI PROJECT
15
4. Jumat, 24 Mei Nagari Sialang Materi II dan Pemeriksaan Darah (Hb, dr. Yurnisa Fauziah
2013 Gaung Golongan Darah) Sri Suharlina
Hj. Khairiyetti
5. Senin, 27 Mei Jorong Tarantang Pengenalan Kelas Ibu Hamil dan Materi I dr. Yurnisa Fauziah
2013 Hj. Indrawati
Bidan Oma Wanides
6. Jumat, 31 Mei Puskesmas Koto Diskusi Kegiatan Miniproject dan Kepala Puskesmas
2013 Baru Pendamping Dokter I
Dokter Internship
7. Senin, 3 Juni Jorong Tarantang Materi II dan Pemeriksaan Darah (Hb, dr. Yurnisa Fauziah
2013 Golongan Darah) Ria Anggraini
Bidan Oma Wanides
8. Senin, 10 Juni Nagari Sialang Materi III, IV dan Skrining Ibu Hamil dr. Yurnisa Fauziah
2013 Gaung Risti Hj. Khairiyetti
9. Jumat, 14 Juni Jorong Tarantang Materi III, IV dan Senam Ibu Hamil dr. Yurnisa Fauziah
2013 Hj. Indrawati
Bidan Oma Wanides
10. Senin, 17 Juni Nagari Koto Materi II, Penyuluhan IMD, Senam Ibu dr. Yurnisa Fauziah
2013 Padang Hamil dan Skrining Ibu Hamil Risti Hj. Indrawati
Bidan Ria Okta Zolla
11. Sabtu, 22 Juni Jorong Koto Pengenalan Kelas Ibu Hamil, Materi I, II dr. Yurnisa Fauziah
2013 Koto Baru dan Senam Ibu Hamil Hj. Indrawati
Bidan Desi Hernita
12. Senin, 24 Juni Nagari Koto Materi III, IV dan Pemeriksaan Darah dr. Yurnisa Fauziah
2013 Padang (Hb, Golongan Darah) Hj. Indrawati
Ria Anggraini
Bidan Ria Okta Zolla
13. Jumat, 12 Juli Jorong Padang Pengenalan Kelas Ibu Hamil, Materi I dr. Yurnisa Fauziah
2013 Bintungan dan Skrining Ibu Hamil Risti Hj. Indrawati
14. Senin, 15 Juli Jorong Seberang Pengenalan Kelas Ibu Hamil, Materi I dr. Yurnisa Fauziah
2013 Piruko Timur dan Skrining Ibu Hamil Risti Hj. Indrawati
Bidan Wirna Puspita S
16
15. Senin, 22 Juli Jorong Seberang Materi II, III dan Senam Ibu Hamil dr. Yurnisa Fauziah
2013 Piruko Timur Hj. Indrawati
Bidan Wirna Puspita S
BAB IV
HASIL MINI PROJECT
Jorong Tarantang
No. Nama Ibu Hamil Usia Kehamilan Hb (gr/dl) Skor Skrining
1. Betria 20 minggu 8.8 6
2. Susi 24 minggu 9.0 6
3. Wanti 24 minggu 9.0 6
4. Hesti 28 minggu 9.0 6
5. Aina 14 minggu 8.4 6
6. Ririn 28 minggu 9.2 6
17
Jorong Padang Bintungan
No. Nama Ibu Hamil Usia Kehamilan Skor Skrining
1. Sariyati 24 minggu 22
2. Nita Anggriani 24 minggu 6
3. Dwi Rahmawati 32 minggu 6
4. Endang Siti 28 minggu 14
5. Sri Rahayu 16 minggu 10
6. Heru Rahmawati 12 minggu 2
7. Melan Afriani 12 minggu 2
8. Sri Winarni 16 minggu 10
Grafik Skor Risiko Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
120
100
100 90
83.3
80
60 50
40 40 KRR
40 25 25
20 16.7 KRT
20 10
0 0 0 0 KRST
0
Sialang Koto Tarantang P. S. Piruko
Gaung Padang Bintungan
Nagari
BAB V
DISKUSI
18
Dari hasil diskusi bersama pengelola KIA Puskesmas Koto Baru diperoleh bahwa
kegiatan kelas ibu hamil dan skrining risiko kehamilan ini bermanfaat bagi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Koto Baru, terutama ibu-ibu hamil. Materi-materi yang
disampaikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil
yang memuat mengenai (1) pemeriksaan kehamilan, (2) persalinan aman, (3) pencegahan
penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, (4) perawatan bayi baru lahir,
serta (5) aktivitas fisik ibu hamil.
Dewasa ini penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak pada umumnya masih banyak
dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu
ibu memeriksakan kandungan ke bidan atau petugas lain atau pada kegiatan posyandu.
Kegiatan penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk menangani kasus per kasus namun
memiliki kelemahan antara lain:
Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang dialami
saat konsultasi.
Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan
kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja.
Pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.
Deteksi dini ibu hamil risiko tinggi melalui kartu skor Poedji Rochjati pada semua
ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil dapat memberikan gambaran tentang kondisi
kehamilan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru. Deteksi dini ini mempunyai
manfaat yang besar terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi karena ibu hamil
tersebut telah mengetahui keadaan kehamilannya sehingga dapat mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi selain dapat mengambil keputusan mengenai tempat dan
penolong persalinan yang sesuai dengan kondisi ibu hamil tersebut.
Oleh itu, jelas sekali ada banyak manfaat yang bisa diperoleh melalui kelas ibu
hamil ini. Sangat diharapkan program kelas ibu hamil dan skrining risiko pada kehamilan
ini dapat dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikannya sesuai dengan evaluasi yang
dilakukan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
19
Dari kelas ibu hamil yang diadakan di 6 jorong di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru
didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki risiko dalam kehamilan mereka.
Sebagai contoh, di jorong Sialang Gaung, dari 10 orang ibu hamil yang menjadi peserta,
semua ibu hamil yang menjadi peserta memiliki risiko dengan kehamilan mereka karena
dari penghitungan skor skrining didapatkan nilai sebanyak 6-10. Kebanyakan ibu hamil
yang termasuk dalam kategori risiko tinggi adalah ibu dengan usia terlalu muda (< 16
tahun) atau terlalu tua (> 35 tahun). Selain itu juga ada beberapa ibu yang memiliki
riwayat obstetri yang jelek yaitu pernah mengalami retensio plasenta dan abortus
sehingga menyebabkan angka skor mereka lebih tinggi. Anemia juga merupakan masalah
besar pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru. Didapatkan 9 daripada 10
ibu di Nagari Sialang Gaung menderita anemia karena setelah pemeriksaan Hb
didapatkan nilai dibawah 11 gr/dl. Hal ini merupakan suatu masalah yang baru ditemukan
yang harus dicarikan solusinya.
Berikutnya didapatkan masih banyak masyarakat di Koto Baru yang mempercayai
mitos-mitos yang diajarkan oleh nenek moyang mereka contohnya, tidak boleh berdiri
lama di pintu rumah karena dikawatiri akan menyebabkan proses persalinan berlangsung
lama. Selain itu juga terdapat larangan untuk memakan kerupuk kulit karena dapat
menyebabkan kulit plasenta tebal selain larangan untuk makan cabai setelah melahirkan.
Ada juga ibu hamil yang menyebutkan larangan tentang makan sayur-sayuran berkuah
karena dapat menyebabkan proses nifas berlangsung lama yang jelas sekali bertentangan
dengan teori medis yang telah dipelajari dan dapat memberi efek buruk kepada ibu dan
bayi. Hal ini merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengubah pola pikir ibu-
ibu hamil beserta keluarganya agar kehamilan, persalinan, dan masa nifas ibu-ibu di Koto
Baru berjalan aman dan nyaman.
Saran bagi kegiatan ini adalah semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan
tambahan monitoring dan evaluasi dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian,
serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil yang mana hasil monitoring dapat
dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya.
Hal-hal yang perlu di monitor adalah:
20
Peserta: keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta dan keaktifan dalam
bertanya
Sarana/prasarana: tempat dan fasilitas belajar
Fasilitator: persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu, membangun
suasana belajar aktif
Waktu: mulai tepat waktu, efektif
Evaluasi pula dilakukan setiap selesai pertemuan kelas ibu hamil oleh bidan
setempat/bidan koordinator. Sebelum penyajian materi pada setiap pertemuan sebaiknya
dimulai dengan melakukan penjajakan pengetahuan awal peserta dengan cara
memberikan pertanyaan kepada peserta yang diminta menjawab secara bergilir. Setelah
selesai penyampaian semua materi pertemuan dilakukan evaluasi akhir untuk melihat
peningkatan pengetahuan peserta pada akhir pertemuan kelas ibu hamil. Oleh itu,
diharapkan dapat dibentuk sebuah tim pelaksana kelas ibu hamil sehingga tidak hanya
menjadi tanggungjawab bidan koordinator. Sebaiknya seluruh bidan desa di wilayah kerja
Puskesmas Koto Baru dapat dilatih untuk menjadi fasilitator kelas ibu hamil.
Selain itu juga diharapkan pada kelas ibu hamil periode berikutnya dapat juga
melibatkan suami/keluarga dari ibu hamil, serta dukun beranak setempat untuk
menambah pengetahuan mereka. Kelas ibu hamil ini dapat disosialisasikan dengan tokoh
agama dan tokoh masyarakat, sebelum dilaksanakan. Melalui kegiatan sosialisasi ini
diharapkan semua unsur masyarakat dapat memberikan respon dan dukungan sehingga
kelas ibu hamil dapat dikembangkan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tokoh
masyarakat dan tokoh agama ini berperan memotivasi ibu hamil dan keluarganya agar
mau mengikuti kelas ibu hamil dan memberikan informasi tentang kelas ibu hamil pada
masyarakat khususnya keluarga ibu hamil atau memberikan dukungan fasilitas bagi kelas
ibu hamil dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Depkes RI. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 2009.
2. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2009.
3. Depkes RI. Pelatihan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2009.
4. Depkes RI. Pedoman Umum Manajemen Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2009.
5. Statistik Indonesia, Susenas 2010: National Socio-Economic Survey. Jakarta:
BPS, 2012.
6. Manuaba, IBG, LA, Chandranita Manuaba dan IBG Fajar Manuaba. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2008.
7. Saifudin A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.
8. Cunningham F, Norman F, Kenneth J dkk. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2005.
22