Anda di halaman 1dari 22

Nama : Ifa Wirda Sri Bintani

Nim : 15510055

Daerah Asal : Bondowoso

POTENSI DAERAH KOTA BONDOWOSO

Sejarah Kota Bondowoso

Kediaman resident Bondowoso pada tahun 1927-1929

Pada masa Pemerintahan Bupati Kiai Ronggo Suroadikusumo di Kabupaten Besuki


mengalami kemajuan dengan berfungsinya Pelabuhan Besuki yang mampu menarik minat
kaum pedagang luar. Dengan semakin padatnya penduduk tersebut, perlu dilakukan adanya
pengembangan wilayah dengan membuka hutan yaitu ke arah tenggara. Kiai Patih Alus
mengusulkan agar Mas Astrotruno selaku putra angkat Bupati Kiai Ronggo Suroadikusumo
menjadi orang yang menerima tugas untuk membuka lahan hutan tersebut. Usulan tersebut
diterima oleh Kiai Ronggo Suroadikusumo, dan Mas Astrotruno juga sanggup menjalankan
tugas tersebut. Kemudian Kiai Ronggo Suroadikusumo terlebih dahulu menikahkan. Mas
Astotruno dengan Roro Sadiyah yaitu putri Bupati Probolinggo Joyolelono. Mertua Mas
Astrotruno menghadiahkan kerbau putih “Melati” yang dongkol (tanduknya melengkung ke
bawah) untuk dijadikan teman perjalanan dan penuntun mencari hutan tersebut.

Pengembangan wilayah tersebut dimulai pada tahun 1789, selain untuk tujuan politis
juga sebagai upaya menyebarkan agama Islam karena wilayah yang dituju penduduknya
masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno,
dan Jati Truno yang berangkat melaksanakan tugasnya menuju ke arah selatan untuk
menerobos wilayah pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan tersebut
menerobos ke arah timur sampai ke Dusun Wringin dengan melewati gerbang yang disebut
“Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaitu
Wringin, Kupang, Poler dan Madiro. Lalu menuju ke arah selatan yaitu Desa Kademangan
dengan membangun tempat peristirahatan di sebelah barat daya Kademangan (diperkirakan di
Desa Nangkaan sekarang).

Desa-desa lainnya disebelah utara terdapat Desa Glingseran, Tamben dan Ledok
Bidara. Disebelah Barat terdapat Desa Selokambang, Selolembu. Sebelah timur terdapat Desa
Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Prajekan dan Wonoboyo. Sebelah
selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang,
Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang,
sedangkan setiap Desa dihuni oleh dua, tiga sampai empat orang. Kemudian dibangunlah
kediaman penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan
disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama”
Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun.

Pekerjaan membuka jalan berlangsung dari tahun 1789-1794. Untuk memantapkan


wilayah kekuasaan, pada tahun 1808 Mas Astrotruno diangkat sebagai Demang dengan gelar
Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno dan sebutannya adalah “Demang Blindungan”.
Pembangunan kota tersebut dirancang dirumah kediaman penguasa yang menghadap ke arah
selatan di sebelah utara alun-alun. Di mana alun-alun tersebut semula adalah lapangan untuk
memelihara kerbau putih kesayangan Mas Astrotruno, karena tempat tersebut tumbuh
rerumputan makanan ternak. Beberapa hari kemudian lapangan tersebut ditetapkan sebagai
alun-alun kota. Sedangkan di sebelah barat dibangun masjid yang menghadap ke arah timur.

Mas Astrotruno mengadakan berbagai tontonan, antara lain aduan burung puyuh
(gemek), sabung ayam, kerapan sapi, dan aduan sapi guna menghibur para pekerjanya.
Tontonan aduan sapi diselenggarakan secara berkala dan menjadi tontonan di Jawa Timur
sampai tahun 1998. Atas jasa-jasanya, Mas Astrotruno tersebut diangkat sebagai Nayaka
merangkap Jaksa Negeri.

Dari ikatan Keluarga Besar “Kiai Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa
pada tahun 1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno diangkat sebagai patih
yang berdiri sendiri (zelf standing) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Dia
dipandang sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler)
di Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan,
dengan adanya pembangunan kota kemudian namanya diganti menjadi Bondowoso, sebagai
ubahan perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo yang
memiliki arti modal, bekal, dan Woso yang berarti kekuasaan. Makna seluruhnya yaitu
terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban tugas
(penguasa) yang diberikan kepada Mas Astrotruno untuk membabat hutan dan membangun
kota.

Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal
memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya
pengangkatan personel praja masih milik wewenang Kiai Ronggo Besuki, maka tidak
seorang pun yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi
Kertonegoro. Hal ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada beliau untuk terus bekerja
membabat hutan sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki.

Pada tahun 1819 Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat


meningkatkan statusnya dari Kademangan menjadi wilayah lepas dari Besuki dengan status
Keranggan Bondowoso dan mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah
dengan gelar Mas Ngabehi Kertonegoro, serta dengan predikat Ronggo I. Hal ini berlangsung
pada hari Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 agustus 1819. Peristiwa tersebut
kemudian dijadikan eksistensi formal Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri di
bawah otoritas kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso. Kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso
meliputi wilayah Bondowoso dan Jember, dan berlangsung antara tahun 1829-1830.

Pada tahun 1830 Kiai Ronggo I mengundurkan diri dan kekuasaannya diserahkan
kepada putra keduanya yang bernama Djoko Sridin yang pada waktu itu menjabat sebagai
Patih di Probolinggo. Jabatan baru itu dipangku antara tahun 1830-1858 dengan gelar M Ng
Kertokusumo dengan predikat Ronggo II, yang berkedudukan di Blindungan sekarang atau
jalan S Yudodiharjo (jalan Ki Ronggo) yang dikenal masyarakat sebagai “Kabupaten lama”.
Setelah mengundurkan diri, Ronggo I menekuni bidang dakwah agama Islam yang bermukim
di Kebun Dalem Tanggul Kuripan (Tanggul, Jember). Ronggo I wafat pada 19 Rabi’ulawal
1271 H atau 11 Desember 1854 dalam usia 110 tahun. Jenazahnya dikebumikan disebuah
bukit (Asta Tinggi) di Desa Sekarputih. Masyarakat Bondowoso menyebutnya sebagai
“Makam Ki Ronggo”.
Makam Ki Ronggo terletak tidak jauh dari pusat Kota Bondowoso yang hanya
berjarak +/2-3 km arah utara Alun-alun Kota, tepatnya di kawasan Sekarputih di tanah yang
agak tinggi. Akses ke pintu masuk kawasan makam ini melalui daerah Perumahan Sekarputih
Indah. Seperti Komplek makam Raja atau penguasa daerah pada umumnya , komplek makam
ini dijaga oleh Juru Kunci Makam. Konon di dekat anak tangga pertama menuju makam, ada
sumur tua yang diyakini dapat digunakan untuk terapi penyembuhan berbagai macam
penyakit.

A. SUMBER DAYA ALAM


1.1 Letak dan Kondisi Geografis

Peta lokasi Kabupaten Bondowoso


Koordinat: 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″ LS

Provinsi Jawa Timur

Ibu kota Bondowoso

Pemerintahan
- Bupati Drs. H. Amin Said Husni

- Wakil Bupati Drs. K. H. Salwa Arifin

- DAU Rp. 752.776.704.000.-(2013)[1]

Luas 1.560,10 km2

Populasi

- Total 736.772 jiwa (2003)

- Kepadatan 472,26 jiwa/km 2

Demografi

- Kode area 0332


telepon

Pembagian administratif

- Kecamatan 23

- Kelurahan 10

- Desa 209

Simbol khas daerah

- Situs web http://www.bondowosokab.go.id

Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jawa


Timur yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibukota
Kabupaten Bondowoso terletak di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju
Jember. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis
berada pada koordinat antara 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″ LS
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C-
25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung
Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pegunungan Hyang dengan
puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing, dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan
di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun
berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang
menghubungkan antar provinsi. Bondowoso merupakan satu-satunya Kabupaten di daerah
Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai (lautan). Hal inilah yang menyebabkan
Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah:

1. Wilayah Barat merupakan pegunungan ( Bagian dari pegunungan Lyang).


2. Wilayah Tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang.
3. Wilayah Timur terdapat pegunungan ( Bagian dari dataran tinggi Ijen).

Batas wilayah secara geografis, Kabupaten Bondowoso memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:

1. Sebelah utara : Kabupaten Situbondo.


2. Sebelah timur : Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi.
3. Sebelah selatan : Kabupaten Jember.
4. Sebelah barat : Kabupaten Situbondo dan Probolinggo

Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan


seluas 44,4%, 24,9% berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7% dari luas wilayah
keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl,
dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada
ketinggian antara 100-500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500-1.000 m dpl dan
27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Menurut klasifikasi topografis wilayah,
kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten
Bondowoso terdapar 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwater 21,6%, hasil gunung api
kwater muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%.
Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah
Kabupaten Bondowoso memiliki karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya
bencana alam, khususnya banjir dan longsor.
1. Rawan Banjir
Permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau
luasnya lahan kritis. Hutan lindung dan hutan produksi yang ada relatif rawan terhadap
penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena adanya tekanan penduduk yang sebagian
besar bekerja di sektor pertanian. Sehingga masyarakat kurang peduli terhadap
kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan mata pencarian. Kerusakan
lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso mencapai seluas 40.758 Ha. Adanya lahan
kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya
sedimentasi sungai, menurunkan daya tampung sungai, melampui kapasitas sarana
prasarana irigasi yang ada, sehingga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau
kawasan rawan banjir.
Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso ,
khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran Sungai Sampean dan
Sungai Tlogo antaranya Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Tanggerang, Wonosari,
Klabang, Tapen, Prajekan, Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta
terlampir). Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar pada tahun 2002) yang melanda
wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean).
Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan irigasi,
kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih dan rusaknya prasarana
permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana irigasi, kerusakan jaringan apabila
tidak tertangani segera akan menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi
kekeringan lahan pertanian di musim kemarau.

2. Rawan Tanah Longsor


Berdasarkan tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki
kemiringan 0-2%, sedangkan kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm-90 cm.
Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis,
pertumbuhan dan kerapatan vegetasi. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang
bervariasi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi atau longsor dan rendahnya
jumlah cadangan air. Tanah yang mudah erosi atau longsor seluas 40.796,62 ha
(26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh Kecamatan di Kabupaten Bondowoso ,
khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin, Tlogosari, Wringin,
Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami, Grujugan, dan Maesan (Peta
terlampir). Kerawanan terhadap bencana longsor disebabkan juga oleh makin luasnya
lahan kritis.
Pada umunya bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap
tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang seringkali
melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air bersih, jalan dan
jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat.

3. Kawasan Terhadap Bencana Lainnya


Selain bencana banjir dan longsor wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan
terhadap beberapa bencana lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin
puyuh.
a. Gempa Bumi
Adanya aktivitas gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung Raung) disisi timur
Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah sekitarnya rawan terhadap
bencana gempa bumi yaitu mencakup 9,74% luas wilayah Kecamatan Sempol
dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung).
b. Bahaya Gunung Berapi
Bahaya gunung berapi demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana
gempa bumi.
c. Angin Puyuh
Daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering
terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar
wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi Kecamatan Cermee,
Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan.

1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Bondowoso

No Kecamatan Fungsi Kawasan Fungsi Kawasan Dominan


(RT RW)
1 Wringin Kawasan
2 Taman Krocok Budidaya
3 Tegal Ampel Kawasan
4 Bondowosos Budidaya
5 Curahdami Kawasan
6 Grujugan Budidaya
7 Maesan Kawasan
8 Tamanan Budidaya
9 Jambesari Kawasan
10 Pujer Budidaya
11 Tlogosari Kawasan
12 Tenggarang Budidaya
13 Wonosari Kawasan
14 Tapen Budidaya
15 Klabang Kawasan
16 Prajekan Budidaya
17 Sukosari Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya
Kawasan
Budidaya

B. SUMBER DAYA MANUSIA


2.3 Aspek Ekonomi

1. Industri
Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi tiga industri besar, industri
menengah, dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan
menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan
jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760
unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26%. Nilai investasi meningkat
rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400,- dengan nilai produksinya sebesar Rp.
168.896.897.650,- atau naik 6,02%.

2. Perdagangan
Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan
signifikan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya penerbitan atau pembaharuan
pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Sarana perdagangan bagi
masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko atau ruko. Pasara induk
terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wahid Hasyim. Sedangkan swalayan
di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza atau
mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Kawasan Jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam
hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-
buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.

3. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan atau perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai
peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baiuk bank
pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 20016 tetap seperti tahun
sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri, dan Bank Jatim.
Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon, Simpan Pinjam
dan Bank Bukopin. Untuk Bank Swasta Asing atau campuran yaitu BCA dan Bank
Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Pengkreditan Rakyat berjumlah 5 unit
yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.

C. KEBUDAYAAN
3.2 Ronteg Singo Ulung
Kesenian tari Ronteg Singo Ulung adalah kesenian tradisional dari Bondowoso.
Kesenian ini awalnya di temukan oleh seseorang bernama Singo dari Blambangan dan
memiliki istri dari Desa Blimbing. Sebuah seni pertunjukan yang berangkat dari
uapacara ritual tradisi, telah dibuktikan dengan munculnya Ronteg Singo Ulung. Seni
pertunjukan ini lebih mengedepankan atraksi “Tiga Singa” yang masing-masing
didalamnya terdapat dua anak manusia, mirip dengan Barongsai. Gerakan-gerakan
singa yang akrobatik, keluar dari area panggung, memunculkan kejutan-kejutan,
mampu mempesona penonton. Apalagi mulut singa tersebut ternyata bisa menggigit
(sebetulnya dipegang tangan dari dalam) bingkisan (biasanya tape Bondowoso) untuk
diberikan kepada pengunjung. Ronteg Singo Ulung merupakan gabungan antara
repetisi upacara ritual dan seni akrobatik singa. Kesenian Ronteg Singo Ulung
biasanya digunakan sebagai tradisi untuk meminta datangnya turun hujan. Tari
Ronteg Singo Ulung menggunakan figur singa atau singa berwarna putih sebagai ikon
utama kesenian ini.
3.23.Peninggalan Kuno Sarkopage
Sarkopage merupakan salah satu dari situs megalitikum yang lebih dikenal
dengan nama keranda yang lebih dibuat dari batu atau sejenis batu cadas.
Berbentuk lesung dasn palung, tatapi ada tutupnya, fungsinya sama dengan
kuburan batu atau dolmen. Sarkopage terdapat dibeberapa Desa antara lain Desa
Glinseran-Kecamatan Wringin, tapatnya 19 km ke arah barat Kota Bondowoso.
Bondowoso-Wringin: 16 km (MPU) dan Wringin-lokasi 2 km (objek).
3.2 Seni Tradisional Ronjhangan
Kesenian tradisional menambuh “ronjhangan” atau lesung untuk menumbuk padi
yang biasa dimainkan ibu-ibu pedesaan di Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso,
Jawa Timur kini mulai punah. Awalnya, kesenian tersebut hanya musik instrumen,
namun dalam perkembangan diikuti dengan lagu-lagu berbahasa Madura yang
mengandung nilai-nilai luhur. Setelah musik modern berkembang, khususnya dangdut
dan popo, musik tersebut diikuti dengan lagu-lagu tersebut. Kesenian “ronjhangan”
saat itu sudah tidak murni lagi karena juga dimeriahkan dengan hadirnya “Jidur” atau
semacam beduk.

3.3 Hadrah
Suatu bentuk kesenian yang bernafaskan Islam yang terdiri dari beberapa rebana kecil,
untuk mengiringi sholawat nabi.

D. SEKTOR PARIWISATA

Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya
pendapatan daerah. Berdasarkan peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RT RW
Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso, yaitu:

1. Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin,


dengan objek wisata:

a. Wisata Kawah Ijen


Kawah Ijen adalah salah satu tempat tujuan wisata yang sudah terkenal baik oleh
wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Kawah Ijen terletak di
Desa Sempol, Kecamatan Sempol yang memiliki panorama alam indah dan
menawan dengan kawah yang masih aktif. Temperature rata-rata 2C-8C dan
terletak di ketinggian 2.386 MDpl. Dengan hiasan hamparan bunga endelweiss
dan tumbuhan lainnya seperti cemara gunung, dan berbagai macam satwa seperti
ayam hutan, landak dan lain sebagainya. Jarak antara pusat Kota Bondowoso ke
Kawah Ijen 74 km. Dengan beberapa fasilitas antara lain tempat penginapan, area
perkemahan, shelter dan pusat layanan informasi, musholla dan lain-lain.
b. Wisata Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung.

c. Wisata Air Terjun Belawan


Air terjun Belawan terletak di Desa Kalianyar Kecamatan Sempol, 74 km dari
pusat Kota Bondowoso. Air terjun ini adalah hilir dari kali pahit rembesan Kawah
Ijen yang penuh dengan kadar belerang serta dikelilingi oleh tumbuhan
Makadamia. Selain air terjun Belawan, juga terdapat pemandian air panas yang
juga termasuk di kawasan air terjun Belawan. Ada beberapa fasilitas disini antara
lain shelter dan hotel.
d. Wisata Gua Stalagtit.
e. Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan.
f. Wisata Argo Kopi Kalisat
Argowisata ini dikelola oleh PTP Nusantara XII Kalisat Jampit, terletak 74 km ke
arah timur Bondowoso. Luas areal perkebunan ini 4000 Ha dan terletak pada
ketinggian 900 Mdpl. Setiap wisatawan dapat menyaksikan dan menikmatai
keindahan panorama alam serta menyaksikan proses pengepakan kopi dan
penggilingan kopi hingga menjadi kopi instant siap saji yang memiliki rasa dan
aroma khas kopi arabika. Disamping menikmati kopi arabika, para wisatawan
dapat menggunakan beberapa fasilitas antara lain seperti kebun bunga mawar dan
lily, arena pemancingan, tempat perapian di Guet House Jampit I, Arabika
Homesstay Jampit II, kolam renang, ruang pertemuan, hiburan, istirahat minum
kopi dan dilengkapi dengan lapangan tennis serta lahan yang luas dapat
disgunakan untuk bersepeda santai dan arena wisata mobil.
g. Wisata Air Terjun Puloagung-Sukorejo
Air terjun ini terletak di Desa Sukerejo Kecamatan Sumber Wringin 40 km
sebelah timur Kota Bondowoso. Air terjun ini terletak dia real perkebunan milik
masyarakat, ini adalah obyek wisata baru dibuat dan dibangun pada tahun 2003
dan dikelola oleh Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bondowoso.
Ketinggian air terjun ini 30 m yang memiliki keindahan alami dan pemandangan
yang indah, juga terdapat lembah hijau yang luas. Air ini dilengkapi pula oleh 3
buah shelter yang ditempatkan di sekeliling lokasi. Para wisatawan dapat
mengunjungi di tempat ini dengan menggunakan sarana transportasi umum, tetapi
untuk mencapai lokasi terjun harus berjalan kaki.
2. Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan objek
wisata:
a. Wisata Argo Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
b. Wisata Air Terjun Tancak Kembar
Obyek wisata ini terletak di Desa Andungsari Kecamatan Pakem, tepatnya 18 km
ke arah bara Kota Bondowoso dengan ketinggian air terjun 77 m. Tempat ini
didukung oleh pusat penelitian kopi arabika. Luas daerah aeal ini 380 Ha. Air
tejun ini memiliki manfaat sebagai sarana iorigasi. Kepercayaan masyarakat
setempat dari air terjun sebelah kiri di jaga oleh penunggu laki-laki dan sebelah
kanan di jaga oleh penunggu perempuan, dan bagi pengunjung yang membasuh
muka atau wajah maka akan menjadi awet muda.
c. Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro).
3. Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin
Obyek wisata ini terletak di jalur antara Surabaya-Bondowoso, tpatnya di Desa
Sumber Canting Kecamatan Wringin dengan ketinggian 345 Mdpl. Wisatawan dapat
menikmati udara segar serta dapat melihat panorama alam yang mempesona.
Wisatawan dapat mengunjungi obyek ini dengan menggunakan transportasi umum
(Bus, MPU).
4. Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin
Gunung Raung termasuk deretan pegunungan Ijen, tepatnya di Desa Sumber Wringin
Kecamatan Sumber Wringin. Gunung Raung memiliki pemandangan yang menarik
serta hamparan flora dan berbagai jenis satwa. Wisata ini sangat menarik dan
menantang, khususnya wisatawan dapat memulai pendakian dari Pos 1 (Pasanggrahan
Sumber Wringin) yang dilengkapi dengan sejumlah pemandu wisata yang siap
melayani wisatawan.
5. Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan.
Bagi setiap orang yang mencintai olahraga panjat dinding atau tebing, maka tempat
yang satu ini patut menjadi salah satu uji nyali bagi pendaki. Letaknya di Desa
Patirana –Kecamatan Grujugan, 7 km kearah selatan Kota Bondowoso. Medan
pendakian yang begitu menantang, dengan fariasi-fariasi bebatuan dan kemiringan
tebing mulai dari 45 sampai dengan 90, serta ketinggian tebing mencapai 75 m,
menjadi tampat yang sangat cocok bagi para pendaki baik yang pemula maupun
profesional. Siswa atau pecinta alam sering menggunakan Patirana sebagai tempat
kemah sekaligus mencoba tantangan Patirana, fasilitas yang tersedia diantanya seperti
shelter, kamar mandi, dan balariung, tempat parker dan lain-lain.
6. K awasan Wisata Pemandian
Tasnan di Kecamatan Grujugan

Taman pemandian alam Tasnan terletak di Desa Taman Kecamatan Grujugan,


tepatnya7 km dari Kota Bondowoso. Pemandian ini memiliki kenyamanan dan
keamanan bagi pengunjung serta mudah dikunjungi dengan menggunakan transportasi
umum. Tempat ini juga dilengkapi dengan beberapa sarana antara lain shelter, ruang
ganti, musholla, panggung hiburan, dan tempat beristirahat.
7. Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin,
Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari, Darussholah, Prajekan,
Tlogosari, dan Sempol.
8. Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso.
9. Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel.
10. Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan.
11. Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen.
12. Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen.
13. Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang.
14. Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen.
Salah satu obyek yang termasuk wisata minta khusus di Kabupaten Bondowoso
adalah jeram. Obyek wisata yang juga dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten
Bondowoso. Keindahan alam yang dilalui sepanjang perjalanan membuat daerah ini
tidak hanya ingin dinikmati oleh masyarakat Bondowoso saja, akan tetapi para pecinta
olahraga Arum Jeram dari daerah lain juga tidak ingin ketinggalan untuk
menikmatinya. Akses menuju tempat ini sangat mudah karena dapa dilewati oleh
transportasi umum.
15. Kawasan Wisata Aduan Sapi

Yang terletak di Kecamatan Tapen dalam mendukung pariwisata, di Kabupaten


Bondowoso juga disediakan sarana akomodasi penginapan yang memadai bagi
wisatawan.
16. Bendi Wisata
Bendi wisata merupakaan alat transportasi yang unik dan berkesan klasik, transportasi
ini digunakan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Alun-alun Bondowoso.
Membuat setiap orang yang singgah disana ingin berkeliling kota Bondowoso dengan
mengendarainya.
17. Monumen Gerbong Maut

Tanggal 23 November 1947 sejarah mencatat dengan tinta emas tentang perjuangan
rakyat Bondowoso melawan penjajah. Seratus orang pejuang diangkut dengan
gerbong dari stasiun kereta api Bondowoso pukul 03.00 WIB dini hari menuju penjara
Kali sosok Surabaya. Kejadian tersebut dikenal dengan peristiwa Gerbong Maut di
abadikan dengan sebutan MONUMEN GERBONG MAUT yang terletak di jantung
Kota Bondowoso, dan menjadi obyek bersejarah bagi Bondowoso.

Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel.
Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan
lainnya yaitu Hotel Melati. Enam Hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah,
Baru, Slamet, Kinanti, dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica,
Catimore, Jampit, dan Wisata Asri.

E. PRODUK UNGGULAN
5.1 Sektor Kuliner
a. Tape
Bondowoso tercatat sebagai pusat produksi tape terbesar di Indonesia, semakin
ditegaskan dengan diperolehnya rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
dalam kegiatan bakar tape terbanyak dengan peserta 2.013 orang. Tape Bondowoso
memang sangat khas, sehingga event ini semakin meneguhkan Bondowoso sebagai
kota yang memiliki keunggulan utamanya dengan panganan tradisional khas
Bondowoso yaitu Tape. Tape Bondowoso yang umumnya dikemas dalam besek
(anyaman dari bambu berbentuk kotak), terbuat dari singkong, wisatawan
mancanegara menyebutnya fermented of cassava, mirip seperti peyeum di Jawa
Barat, tapi rasa tape Bondowoso lebih khas. Tape Bondowoso mempunyai rasa
yang sangat manis yang tidak dapat ditiru oleh Kota lain. Banyak merek Tape
Bondowoso bernama Tape 31 manis asal Desa Wringin, Tape 82 asal JL. PB.
Sudirman, Tape Manalagi asal JL. RE Martadinata, Tape 94 at JL. Diponegoro
Tape 66 dan 26 asal JL. Tuku Umar, Tape 07 asal Kec Pujer. Tape Bondowoso
dapat digunakan sebagai parsel. Tape Bondowoso dapat dimodifikasi dalam
beberapa makanan antara lain seperti dodol, suwar-suwir dan lain sebagainya.

b. Kopi
Bondowoso sebagai Kabupaten dengan perkebunan kopi yang banyak serta
antusiasme masyarakat yang tinggi akan kopi. Bupati Bondowoso Amin Said
Husni pun kembali mendeklarasikan Kabupaten Bondowoso ebagai Republik
Kopi. Kopi tersebut memiliki spesialisasi rasa yang unik karena ditanam di daerah
Pegunungan Ijen dengan tanah berunsur belerang.

5.2 Sektor Pertanian


a. Beras Organik
Bondowoso terkenal dengan Kota Tape, akan tetapi tdak hanya produk tape saja
yang menjadi produk unggulan Bondowoso. Salah satu produk unggul dari Kota
Bondowoso Jawa Timur adalah beras organik yang di produksi oleh petani di
Lombok Kulon Wonosari pada tahun 2013 yang sudah ada sekitar 15 hektar lahan
padi organik yang ditarget lolos sertifikat dari lembaga sertifikasi organik
seloliman (lessos). Sejak lolos sertifikasi organik dari lessos, para petani Lombok
Kulon sudah mencicipi dampak positifnya.

5.3 Sektor Kerajinan


a. Kerajinan Kuningan
Banyaknya potensi di desa yang belum dikelola secara optimal, memotivasi
Bapak Amin Said Husni selaku Bupati Bondowoso untuk menggalakkan program
One Village One Product atau Satu Desa Satu Produk Unggulan. Beliau
menjelaskan bahwa program tersebut diharapkan mampu memotivasi desa untuk
mengembangkan berbagai produk unggulan desa tersebut akan diikutkan dalam
berbagai kompetisi. Kerajinan kuningan terdapat di Desa Cindogo Kecamatan
Tappen 16 km sebelah timur Kota Bondowoso tepatnya disekitar jalan
Bondowoso-Situbondo. Terdapat banyak jeis kerajinan kuningan antara lain
seperti perlengkapan rumah tangga, perlengkapan upacara adat (bokor dan
gayung) dan berbagai jenis souvenir. Kuningan ini memiliki warna yang indah
dan tidak mudah pudar atau luntur. Kerajinan kuningan ini sudah tersebar
dimana-mana dan bahkan sudah di ekspor ke luar negeri.

b. Industri Bordir
Industri bordir Bondowoso begitu unik dan memiliki style yang berbeda dengan
daerah lain di Indonesia. Kerajinan Bordir banyak dihasilkan di Kecamatan
Curahdami. Jenis pakai yang diproduksi sesuai dengan permintaan konsumen
atau pasar. Hasil produksi sudah dipasarkan sampai ke Malaysia dan Singapura.

c. Peralatan Besi
Kerajinan ini merupakan spesialis penghasil peralatan yang terbuat dari besi dan
biasanya digunakan sebagai keperluan rumah tangga atau pertukangan, seperti:
pisau, golok, pedang, trisula dan sebagainya. Kerajinan ini berpusat di Desa
Pucang Anom, Kecamatan Tamanan. Dan semua produknya telah di ekspor ke
berbagai tempat di seluruh Indonesia.

d. Kerajinan Sangkar Burung


Kerajinan sangkar burung ini terletak di Desa Mengen, Kecamatan Tamanan.
Dengan menggunakan cara yang tradisional, pabrik pembuatan sangkar burung
ini bisa menghasilkan berbagai bentuk sangkar burung yang unik dan lain dari
biasanya.

e. Batik Tulis Sumbersari


Kerajinan batik tulis Bondowoso terletak di desa Sumbersari Kecamatan Maesan,
13 Km dari Kota Bondowoso. Batik tulis yang terkenal dari Bondowoso ini
terkenal dengan nama batik singkong Maesan, beberapa tahun terakhir ini telah
dikelola sedemikian rupa sehingga dapat terus berkembang dan bersaing dengan
produk-produk batik lain di Indonesia serta telah menjadi batik turun temurun
dari Bondowoso. Batik tulis ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu terkarakteristik
oleh corak buah singkong yang banyak dijumpai di Bondowoso dan merupakan
bahan pembuatan tape. Di sebut batik singkong Maesan, karena awal mula dan
pusat industrinya berada di Kecamatan Maesan, yang kurang lebih 13 km dari
Kota Bondowoso.

f. Kerajinan Klompen
Klompen adalah sejenis sandal dari kayu. klompen memiliki bentuk yang
sederhana, sekarang Bondowoso telah memberikan warna dan model baru dari
sandal keras ini menjadi lebih trendy dan bisa dipakai oleh semua umur.
Kerajinan ini terletak di Desa Jambe Anom, Kecamatan Tamanan, sekitar 15 Km
dari Kota Bondowoso.

g. Industri Cambuk
Industri ini terletak di Desa Suger Lor, Kecamatan Maesan. Cambuk atau pecut
banyak dibutuhkan oleh para petani untuk membejak sawah, atau untuk
menggembalakan kambing dan sapi.

h. Kerajinan Manik-Manik
Industri ini berpusat di Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso, kurang lebih
dari 32 km ke arah timur laut dari Kota Bondowoso. Dari industri ini bisa
dihasilkan beberapa aksesoris seperti kalung, cincin dan lain sebagainya.
Harganya yang relatif murah, dengan keanekaragaman warna, bentuk, dan
ukurannya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk
memilikinya maupun dijadikan sebagai cinderamata teman dan keluarga.

i. Kerajinan Kulit
Pusat kerajinan ini berada di Kecamatan Pujer, kurang lebih 12 km arah selatan
Kota Bondowoso. Produk-produk yang dihasilkan seperti jaket, tas, sandal,
sepatu dan lainnya.
Beberapa produk juga dikerjakan berdasarkan pesanan konsumen. Semua itu
dibuat dari bahan kulit sapi yang bermutu tinggi. Kualitas produk yang satu ini
tidak perlu diragukan lagi, dan harganya pun relatif terjangkau. Biasanya produk-
produk tersebut dipasarkan di daerah Bali.
j. Kerajinan Ketabung
Merupakan kerajinan yang terbuat dari daun kelapa. Beberapa produk yang
dihasilkan dari daun kelapa ini berpusat di desa Karang Melok, Kecamatan
Tamanan.
h. Kerajinan Perak
Kerajinan di Bondowoso bisa dikatakan baru semumur jagung. Namun bukan
berarti tidak memiliki kualitas yang baik. Produk-produk yang dihasilkan seperti
gelang, kalung, dan cincin, tidak hanya dipasarkan di wilayah Bondowoso dan
sekitarnya saja. Akan tetapi, telah dapat menembus pasar internasional, seperti
Belanda, Jerman dan Amerika. Pusat kerajinan perak terletak di Desa Wringin
Kabupaten Bondowoso, kurang lebih 16 km ke arah barat laut dari jantung Kota
Bondowoso.
i. Mebel Pelepah Pisang
Kerajinan mebel yang satu ini berbeda dengan produkasi mebel-mebel lainnya
yang pada umumnya menggunakan bahan baku dasar kayu atau rotan. Mebel ini
menggunakan media pelepah pisang sebagai bahan utamanya. Sepeti halnya
mebel-mebel lain, mebel pelepah pisang juga dibuat dalam berbagai macam
bentukdan ukuran. Pusat kerajinan mebel pelepah pisangadalah di Desa Karang
Melok Kecamatan Tamanan, kurang lebih 15 km ke arah selatan dari Kota
Bondowoso.

Anda mungkin juga menyukai