Nim : 15510055
Pengembangan wilayah tersebut dimulai pada tahun 1789, selain untuk tujuan politis
juga sebagai upaya menyebarkan agama Islam karena wilayah yang dituju penduduknya
masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno,
dan Jati Truno yang berangkat melaksanakan tugasnya menuju ke arah selatan untuk
menerobos wilayah pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan tersebut
menerobos ke arah timur sampai ke Dusun Wringin dengan melewati gerbang yang disebut
“Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaitu
Wringin, Kupang, Poler dan Madiro. Lalu menuju ke arah selatan yaitu Desa Kademangan
dengan membangun tempat peristirahatan di sebelah barat daya Kademangan (diperkirakan di
Desa Nangkaan sekarang).
Desa-desa lainnya disebelah utara terdapat Desa Glingseran, Tamben dan Ledok
Bidara. Disebelah Barat terdapat Desa Selokambang, Selolembu. Sebelah timur terdapat Desa
Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Prajekan dan Wonoboyo. Sebelah
selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang,
Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang,
sedangkan setiap Desa dihuni oleh dua, tiga sampai empat orang. Kemudian dibangunlah
kediaman penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan
disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama”
Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun.
Mas Astrotruno mengadakan berbagai tontonan, antara lain aduan burung puyuh
(gemek), sabung ayam, kerapan sapi, dan aduan sapi guna menghibur para pekerjanya.
Tontonan aduan sapi diselenggarakan secara berkala dan menjadi tontonan di Jawa Timur
sampai tahun 1998. Atas jasa-jasanya, Mas Astrotruno tersebut diangkat sebagai Nayaka
merangkap Jaksa Negeri.
Dari ikatan Keluarga Besar “Kiai Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa
pada tahun 1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno diangkat sebagai patih
yang berdiri sendiri (zelf standing) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Dia
dipandang sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler)
di Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan,
dengan adanya pembangunan kota kemudian namanya diganti menjadi Bondowoso, sebagai
ubahan perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo yang
memiliki arti modal, bekal, dan Woso yang berarti kekuasaan. Makna seluruhnya yaitu
terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban tugas
(penguasa) yang diberikan kepada Mas Astrotruno untuk membabat hutan dan membangun
kota.
Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal
memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya
pengangkatan personel praja masih milik wewenang Kiai Ronggo Besuki, maka tidak
seorang pun yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi
Kertonegoro. Hal ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada beliau untuk terus bekerja
membabat hutan sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki.
Pada tahun 1830 Kiai Ronggo I mengundurkan diri dan kekuasaannya diserahkan
kepada putra keduanya yang bernama Djoko Sridin yang pada waktu itu menjabat sebagai
Patih di Probolinggo. Jabatan baru itu dipangku antara tahun 1830-1858 dengan gelar M Ng
Kertokusumo dengan predikat Ronggo II, yang berkedudukan di Blindungan sekarang atau
jalan S Yudodiharjo (jalan Ki Ronggo) yang dikenal masyarakat sebagai “Kabupaten lama”.
Setelah mengundurkan diri, Ronggo I menekuni bidang dakwah agama Islam yang bermukim
di Kebun Dalem Tanggul Kuripan (Tanggul, Jember). Ronggo I wafat pada 19 Rabi’ulawal
1271 H atau 11 Desember 1854 dalam usia 110 tahun. Jenazahnya dikebumikan disebuah
bukit (Asta Tinggi) di Desa Sekarputih. Masyarakat Bondowoso menyebutnya sebagai
“Makam Ki Ronggo”.
Makam Ki Ronggo terletak tidak jauh dari pusat Kota Bondowoso yang hanya
berjarak +/2-3 km arah utara Alun-alun Kota, tepatnya di kawasan Sekarputih di tanah yang
agak tinggi. Akses ke pintu masuk kawasan makam ini melalui daerah Perumahan Sekarputih
Indah. Seperti Komplek makam Raja atau penguasa daerah pada umumnya , komplek makam
ini dijaga oleh Juru Kunci Makam. Konon di dekat anak tangga pertama menuju makam, ada
sumur tua yang diyakini dapat digunakan untuk terapi penyembuhan berbagai macam
penyakit.
Pemerintahan
- Bupati Drs. H. Amin Said Husni
Populasi
Demografi
Pembagian administratif
- Kecamatan 23
- Kelurahan 10
- Desa 209
Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun
berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang
menghubungkan antar provinsi. Bondowoso merupakan satu-satunya Kabupaten di daerah
Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai (lautan). Hal inilah yang menyebabkan
Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Jawa Timur.
Batas wilayah secara geografis, Kabupaten Bondowoso memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1. Industri
Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi tiga industri besar, industri
menengah, dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan
menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan
jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760
unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26%. Nilai investasi meningkat
rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400,- dengan nilai produksinya sebesar Rp.
168.896.897.650,- atau naik 6,02%.
2. Perdagangan
Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan
signifikan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya penerbitan atau pembaharuan
pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Sarana perdagangan bagi
masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko atau ruko. Pasara induk
terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wahid Hasyim. Sedangkan swalayan
di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza atau
mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa Kecamatan.
Kawasan Jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam
hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-
buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.
3. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan atau perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai
peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baiuk bank
pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 20016 tetap seperti tahun
sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri, dan Bank Jatim.
Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon, Simpan Pinjam
dan Bank Bukopin. Untuk Bank Swasta Asing atau campuran yaitu BCA dan Bank
Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Pengkreditan Rakyat berjumlah 5 unit
yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.
C. KEBUDAYAAN
3.2 Ronteg Singo Ulung
Kesenian tari Ronteg Singo Ulung adalah kesenian tradisional dari Bondowoso.
Kesenian ini awalnya di temukan oleh seseorang bernama Singo dari Blambangan dan
memiliki istri dari Desa Blimbing. Sebuah seni pertunjukan yang berangkat dari
uapacara ritual tradisi, telah dibuktikan dengan munculnya Ronteg Singo Ulung. Seni
pertunjukan ini lebih mengedepankan atraksi “Tiga Singa” yang masing-masing
didalamnya terdapat dua anak manusia, mirip dengan Barongsai. Gerakan-gerakan
singa yang akrobatik, keluar dari area panggung, memunculkan kejutan-kejutan,
mampu mempesona penonton. Apalagi mulut singa tersebut ternyata bisa menggigit
(sebetulnya dipegang tangan dari dalam) bingkisan (biasanya tape Bondowoso) untuk
diberikan kepada pengunjung. Ronteg Singo Ulung merupakan gabungan antara
repetisi upacara ritual dan seni akrobatik singa. Kesenian Ronteg Singo Ulung
biasanya digunakan sebagai tradisi untuk meminta datangnya turun hujan. Tari
Ronteg Singo Ulung menggunakan figur singa atau singa berwarna putih sebagai ikon
utama kesenian ini.
3.23.Peninggalan Kuno Sarkopage
Sarkopage merupakan salah satu dari situs megalitikum yang lebih dikenal
dengan nama keranda yang lebih dibuat dari batu atau sejenis batu cadas.
Berbentuk lesung dasn palung, tatapi ada tutupnya, fungsinya sama dengan
kuburan batu atau dolmen. Sarkopage terdapat dibeberapa Desa antara lain Desa
Glinseran-Kecamatan Wringin, tapatnya 19 km ke arah barat Kota Bondowoso.
Bondowoso-Wringin: 16 km (MPU) dan Wringin-lokasi 2 km (objek).
3.2 Seni Tradisional Ronjhangan
Kesenian tradisional menambuh “ronjhangan” atau lesung untuk menumbuk padi
yang biasa dimainkan ibu-ibu pedesaan di Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso,
Jawa Timur kini mulai punah. Awalnya, kesenian tersebut hanya musik instrumen,
namun dalam perkembangan diikuti dengan lagu-lagu berbahasa Madura yang
mengandung nilai-nilai luhur. Setelah musik modern berkembang, khususnya dangdut
dan popo, musik tersebut diikuti dengan lagu-lagu tersebut. Kesenian “ronjhangan”
saat itu sudah tidak murni lagi karena juga dimeriahkan dengan hadirnya “Jidur” atau
semacam beduk.
3.3 Hadrah
Suatu bentuk kesenian yang bernafaskan Islam yang terdiri dari beberapa rebana kecil,
untuk mengiringi sholawat nabi.
D. SEKTOR PARIWISATA
Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya
pendapatan daerah. Berdasarkan peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RT RW
Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso, yaitu:
Tanggal 23 November 1947 sejarah mencatat dengan tinta emas tentang perjuangan
rakyat Bondowoso melawan penjajah. Seratus orang pejuang diangkut dengan
gerbong dari stasiun kereta api Bondowoso pukul 03.00 WIB dini hari menuju penjara
Kali sosok Surabaya. Kejadian tersebut dikenal dengan peristiwa Gerbong Maut di
abadikan dengan sebutan MONUMEN GERBONG MAUT yang terletak di jantung
Kota Bondowoso, dan menjadi obyek bersejarah bagi Bondowoso.
Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel.
Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan
lainnya yaitu Hotel Melati. Enam Hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah,
Baru, Slamet, Kinanti, dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica,
Catimore, Jampit, dan Wisata Asri.
E. PRODUK UNGGULAN
5.1 Sektor Kuliner
a. Tape
Bondowoso tercatat sebagai pusat produksi tape terbesar di Indonesia, semakin
ditegaskan dengan diperolehnya rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
dalam kegiatan bakar tape terbanyak dengan peserta 2.013 orang. Tape Bondowoso
memang sangat khas, sehingga event ini semakin meneguhkan Bondowoso sebagai
kota yang memiliki keunggulan utamanya dengan panganan tradisional khas
Bondowoso yaitu Tape. Tape Bondowoso yang umumnya dikemas dalam besek
(anyaman dari bambu berbentuk kotak), terbuat dari singkong, wisatawan
mancanegara menyebutnya fermented of cassava, mirip seperti peyeum di Jawa
Barat, tapi rasa tape Bondowoso lebih khas. Tape Bondowoso mempunyai rasa
yang sangat manis yang tidak dapat ditiru oleh Kota lain. Banyak merek Tape
Bondowoso bernama Tape 31 manis asal Desa Wringin, Tape 82 asal JL. PB.
Sudirman, Tape Manalagi asal JL. RE Martadinata, Tape 94 at JL. Diponegoro
Tape 66 dan 26 asal JL. Tuku Umar, Tape 07 asal Kec Pujer. Tape Bondowoso
dapat digunakan sebagai parsel. Tape Bondowoso dapat dimodifikasi dalam
beberapa makanan antara lain seperti dodol, suwar-suwir dan lain sebagainya.
b. Kopi
Bondowoso sebagai Kabupaten dengan perkebunan kopi yang banyak serta
antusiasme masyarakat yang tinggi akan kopi. Bupati Bondowoso Amin Said
Husni pun kembali mendeklarasikan Kabupaten Bondowoso ebagai Republik
Kopi. Kopi tersebut memiliki spesialisasi rasa yang unik karena ditanam di daerah
Pegunungan Ijen dengan tanah berunsur belerang.
b. Industri Bordir
Industri bordir Bondowoso begitu unik dan memiliki style yang berbeda dengan
daerah lain di Indonesia. Kerajinan Bordir banyak dihasilkan di Kecamatan
Curahdami. Jenis pakai yang diproduksi sesuai dengan permintaan konsumen
atau pasar. Hasil produksi sudah dipasarkan sampai ke Malaysia dan Singapura.
c. Peralatan Besi
Kerajinan ini merupakan spesialis penghasil peralatan yang terbuat dari besi dan
biasanya digunakan sebagai keperluan rumah tangga atau pertukangan, seperti:
pisau, golok, pedang, trisula dan sebagainya. Kerajinan ini berpusat di Desa
Pucang Anom, Kecamatan Tamanan. Dan semua produknya telah di ekspor ke
berbagai tempat di seluruh Indonesia.
f. Kerajinan Klompen
Klompen adalah sejenis sandal dari kayu. klompen memiliki bentuk yang
sederhana, sekarang Bondowoso telah memberikan warna dan model baru dari
sandal keras ini menjadi lebih trendy dan bisa dipakai oleh semua umur.
Kerajinan ini terletak di Desa Jambe Anom, Kecamatan Tamanan, sekitar 15 Km
dari Kota Bondowoso.
g. Industri Cambuk
Industri ini terletak di Desa Suger Lor, Kecamatan Maesan. Cambuk atau pecut
banyak dibutuhkan oleh para petani untuk membejak sawah, atau untuk
menggembalakan kambing dan sapi.
h. Kerajinan Manik-Manik
Industri ini berpusat di Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso, kurang lebih
dari 32 km ke arah timur laut dari Kota Bondowoso. Dari industri ini bisa
dihasilkan beberapa aksesoris seperti kalung, cincin dan lain sebagainya.
Harganya yang relatif murah, dengan keanekaragaman warna, bentuk, dan
ukurannya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk
memilikinya maupun dijadikan sebagai cinderamata teman dan keluarga.
i. Kerajinan Kulit
Pusat kerajinan ini berada di Kecamatan Pujer, kurang lebih 12 km arah selatan
Kota Bondowoso. Produk-produk yang dihasilkan seperti jaket, tas, sandal,
sepatu dan lainnya.
Beberapa produk juga dikerjakan berdasarkan pesanan konsumen. Semua itu
dibuat dari bahan kulit sapi yang bermutu tinggi. Kualitas produk yang satu ini
tidak perlu diragukan lagi, dan harganya pun relatif terjangkau. Biasanya produk-
produk tersebut dipasarkan di daerah Bali.
j. Kerajinan Ketabung
Merupakan kerajinan yang terbuat dari daun kelapa. Beberapa produk yang
dihasilkan dari daun kelapa ini berpusat di desa Karang Melok, Kecamatan
Tamanan.
h. Kerajinan Perak
Kerajinan di Bondowoso bisa dikatakan baru semumur jagung. Namun bukan
berarti tidak memiliki kualitas yang baik. Produk-produk yang dihasilkan seperti
gelang, kalung, dan cincin, tidak hanya dipasarkan di wilayah Bondowoso dan
sekitarnya saja. Akan tetapi, telah dapat menembus pasar internasional, seperti
Belanda, Jerman dan Amerika. Pusat kerajinan perak terletak di Desa Wringin
Kabupaten Bondowoso, kurang lebih 16 km ke arah barat laut dari jantung Kota
Bondowoso.
i. Mebel Pelepah Pisang
Kerajinan mebel yang satu ini berbeda dengan produkasi mebel-mebel lainnya
yang pada umumnya menggunakan bahan baku dasar kayu atau rotan. Mebel ini
menggunakan media pelepah pisang sebagai bahan utamanya. Sepeti halnya
mebel-mebel lain, mebel pelepah pisang juga dibuat dalam berbagai macam
bentukdan ukuran. Pusat kerajinan mebel pelepah pisangadalah di Desa Karang
Melok Kecamatan Tamanan, kurang lebih 15 km ke arah selatan dari Kota
Bondowoso.