I. DASAR TEORI
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen
yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka
kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih
rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja
yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih
banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat
dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal
yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis
(local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai
antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun
begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal
menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna
antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat
memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
· Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
· Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.
typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1
tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.
· Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol.
Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
· Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya
masih belum diketahui dengan jelas.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai
sarana penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan
kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang
mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan
mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
· Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
· Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
· Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasiendengan gejala klinis khas.
2. PEMERIKSAAN VDRL
I. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendeteksi adanya antibody non-treponema (Reagin)
Pembacaan Hasil
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau
reaktif
REAKTIF : Bila tampak gumpalan sedang atau besar
REAKTIF LEMAH : Bila tampak gumpalan kecil-kecil
NON REAKTIF : Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan.
CONTOH:
Pengenceran serum Laporan hasil hasil
1:1 Reaktif (+) Reaktif pada
pengenceran
1:2 Reaktif 1:8
1:4 Reaktif Atau
1:8 Reaktif Reaktif pada
pengenceran
1:16 Non reaktif 8 kali
1:32 Non reaktif
Persiapan Reagen
- Antigen, larutan buffer VDRL dan larutan garam fisiologis seperti yag
disebutkan pada pemeriksaan VDRL serum.
- Larutan NaCl 10%
Antibodi spesifik untuk T.pallidum yang ada di dalam serum pasien akan
beraglutinasi dengan awetan eritrosit burung yang terdapat dalam reageant Plasmatec
TPHA yang telah dilapisi komponen antigenik patogen T.pallidum (Nichol Strain) dan
menunjukkan pola aglutinasi pada sumur mikrotitrasi.
Dasar Teori
TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya antibodi
terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes
ini akan menjadi negatif setelah 6 – 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang
lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif
(Anonim, 2013).
Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya antibodi Treponema Palidum
yang akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit sehingga
terbentuk aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut (Vanilla, 2011).
1 Teknik dan pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitive (dapat
mendeteksi titer – titer yang sangat rendah)
2 Bakteri lain selain dari family Treponema tidak dapat memberikan hasil positif
Namun, metode TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
3 Harganya mahal
4 Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :
a. Alat
b. Mikropipet 190 µl, 10 µl, 25 µl, dan 75 µl
c. Microplate
d. Yellow tip
e. Bahan
f. Serum
g. Reagen
– R2 : Control sel
– R3 : Diluent
– R4 : Control positif
– R5 : Control negatif
Langkah Kerja
1. Uji Kualitatif
Interprestasi Hasil
Uji Kualitatif
Hemaglutinasi positif ditandai dengan adanya bulatan berwarna merah dipermukaan
sumur, hasil negatif terlihat seperti titik berwarna merah di tengah dasar sumur
Tingkatan aglutinasi:
+2 : bulatan merah yang terbentuk tidak besar dan tampak seperti cincin
Sum
ur 1 2 3 4 5 6 7 8
(cont
rol 1:16 1:32 1:64 1:128 1:
Titer cell) 1:80 0 0 0 0 2560 1: 5120
Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi ,karena tetapreaktif dalam waktu yang
lama.
http://aldilagn16.mahasiswa.unimus.ac.id/sample-page/pemeriksaan-tpha-treponema-
pallidum-hemaglutination-assay/
Gambar
Hematologi
Analyzer
Hematolo
gy Analyzer
adalah alat
untuk
mengukur
sampel berupa
darah. Alat ini
biasa digunakan dalam bidang Kesehatan. Alat ini dapat membantu mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll.
Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung
dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau
berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan. Mengukur sampel berupa darah.
Alat ini biasanya digunakan dalam bidang kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Pemeriksaan
hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan
hitung jumlah sel trombosit.
B. Prinsip kerja
Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang
gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja
berdasarkan prinsip flow cytometer . Flow cytometri adalah metode pengukuran
(=metri) jumlah dan sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow)
melalui celah sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa
sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel
dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk inti
sel.
Prinsip impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh
sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro ) yang mana sampel darah
yang diencerkan dengan elktrolit diluents / sys DII akan melalui mikroaperture yang
dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan ) yang pada masing
masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi
listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran sel) yang
melewati impulst / voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan
dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood
Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin , cyanmethemoglobin dan
diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Has
yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah
dimanaberkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut
mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan manangkap berkas-berkas
sinar sesudah melewati sel itu. Alat yang memakai prinsip ini lazim disebut flow
cytometri.
C. Fungsi dari Hematologi Analyzer
Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung
dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau
berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan.
Mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti
kanker, diabetes, dll.
Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit.
Keuntungan dari Hematologi Analyzer
1. Efisiensi Waktu
Lebih cepat dalam pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit
dibandingkan dilakukan secara manual dan lebih tanggap dalam melayani pasien.
2. Sampel
Pemeriksaan hematologi rutin secara manual misalnya, smapel yang dibutuhkan
lebih banyak membutuhkan smapel darah (Whole Blood). Manual prosedur yang
dilakukan dalam pemeriksaan leukosit membutuhkan sampel darah 10 mikro, juga belum
pmeriksaan lainnya. Namun pemeriksaan hematologi analyzer ini hanya menggunakan
sampel sedikit saja.
3. Ketepatan Hasil
Hasil yang dikeluarkan oleh alat hematologi analyzer ini biasanya sudah melalui
quality control yang dilakukan oleh intern laboratorium tersebut, baik di institusi Rumah
Sakit atupun Laboratorium Klinik pratama.
Kerugian Hematologi Analyzer
Tidak dapat menghitung sel abnormal
Pemeriksaaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak selamanya mulus namun
pada kenyataannya alat ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal
menghitung sel-sel abnormal . Seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bisa saja
nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel
yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal.
1) Langkah 1: Menghitung rata untuk parameter WBC, RBC, HGB,MCV dan PLT
dari sampel yangdiukur dengan reagen Mindray asli(nilai-nilai referensi).
1. 86
Bahan yang harus digunakan untuk verifikasi kalibrasi adalah berbagai bahan
dengan konsentrasi yang diketahui dapat digunakan untuk memverifikasi kalibrasi.
Contohnya termasuk: sampel uji profisiensi dengan nilai-nilai yang diketahui;
spesimen pasien dengan nilai-nilai yang diketahui; atau tersedia secara komersial
standar, kalibrator, atau control bahan dengan nilai-nilai yang diketahui (yaitu,
produsen nilai diuji). Untuk ini bahan, laboratorium harus menetapkan batas yang
dapat diterima untuk perbedaan antara nilai yang terukur yang diperoleh, versus
konsentrasi sebenarnya dari bahan. Karena tujuan verifikasi kalibrasi adalah untuk
memeriksa apakah sistem uji memberikan hasil yang akurat sepanjang rentang
dilaporkan, tiga tingkat harus diuji (satu di akhir tinggi dari kisaran dilaporkan, satu
di akhir rendah dari kisaran dilaporkan, dan satu di dekat titik tengah kisarann
dilaporkan).
Melakukan verifikasi kalibrasi setiap 6 bulan (atau lebih sering jika ditentukan
dalam petunjuk tes system ini) dan setiap kali salah satu dari berikut terjadi:
Semua reagen yang digunakan untuk prosedur uji berubah ke nomor lot baru,
kecuali laboratorium dapat menunjukkan bahwa mengubah nomor banyak reagen
tidak mempengaruhi kisaran digunakan untuk melaporkan hasil tes dan nilai-nilai
kontrol pasien tidak dipengaruhi oleh reagen perubahan jumlah banyak.
Ada perawatan preventif besar atau penggantian bagian-bagian penting yang
mungkin mempengaruhi kinerja tes ini. Ini termasuk ketika laboratorium
mengirimkan tes sistem untuk produsen untuk perbaikan. Laboratorium harus
memverifikasi kalibrasi dari sistem tes diperbaiki sebelum melanjutkan pengujian
pasien dan pelaporan hasil.
bahan Pengendalian mencerminkan tren yang tidak biasa atau pergeseran, atau
berada di luar batas yang dapat diterima laboratorium, dan sarana lainnya menilai
dan mengoreksi nilai kontrol tidak dapat diterima gagal untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah.
Laboratorium telah menetapkan bahwa sistem tes ini kisaran dilaporkan untuk
pasien, hasil tes harus diperiksa lebih sering.