Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN WIDAL

I. DASAR TEORI
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen
yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka
kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih
rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja
yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih
banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat
dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal
yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis
(local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai
antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun
begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal
menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna
antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat
memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
· Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
· Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.
typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1
tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.
· Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol.
Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
· Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya
masih belum diketahui dengan jelas.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai
sarana penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan
kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang
mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan
mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
· Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
· Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
· Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasiendengan gejala klinis khas.

Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu


sensitivitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status
gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari
masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik
serta reagen yang digunakan.
Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat
negative palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.
Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:
1. Carrier tifoid
2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi
antibody pada host.
3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya
Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:
1. Imunisasi dengan antigen Salmonella
2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid
3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain

II. PRA ANALITIK


A. Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
Perisapan sampel : Serum
B. ALAT
- Batang pengaduk
- Mikropipet (40ul, 20ul, 10ul, 5ul)
- Tabung sentrifuge
- Tip kuning
- Sentrifuge
C. BAHAN
- Alkohol 70% dan kapas
- Reagen widal/Tydal
- Spoit 3 ml
III. Prosedur Kerja
1. Disiapkan slide yang kering dan bersih dengan 4(empat) lingkaran
2. Dengan mikropipet dimasukkan reagen Tydal dengan volume 40ul ke
dalam lingkaran-lingkaran tadi.
3. Selanjutnya dimasukkan serum denag tingkat titer 1/80 degan volume
sampel 20ul.
4. Di campur dan di goyang
5. Apabila hasil (+) aglutinasi, dilanjutkan lagi dengan tingkatan titer
selanjutnya yaitu 1/160 dan 1/320
6. Di campur dan di goyang.
7. Catat dan laporkan hasil
Catatan : pemeriksaan tidak boleh dilakukan dengan waktu lebih dari 1 menit,
karena apabila lebih dapat menimbulkan hasil positif palsu.

IV. Interpretasi Hasil


No Type Salmonella sp Antigen O Antigen H Antigen AH Antigen BH
1 S.typhi O Aglutinasi - - -
2 S.typhi H - Aglutinasi - -
3 S.paratyphi AH - - Aglutinasi -
4 S.paratyphi BH - - - Aglutinasi
Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut
Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di faksinasi/ pernah terjadi infeksi
Untuk perolehan titer 1/80 : - Pernah mengalami Typoid : Normal
- Belum pernah Typoid : Pemriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu
5-7 hari
Untuk perolehan titer 1/160 : - Pernah mengalami Typoid : pemriksaan dilakukan lagi
dalam jangka waktu 5-7 hari
- Belum pernah Typoid : (+) Typoid
Untuk perolehan titer 1/160 : - Pernah mengalami Typoid : (+) Typoid
- Belum pernah Typoid : (+) Typoid
V. HASIL PEMERIKSAAN
NAMA PASIEN : Mr X
JENIS KELAMIN : Laki-laki
UMUR : 21 tahun
HASIL : Negatif (-) atau tidak terjadi aglutinasi
XI. PEMBAHASAN
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak
tahun 1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi
bakteriSalmonella sp enteric yang mengakibatkan typoid.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya,
uji tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik
yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi
1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya
sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan
spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan.
Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen
terhadap antibody pada serum penderita demam typoid. Reaksi aglutinasi ini
didasarkan pada kenaikan titer, dimana titer awal atau yang biasa disebut
aglutinasi awal yaitu 1/80 yaitu 40ul reagen + 20ul serum penderita. Apabila
terjadi aglutinasi (+) maka dapat dianjutkan dengan pemeriksaan titer
berikutnya yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul serum penderita, apabila
diperoleh hasil positif, dilanjutkan lagi pada titer berikutnya yaitu 1/320 yatu
40ul reagen +5ul serum penderita, ini adalah titer tertinggi. Apabila telah
mencapai titer 1/320 maka dapat di fonis menderita demam tifoid. Namun
apabila baru mencapai titer 1/80, untuk pasien yang pernah menderita demam
typoid maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien yang belum
pernah mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemerikasaan
berikutnya pada 5-7 hari, untuk melihat apakah ada peningkatan titer atau
tidak. Untuk titer 1/160, untuk pasien yang pernah mengalami demam tifoid
maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam jangka waktu 5-7 hari untuk meluhat
kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum pernah mengalami demam
typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu berlanjut pada titer 1/320.
Untuk pemeriksan uji widal metode slide, pemeriksaan tidak boleh
dilakukan apabila telah melewati 1 menit setelah pencampura reagen dan
serum karena dapta menghasilkan nilai postif palsu yang dikarenakan apabila
lebih dari 1 menit, antibody yang seharusnya tidak berikatan akan berikatan
sehingga terbentuk aglutinasi.\
Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang
dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang
berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import).
Dari hasil pemriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi
aglutinasi pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami
demam typoid atau sama sekali belum penah mengalami demam typoid.
VI. KESIMPULAN
Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella
spenteric yang mengakibatkan typoid. Uji widal ini tidak boleh dilakukan lebih
dari 1 menit karena dapat menyebabkan nilai positif palsi.
Dari pemeriksaan pasien tidak terjadi aglutinasi (-) negative.
http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-widal.html

2. PEMERIKSAAN VDRL

I. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendeteksi adanya antibody non-treponema (Reagin)

II. Prinsip pemeriksaan


Pada penderita sifilis akan terbentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi
terhadap bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel antibody
tersebut disebut regain
Regain dalam serum penderita akan berflokulasi bila ditambahkan
kardiolipin yaitu antigen yang berasal dari ekstraksi hati sapi.

III. Alat dan Bahan Pemeriksaan


Alat:
- Objek glass
- Mikropipet 10 µl, 20 µl, 40 µl
- Pipet ukur 10 ml
- Mikroskop
- Penangas air
Bahan:
- Serum darah dan cairan otak
- Antigen VDRL
- Larutan garam buffer
- Larutan garam fisiologis (0,9%)
IV. Metode
- Slide
V. Prosedur pemeriksaan VDRL pada serum
Persiapan sampel
- Serum yang jernih dipanaskan dulu dalam penangas air pada suhu 56 °C
selama 30 menit, jangan memakai serum yang keruh atau hemolisis.
- Pemanasan serum perlu diulang pada 56 °C selama 10 menit bila
pemeriksaan dilakukan lebih dari 4 jam setelah pemanasan yang pertama.
- Pemeriksaan dilakukan bila suhu serum sudah sama dengan suhu kamar
(23-29 °C).
Reagen
- Antigen harus tidak berwarna merupakan larutan dalam alcohol yang
mengandung 0,03% kardiolipin, 0,9% kolesterol dan leucithin murni
(0,21%). Antigen harus disimpan dalam ruangan gelap pada suhu 6-8 °C.
bilamana terjadi presipitat, maka larutan antigen tersebut tidak dapat
dipergunakan lagi dan harus dibuang. Suspense antigen baru harus
dibandingkan terlebih dahulu terhadap larutan antigen yang reaktivitasnya
sudah diketahui sebelum dipergunakan dalam pemeriksaan rutin.
- Larutan garam buffer VDRL dengan pH 6,0+0,1 terdapat komersial atau
dapat dibuat dengan komposisi sebagai berikut:
Formaldehyde netral : 0,5 ml
Na2HPO4 : 0,037 gr
KH2PH2PO4 : 0,170 gr
NaCl : 10.0 gr
Aquadest ad : 1000 ml
- Larutan garam fisiologis (0,9 % NaCl)
Persiapan Suspensi Antigen
- Terlebih dahulu simpan botol antigen dan larutan garam buffer VDRL
pada suhu kamar selama 15 menit.
- Pipet 400 µl larutan garam buffer, masukkan kedalam botol reagen
ukuran 30 ml. kemudian ditambahkan 500 µl antigen tetes demi tetes
langsung diatas larutan garam buffer sambil menggerakkan botol tersebut
dengan gerakan memutar pada bidang yang rata.
- Lanjutkan gerakan memutar botol selama 10 detik.
- Tambahkan 4100 µl larutan garam buffer. Kocok 30 kali dalam 10 detik.
- Suspense antigen siap untuk dipakai dan hanya tahan selama 1 hari.

Prosedur pemeriksaan kualitatif


- Simpan semua alat pemeriksaan, serum dan suspense antigen pada suhu
kamar (23°C – 29°C).pemeriksaan yang dilakukan di bawah suhu kamar
memberikan reaktivitas yang lebih rendah, sebaliknya bila di atas suhu
kamar reaktivitasnya meningkat.
- Pipet 50 µl serum yang sudah dipanaskan ke atas permukaan slide
- Pipet 50 µl suspense antigen dan teteskan diatas setiap tetes serum
dengan posisi vertical.
- Slide disimpan di atas rotator dan rotator dihidupkan selama 4 menit.
Bila pemeriksaan dilakukan pada udara yang kering dan panas. Sebaiknya
slide disimpan di dalam kotak yang berisi tissue/kapas basah untuk
menghindari adanya penguapan yang berlebihan.
- Pembacaan dilakukan segera setelah rotator berhenti dengan menggunakan
mikroskop pembessaran 100x.

Pembacaan Hasil
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau
reaktif
REAKTIF : Bila tampak gumpalan sedang atau besar
REAKTIF LEMAH : Bila tampak gumpalan kecil-kecil
NON REAKTIF : Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan.

Prosedur pemeriksaan kuantitatif


- Letakkan serum sampel pada baris terdepan rak dan baris kedua berisi
tabung dengan 700 µl larutan garam fisiologis
- Buat pengenceran 1:8 dengan menambahkan 100 mikro serum ke dalam
0,7 ml larutan garam fisiologis.
- Campur hingga homogen.
- Letakkan 40 mikro. 20 mikro dan 10 mikro serum yang sudah diencerkan
pada lingkaran ke 4. 5 dan 6 dari slide keramik.
- Buang sisa serum yang sudah diencerkan tadi kedalam tabung pengenceran.
- Dengan menggunakan pipet yang sama, letakkan 40 mikro, 20 mikro dan
10 mikro serum yang tidak diencerkan pada lingkaran pertama, kedua dan
ketiga.
- Tambahkan 20 mikro larutan garam fisiologis pada lingkaran ke 2 dan 5.
- Tambahkan 30 mikro larutan garam fisiologis pada lingkaran ke 3 dan 6
- Slide digoyang perlahan-lahan dengan menggunakan kedua belah tangan
selama kurang lebih 15 detik untuk memperoleh campuran yang homogen.
- Tambahkan 10 mikro suspense antigen pada tiap lingkaran.
- Tahap selanjutnya dilakukan seperti pemeriksaan VDRL kualitatif.
- Hasil dilaporkan dengan menyebutkan pengenceran serum tertinggi yang
masih memberikan hasil reaktif.

CONTOH:
Pengenceran serum Laporan hasil hasil
1:1 Reaktif (+) Reaktif pada
pengenceran
1:2 Reaktif 1:8
1:4 Reaktif Atau
1:8 Reaktif Reaktif pada
pengenceran
1:16 Non reaktif 8 kali
1:32 Non reaktif

VI. PEMERIKSAAN VDRL PADA CAIRAN OTAK


Persiapan sampel
Cairan otak disentrfifus dengan kecepatan 300-500 g selama 10 menit
kemudian dituangkan kedalam tabung yang bersih. Cairan tersebut siap untuk
diperiksa dan tidak perlu pemanasan terlebih dahulu. Cairan otak yang jelas
terkontaminasi atau banyak mengandung eritrosit memberikan hasil yang
tidak memuaskan.

Persiapan Reagen
- Antigen, larutan buffer VDRL dan larutan garam fisiologis seperti yag
disebutkan pada pemeriksaan VDRL serum.
- Larutan NaCl 10%

Persiapan suspense antigen


- Buat suspense antigen VDRL seperti yang dilakukan pada pemeriksaan
serum
- Tambahkan 1 bagian dari 10% larutan NaCl pada 1 bagian suspense
antigen VDRL.
- Campur hingga homogen dengan gerakan memutar dan diamkan selama 5
menit. Suspense ini harus segar dan tidak boleh dipakai lebih dari 2 jam
sejak penambahan larutan NaCl.

Prosedur Pemeriksaan Kualitatif


- Pipet 50 mikron cairan otak ke dalam bagian cekung dari slide
- Tambahkan 10 mikro suspense antigenpada tiap sampel cairan otak
dengan menggunakan pipet mikro.
- Slide disimpan di atas rotator dan putar selama 8 menit.
- Pembacaan dan pelaporan hasil seperti pada pemeriksaan serum kualitatif.

Prosedur pemeriksaan kuantitatif


- Pemeriksaan VDRL kuantitatif pada cairan otak dilakukan bila pada
pemeriksaan VDRL kualitatif menunjukkan hasil reaktif
- Lakukan pengenceran cairan otak sebagai berikut:
- pipet 200 mikro larutan garam fisiologis (0,9%) ke dalam 5 buah tabung
atau lebih
- tambahkan 200 mikro cairan otak ke dalam tabung yang pertama.
Campur hingga homogeny dan pindahkan 200 mikro ke dalam tabung
nomor 2.
- campur hingga homogeny. Kemudian pindahkan 200 mikro cairan dari
tabung nomor 2 ke dalam tabung no 3 dan seterusnya, pada tabung
terakhir campuran dibuang sebanyak 200 mikro. Sehingga diperoleh
pengenceran 1:2. 1:4. 1:8. 1:16 dan seterusnya.
- tabung selanjutnya dilakukan seperti pemeriksaan VDRL cairan
otak kualitatif tahap 1 sampai dengan 3
- Pembacaan dan pelaporan hasil dilakukan seperti pemeriksaan
serum kuantitatif.
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/pemeriksaan-vdrl.html
PEMERIKSAAN TPHA
Prinsip

Antibodi spesifik untuk T.pallidum yang ada di dalam serum pasien akan
beraglutinasi dengan awetan eritrosit burung yang terdapat dalam reageant Plasmatec
TPHA yang telah dilapisi komponen antigenik patogen T.pallidum (Nichol Strain) dan
menunjukkan pola aglutinasi pada sumur mikrotitrasi.

Dasar Teori

Pemeriksaan Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA)

Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan suatu


pemeriksaan serologi untuk sifilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining
(tahap awal atau primer) sifilis. Manfaat pemeriksaan TPHA sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sifilis dan mendeteksi respon serologis spesifik untuk
Treponema pallidum pada tahap lanjut atau akhir sifilis. Untuk skirining penyakit sifilis
biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil reaktif kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi (Vanilla, 2011).

TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya antibodi
terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes
ini akan menjadi negatif setelah 6 – 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang
lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif
(Anonim, 2013).
Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya antibodi Treponema Palidum
yang akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit sehingga
terbentuk aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut (Vanilla, 2011).

Keunggulan metode TPHA untuk pemeriksaan Sifilis dibandingkan metode lain:

1 Teknik dan pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitive (dapat
mendeteksi titer – titer yang sangat rendah)
2 Bakteri lain selain dari family Treponema tidak dapat memberikan hasil positif
Namun, metode TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

3 Harganya mahal
4 Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :

a) Jangan menggunakan serum yang hemolisis karena dapat mempengaruhi


hasil pemeriksaan.
b) Serum atau plasma harus bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi
c) Jika terdapat penundaan pemeriksaan, serum disimpan pada suhu 2-80C
dimana dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -200C,
serum dapat bertahan lebih lama.
d) Serum atau plasma yang beku sebelum dilakukan pemeriksaan harus
dicairkan dan dihomogenkan dengan baik sebelum pemeriksaan.
e) Reagen harus disimpan pada suhu 2-80C jika tidak digunakan dan jangan
disimpan di freezer.
f) Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu setelah
terbentuknya chancre.
g) Dalam melakukan pemeriksaan harus menyertakan kontrol positif dan
kontrol negatif
Alat, Bahan, dan Reagen

a. Alat
b. Mikropipet 190 µl, 10 µl, 25 µl, dan 75 µl
c. Microplate
d. Yellow tip
e. Bahan
f. Serum
g. Reagen

5 Plasmatec TPHA Test Kit mengandung:


– R1 : Test sel

– R2 : Control sel

– R3 : Diluent

– R4 : Control positif

– R5 : Control negatif

Langkah Kerja

1. Uji Kualitatif

a. Alat dan bahan disiapkan


b. Setiap komponen kit dan sampel dikondisikan pada suhu kamar.
c. Semua reagen dihomogenkan perlahan
d. Diluents ditambahkan sebanyak 190 µl dan sampel ditambahkan sebanyak 10µl
pada sumur 1 lalu dihomogenkan
e. Campuran pada sumur 1 dipipet sebanyak 25 µl dan ditambahkan pada sumur 2
dan 3
f. Control sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur 2 lalu dihomogenkan
g. Test sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur 3 lalu dihomogenkan
h. Sumur diinkubasi pada suhu ruang selama 45 – 60 menit.
i. Aglutinasi yang terjadi diamati
j. Sampel yang menunjukan hasil aglutinasi positif dilanjutkan ke uji semi
kuantitatif.
Note : control positif dan negatif selalu disertakan dalam setiap uji tanpa perlu
diencerkan.

2. Uji Semi Kuantitatif


a. Alat dan bahan disiapkan
b. Setiap komponen kit dan sampel dikondisikan pada suhu kamar
c. Semua reagen dihomogenkan perlahan
d. Sumur mikrotitrasi disiapkan dan diberi label no. 1 sampai 8
e. Pengenceran sampel dibuat pada sumur yang berbeda dengan sumur
mikrotitrasi dengan mencampur 190 µl diluents dan 10 µl sampel
f. Sumur mikrotitrasi no. 1 dikosongkan
g. Sumur mikrotitrasi no. 2 – 8 ditambahkan 25µl diluent
h. Pada sumur mikrotitrasi no. 1 dan 2 ditambahkan 25 µl sampel yang telah
diencerkan.
i. Campuran pada sumur 2 dipipet 25 µl dan ditambahkan pada sumur 3, lalu
dihomogenkan. Begitu seterusnya sampai sumur 8
j. Campuran pada sumur 8 dipipet 25 µl dan dibuang
k. Control sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur mikrotitrasi no. 1 lalu
dihomogenkan
l. Tes sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur mikrotitrasi no. 2-8 lalu
dihomogenkan
m. Sumur diinkubasi pada suhu ruang selama 45 – 60 menit
n. Aglutinasi yang terjadi dibaca, dan ditentukan titernya
o.

Interprestasi Hasil
Uji Kualitatif
Hemaglutinasi positif ditandai dengan adanya bulatan berwarna merah dipermukaan
sumur, hasil negatif terlihat seperti titik berwarna merah di tengah dasar sumur

Tingkatan aglutinasi:

+4 : bulatan merah merata pada seluruh permukaan sumur

+3 : bulatan merah terdapat di sebagian besar permukaan sumur

+2 : bulatan merah yang terbentuk tidak besar dan tampak seperti cincin

+1 : bulatan merah kecil dan tampak cincin terang

+/- : tampak cincin dengan warna bulatan merah yang samar

– : Tampak titik berwarna merah didasar sumur

Uji Semi Kuantitatif


Titer : pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi

Sum
ur 1 2 3 4 5 6 7 8
(cont
rol 1:16 1:32 1:64 1:128 1:
Titer cell) 1:80 0 0 0 0 2560 1: 5120

Kelemahan pemeriksaan TPHA


kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining tahapawal/primer(sipilis).

Pada saat pengerjaan diperlukan ketrampilan dan ketelitian yang tinggi.

Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi ,karena tetapreaktif dalam waktu yang
lama.

http://aldilagn16.mahasiswa.unimus.ac.id/sample-page/pemeriksaan-tpha-treponema-
pallidum-hemaglutination-assay/

Makalah Hematology Analyzer


A. Pengertian

Gambar
Hematologi
Analyzer
Hematolo
gy Analyzer
adalah alat
untuk
mengukur
sampel berupa
darah. Alat ini
biasa digunakan dalam bidang Kesehatan. Alat ini dapat membantu mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll.
Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung
dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau
berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan. Mengukur sampel berupa darah.
Alat ini biasanya digunakan dalam bidang kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Pemeriksaan
hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan
hitung jumlah sel trombosit.
B. Prinsip kerja

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang
gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja
berdasarkan prinsip flow cytometer . Flow cytometri adalah metode pengukuran
(=metri) jumlah dan sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow)
melalui celah sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa
sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel
dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk inti
sel.
Prinsip impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh
sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro ) yang mana sampel darah
yang diencerkan dengan elktrolit diluents / sys DII akan melalui mikroaperture yang
dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan ) yang pada masing
masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi
listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran sel) yang
melewati impulst / voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan
dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood
Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin , cyanmethemoglobin dan
diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Has
yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah
dimanaberkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut
mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan manangkap berkas-berkas
sinar sesudah melewati sel itu. Alat yang memakai prinsip ini lazim disebut flow
cytometri.
C. Fungsi dari Hematologi Analyzer
Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung
dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau
berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan.
Mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti
kanker, diabetes, dll.
Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit.
Keuntungan dari Hematologi Analyzer
1. Efisiensi Waktu
Lebih cepat dalam pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit
dibandingkan dilakukan secara manual dan lebih tanggap dalam melayani pasien.
2. Sampel
Pemeriksaan hematologi rutin secara manual misalnya, smapel yang dibutuhkan
lebih banyak membutuhkan smapel darah (Whole Blood). Manual prosedur yang
dilakukan dalam pemeriksaan leukosit membutuhkan sampel darah 10 mikro, juga belum
pmeriksaan lainnya. Namun pemeriksaan hematologi analyzer ini hanya menggunakan
sampel sedikit saja.
3. Ketepatan Hasil
Hasil yang dikeluarkan oleh alat hematologi analyzer ini biasanya sudah melalui
quality control yang dilakukan oleh intern laboratorium tersebut, baik di institusi Rumah
Sakit atupun Laboratorium Klinik pratama.
Kerugian Hematologi Analyzer
Tidak dapat menghitung sel abnormal
Pemeriksaaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak selamanya mulus namun
pada kenyataannya alat ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal
menghitung sel-sel abnormal . Seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bisa saja
nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel
yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal.

D. Macam-macam Alat Hematology Analyzer


Berikut ini akan ditampilkan macam-macam dan jenis Hematology Analyzer
dengan fitur pengukuran yang berbeda:
1 Jenis Semi Otomatis (dilusi dilakukan manual).
§ Merk Celtac
§ Tipe MEK-5208
§ Buatan Nihon Kohden
§ Menghitung WBC, RBC, Platelet, dan Hb.
2 Jenis Otomatis WBC 3-Part(dilusi, hemolyzing, count, display, dan print out
dilakukan secara otomatis).
§ Merk Celtac Alpha
§ Tipe MEK-6318
§ Buatan Nihon Kohden
§ Menghitung 3 jenis WBC, RBC, Platelet, dan Hb.
3 Jenis Otomatis WBC 5-Part (pengambilan sampel, dilusi, hemolyzing, count,
display, dan print out dilakukan secara otomatis).
§ Merk Celtac F
§ Tipe MEK-8222
§ Buatan Nihon Kohden
§ Menghitung 5 Jenis WBC, RBC, Platelet, dan Hb.
E. Cara Penggunaan
1. Hubungkan kabel power ke stabilisator (stavo)
2. Hidupkan alt (saklar on/off ada du sisi kanan atas alat)
3. Alat akan self check, pesan “please wait” akan tampil di layar
4. Alat akan secara otomatis melakukan self check kemudian background check
5. Pastikan alat pada ready
Cara kerja Pemeriksaan sampel Darah
1. Sampel darah harus dipastikan sudah homogen dengan antikoagulan
2. Tekan tombol Whole Blood “WB” pada layar
3. Tekan tombol ID dan masukkan no sampel, tekan enter
4. Tekan bagian atas dari temapt sampel yang berwarna ungu untuk membuka
dan letakkan sampel dalam adaptor
5. Tutup tempat sampel dan tekan “RUN”
6. Hasil akan muncu pada layar secara otomatis
7. Mencatat hasil pemeriksaan.
Yang perlu diperhatikan pada layar alat hematology analyzer, setelah pengukuran
spesimen darah, meliputi :
1. Perhatikan Hematokrit (PCV)
2. Hb kira-kira 1/3 Hematokrit.
3. Perhatikan MCHC
4. Kemungkinan ada kesalahan semua atau salah satu dari hasil
5. Alat yang baik maka MCHC ~ CHCM *
6. Perhatikan juga sel leukosit terutama distribusi diff. counting.
F. Cara Perawatan
Cara perawatan hematologi analyzer adalah dengan menyimpan dengan baik di
tempat yang datar dan kering. Alatnya pun harus dijaga dalam keadaan kering jika
tidak digunakan untuk tetap menjaga keawetan alat. Kebersihannya pun penting juga
dijaga agar ketelitiannya tetap terjaga.
Inilah yang harus diperhatikan oleh konsumen karena ada beberapa alat-alat yang
bisa dikatakan “bandel”. Namun sebandel-bandelnya alat tersebut, tetap saja harus
mendapatkan perhatian khusus seperti :
§ Suhu ruangan
§ Lakukan control secara berkala
§ Selalu cek reagen : Diliuent, Rinse, Minidil, Minilyse, dsb.
§ Sampel jangan smapai aglutinasi, gunakan sampel darah yang sudah ditambahkan
antikoagulan. Pastikan tidak ada darah yang menggumpal karena akan merusak
hasil jika terisap.
Check, Recheck dan Troubbleshooting Kondisi
 Periksa teknik sampling dan jenis spesimen yang digunakan.
 Check suhu ruang memenuhi suhu pada 18-20 derajat celcius, kondisi meja harus
dari beton dan gunakan termometer.
 Check cara penyimpanan dan lama penyimpanan.
 Lakukan homogenisasi sebelum mengukur minimal 1 menit dan lebih bagus lagi
setelah sampling masukkan darah dengan penggiling khusus. Perhatian alat yang
digunakan bukan jenis “pengocok darah” tapi yang digunakan merupakan
“penggiling darah”. Harus membedakan kedua kata ini.
 Pastikan alat telah di warm up dan telah dibuat background.
 Check kondisi volume dan kemasan reagent Diluent, Lyse dan Rinse.
 Lakukan pencucian setiap 20 sampel running.
 Lakukan pemeliharaan dengan menggunakan larutan pencuci hipoklorit setiap
minggu.
 Lakukan setiap 2 minggu sekali atau sebulan sekali menggunakan larutan enzim
digestif (EZ cleanser) untuk menghancurkan sisa bekuan atau sisa pembuangan
darah yang tidak sempurna.
 Jangan gunakan alat selama 24 jam penuh tanpa istirahat, karena dapat berakibat
kesalahan pencucian alat dan kesalahan keakuratan alat berkurang.
 Gunakan darah kontrol yang masih baru dan tidak expired date.
 Konsultasikan hasil printout hematology analyzer dengan staf ahli laboratorium
dan atau DSPK bila mencurigakan.
Melakukan Koreksi pada Hematologi Analyzer:
 Buatlah sediaan apus darah tepi yang bagus.
 Hitung jenis leukosit secara manual. Untuk mengkoreksi adanya normoblast,
satelit trombosit, rouleaux formation dan lainnya.
 Perhitungan sel dengan hemositometer bilik hitung untuk jumlah masing-masing
sel.
 Lakukan pemeriksaan hematokrit mikro secara manual.
 Sediaan segar tanpa antikoagulan lebih baik.
 Hangatkan sampel bila terlalu dingin dalam freezer pada suhu ruang.
 Spesimen pasien langsung segera diperiksa tanpa menunggu lagi
G. Kalibrasi
Kalibrasi instrumen mindray (Hematologi Analyzer) diperlukan untuk
beberapa CBC parameter-Ters.Terutama HGB dan MCV dipengaruhi oleh
perubahanreagen.Panduan kalibrasi disebutkan di bawah ini :

1) Langkah 1: Menghitung rata untuk parameter WBC, RBC, HGB,MCV dan PLT
dari sampel yangdiukur dengan reagen Mindray asli(nilai-nilai referensi).

2) Langkah 2: Mengukur sampel yang sama, tapi sekarang dengan JT Bakerreagen.


3) Langkah 3: Menghitung rata untuk parameter WBC, RBC, HGB,MCV dan PLT
dari sampel yang sekarangdiukur dengan reagen JT Baker.

4) Langkah 4: "Main" menu, klik ikon "Kalibrasi" untukmemasuki layar "Kalibrasi".


Cetak lamafaktor-faktor kalibrasi

5) Langkah 5: Menghitung untuk setiap parameter baru kalibrasi. Sebagai contoh:


MCVmindray = 92, MCVJ.T.Baker = 88 danfaktor kalibrasi yang lama adalah
99,0maka MCVmindray baru Faktor Baru =

Rata-rata nilai tes

97,2 x 89 = ------------------ = 100,6%

1. 86

6) Langkah 6: Faktor-faktor baru masuk layar kalibrasi.

7) Langkah 7: Untuk verifikasi mengukur sampel samalagi dan membandingkan


rata-rata dengannilai-nilai referensi

8) Langkah 8: Jika nilai masih tidak ok, ulangi langkah 5 untuk


7MCVJ.T.Baker92dan 88.

Bahan yang harus digunakan untuk verifikasi kalibrasi adalah berbagai bahan
dengan konsentrasi yang diketahui dapat digunakan untuk memverifikasi kalibrasi.
Contohnya termasuk: sampel uji profisiensi dengan nilai-nilai yang diketahui;
spesimen pasien dengan nilai-nilai yang diketahui; atau tersedia secara komersial
standar, kalibrator, atau control bahan dengan nilai-nilai yang diketahui (yaitu,
produsen nilai diuji). Untuk ini bahan, laboratorium harus menetapkan batas yang
dapat diterima untuk perbedaan antara nilai yang terukur yang diperoleh, versus
konsentrasi sebenarnya dari bahan. Karena tujuan verifikasi kalibrasi adalah untuk
memeriksa apakah sistem uji memberikan hasil yang akurat sepanjang rentang
dilaporkan, tiga tingkat harus diuji (satu di akhir tinggi dari kisaran dilaporkan, satu
di akhir rendah dari kisaran dilaporkan, dan satu di dekat titik tengah kisarann
dilaporkan).
Melakukan verifikasi kalibrasi setiap 6 bulan (atau lebih sering jika ditentukan
dalam petunjuk tes system ini) dan setiap kali salah satu dari berikut terjadi:
 Semua reagen yang digunakan untuk prosedur uji berubah ke nomor lot baru,
kecuali laboratorium dapat menunjukkan bahwa mengubah nomor banyak reagen
tidak mempengaruhi kisaran digunakan untuk melaporkan hasil tes dan nilai-nilai
kontrol pasien tidak dipengaruhi oleh reagen perubahan jumlah banyak.
 Ada perawatan preventif besar atau penggantian bagian-bagian penting yang
mungkin mempengaruhi kinerja tes ini. Ini termasuk ketika laboratorium
mengirimkan tes sistem untuk produsen untuk perbaikan. Laboratorium harus
memverifikasi kalibrasi dari sistem tes diperbaiki sebelum melanjutkan pengujian
pasien dan pelaporan hasil.
 bahan Pengendalian mencerminkan tren yang tidak biasa atau pergeseran, atau
berada di luar batas yang dapat diterima laboratorium, dan sarana lainnya menilai
dan mengoreksi nilai kontrol tidak dapat diterima gagal untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah.
 Laboratorium telah menetapkan bahwa sistem tes ini kisaran dilaporkan untuk
pasien, hasil tes harus diperiksa lebih sering.

Anda mungkin juga menyukai