Anda di halaman 1dari 30

EFEK PEMBERIAN ORALIT TERHADAP

KESEIMBANGAN TUBUH SETELAH


LATIHAN FISIK

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kesehatan (M.Kes)
Pada
Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya

Oleh :
ZUHRIA HILALIA
NIM 20072008005

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
SEPTEMBER 2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latihan fisik adalah aktivitas tubuh yang terbentuk dan terpelihara dari fitness

fisik dan kesehatan secara keseluruhan. Latihan fisik ini sering dilakukan untuk

meningkatkan kekuatan otot dan sistem kardiovaskuler, dan untuk mengasah

kemampuan atletik (Stampfer, et al., 2000; Hu, 2001). Kemampuan fisik tidak hanya

ditentukan oleh satu faktor saja tetapi dibentuk oleh berbagai komponen. Komponen

fisik yang dimaksudkan adalah kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan,

keseimbangan, fleksibilitas dan koordinasi (Jamil, 1996).

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan

pekerjaan secara maksimal tanpa mengalami kelelahan dan bisa serta melakukan

aktivitas selanjutnya. Kebugaran jasmani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang

berhubungan dengan kesehatan (Health Related Fitness) dan yang berhubungan dengan

keterampilan gerak (Motor Skill Related Fitness) (Ida, 2008).

Keseimbangan merupakan salah satu kebugaran jasmani yang berhubungan

dengan keterampilan. Mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun

dalam keadaan statis dan dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung

oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan

massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas

secara efektif dan efisien (Irfan, 2009).

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi

sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioseptik) dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam
otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, serebelum, area asosiasi) sebagai respon

terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal (Irfan, 2009).

Sel saraf dan otot diketahui sebagai jaringan yang dapat tereksitasi (excitable

tissue) karena keduanya dapat dengan cepat mengubah permeabilitas membran sehingga

mengalami perubahan potensial membran sementara apabila tereksitasi (Irawan, 2008).

Membran potensial sangat berperan penting dalam berbagai fungsi sel seperti sel

kelenjar, hantaran saraf dan lain sebagainya. Proses yang berperan pada potensial adalah

difusi, transpor aktif dan kebocoran Na+ dan K+ melalui membran. Terdapat 2 kondisi

potensial membran, yaitu aksi potensial dan resting membran (masa istirahat membran)

(Zaky, 2008).

Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50% - 60% dari berat badan. Kebutuhan

cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

lingkungan (Gibyanto, 2009).

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,

yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol

volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol

osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ion utama

dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler adalah ion Na+ dan K+ serta ion Cl-, dan ion-

ion ini berperan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh dan potensial aksi

membran (Kuntarti, 2005).

Dalam penelitian ini akan digunakan Oralit yang mengandung ion Na+, K+ dan

glukosa, Oralit selain harganya murah juga mudah didapatkan. Oralit biasa dipakai

untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar dari tubuh, melalui diare atau

keringat. Pada orang yang melakukan olahraga cairan dan elektrolit akan keluar melalui
keringat yang lama-kelamaan akhirnya akan mengalami dehidrasi yang berlanjut

(Oetoro, 2008).

Gatorade adalah minuman yang ditujukan untuk konsumsi selama aktivitas fisik

aktif, ditujukan untuk mengembalikan cairan tubuh yang bersumber dari karbohidrat

dan elektrolit yang dibutuhkan baik oleh atlet maupun individual pada saat mereka

berkeringat.

B. Rumusan Permasalahan

Kebugaran tubuh merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan

suatu aktivitas tubuh. Salah satu kebugaran tubuh adalah keseimbangan yang

merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik dan muskuloskeletal. Di dalam

keseimbangan ini terlibat proses potensial aksi antara sistem saraf pusat dan aktivitas

otot. Pengaturan keseimbangan dan potensial aksi ini dilakukan oleh ion-ion elektrolit

tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengambil suatu rumusan masalah sebagai berikut ;

“Apakah dengan pemberian Oralit mampu memperpanjang lamanya keseimbangan

tubuh setelah melakukan latihan fisik”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian Oralit terhadap lamanya

mempertahankan keseimbangan tubuh setelah melakukan latihan fisik.

2. Tujuan Khusus

Membandingkan lama keseimbangan tubuh setelah latihan fisik pada subjek

yang diberi Oralit dengan subjek yang diberi Gatorade.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil suatu simpulan, yaitu

sebagai berikut :

1. Oralit tidak memberikan efek atau tidak terlalu berpengaruh dalam

meningkatkan lama keseimbangan tubuh setelah dilakukan latihan fisik (hanya

meningkat sebesar 2,74%).

2. Pemberian Gatorade mampu meningkatkan lama keseimbangan tubuh seseorang

sebesar 44,67% setelah melakukan latihan fisik dibandingkan dengan pemberian

Oralit.

3. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,047) antara pemberian Oralit dengan

pemberian Gatorade dalam menahan lama keseimbangan tubuh.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis dan peranan elektrolit yang

terkandung dalam minuman isotonik di dalam mekanisme keseimbangan tubuh.

2. Untuk mempertahankan lamanya keseimbangan sebaiknya digunakan minuman

isotonik Gatorade.

3. Minuman yang mengandung komposisi karbohidrat lebih banyak baik

digunakan untuk keseimbangan tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, F., 2003. Pisang Membuat Otak Segar. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber
Daya Keluarga. Institut Pertanian Bogor. [online] Dikutip dari:
<http://www.depkes.go.id/index.php?> (Diakses 8 Juni 2009).

Anwari, M. I., 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit dan Mineral, Polton Sports Science and
Performance Lab, Vol. 1 No. 1, [online] Dikutip dari: <http://www.
pssplab.com /blog/index.php> [Diakses 26 Januari 2009).

Anwari, M. I., 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi, Polton Sports Science and
Performance Lab, Vol.1 No. 6, [online] Dikutip dari:
<http://www.pssplab.com /blog/index.php> [Diakses 26 Januari 2009).

Anwari, M. I., 2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga, Polton Sports Science
and Performance Lab, Vol.1 No. 7, [online] Dikutip dari:
<http://www.pssplab.com /blog/index.php> [Diakses 26 Januari 2009).

Anwari, M. I., 2008. Natrium Sitrat dan Performa Olahraga, Polton Sports Science and
Performance Lab, [online] Dikutip dari: <http://www.pssplab.com /blog/
index. php> [Diakses 26 Januari 2009].

Asnaldi, A., 2007. Pengaruh Pemberian Glukosa dengan Program Latihan Fisik
Anaeraobik terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Maksimal. Judul Blog,
[blog] tanggal diposting. Dikutip dari: <http://artikel-olahraga.blogspot.com/>
[Diakses 25 Januari 2009].

Arief, I., 2007. Latihan Fisik yang Teratur dan Terukur dengan Intensitas Ringan Dapat
Memperbaiki Kesehatan Jantung. [online] Dikutip dari:
<http://_____________> [Diakses 16 Januari 2009].

Binhasyim, 2008. Tonus Otot. [online] Dikutip dari: <http://binhasyim. wordpress.com/


2008/04/04/tonus-otot-bag7/> [Diakses 27 Mei 2009].

Barany, M., 2002. Regulation of Muscle Contraction. Department of Biochemistry and


Molecular Biology (M/C 536), Chicago. [online] Dikutip dari:
<http://www.uic. edu/classes/phyb/phyb516/> [Diakses 25 Mei 2008].

Birmingham, J. D., 2006. How Muscle Contract. [online] Dikutip dari: <http://www.
bigmusclefast.com/how-muscle-contraction.html> [Diakses 5 Juni 2008].

Cahyani, N.S., 2004. Pengantar Sistem Motorik Somatik. Jakarta: Departement Ilmu
Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Cahyani, N.S., 2005. Pengantar faal Otot. Jakarta: Departement Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
De Vos, N., Singh, N., Ross, D. & Stavrinos, T., 2005. Optimal Load for Increasing
Muscle Power During Explosive Resistance Training in Older Adults. The
Journals of Gerontology [ProQuest Database] 60A (5), 638-647, Dikutip
dari:___________ website <http://_______________> [Diakses 3 juni 2008].

Dharma, R., Immanuel, S., & Wirawan, R., 1983. Penilaian pemeriksaan hematologi
Rutin. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: PT. Kalbe Farma.

Fefendi, 2008. Mekanisme Keseimbangan Postural pada Lansia. [online] Dikutip dari:
<http://indonesiannursing.com/2008/05/31/> [Diakses 20 Februari 2009].

Ferenezi, 2001. An Introduction The Mechanism of Muscle Contraction. [online]


Dikutip dari: <http://www.ebsa.org/npbsn41/intro_muscle.html> [Diakses 25
Mei 2008].

Galuh, D. R., 2008. Sel Kerucut dan Sel Batang pada Indera Penglihatan (Mata).
Jurusan Kimia Fakultas MIPA. Malang: Universitas Brawijaya.

Gibyanto, 2009. Cairan dan Elektrolit. Judul Blog, [blog] diposting tanggal. Dikutip
dari: <http://gibyanto.blogspot.com/2009/02/cairan-dan-elektrolit.html>
[Diakses 15 Maret 2009].

Ginting, R, Ch., 2009. Nutrisi Otak. [online] Dikutip dari: <http://id.shvoong. com/
authors/ dr.-rosa-ch-ginting/> [Diakses 25 Mei 2009].

Guyton & Hall, 1997. Text Book of Medical Physiology. Diterjemahkan dari bahasa
Inggris oleh Irawati, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Hartanto, W., 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi
Klinik dan Terapeutik. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.

Harunyahya, 2007. Komunikasi Antar Sel-sel Saraf. Keajaiban Hormon. [online]


Dikutip dari: <www.harunyahya.com/indo> [Diakses ________________].

Hu, F., 2001. Diet, Lifestyle, and The Risk of Type 2 Diabetes Mellitus in Women. The
New England Journal of Medicine [ProQuest Database] 345(11), 790-797,
Dikutip dari:___________ website <http://_______________> [Diakses 3 juni
2008].

Icha, I., 2008. Mengenal Obat Untuk Anak. [online] Dikutip dari: <http://icha.
ilhamicha. com/.> [Diakses 3 Juni 2008].

Ida, 2008. Bangun Kebugaran Jasmani Siswa dalam Belajar. [online] Dikutip dari:
<http://www.radarsemarang.com/community/artikel-untukmu-guruku/493-
bangun -kebugaran-jasmani-siswa-dalam-belajar.html> [Diakses 24 Februari
2009].
Irawan, P., 2008. Sistem Saraf Perifer; Divisi Aferen; Indera. Judul Blog, [blog]
diposting tanggal. Dikutip dari: <http://panji1102.blogspot.com/2008/03/
sistem-saraf-perifer-divisi-aferen.html> [Diakses 26 Januari 2009].

Irfan, 2009. Keseimbangan (Balance). [online] Dikutip dari: <http://physio. indonusa.


ac.id/index.php?> [Diakses 25 Januari 2009].

Jamil, 1996. Komparasi kontribusi latihan isotonik dan latihan isometrik terhadap
peningkatan kekuatan dan daya ledak otot tungkai. Laporan Hasil Penelitian.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Japardi, I., 2007. Aspek Neurologik Gangguan Berjalan. [online] Dikutip dari:
<http://koaskomar13.wordpress.com/cpategory/neuro> [Diakses 15 April
2009].

Kharistya, 2007. Latihan Fisik dengan Berlari. [online] Dikutip dari:


<http://id.wordpress.com/tag/latihan-fisik/> [Diakses 24 Februari 2009].

Kuntarti, 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa. [online] Dikutip dari:
<http://sites.google.com/site/asidosis/Home> [Diakses 5 Maret 2009].

Lewis, R., 2008. Human Physiology. McGraw-Hill Higher Education. [online] Dikutip
dari: <http://people.eku.edu/ritchisong/RITCHISO//301notes3.htm> [Diakses
23 Mei 2008].

Lowery, L., 2008. What is Exercise Physiology. [online] Dikutip dari:


<http://www.asep.org/> [Diakses 5 Juni 2008].

Madyo, K., 2008. Tes Evaluasi dan Pengukuran. Judul Blog, [blog] diposting tanggal.
Dikutip dari: <http://madyokustantono.blogspot.com> [Diakses 25 Januari
2009].

Mann, M.D., 2003. Myscle Contraction. [online] Dikutip dari: <http://www. unmc.edu /
Physiology/Mann/_mann14.html> [Diakses 23 Mei 2008].

Mcgregor, W., 2003. The Main Types of Exercise. [online] Dikutip dari: <http://www.
weightlossforall.com/> [Diakses tanggal 25 Mei 2008].

Mcgregor, W., 2003. All Exercise Possess Different Calorie Burning Potential But The
Calorie Count for The Same Exercise Can Be Increased. [online] Dikutip dari:
<http://www.weightlossforall.com/EXERCISE.htm> [Diakses tanggal 5 Juni
2008].

Merlyn, 2007. Kelelahan. [online] Dikutip dari: <http://pske.ti.itb.ac.id/index.php?>


[Diakses 5 Juni 2008].

Meutia, N., 2005. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan. Bagian
Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. [online] Dikutip
dari: <http://_______________> [Diakses 15 Maret 2009].
Murni, S.P., & Tjakradidjaja, F. A., 2008. Komposisi Cairan Rehidrasi pada Olahraga
[pdf] Dikutip dari: <http://www.pdgmi.or.id/media/Edisi%20Agustus%202004
/status%20hidrasi.pdf> [Diakses 29 Maret 2009].

O’Connor, D., Crowe, M., Spinks, W., 2006. Effect of Static Stretching on leg Power.
Turin [ProQuest Database] 46 (1), 52-56, Dikutip dari:___________ website
<http://_______________> [Diakses3 juni 2008].

Oetoro, S., 2008. Kalium Atur Keseimbangan Elektrolit Tubuh. [online] Dikutip dari:
<http://www.klikdokter.com/> [Diakses 15 April 2009].

Schwartz, S. I., 1999. Principle of Surgery Companion Handbook. 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 1999: 53-70.

Setiawan, M., 2008. Keseimbangan dan Koordinasi. [online] Dikutip dari:


<http://binhasyim.wordpress.com/> [Diakses 25 januari 2009].

Scott & Edwar. 2001. Exercise Physiolog. North America, USA: McGraw-Hill
Companies.

Stampfer, M., Hu, F., Manson, J., Rimm, E., Willet, W., 2000. Primary Prevention of
Coronary Heart Disease in Women through Diet and Lifestyle. The New
England Journal of Medicine [ProQuest Database] 343 (1), 16-23, Dikutip
dari:___________ website <http://_______________> [Diakses 3 juni 2008].

Sudarsono, N.C., 2005. Pengantar Fall Otot. [pdf] Departemen Ilmu Faal, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Dikutip dari: <http://http://ikdu.
fk.ui.ac.id /Otot2005.pdf> [Diakses 26 Januari 2009].

Suibu, T., 2007. Konsumsi Gula atau Karbohidrat Rantai Pendek menurunkan Daya
Pikir dan Daya Ingat. [online] Dikutip dari: <http://www.primausada.com/
testimonials.php> [Diakses 26 Januari 2009].

Tymask, O., 2008. Salt is Essential for Everyone. Peneliti di Pusat P2TFM – BPPT
Jakarta. [online] Dikutip dari: <http://tymask.worpress.com/> [Diakses 26
Januari 2009].

Utomo, P., 2009. Energi Metabolisme Penggerak Kehidupan. [online] Dikutip dari:
<http://ilmuwanmuda.wordpress.com/> [Diakses 27 mei 2009].

Wahyudi, E., 2007. Diet Pencegah Hipertensi. [online] Dikutip dari:


<http://www.dunia-wanita.com/index.php?> [Diakses 23 Maret 2009].

Wilmore, J., Knuttgen,H., 2003. Aerobic Exercise and Endurance Improving Fitness for
Health Benefit. The Physician and Sportsmedicine [ProQuest Database] 31
(5), 45, Dikutip dari:___________ website <http://_______________>
[Diakses 3 juni 2008].
Wood, R. J., 2008. Fitness Testing. [online] Dikutip dari: <http://www. topendsports.
com/ testing/> [Diakses 24 Februari 2009].

Zaky, D., 2008. Bio Electric. [online] Dikutip dari: <http://www.juraganmedis.com/


category/kesehatan-jiwa> [Diakses 28 Februari 2009].
POLA DEFEKASI BAYI 0-24 MINGGU DI KOTA
PALEMBANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA SERTA DAMPAK
TERHADAP PERSEPSI ORANG TUA

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kesehatan (M.Kes)
Pada
Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya

Oleh :
RICHARDUS HERMAN WALUYA
NIM. 20072008017

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DESEMBER 2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses buang air besar adalah rutinitas yang terjadi pada orang dewasa dan anak.

Buang air besar atau defekasi secara definisi adalah proses evakuasi feses dari dalam

rektum, yaitu bahan yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh

(Dorland, 1981). Defekasi sendiri mempunyai pola berupa frekuensi, warna serta

konsistensi.

Proses buang air besar pada bayi mempunyai pola seiring dengan pertambahan

usia dan kematangan saluran cerna. Pola defekasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu : pola makan, riwayat kelahiran serta pemberian antibiotik. Air Susu Ibu (ASI)

mengandung berbagai nutrien yang penting seperti protein, lemak, serta berbagai

oligosakarida (Riordan, J., 2005; Espghan, 2004; Coppa, G., et al., 1993). Oligosakarida

pada ASI penting dalam menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas dari Bifidobakteria

dan Laktobasilus sehingga kedua bakteri ini dominan dalam usus.

Susu formula humanized adalah susu sapi yang lemaknya dihilangkan dan

diganti dengan laktosa dan campuran minyak nabati (Greer, F., 1989). Minyak nabati

yang ditambahkan ini mempunyai struktur molekul yang berbeda dengan lipid yang ada

di ASI yang turut mempengaruhi konsistensi feses menjadi lebih keras (Quinlen, P.T., et

al., 1995). Penambahan nukleotida, laktosa, prebiotik dan probiotik serta nutrien lain

pada susu formula dimaksudkan untuk memberi keuntungan fisiologis sehingga makin

menyerupai ASI.

Untuk bayi yang minum ASI, pola defekasinya berbeda dengan bayi yang

minum susu formula. Penelitian Weaver tahun 1988 pada 200 bayi ASI usia 2 minggu,

mempunyai frekuensi defekasi 4-6 kali per hari dibandingkan dengan bayi susu formula
yaitu 1,5–2 kali per hari. Sedangkan konsistensi feses bayi ASI lebih lunak

dibandingkan dengan feses bayi susu formula (Weaver, L., et al., 1988). Fontana juga

menunjukkan penurunan frekuensi defekasi dari rerata tiga kali sehari dalam bulan

pertama menjadi 1,4 kali pada usia 3 tahun. Lebih lanjut bayi yang minum ASI

mempunyai ASI mempunyai frekuensi defekasi dua kali lebih banyak dibanding bayi

yang minum susu formula dalam tahun pertama kehidupan (Fontana, et al., 1989).

Pola defekasi bayi ditentukan juga oleh cara persalinan. Ini berkaitan dengan

mikroflora usus bayi, dimana yang lahir dengan persalinan pervaginam lebih banyak

terdapat Bifidobacterium longum, Bifidobacterium catenulatum dan Lactobacillus

(Suau, A., 2003; Biasucci, G., et al., 2008; Gronlund, M., et al., 1999) dibandingkan

dengan yang lahir dengan seksio sesaria ini berakibat pada pertumbuhan kuman patogen

usus. Penelitian di Finlandia, risiko untuk terjadinya diare adalah 1,46 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi yang lahir normal (Laubereau, B., et al., 2004) sedangkan

penelitian Hakansson menunjukkan risiko bayi yang lahir dengan seksio sesaria untuk

terkena gastroenteritis adalah 1,31 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi lahir

pervaginam (Hakansson, S., 2003).

Pemberian antibiotik dapat mengubah komposisi dan fungsi flora usus normal,

overgrowth kuman patogen, memberi efek toksik dan alergi pada mukosa usus ataupun

efek motilitas usus. Penurunan jumlah bakteri kolon akibat antibiotika akan mengurangi

asam lemak rantai pendek dan berkontribusi terhadap terjadinya diare. Salah satu contoh

pemberian antibiotika yang menurunkan jumlah bakteri kolon adalah ampicillin,

dikloksasilin, eritromisin (Grondlund, M., et al., 2000).

Frekuensi defekasi pada bayi baru lahir lebih sering dibandingkan dengan bayi

atau anak yang lebih tua usianya. Hal ini disebabkan oleh beberapa organ dan enzim

yang berperan dalam proses pencernaan makanan belum berfungsi secara optimal.
Keadaan di atas bukan merupakan suatu masalah patologi, namun bila tidak dijelaskan

kepada orang tua sering menimbulkan kegelisahan. Aktivitas enzim ini akan bertambah

sesuai dengan bertambahnya usia. Contohnya bayi baru lahir mempunyai aktivitas

laktase yang belum optimal sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa pada ASI atau

susu formula juga terbatas. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan osmolar di

dalam lumen usus halus yang mengakibatkan peningkatan frekuensi defekasi (Hegar,

B., et al.,1995).

Orang tua sering membawa anaknya ke dokter untuk berobat dengan keluhan

buang air besar yang terlalu sering atau tidak buang air besar dalam beberapa hari, yang

pada akhirnya terbukti bukan merupakan suatu kelainan. Di Amerika Serikat, sekitar 3%

kunjungan penderita ke dokter spesialis anak dan 25% konsultasi ke dokter subspesialis

gastroenterologi anak berhubungan dengan gangguan defekasi (Benninga, M.A., et al.,

2004). Ibu-ibu yang baru melahirkan dan menyusui pada minggu-minggu pertama

membawa bayinya ke dokter karena buang air besar yang terlalu sering, terlalu lunak,

atau terlalu keras. Pada kasus dimana frekuensi defekasi bayi terlalu sering, ditindak

lanjuti dengan tatalaksana diare oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya, akibat

kurangnya pengetahuan misalnya kolostrum yang dapat berperan aktif sebagai laksatif

alami dan menyebabkan seringnya defekasi. Asupan susu formula membuat defekasi

menjadi keras sering ditindaklanjuti sebagai kasus konstipasi dan diberikan terapi yang

tidak pada tempatnya. Perlu kehati-hatian dalam menentukan apakah seorang bayi

mengalami gangguan defekasi. Frekuensi defekasi yang berkurang atau berlebihan tidak

cukup mencerminkan adanya gangguan defekasi, karena harus pula diperhatikan

konsistensi dan warna feses serta pengaruh pola makan seperti minum ASI atau susu

formula. Penting juga untuk menilai pertambahan berat badan dari bayi sebagai

parameter tumbuh kembang juga sebagai kontrol apakah pola defekasi bayi ini baik atau
tidak. Keluhan ibu harus dikonfirmasi dengan gambaran klinnis bayi seperti pada

konstipasi yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sulit.

Penelitian mengenai pola defekasi pada anak dilakukan di Amerika, beberapa

negara di Eropa, Australia dan Tailand, sedangkan di Indonesia baru dilakukan di

Jakarta pada bayi usia 0-4 bulan (Tehuteru, E., 2003).

Di Palembang, dengan budaya pemberian makan pada anak yang berbeda turut

memberikan kontribusi terbentuknya pola defekasi. Pola defekasi pada anak di

Indonesia khususnya di Palembang sejauh ini belum pernah dilaporkan sehingga

diperlukan penelitian lebih lanjut.

B. Rumusan Permasalahan

Pola defekasi bayi berbeda menurut umur dan jenis asupan makanan. Masih

menjadi pertanyaan bagaimana pola defekasi pada bayi usia 0-24 minggu di Kota

Palembang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dampak terhadap persepsi

orang tua.

C. Hipotesis

Tidak terdapat pengaruh pola makan, riwayat persalinan atau pemberian

antibiotik terhadap pola defekasi bayi usia 0-24 minggu.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pola defekasi bayi usia 0-24 minggu di Kota Palembang dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya serta dampak terhadap persepsi orang tua.


DAFTAR PUSTAKA

Andersson, B., Porras, O., & Hanson L. A., 1986. Inhibition of Attachment of
Streptococcus pneumoniae and Haemophilus influenzae by Human Milk and
Receptor Oligosaccharides. J Infect Dis, 153(2), 232-7.

Arnaud, M.J., 2003. Mild dehydration: a risk factor of constipation?. Eur J Clin Nut,
57(suppl2), s88-95.

Bakrie, A., 2007. Konstipasi fungsional. In: Buku Naskah Lengkap Konas III BKGAI.
Surabaya: BKGAI, p.91-100.

Benninga M.A., Voskuijl, W.P., & Taminiau J.A., 2004. Childhood constipation: is there
new light in the tunnel?. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 39, 448-64.

Biasucci, G., Benenati, B., Morelli, L., Bessi, E., & Boehm, G., 2008. Caeserean
delivery may affect the early biodiversity of intestinal bacteria. J Nutr, 138, 448-
64.

Biggs, W., Dery, W., 2006. Evaluation and treatment of constipation in infants and
children. Am Fam Physician. 73, 469-77.

Bongers, M., Lorijn, F., Reitsma, J., Groeneweg, M., Taminiau, J. & Benninga, M.,
2007. The Clinical effect of a new infant formula in term infants with
constipation: a double-blind, randomized cross-over trial. J Nutr. 6, 2891-8.

Coppa, G., Gabrielli, O., Pierani, P., Catassi, C. & Carlucci, A., 1993. Changes in
carbohydrate composition in human milk over 4 monthsof lactation. Pediatric,
91, 637-41.

Damrongmance, A. & Ukarapol, N., 2007. Incidence of antibiotic-associated diarhea in


a pediatric ambulatory care setting. J Med Assc Thai, 90(3), 513-7.

Dorland,1981. Dorland’s illustrated medical dictionary. 26th Ed. Philadelphia: Saunders.

Engfer, M., Stahl, B., Finke, B., Sawatzki & Daniel, H., 2000. Human milk
oligosaccharides are resistent to enzymatic hydolysis in upper gastrointestinal
tract. Am J Clin Nutr, 71, 1589-96.

ESPGHAN Committee on Nutrition, 2004. Probiotic bacteria in dietetic products for


infants: a commentary by the ESPGHAN Commitee on Nutrition. J Pediatr
Gastroenterol Nutr, 38, 365-74.

ESPGHAN Committee on Nutrition, 2004. Probiotic bacteria in dietetic products for


infants: a commentary by the ESPGHAN Commitee on Nutrition. J Pediatr
Gastroenterol Nutr, 39, 465-73.
Fanaro, S., Boehm, G., Garssen, J., 2005. Galacto-oligosaccharides and long-chain
fructo-oligosaccharides as prebiotics in infant formulas. Acta Paediatr Suppl, 94,
22-6.

Firmansyah, A., 1991. Gangguan saluran cerna. In: Markum AH, Ismael, S., Alatas, H.,
Akib, A.,Firmansyah, A., Sastroasmoro,S., editor. Buku ajar ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Balai Pernerbit FKUI, p.408-12.

Fontana, M., Bianchi, C., Cataldo, F., 1989. Bowel frequency in healthy children. Acta
Paediatr Scand, 78(5), 682-4.

Fukuda, S., Matzuzaka, M., Takahashi, I., Oyama, T.,Umeda, T. Shimoyama, T., et al.,
2005. Bowel habit before and during menses in Japanese women on climecteric
age: a population based study. Tohoku J Exp Med, 206, 99-104.

Greer, F., Calcium, phosphorus and magnesium: how much is too much for infant
formulas?. J Nutr, 119, 1846-51.

Gronlund, M., Arvilommi, Kero, P., Lehtonen, P. & Isolauri, E., 2000. Importance of
intestinal colonisation in the maturation of humoral immunity in early infancy: a
prospective followup study of healthy infants aged 0-6 months. Arch DisChild
Fetal Neonatal Ed, 83, 186-92.

Gronlund, M., Lehtonen, O., Eerola, E. & Kero P., 1999. Fecal microflora in healthy
infants born by different methods of delivery: permanent changes in intestinal
flora after caesarean delivery. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 28(1), 19-25.

Guyton, A.C., 1991. Human physiology and mechanisms of disease. 3th Ed.
Philadelphia: Saunders, p573-84.

Hacth, T.F., 1988. Encopresis and contipation in children. Pediatr Clin North Am, 35,
257-80.

Hae, T., Priebe, M., Harmsen, H., Stellaard, F., Sun, X.,Welling, G., et al., 2006. Colonic
fermentation may play a role in lactose intolerance in humans. J Nutr, 136, 58-
63.

Hakansson, S. & Kallen, K., 2003. Caesarean section increases the risk of hospital care
in childhood for asthma and gastroenteritis. Clin ExpAllergy, 33(6), 757-64.

Hambidge, K.M., Krebs, N.F., 1997. Nutrition and feeding. In: Merenstein G.B., Kaplan
D.W., Rosenberg, A.A., editor. Handbook of pediatric. 18 th Ed. Connecticut:
Appleton & Lange, p.50-84.

Hegar, B., Buller, H., 1995. Breath hydrogentest in lactose malabsorpsion. Pediatr
Indones, 35, 161-71.

Ismail, R., Nur, B.M., Harjadi, F.J., 1988. Fisiologi traktus gastrointestinal. In:
Suharyono, Boediarso, A., Halimun, E.M., editor. Gastroenterologi anak praktis.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, p.1-6.
Kristina, 2003. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai 4 bulan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi di Indonesia (Analisis data Kor SUSENAS 2001). Tesis
Program Pascasarjana Epidemiologi Universitas Indonesia.

Laubereau, B., Oittrof, F., Berg, A., Grubl, A., Reinhardt, D., Wichmann, H., 2004.
Caesarean section and gastrointestinal symptoms, atipic dermatitis, and
sensitisation during the first year of life. Arch Dis Child, 89, 993-7.

Lawrence, R.A., 1994. Breastfeeding, a guidefor medical profession. 4th Ed. Missouri:
Mosby, p.91-148.

Lievin, V., Peiffer, I.,Hudault, S., Rochat, F., Brassart, D., Neeser, J.R., et al., 2000.
Bifidobacterium strains from resident infant human gastrointestinal microflora
exert antimicrobial activity. Gut, 47, 646-52.

Llyod, B., Halter, R., Kuchan, M. Baggs, G., Ryan, A., Masor, M.,1999. Formula
tolerance in postbreastfedand exclusively formula-fed instant. Pediatrics, 103, 1-
7.

Loening, B.V. & Steffen, R., 1999. Constipation and encopresis. In: Wyllie, R., Hyams,
J.S., editor. Pediatric gastrointestinal disease. 2nd Ed. Philadelphia: Saunder,
p.43-50.

Longstreth, G., Thompson, G., Chey, W., Houghton, L., Mearin, F. & Spiller, P., 2006.
Fuctional bowel disorders. Gastroenterology, 130, 1480-91.

Maldonado, J., Navvaro, J., Narbona, E. & Gil, A., 2001. The influenceof dietary
nucleotideson humoral and cell immunity in the neonate and lactating infant.
Early Human Development, 65, 69-74.

Nelsom, S., Frantz, J. & Ziegler, E., 1998. Absorption of fat and calcium by infants fed
a milk based formula containing palm olein. Journal of The American College of
Nutrition, 17, 327-32.

Nyhan, W.L., 1952. Stool frequency of normalinfants in the first week of life.
Pediatrics, 10, 414-25.

Oettie, G., 1991. Effect of moderate exercise on bowel habit. Gut, 32, 941-4.

Osatakul, S., Yossuk, P., & Mo-suwan, L., 1995. Bowel habits of normal Thai children.
J Pediatr Gastroenterol Nutr, 20(3), 339-42.

Ostrom, K., Borschel, M., Westcott, J., Richardson, K., Krebbs, N., 2002. Lower
calcium absorption in infants fed casein hydrolysate-and soy protein based infant
formulas containingpalm olein versus formulas without palm olein. Journal of
The American College of Nutrition, 21, 564-9.

Potts, M.J. & Sesney, J., 1992. Infant constipation. Clin Pediatr, 31, 143.
Quan, R., Uauy, R. & Gil Angel, 1994. Role of nucleotides in intestinal development
and repair: implication for infant nutrition. J Nutr, 124, 1436-41.

Quinlan, P.T., Lockton, S., Irwin, J. & Lucas A.L, 1995., The relationship between stool
hardness and stool composition in breast-and formula-fed infants. J Pediatr
Gastroenterol Nutr, 20, 81-90.

Rao, S., Beaty, J., Chamberlain, M., Lambert, P., Gisolf, C., 1999. Effect on acute
graded exercise on human colonic motility. Am J Physill, 1221-6.

Riordan, J. 2005. The biological specificity of breastmilk in breast feeding and human
lactation. 3rd Ed. Canada: Jones and Barlett, p.103-11.

Roesli, U., 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, p.3-4.

Roger, J., 1997. Childhood constipation and the incidence of hospitalisation. Nursing
Standard, 12(8), 40-2.

Soeparto, P., Djupri., L., Sudarmo, S., Ranuh, I., 1999. Sindroma Diare. Seri
Gastroenetrologi Anak Edisi 2. Surabaya: GRAMIK, p.17-21.

Suau, A. 2003. Molecular tools to investigate intestinal bacterial communities. J Pediatr


Gastroenterol Nutr, 37(3), 222-4.

Sunoto, 1991. Keadaan saluran cerna normal. In: Markum, A.H., Ismael, S., Alatas, H.,
Akib, A., Firmansyah, A., Sastroasmoro, S., editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, p.407-8.

Suraatmaja, S., 2005. Diare Akut. In Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto, p.1-
21.

Tehuteru, E., 2003. Pola defekasi bayi usia 0-4 bulan yang mendapat ASI eksklusif.
Jakarta: Bagian IKA FK UI.

Tham, E.B., Nathan, R., Davidson, G.P. & Moore, P.J., 1996. Bowel habits of Australia
children aged 0-2 years. J Paediatr Child Health, 6, 504-7.

Tunc, V., Camurdan, A., Ilham, M., Sahin, F., Beyazova, U., 2008. Factors associated
with defecation patterns in 0-24 month old children. Eur J Pediatr, 167(12),
1357-62.

Ulshen, M. 1996. The digestive system. In: Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman,
R.M., Arvin, A.M., Textbook of pediatrics. 15th Ed. Philadelphia: Saunders,
p.1031-2.

UNICEF’s Nutrition Section. 1999. UNICEF’s recommended lenght of exclusive


breastfeeding. New York:

Weaver, L. Ewing, G. Taylor, L. 1988. The Bowel Habit of Milk-fed Infants. J Pediatr
Gastroenterol Nutr, 7, 568-71.
WHO/UNICEF, 1990. Innocenti declaration: Breastfeeding in the 1990, a global
initiotive. Italia: ______.

Yoshioka, H., Iseki, K., Fujita., K. 1983. Development and differences of intestinal flora
in the neonatal period in breast-fed and bottle-fed infants. Pediatrics, 72, 317-
21.

Zieger, E., Vanderhoof, J., Petschow, B., Mitmesser, S.H., Stolz, S. & Harris, C., 2007.
Term infants fed formula supplemented with selected blends of prebiotics grow
normally and have soft stools similir to those reported for breast-fed infants. J
Pediatr Gastroenterol Nutr, 44, 359-64.
SPESIES LALAT DI TPA/TPS DAN BERBAGAI
JENIS
SAMPAH KOTA BATURAJA DALAM
VARIASI MUSIM SERTA PEMERIKSAAN
PARASIT USUS PADA
SPESIES LALAT

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kesehatan (M.Kes)
Pada
Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya

Oleh :
SRI REZEKI METHIA MARYUNI
NIM. 20062008003

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
SEPTEMBER 2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat dengan sejumlah besar spesies yang tersebar di seluruh dunia dan daerah

tropik di Asia (Tumrasvin and Shinonaga, 1978), termasuk negara kita Indonesia.

Masing-masing belahan dunia tersebut mempunyai spesies lalat yang hanya ada di suatu

daerah tertentu dan tidak terdapat pada bagian dunia yang lain. Contohnya, lalat yang

dikenal sebagai agen potensial penyakit tidur kala azar yaitu lalat tsetse (Genus:

Glossina) di Afrika (Anon., 2005), sampai saat ini belum ditemukan di bagian dunia

yang lain. Tetapi ada spesies lalat lain yang hampir ada di tiap daerah di seluruh dunia

misalnya housefly (Family: Muscidae).

Lalat mempunyai metamorfosis yang sempurna (Howell, 1981) yaitu telur-larva-

pupa-dewasa. Pada stadium larva dan dewasa telah banyak dilaporkan menimbulkan

gangguan dan penyakit. Stadium larva dari spesies lalat tertentu dapat menyebabkan

myiasis (Anna, 1993) misalnya larva Lucilia sericata (Diptera: Calliphoridae)

menyebabkan myiasis pada luka (Horobin, 2002) dan stadium dewasa dapat

menimbulkan gangguan dan menjadi agen potensial berbagai penyakit virus, bakteri dan

parasit (Tumrasvin and Shinonaga, 1978a; Goddard, 1993; Anon., 2003).

Berbagai spesies lalat tersebut mengkontaminasi makan-makanan dan produk

bahan makanan yang biasa kita gunakan sehari-hari (Jacobs, 2003; Anon., 2004;

Gordon, 2005; Anon., 2006) melalui kontak fecal yang dibawa oleh kaki dan bagian-

bagian tubuhnya yang tercampur dengan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.

Karena kebiasaan lalat-lalat itu yang lebih menyukai sisa-sisa makanan, sesuatu yang

merangsang indera penciuman mereka, adanya bau-bauan yang menyengat dan biasa
dalam tempat yang terbuka sehingga mengundang berbagai lalat untuk hinggap dan

berkunjung.

Banyaknya populasi Musca domestica (Diptera: Muscidae) dapat memberi

masalah kesehatan pada masyarakat karena peranannya sebagai agen potensial berbagai

penyakit misalnya sebagai vektor mekanik dari Salmonella pullorum dan kasus diare

pada ayam ternak (Gerberrich, 1952; Banjo et al., 2005), sebagai agen potensial parasit

Hymenoptera di peternakan babi Norwegia (Birkemoe, 2004), sebagai agen potensial

Campylobacter sp (Banjao et al., 2005; Tomberline, 2005; Sharma, et al., 2007).

Disamping itu blowflies (Diptera: Calliphoridae) telah dibuktikan sebagai agen

potensial pembawa telur Taenia sp, Entamoeba colli, Giardia lamblia dan

Mycobacterium paratuberculosis (Maldonado, 2003).

Adanya berbagai jenis sampel yang telah digunakan oleh Alahmed (2003) &

Ahmed (2005) pada suatu penelitian menentukan populasi spesies lalat tertentu. Sampel

diambil dari berbagai jenis sampah dan bahan di sebuah lokasi peternakan yang menarik

indra penciuman lalat-lalat tersebut dan diamati populasi lalat yang dapat ditangkap dari

penelitian itu. Ada perbedaan populasi dari beberapa spesies lalat yang diteliti di

peternakan itu.

Di Yogyakarta, Mardihusodo (1992) telah melakukan penelitian yang berbeda

dari lokasi penelitian di atas yaitu dengan mengamati populasi lalat yang terdapat di

berbagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS) beberapa pasar di kota

Yogyakarta. Dengan jenis sampah yang umumnya seragam dari beberapa TPS tersebut

yaitu sisa-sisa sayuran, buah-buahan, sisa-sisa daging dan ikan serta buangannya hasil

dari kegiatan pasar pagi. Di lokasi tersebut ditemukan beberapa spesies yaitu M.

domestica 76,8%, Ophyra nugra 5,6%, Fannia canicularis 5,5%, Chrysomyia

megacephala 8,6% dan Parasarcophaga orchide 3,5%.


Ansori dan Anwar (1999) juga telah mengamati populasi lalat di beberapa lokasi

tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di kota Palembang yaitu rumah-rumah

makan dan beberapa lokasi pasar yang ada di kota tersebut. Walaupun jenis sampah di

kedua TPS tersebut ada beberapa kesamaan, dijumpai spesies yang sedikit berbeda

dengan penelitian Mardihusodo sebelumnya. Ditemukan populasi M. Domestica 65,2%,

Stomoxys calcitrans 9,8%, Chrysomyia sp 0,9%, Lucilia ilustris 7,3%, Stomoxys

haemorrhoidalis 6,6%, Phaenia sericata 5,7%, Chrysomyia macelaria 4,4%. Pada

penelitian ini pula dibuktikan beberapa dari spesies tersebut ternyata membawa berbagai

parasit usus yaitu telur Ascaris lumbricoides, telur cacing Trichuris trichiura, telur

cacing tambang dan kistaamuba dari protozoa usus.

Pada survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada awal November

2007 lalu di TPS Pasar Baru kota Baturaja, telah ditangkap 10 ekor lalat di sebuah

warung makan yang berada di dalam lokasi pasar tersebut dan dipastikan spesies dari 10

ekor lalat tersebut adalah Musca domestica dari famili Muscidae (setelah melihat

pictorial key of dipteri). Belum diteliti lebih lanjut populasi spesies lalat yang terdapat

di semua TPS di lokasi pasar tersebut. Seperti diketahui bahwa penularan beberapa

parasit usus adalah menelan telur atau kista matang, dengan demikian penularan

berbagai penyakit yang dibawa oleh lalat-lalat tersebut melalui makanan yang

terkontaminasi oleh lalat-lalat tersebut bisa terjadi.

Adanya berbagai macam musim di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia

menentukan populasi dari beberapa spesies lalat. Pada suatu penelitian yang cukup lama

tahun 1917 oleh Kisliuk menyatakan bahwa pengamatan yang dilakukannya selama

musim dingin dalam dua kurun waktu yaitu Desember-Januari dan Februari-Maret

ditemukan populasi yang berbeda dari berbagai famili Muscidae. Setelah sebelumnya

genera lalat tersebut dibiakkan di laboratorium penelitian yang dikondisikan seperti


perindukan alamiah kelompok lalat tersebut. Pada musim kering atau kemarau lalat dari

famili Tabanidae spesies Tabanus albipalpis serta Stomoxys calcitrans dan Stomoxys

nigra dari famili Muscidae lebih sedikit jumlahnya dibandingkan lalat spesies yang

sama yang dibiakkan juga pada waktu musim hujan di Negara Nigeria. Tetapi genus

yang lain yaitu Chrysops spesies Chrysops distinctipennis justru populasi lebih banyak

pada musim kemarau (Ahmed, 2005). Demikian juga pada penelitian Alahmed (2003)

ditemukan bahwa housefly dan stablefly di 2 lokasi pertanian di Saudi Arabia

menunjukkan bahwa pupa housefly dan pupa stablefly meningkat pada musim semi dan

musim dingin dan lebih sedikit ditemukan pada musim kemarau.

Dengan adanya spesies yang bermacam-macam pada berbagai jenis sampah

seperti yang telah diteliti di atas maka peneliti ingin mengamati populasi lalat yang

terdapat di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), beberapa lokasi TPS dan berbagai

jenis sampah yang ada di TPA dan TPS tersebut yaitu sampah yang membusuk

(garbage) misalnya sisa-sisa sayuran, sisa-sisa daging, ikan dan buangannya serta

sampah yang tidak membusuk (refuse) misalnya kertas-kertas, karton-karton, plastik

dan bahan-bahan yang tidak bisa hancur (Slamet, 1996) di kota Baturaja dilihat dari 2

musim yang ada di Indonesia yaitu musim hujan (yang diamati pada Januari 2008) dan

musim kemarau (yang diamati pada Mei 2008).

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah jumlah populasi spesies lalat yang terdapat di TPA, TPS dan

berbagai jenis sampah pada musim hujan dan musim kemarau di kota Baturaja.

2. Parasit usus apa saja yang dibawa pada tubuh dan alat-alat tubuh spesies lalat

tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A.B., Okiwelu, S.N. and Samdi, S.M., 2005. Species Diversity Abudance and
Seasonal Occurance of Some Briting Filesin Southern Kaduna Nigeria.
Africans Journal of Biomedical Research, 8, 113-118.

Alahmed, A.M., 2003. Seasonal Distribution and Characterization of Breeding Sites of


Housefly (Musca domestica) and Stablefly (Stomoxys calcitrans) in Dairy
Farm in the Central Region of Saudi Arabia. Plant Protection Departement, 1-
5.

Anna, M.W., 1993. Parasites & Pestilence: Infection Public Health Chalenges Myiasis.
Hum Bio 103.

Anon., 2003. Moth Flies in the Home. Departement of Entomology. Journal of Insect
Science 6, [online] Dikutip dari: <http://www.insect science.org> [Diakses
_________].

Anon., 2003a. Isolation of Enterobacter sakazakii from Midgut of Stomoxys calcitrans.


Emerging Infection Diseases, 9(10), 1355-1356.

Anon., 2004. Penyakit Bawaan Makanan. NSW Multicultural Health Communication


Service. [online] Dikutip dari: <http://mhcs.health.nsw.gov.au> [Diakses
______].

Anon., 2004a. Flies Lets Get Rid of Them. Vector Control Program. [online] Dikutip
dari: <www.sbcounty.gov/dehs> [Diakses__________].

Anon., 2005. Canine Leishmaniasis A Spreading Disease Diagnosis and Treatment,


Clinique Veterinairie. [email] Dikutip dari: rozemaur@aol.com
[Diakses_______].

Anon., 2005a. The Importance of Blood Sucking Insects. Cambridge University Press.
[online] Dikutip dari: <www.cambridge.org> [Diakses__________].

Anon., 2006. Feedlot Flies-Identfying The Problem and Some Solutions. Departement
of Primary Industries. [online] Dikutip dari: <www.mla.com.au>
[Diakses______].

Anon., 2008. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2008. Badan Meteorologi dan Geofisika.
[online] Dikutip dari: <www.bmg.go.id> [Diakses ___________].

Anon., 2008a. Solid Waste Regulations. [online] Dikutip dari: <J:\ Health\
Enviromental\ Solid Waste <mgt\SWREGS. DOC].

Ansori, I.Z. dan C. Anwar, 1999. Survei Lalat di Beberapa Tempat dalam Kotamadya
Palembang. MKS, 31(3): 34-38.
Anwar, C. dan R. Ismail, 2007. Handout EtikPenelitian Biomedik. Palembang: FK Unsri
Palembang.

Banjao, A.D., O.A. Lawal and O.O., Adeduji, 2005. Bacterian and Fungi Isolated from
Housefly (Musca domestica L) larvae. African Journal of Biotechnology, 4(8),
780-784.

Beaver, P.C., R.C. Jung and E.W. Cupp, 1984. Clinical Parasitology. 9th Edition.
Philadelphia: Lea & Febriger.

Benecke, M. and R. Lessing, 2001. Child Neglect and Forensic Entomology. Forensic
Science International, 120, 155-159.

Birkemoe, T., A. Soleng and K.R. Riddervold, 2004. Abudance of Parasitoid


Hymenoptera on Pupa of Musca domestica and Stomoxys calcitrans (Diptera:
Muscidae) on Pig Farms in Vestfold Norwey. Norwegian Journal Entomology,
51, 159-164.

Brown, H.W. Parasitology. 3rd Edition. New York USA.

Clavel, A., O. Doiz, S. Morales., M. Varea, C. Seral, F.J. Castillo, J. Fleta, C. Rubio and
R. Gomez-lus, 2002. House Fly (Musca domestica) as A Vector Transport
Vector of Cryptosporidium parvum. Folia Parasitologica, 49, 163-164.

Crespo, D.C., R.E. Lecuona and J.A. Hogsette. 2002. Strategies for Controlling
Housefly Populations Resistens to Cyromazine. Neotropical Entomology,
31(1): 141-147.

Cutter, R.M. Identification Key to the Common Forensically Important Adult Flies
(Diptera) of Nothern Kentucky. Departement of Biological Sciences, Kentucky
University. [online] Dikutip dari: <biosci/Courses of Degree/ ForensicFlyKey/
Homepage.htm.> [Diakses 5 Mei 2008].

De Carvalho, C.J.B., M.S. Couri, A.C. Pount, D. Pamploma, S.M. Lopes, 2005. A
Catalogue of the Muscidae (Diptera) of The Neotropical Region. Zootaxa 860.
[online] Dikutip dari: <http://www.mapress.com/zootaxa> [Diakses_______].

Dubendorfer, A., M. Hediger, G. Burghardt and Bopp, 2002. Musca domestica Window
on The Evolution of Sex Determining Mechanism in Insect. Int. J. Dev. Biol,
46, 75-79.

D.N. Santi, 2001. Manajemen Pengendalian Lalat. FK USU, 1-5.

Faust, E.C., and P.F. Russel, 1964. Clinical Parasitology. 7th Edition. Throughly Revised
352 Illustrations and 8 Colored Plates. Philadelphia.

Filho, J., Zanuncio, D.B. Fragoso, J.E. Serrao and Mc. Lacerda, 2003. Biology of
Bronchotorus tabidus (Heteroptera: Pentatomidae) Fed with Musca domestica
(Diptera: Muscidae) Larvae. J. Biol, 63(3): 463-468.
Franklin. A.N. and H.W. Brown. 1994. Basic Clinical Parasitology. 6th Edition. Norwal
Connecticut: Appleton & lange.

Gabre, R.M., Adham, F.K. and Hsin Chi, 2005. Life Table of Chrysomya Megacephala
(Fabricus) (Diptera: Calliphoridae). Acta Oecologica, 27, 179-183.

Gerberrich, J.B., 1952. The Housefly (Musca domestica Linn) as A Vector of


Salmonella pullorum (Retteger) Bergy. The Agent of White Diarrheaof
Chickens. The Ohio Jurnal of Science, 52(5), 287.

Gilles, J., J.F. David, G. Duvallet, De La Roscque and E. Tillard, 2007. Efficiency of
Trap for Stomoxys calcitrans and Stomoxys niger on Reunion Island. Medical
and Veterinary Entomology, 21, 65-69.

Goddard, J., 1993. Physician’s Guide to Arthropods of Medical Importance. Tokyo:


CRS Press London.

Gordon, L.N., 2005. Emerging Infectious Disease. [online] Dikutip dari:


<www.cdc.gov/eid.11(3)> [Diakses___________].

Gracczyk, T.K., Cranfield, M.R., Fayer, R. and Bixler, H., 1999. House Flies (Musca
domestica) as Transport Hosts of Cryptosporidium parvum. J. Trop. Med. Hyg,
500-504.

Horobin, A.J., D.I. Pritchard and K.M. Shakesheff, 2002. How Do Larvae of Lucilla
sericata Initiate Human Wound Healing?. Europan Cells and Materials, 4, 69.

Horenstein, M.M., Linhares, A.X., Rosso, B. And Garcia, M.D., 2007. Species
Composition and Seasonal Succession of Saprophagous Calliphorids in A
Rural Area of Cordoba, Argentina. Biol Res, 163-171.

Howell, D. Introduction to Insect Biology and Diversity. Tokyo Japan: Kosaido Printing
Co.

Hugh-Jone, M.E. and Vos, Vd., 2002. Antrhax and Wilddlife. Rev. Sci. Tech. Int. Epiz,
21(2): 359-383.

Jacobs, R.D., J.A. Hoghest and R.W. Miller, 2003. Using Sticky Cards to Monitor
FlyPopulations in Poultry Houses. Institute of Food and Agricultural Sciences.
University of Florida. PS7, June 2007.

Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. Adelberg, 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20.
alih bahasa Edi Nugroho dan Maulany. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 643-670.

Kilgore, W.W. and R.R. Painter, 1964. Effect of the Chemosterilant Apholate on the
Synthesis of Cellular Components in Developing Housefly Eggs. Biochem J,
353-355.
Kisliuk, M., 1917. Some Winter Observation of Muscid Flies. The Ohio Journal of
Science, XVII(8), 285-294.

Kocisova, A., M. Petrovsky, J. Toporcak and P. Novak, 2004. The Potential of Some
Insect Growth Regulators in Housefly (Musca domestica) Control. Biology
Bratislava, 59(5): 661-668.

Kurahashi, H., 1981. Blowflies from Fiji with Descriptions of Three New Spesies of
genus Onesia (Diptera: Calliphoridae). Mem. Inst. Oswaldo Cruz. Rio de
Janeiro, 98(2), 213-216.

Mardihusodo, S.J., 1992. Lalat-lalat yang Berbiak dalam Timbunan Sampah di


Yogyakarta, Medika, 18(12): 26-30.

Mascarini, L.M. and A.P. Do Prado, 2002. Thermal Constans of An Experimental


population of Muscina stabulance (Diptera: Muscidae) in The
Laboratory.Mem Inst Oswaldo Cruz, 97(2), 281-283.

Mian, L.S., H.Maag and J.V. Tacal, 2002. Isolation of Salmonella from Muscoid Flies at
Commercial Animal Establishments in San Bernardino Country California.
Journal of Vector Ecology, 27(1), 82-85.

Miller, D.F., C.A. Doan and H. Wilson, 1932. The Treatment of Osteomyelitis (Infection
of Bone) with Fly Larva. The Ohio Journal of Science, 32(1), 1-4.

Miramba, F., A.B. Broce and L. Zurek, 2007. Vector Competence of Stableflies,
Stomoxys calcitrans L (Diptera: Muscidae) for Enterobactersakazakii. Journal
of Vector Ecology, 32(1), 134-139.

Nazni, W.A., B. Seleena, H.L. Lee, J. Jeffrey., T. Rogayah., T.A.R and M.A. Sofian,
2005. Bacteria Fauna from The Housefly Musca domestica. Tropical
Biomedicine, 22(2), 225-231.

Nicholas, G.L, 2005. Fly Transmission of Campylobacter. Emerging Infections


Diseaseas, 11(3), 361-364. [online] Dikutip dari: <www.cdc.gov/eid>
[Diakses________].

Stranger, J., 1995. Control of Flies on Dairy Farms. Agriculture Notes Stateof Victora.
Departement of Primary Industries, 1-10.

Sudarmono, P., 1986. Bio Ekologi Lalat. Forum Pengetahuan, 6-8.

Sutiyoso,Y., 1986. Lalat dan Gangguannya terhadap Manusia dan Hewan. Forum
Pengetahuan, 13-15.

Takahashi, H., Horibe, N., T. Ikegamai and M. Shimada, 2007. Analyzing the
Housefly’s Exploratory Behaviour with Autogressions Methode. J. Physic
Social Japan,1-17.
Tomberline, J.K., 2007. Horn Fly & Stable Fly Two Common Biting Flies on Cattle.
jktomberline@ag.tamu.edu.

Tumrasvin, W. And S. Shinonaga, 1978. Studies On Medically Important Flies in


Thailand V on 32 Spesies Belonging to the Subfamilies Muscinae and
Stomoxinae Including the Taxonomy Keys (Diptera: Muscidae). Bull Tokyo
Med. Dent. Univ, 25, 201-227.

Vitta, A., Pumindonming, W., Tangchaisuriya U., Poodendean, C. and Nateeworanart,


S., 2007. A Preliminary Study on Insect Associated with Pig (Sus scrofa)
Carcasses in Phitsanulok, Northern Thailand. Tropical Biomedicine, 24(2), 1-
5.

Anda mungkin juga menyukai