Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit


Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 66 tahun 2016, Keselamatan Kerja adalah
upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja,
tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Kesehatan Kerja
adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi
antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di Rumah Sakit
guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit.

2.2 Tujuan K3RS


2.2.1 Tujuan Umum
Terwujudnya penyelenggaraan K3RS secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan
2.2.2 Tujuan Khusus
a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.
b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja
(PAK), penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber daya
manusia Rumah Sakit.

2.3 Manfaat K3RS


2.3.1 Bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Meningkatkan Citra Rumah Sakit
2.3.2 Bagi Karyawan Rumah Sakit
a. Melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
2.3.3 Bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu Pelayanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

2.4 Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit


Sumber bahaya yang ada di rumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
PAK.
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di rumah sakit meliputi :
No Bahaya potensial Lokasi Pekerja yang paling berisiko
1. FISIK :
Bising IPS-RS, laundry, dapur, Karyawan yang bekerja di lokasi
CSSD, gedung genset- tersebut
boiler, IPAL
Getaran Ruang mesin-mesin dan
peralatan yang Perawat, cleaning service dll
menghasilkan getaran
(ruang gigi dll)
Debu Genset, bengkel kerja, Petugas sanitasi, teknisi gigi, petugas
laboratorium gigi, gudang IPS dan rekam medis
rekam medis, incinerator

Panas CSSD, dapur, laundry, Pekerja dapur, pekerja laundry, petugas


incinerator, boiler sanitasi, dan IP-RS
Radiasi X-Ray, OK yang Ahli radiologi, radiotherapist, dan
menggunakan c-arm, radiographer, ahli fisioterapi dan
ruang fisioterapi, unit gigi petugas roentgen gigi.
2. KIMIA :
Disinfektan Semua area Petugas kebersihan, perawat
cytotoxics Farmasi, tempat Pekerja farmasi, perawat, petugas
pembuangan limbah, pengumpul sampah
bangsal
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat
formaldehyde Laboratorium, kamar Petugas kamar mayat, petugas
mayat, gudang farmasi laboratorium dan farmasi
Methyl : Petugas/dokter gigi, dokter bedah,
Methacrylate, Hg Ruang pemerikasaan gigi perawat
(amalgam)
Solvents Laboratorium, bengkel Teknisi, petugas laboratorium, petugas
kerja, semua area di pembersih
rumah sakit
Gas-gas anaestesi Ruang operasi gigi, OK, Dokter gigi, perawat, dokter bedah,
ruang pemulihan (RR) dokter/perawat anastesi
3. BIOLOGIK :
AIDS, Hepatitis IGD, kamar operasi, Dokter, dokter gigi, perawat, petugas
B dan Non-A ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, petugas sanitasi, dan
Non-B laboratorium, laundry laundry
Cytomegalovirus Ruang kebidanan, ruang Perawat, dokter yang bekerja dibagian
anak ibu dan anak
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Tuberculosis Bangsal, laboratorium, Perawat, petugas laboratorium,
ruang isolasi fisioterapis
4. ERGONOMIK :
Pekerjaan yang Area pasien dan tempat Petugas yang menangani pasien dan
dilakukan secara penyimpanan barang barang
manual (gudang)
Postur yang salah Semua area Semua karyawan
dalam melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang Semua area Dokter gigi, petugas pembersih,
berulang fisioterapis, sopir, operator computer,
yang berhubungan dengan pekerjaan
juru tulis
2.5 Standar K3 Rumah Sakit
Standar K3RS meliputi:
a. manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan
kesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan
pengunjung. Manajemen risiko K3RS sebagaimana harus dilakukan secara
menyeluruh yang meliputi:
1. persiapan/penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya;
2. identifikasi bahaya potensial;
3. analisis risiko;
4. evaluasi risiko;
5. pengendalian risiko;
6. komunikasi dan konsultasi; dan
7. pemantauan dan telaah ulang.
b. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung. Keselamatan
dan keamanan di Rumah Sakit sebagaimana dilakukan melalui :
1. identifikasi dan penilaian risiko; dilakukan dengan cara inspeksi keselamatan
dan Kesehatan Kerja di area Rumah Sakit.
2. pemetaan area risiko merupakan hasil identifikasi area risiko terhadap
kemungkinan kecelakaan dan gangguan keamanan di Rumah Sakit.
3. upaya pengendalian merupakan tindakan pencegahan terhadap risiko
kecelakaan dan gangguan keamanan
c. pelayanan Kesehatan Kerja; dilakukan secara komprehensif melalui kegiatan yang
bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan yang bersifat
promotif sebagaimana dimaksud paling sedikit meliputi pemenuhan gizi kerja,
kebugaran, dan pembinaan mental dan rohani. Kegiatan yang bersifat preventif
sebagaimana dimaksud paling sedikit meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan,
surveilans lingkungan kerja, dan surveilans medik.
d. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja; bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari
pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
dilaksanakan melalui:
1. identifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah
Sakit;
2. menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material safety data
sheet);
3. menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);

a. lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);

b. penyiram badan (body wash);

c. pencuci mata (eyewasher);

d. Alat Pelindung Diri (APD);

e. rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan

f. spill kit.

e.pencegahan dan pengendalian kebakaran; bertujuan untuk memastikan SDM Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari bahaya api, asap,
dan bahaya lain. Pencegahan dan pengendalian kebakaran dilakukan melalui :
1. identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
2. pemetaan area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
3. pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan;
4. pengendalian kebakaran meliputi:

a. alat pemadam api ringan;

b. deteksi asap dan api;

c. sistem alarm kebakaran;


d. penyemprot air otomatis (sprinkler);

e. pintu darurat;

f. jalur evakuasi;

g. tangga darurat;

h. pengendali asap;

i. tempat titik kumpul aman;

5. simulasi kebakaran. dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

f. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan


Kerja; bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan
memastikan kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi. Meliputi keamanan:
1. penggunaan listrik;
2. penggunaan air;
3. penggunaan tata udara;
4. penggunaan genset;
5. penggunaan boiler;
6. penggunaan lift;
7. penggunaan gas medis;

8. penggunaan jaringan komunikasi;

9. penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan

10. penggunaan instalasi pengelolaan limbah.

g. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;


bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis baik saat digunakan
maupun saat tidak digunakan.

h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan untuk meminimalkan


dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan
kerugian fisik, material, dan jiwa, mengganggu operasional, serta menyebabkan kerusakan
lingkungan, atau mengancam finansial dan citra Rumah Sakit. meliputi:
1. identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana;
2. penilaian analisa risiko kerentanan bencana;
3. pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;

4. pengendalian kondisi darurat atau bencana; dan


5. simulasi kondisi darurat atau bencana.

2.6 Standar Pelayanan K3RS


Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program
K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar
pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Pelayanan K3RS
harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah
Sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan
masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, pelayanan kesehatan kerja
yang perlu dilakukan, sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit :
• Pemeriksaan fisik lengkap;
• Kesegaran jasmani;
• Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
• Laboratorium rutin;
• Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
• Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan
timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
• Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh
dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit :
• Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan-
pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
• Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya 1
tahun.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
• SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
• SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM Rumah
Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit yang
berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu;
• SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan;
• Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi
Pelaksana K3RS.
4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental. Yang diperlukan antara lain:
• Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3;
• Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya;
• SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan
kewajibannya;
• Orientasi K3 di tempat kerja;
• Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan
kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
SDM Rumah Sakit :
• Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM Rumah
Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas kesling dll;
• Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
• Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
• Pembinaan mental/rohani.
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit
yang menderita sakit :
• Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit;
• Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM Rumah
Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK);
• Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus;
• Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien :
• Pertemuan koordinasi;
• Pembahasan kasus;
• Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
• Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis
bahaya dan besarnya risiko;
• Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis pekerjaannya, lama
pajanan dan dosis pajanan;
• Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus;
• Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus.
(dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat
kerja);
• Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit.
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan
ergonomi).
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan
kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit
2.7 sistem manajemen di rumah sakit
A. komitmen dan Kebijakan
komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit
mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan,
tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di rumah sakit. Kebijakan K3
di Rumah sakit diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi RS.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara lain
:
1. advokasi sosialisasi program K3RS
2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM professional di bidang K3RS pada setiap unit kerja di
lingkungan Rumah sakit
5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal berkala
B. Perencanaan
Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan system manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar system manajemen
K3RS diantaranya self assessment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian factor risiko. Rumah
sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian factor risiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakuakn dengan mempertimbangkan :
 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
 Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian factor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulan risiko kesehatan
dan keseamatan
c. Pengendalian factor risiko
Dilaksnakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa),
administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)
2. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan
ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi,
diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan
dan pihak yang terkait
3. Tujuan dan sasaran
Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya
potensial dan resiko K3 yang bisa diukur, satuan/indicator pengukuran, sasaran
pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)
4. Indicator kinerja
Indicator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.
5. Program K3
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan program K3 rumah sakit,
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta
dilaporkan
C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di Rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerjasama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui
adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada
semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/
satuan pelaksana K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi
pelaksanaan K3 disemua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta
menganalsis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian
mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja,
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Seanjutnya memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

Anda mungkin juga menyukai