Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOPTOE


DI RUANG PARU
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 25 April - 1 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOPTOE


DI RUANG PARU
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 25 April - 1 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 25 April 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB Murjani, S.Kep, Ns


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19741011 199402 1 001
Etiologi : Klasifikasi :
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, Pengklasifikasian batuk darah
abses paru, pneumonia. berdasarkan jumlah darah yang
Hemopto
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dikeluarkan
e
dan aneurisma aorta. 1. Batuk darah massif : > 600
3. Neoplasma, terutama karsinoma Batuk darah merupakan cc/24 jam
bronkogenik dan poliposis suatu gejala atau tanda dari suatu 2. Batuk darah sedang : 250-600
bronkus. penyakit infeksi. Batuk darah atau cc/24 jam
4. Gangguan pada pembekuan hemoptisis adalah ekspektorasi 3. Batuk darah ringan : < 250 cc/24
darah (sistemik). darah akibat perdarahan pada jam
5. Benda asing di saluran napas di bawah laring,
saluran pernapasan. atau perdarahan yang keluar
melalui saluran napas bawah
laring. Penatalaksanaan :
1. Proteksi jalan napas dan
stabilisasi pasien
Manifestasiklinis : 2. Lokalisasi sumber
1. Batuk darah perdarahan dan
o Darah dibatukkan dengan rasa panas Pemeriksaan Diagnostik : penyebab perdarahan
di 1. Foto toraks 3. Terapi spesifik
tenggorokan
2. CT scan toraks
o Darah berbuih bercampur udara
o Darah segar berwarna merah muda 3. Radiologi
o Darah bersifat alkalis ASUHAN
4. Bronkoskopi KEPERAWATAN
o Anemia kadang-kadang terjadi
2. Pastikan darah bukan berasal Pemeriksaan lain khusus :
dari gastrointestinal yang 1. Anamnesa : memastikan
dikeluarkan dengan muntah asal darah, berulang,
darah jumlah, warna, menahun dll
3. Sesak Napas 2. Pemeriksaan fisik :
kemungkinan penyebab
3. Pemeriksaan sputum
bakteriologi, sitologi
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan infeksi Ansietas berhubungan dengan
NOC : Airway Pathency perubahan besar (status kesehatan)
Setelah dilakukan tindakan NOC : Anxiety Self-Control
Pengkajian : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
keperawatan 1x24 jam diharapkan kebutuhan tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Aktivitas/istirahat, selama 1 x 60 menit kecemasan pasien
mampu mempertahankan kebersihan factor biologis
emosi, eliminasi, jalan nafas dengan kriteria : menurun, dengan kriteria :
NOC : Nutritional Status : Food & Fluid
nutrisi, 1. Menunjukkan jalan nafas yang Intake 1. Mampu mengendalikan
makanan/cairan, paten (frekuensi pernafasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan perilaku dari cemas
ketidaknyaman/ rentang normal, tidak ada suara selama 3 x 24 jam status nutrisi meningkat,
nafas abnormal) dengan kriteria : Anxieety Reduction
nyeri, pernafasan, 1. Gunakan pendekatan dengan
2. Mampu mengidentifikasikan 1. Pemasukan makanan secara oral
keamanan, dan mencegah factor yang tenang
seksualitas, dapat menghambat jalan nafas NIC: 2. Jelaskan dengan terperinci apa
penyuluhan/pembe Nutritional Management yang diharapkan dari perilaku
NIC : 1. Kaji apakah pasien ada alergi makanan pasien
lajaran.
Airway suction 2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam 3. Kaji pemahaman pasien
1. Auskultasi suara nafas sebelum menentukan jumlah kalori, protein dan mengenai situasi yang membuat
dan sesudah suctioning lemak secara tepat sesuai dengan cemas
2. Informasikan pada klien kebutuhan pasien 4. Dampingi pasien untuk
dan keluarga tentang 3. Anjurkan masukan kalori sesuai mengurangi kecemasan
suctioning kebutuhan 5. Anjurkan keluarga pasien untun
3. Minta klien nafas dalam 4. Ajari pasien tentang diet yang benar mendukung pasien
sebelum suction dilakukan sesuai kebutuhan tubuh 6. Dengarkan keluhan pasien
4. Berikan O2 dengan 5. Monitor catatan makanan yang masuk sepenuhnya
menggunakan nasal untuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori 7. Identifikasi perubahan tingkat
memfasilitasi suction 6. Timbang berat badan secara teratur kecemasan
nasotrakeal 7. Anjurkan penambahan intake protein,
5. Anjurkan pasien untuk istirahat zat besi dan vit C yang sesuai Teaching : disease process
dan napas dalam setelah 8. Pastikan bahwa diet 1. Jelaskan patofisiologi dari
kateter dikeluarkan dari mengandung makanan yang berserat penyakit dan bagaiman hal ini
nasatrakeal tinggi untuk mencegah sembelit berhubungan dengan anatomi
6. Hentikan suction dan berikan 9. Beri makanan protein tinggi , kalori dan fisiologi, dengan cara yang
oksigen apabila pasien tinggi dan makanan bergizi yang tepat.
menunjukan bradikardi. sesuai 2. Gambarkan tanda dan gejala
10. Pastikan kemampuan pasien untuk yang biasa muncul pada
Airway management memenuhi kebutuhan gizinya. penyakit
1. Posisikan pasien u/ 3. Gambarkan proses penyakit
memaksimalkan ventilsi dengan cara yang tepat.
2. Identifikasi pasien perlunya 4. Dukung pasien untuk
pemasangan alat jalan mengeksplorasi atau
nafas buatan mendapatkan second opinion.
3. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
• Etiologi

• Infeksi (TBC, bronchiectasis, abses paru,dll)

• Pembengkakan pembuluh darah bronkhial yang berdilatasi

• Dilatasi pembuluh darah bronkhial pada dinding kavitas


tuberkulosa (aneurisma rasmussen)

• Erosi dan ruptur pembuluh darah kapiler pulmoner/bronkhial

• Hemoptisis masif

• Obstruksi jalan napas

• Ketidakefektifan bersihan jalan napas


• Kekurangan volume cairan
• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
• Ansietas (psikologis)
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasmin, Menaldi. 2000. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI- SMF Paru RSUP Persahabatan
2. Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan/pendokumentasian Perawatan Pasien.
EGC.Jakarta.
3. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta : EGC
4. Rab, T. 1996. Prinsip Gawat Paru ed.2. Jakarta : EGC
5. Corey, Ralph. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK360/
6. Muttaqin, Arif. 2002. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
7. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA : Mosby Elsevier
8. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA : Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN ATRIUM FIBRILASI
DI RUANG JANTUNG
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 2 - 8 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ATRIUM FIBRILASI
DI RUANG JANTUNG
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 2 – 8 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 2 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB M. Sandi Suwardi, S.Kep, Ns
NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19750214 199402 1 001
ATRIUM FIBRILASI Etiologi : Manifestasi klinis :

Fibrilasi atrium adalah Atrial fibrilasi terjadi karena 1. Hampir >50% tidak
takiaritmia supraventrikular yang khas, meningkatnya kecepatan dan tidak menyebabkan gejala (silent atrial
dengan aktivasi atrium yang tidak terorganisirnya sinyal-sinyal listrik di fibrillation).
terkoordinasi mengakibatkan perburukan atrium, sehingga menyebabkan kontraksi
2. Palpitasi
fungsi mekanis atrium. Pada EKG, ciri yang sangat cepat dan tidak teratur
(fibrilasi). Penyebab paling umum 3. Mudah lelah atau toleransi rendah
dari AF adalah tiadanya konsistensi
gelombang P, yang digantikan oleh biasanya karena hipertensi. terhadap aktivitas fisik
gelombang getar (fibrilasi) yang 4. Presinkop atau sinkop
bervariasi amplitudo, bentuk dan 5. Kelemahan umum, pusing
Klasifikasi : 6. Nyeri Dada
durasinya.
Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel
(interval RR) : 7. Sesak Napas
1. AF dengan respon ventrikel cepat: Laju
Pemeriksaan Diagnostik : ventrikel >100x/ menit
2. AF dengan respon ventrikel normal: Laju Penatalaksanaan :
1. Anamnesis ventrikel 60- 100x/menit Prinsip :
2. Pemeriksaan Fisik 3. AF dengan respon ventrikel lambat: Laju 1. Kontrol Irama
ventrikel <60x/ menit
3. Pemeriksaan Laboraturium 2. Kontrol Laju Jantung
4. EKG Berdasarkan waktu presentasi dan durasi : 3. Antikoagulan
5. Foto Toraks 1. AF yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini 4. Pembedahan
berlaku untuk pasien yang pertama kali
6. Uji Latih/ Berjalan 6 menit datang dengan manifestasi klinis AF.
7. Ekokardiografi 2. AF paroksismal adalah AF yang mengalami Tindakan :
8. CT-Scan/ MRI terminasi spontan dalam 48 jam, namun 1. Farmakologi
dapat berlanjut hingga 7 hari. 2. Electrical Cardioversion
9. Studi Elektro Fisiologi 3. AF persisten adalah AF dengan episode 3. AV Node Ablation
menetap hingga lebih dari 7 hari atau AF
yang memerlukan kardioversi dengan obat 4. Pacemaker
atau listrik. 5. Operasi Jantung Terbuka
4. AF persisten lama (long standing persistent)
adalah AF yang bertahan hingga ≥1 tahun,
dan strategi kendali irama masih akan Faktor Risiko :
diterapkan.
5. AF permanen merupakan AF yang
1. Obesitas 2. Penyakit Jantung Koroner
ditetapkan sebagai permanen oleh dokter
sehingga strategi kendali irama sudah tidak 3. Perikarditis 4. Diabetes Mellitus
LP Gifari Ahmad | Atrium Fibrilasi digunakan lagi. Apabila strategi kendali 5. Kardiomiopati 6. Hipertiroidisme
irama masih digunakan maka AF masuk ke 7. PPOK 8. Hipertesni Pulmonal
kategori AF persisten lama.
Pengkajian : Penurunan Curah Jantung Nyeri Akut berhubungan dengan Ansietas berhubungan dengan
Aktivitas/istirahat, berhubungan dengan perubahan agen cedera biologis perubahan besar (status kesehatan)
irama jantung NOC : Pain Control NOC : Anxiety Self-Control
emosi, eliminasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nutrisi, NOC : Cardiac Pump Effectiveness Setelah dilakukan tindakan
selama 1 x 60 menit kecemasan pasien
makanan/cairan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit
menurun, dengan kriteria :
keperawatan selama 1 x 60 menit nyeri pasien menurun, dengan kriteria
ketidaknyaman/ 1. Mampu mengendalikan perilaku
irama jantung pasien teratur, dengan : dari cemas
nyeri, pernafasan, kriteria : 1. Mampu mengontrol nyeri
keamanan, 1. Dapat menoleransi aktivitas 2. Melaporkam nyeri berkurang Anxieety Reduction
seksualitas, 2. Tidak ada edema paru 1. Gunakan pendekatan yang
penyuluhan/ 3. Tidak ada penurunan kesadaran Pain Management menenangkan
pembelajaran. 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 2. Jelaskan dengan terperinci apa
Cardiac Care : Accute komprehensif (lokasi, yang diharapkan dari perilaku
1. Evaluasi adanya nyeri dada karakteristik, durasi, frekuensi, pasien
3. Kaji pemahaman pasien
2. Catat adanya disritmia jantung kualitas)
mengenai situasi yang membuat
3. Catat adanya tanda dan gejala 2. Eksplorasi pengetahuan pasien cemas
penurunan curah jantung tentang nyeri 4. Dampingi pasien untuk
4. Monitor status kardiovaskuler 3. Ajarkan teknik non-farmakologis mengurangi kecemasan
5. Monitor status respirasi untuk mengatasi nyeri (distraksi, 5. Anjurkan keluarga pasien untun
6. Monitor keseimbangan cairan napas dalam, relaksasi) mendukung pasien
7. Monitor toleransi aktivitas pasien 4. Anjurkan pasien untuk istirahat 6. Dengarkan keluhan pasien
8. Monitor EKG pasien yang adekuat sepenuhnya
9. Batasi pemasukan kafein, sodium, 7. Identifikasi perubahan tingkat
kolesterol, makanan berlemak Analgesic Administration kecemasan
10. Sediakan makanan dalam porsi 1. Cek instruksi dokter tentang jenis
Teaching : disease process
kecil namun sering obat, dosis, dan frekuensi 1. Jelaskan patofisiologi dari
11. Anjurkan pasien untuk istirahat 2. Cek riwayat alergi penyakit dan bagaiman hal ini
12. Anjurkan pasien untuk tidak 3. Tentukan pilihan analgesic dari berhubungan dengan anatomi
mengejan (maneuver Valsava) tipe dan beratnya nyeri dan fisiologi, dengan cara yang
13. Monitor keefektifan pengobatan 4. Berikan obat sesuai rute tepat.
pemberian 2. Gambarkan tanda dan gejala
5. Monitor ttv pasien sebelum dan yang biasa muncul pada
sesudah pengobatan penyakit
6. Berikan analgesic tepat waktu 3. Gambarkan proses penyakit
dengan cara yang tepat.
terutama saat nyeri hebat 4. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion.
LP Gifari Ahmad | Atrium Fibrilasi
DAFTAR PUSTAKA

1. PERKI. 2014. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium. Jakarta : Centra Communications
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0ahUKEwjfs6nblrjMAhXDG
JQKHaJxDfYQFgg-
MAg&url=http%3A%2F%2Fwww.inaheart.org%2Fupload%2Ffile%2FFA_Final_Launch.pdf&usg=AFQjCNGxr9betTP3_mm3e6FeIZ
EYpbWRkw&sig2=iCVFgmuVV23XLVv6UVkiZQ&bvm=bv.121070826,d.dGo
2. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta : EGC
3. Damayanti, BP. Atrial Fibrilasi. 2014. http://eprints.undip.ac.id/44522/3/BAB_II.pdf
4. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
5. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA : Mosby Elsevier
6. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA : Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN NEGLECTED FEMORAL FRACTURE
DI RUANG ORTHOPEDI
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 9 - 15 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN NEGLECTED FEMORAL FRACTURE
DI RUANG ORTHOPEDI
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 9 - 15 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 10 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Abdul Wahab, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19830128 20 1001 1 007
NEGLECTED FEMORAL FRACTURE Etiologi : Manifestasi klinis :
Neglected fracture adalah fraktur a. Cedera Traumatik Gejala yang muncul pada neglected
Terjadi benturan keras pada tulang fraktur femur sama dengan gejala fraktur
yang tidak ditangani atau ditangani
secara eksternal pada umumnya, namun nyeri yang
dengan tidak tepat sehingga menghasilkan
b. Fraktur Patologik dirasakan berlangsung dari awal terjadinya
keadaan keterlambatan dalam penanganan
Kerusakan tulang akibat proses fraktur dan dibiarkan tanpa penanganan.
(>72 jam), atau kondisi yang lebih buruk
penyakit dengan cedera minor
dan bahkan kecacatan. Neglected Fracture 1. Nyeri hebat pada lokasi fraktur
(tumor tulang, osteomielitis)
adalah penanganan patah tulang pada c. Secara Spontan 2. Tidak mampu menggerakkan
extremitas yang salah oleh bone setter Stress tulang yang terus menerus ekstremitas bawah
(dukun patah), yang masih sering (polio, orang yang bertugas
dijumpai di masyarakat Indonesia.
3. Rotasi luar dari kaki lebih pendek
kemiliteran)
4. Gejala umum, seperti : fungsi
berubah, bengkak, krepitasi, sepsis
Pemeriksaan Diagnostik : pada fraktur terbuka, deformitas.
Penatalaksanaan :
a. Anamnesis untuk mengkaji
riwayat terjadinya fraktur
Terapi Konservatif
b. Pemeriksaan Fisik meliputi
1. Proteksi
inspeksi (periksa adanya Klasifikasi :
2. Immobilisasi saja tanpa reposisi
deformitas, perdarahan, syok),
palpasi (mengetahui adanya 3. Reposisi tertutup
Reposisi tertutup dengan kontrol a. Derajat 1 : Fraktur yang telah
nyeri tekan, krepitasi), dan
periksa pergerakan. radiologis diikuti fiksasi internal pada terjadi antara 3 hari-3 minggu
c. Pemeriksaan Radiologis untuk fraktur femur dan tibia , yaitu pemasangan b. Derajat 2 : Fraktur yang telah
menentukan keadaan, lokasi, fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa terjadi antara 3 minggu- 3 bulan
serta ekstensi fraktur membuka frakturya. c. Derajat 3 : Fraktur yang telah
4. Traksi terjadi antara 3 bulan – 1 tahun
d. Derajat 4 : Fraktur yang telah
Terapi Operatif
terjadi lebih dari satu tahun
1. ORIF (Open Reduction internal fixation)
dengan indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau Faktor Risiko :
bahaya avasculair necrosis tinggi Pada umumnya neglected fractur
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi terjadi pada orang yang berpendidikan dan
tertutup berstatus sosio-ekonomi rendah. Proses
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi penyembuhan dipengaruhi usia, pegeseran
LP Gifari Ahmad | Neglected Femoral Fracture
sulit dipertahankan awal fraktur, dan vaskularisasi
Defisiensi Pengetahuan Risiko Syok dengan factor risiko Nyeri Akut berhubungan dengan Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kurang hipovolemia (perdarahan fraktur) agen cedera fisik (trauma) berhbungan dengan gangguan
informasi NOC : Fluid Balance NOC : Pain Control muskuloskeletal
NOC : Knowledge : Disease Process Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan NOC : Activity Tolerance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan selama 1 x 60 menit keperawatan selama 1 x 60 menit Setelah dilakukan tindakan
selama 1 x 60 menit pengetahuan pasien irama jantung pasien teratur, dengan nyeri pasien menurun, dengan kriteria
meningkat, dengan kriteria : keperawatan selama 1 x 60 menit
kriteria : :
1. Mengetahui strategi untuk 1. TD dbn (120/80mmHg) 1. Mampu mengontrol nyeri pasien mampu beraktivitas, dengan
meminimalisasi perkembangan 2. CVP <2 detik 2. Melaporkam nyeri berkurang kriteria :
penyakit 3. Tidak ada distensi vena jugularis 1. Mampu mendapat
2. Mengetahui factor risiko keringanan dalam
Pain Management
3. Memahami manajemen
penyakit Fluid Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara melaksanakan ADL
1. Monitor status hidrasi komprehensif (lokasi,
Teaching : disease process (kelembaban kulit, adanya karakteristik, durasi, frekuensi, Activity Therapy
1. Jelaskan patofisiologi dari denyut nadi) kualitas) 1. Tentukan komitmen pasien
penyakit dan bagaiman hal ini 2. Monitor ttv 2. Eksplorasi pengetahuan pasien dalam meningkatkan
berhubungan dengan anatomi 3. Monitor status hemodinamik tentang nyeri frekuensi rentang gerak
dan fisiologi, dengan cara yang (CVP) 3. Ajarkan teknik non-farmakologis
tepat. 2. Bantu pasien untuk focus
4. Administrasikan terapi IV untuk mengatasi nyeri (distraksi,
2. Gambarkan tanda dan gejala 5. Berikan cairan sesuai indikasi napas dalam, relaksasi) pada aktivitas yang dapat
yang biasa muncul pada 4. Anjurkan pasien untuk istirahat dilakukan
penyakit Bleeding Precautions yang adekuat 3. Instruksikan pasien atau
3. Gambarkan proses penyakit keluarga akan adanya
1. Monitor adanya perdarahan
dengan cara yang tepat.
4. Dukung pasien untuk
secara terperinci Analgesic Administration perubahan peran dalam
mengeksplorasi atau 2. Proteksi pasien dari trauma 1. Cek instruksi dokter tentang jenis keluarga secara fisik,
mendapatkan second opinion. yang menyebabkan obat, dosis, dan frekuensi social, spiritual, dan
5. Diskusikan terapi perdarahan 2. Cek riwayat alergi kognitif
6. Jelaskan perubahan gaya hidup 3. Instruksikan pasien tidak 3. Tentukan pilihan analgesic dari 4. Bantu pasien untuk
(aktivitas) pasien paska terapi mengonsumsi antikoagulan, tipe dan beratnya nyeri
untuk mengendalikan proses
memotivasi dan
aspirin 4. Berikan obat sesuai rute
penyakit memberikan dorongan
4. Instruksikan memperbanyak pemberian
7. Jelaskan pasien tanda-tanda mengonsumsi vit. K 5. Monitor ttv pasien sebelum dan pada diri sendiri
yang harus segera dilaporkan 5. Sediakan alat bantu
5. Instruksikan pasien/ keluarga sesudah pengobatan
ke rumah sakit tambahan untuk
8. Berikan kontak rumah sakit untuk segera melaporkan ke 6. Berikan analgesic tepat waktu
untuk dihubunguni ketika perawat apabila terjadi tanda- terutama saat nyeri hebat meringankan aktivitas
terjadi komplikasi tanda perdarahan (kursi roda)
LP Gifari Ahmad | Neglected Femoral Fracture
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Jakarta: EGC
2. Rasjad, C. 2007 Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Ed. 3. Jakarta: Yasif Watampone
3. Chairuddin R. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi. Makassar: Bintang Lamumpatue
4. Sjamsuhidayat R, Jong WD. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 3. Jakarta: EGC
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN TRAKHEOSTOMI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 - 18 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN TRAKHEOSTOMI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 - 18 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 16 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Mahyudi, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19670728 198802 1 001
TRAKHEOSTOMI Indikasi : Pelaksanaan :
1. Adanya benda asing yang Pasien tidur terlentang, bahu diganjal
Suatu tindakan dengan den apabila trakeostomi telah direncanakan
menghalangi saluran udara seperti
membuka dinding depan/anterior namun bersifat terbuka, pasien akan diberi obat
tumor/kanker. bius total dan obat bius lokal untuk mengurangi
trakea untuk mempertahankan jalan
2. Trauma atau cedera pada leher rasa sakit di tubuh. Sayatan yang besar akan
nafas agar udara dapat masuk ke paru-
dan punggung bagian atas. dibuat di leher, dekat tenggorokan, untuk
paru dan memintas jalan nafas bagian menjangkau cincin tulang rawan yang
3. Pasien yang akan atau telah menjalani
atas. melindungi trakea. Ketika lubang telah dibuat,
operasi pada laring atau faring. tabung akan dimasukkan melalui lubang
4. Adanya peradangan trakea. tersebut ke saluran udara.
Perawatan Trakheostomi:
Melakukan Pengisapan Selang 5. Adanya cedera pada mulut atau
Pada trakeostomi, probe
1. Siapkan peralatan yang hidung. bernama endoskop akan digunakan. Alat ini
diperlukan 6. Adanya kelainan bawaan, seperti bayi dilengkapi dengan kamera yang mengirimkan
2. Cucilah tangan secara gambar langsung dari trakea ke layar komputer.
yang memiliki susunan trakea yang
menyeluruh Endoskop juga dilengkapi dengan cahaya di
3. Siapkan dan lakukan pengujian tidak normal. ujungnya sehingga trakea dapat terlihat lebih
pada kateter. jelas. Setelah itu, endoskop akan memberikan
4. Siapkan pasien dan ambil larutan panduan pada dokter bedah selama tindakan.
Klasifikasi :
garam (NaCl) Trakeostomi juga dilakukan di bawah pengaruh
1. Surgical trakeostomy
5. Masukkan kateter tersebut dan bius total. Namun, tindakan ini tidak disarankan
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan
pasang pengisap. bagi pasien yang mengalami obesitas (kelebihan
dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat
6. Biarkan pasien menarik napas berat badan), terutama mereka yang memiliki
sesaat/ bagging. diantara cincin trakea kedua dan ketiga
sepanjang 4-5 cm. lapisan lemak yang tebal di leher, serta pasien
anak yang berusia di bawah 12 tahun.
Membersihkan Stoma 2. Percutaneous Tracheostomy
Pada trakeostomi, sayatan kecil akan
1. Periksalah stoma (gejala infeksi) Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan
dibuat di tenggorokan dan jarum kecil akan
2. Bersihkan stoma dengan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan
digunakan untuk membuat lubang. Lubang
antiseptik lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau
tersebut akan digunakan untuk memasukkan
3. Ganti pembalut secara teratur dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih
tabung ke saluran udara. Ukuran sayatan yang
kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih kecil dapat mengurangi risiko pasien terkena
Perawatan Sehari-hari cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, infeksi atau cedera akibat operasi.
1. Lindungi selang trakea saat kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
berada di luar 3. Mini tracheostomy
2. Hindari aktivitas berenang Dilakukan insisi pada pertengahan membran
3. Pertahankan untuk menghirup krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan
udara lembab menggunakan kawat dan dilator.

Komplikasi :
LP Gifari Ahm Seperti tindakan operasi lainnya, pasien yang menjalani trakeostomi kemungkinan akan mengalami infeksi,
ad | Tracheostomy
bekas luka, dan pendarahan berat. Pasien juga dapat bereaksi negatif terhadap tabung atau obat yang digunakan.
Trakeostomi juga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf, yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Ansietas berhubungan dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Risiko Infeksi dengan faktor risiko Hambatan komunikasi verbal
perubahan besar (status kesehatan) Napas berhubungan dengan sekresi prosedur invasive (trakeostomi) berhubungan dengan hambatan
yang tertahan
NOC : Anxiety Self-Control NOC : Immune Status, Knowledge: fisik (trakeostomi)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NOC : Airway Pathency Infection Control, Risk Control
selama 1 x 60 menit kecemasan pasien Setelah dilakukan tindakan keperawatan NOC : Communication impaired
menurun, dengan kriteria : Setelah dilakukan tindakan
1x60 menit diharapkan mampu keperawatan selama 2 x 30 menit verbal
1. Mampu mengendalikan mempertahankan kebersihan jalan nafas risiko infeksi dapat dikendalikan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan
perilaku dari cemas dengan kriteria :
dengan kriteria : selama 1 x 60 menit diharapkan klien
1. Menunjukkan jalan nafas yang mampu untuk berkomunikasi lagi
Anxieety Reduction paten (frekuensi pernafasan rentang 1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
1. Gunakan pendekatan yang 2. Menunjukkan kemampuan untuk dengan kriteria hasil:
normal, tidak ada suara nafas
menenangkan mencegah timbulnya infeksi  dapat menjawab pertanyaan yang
abnormal)
2. Jelaskan dengan terperinci apa 2. Mampu mengidentifikasikan dan 3. Jumlah leukosit dbn diajukan perawat
yang diharapkan dari perilaku mencegah factor yang dapat  dapat mengerti dan memahami
pasien menghambat jalan nafas pesan-pesan melalui alat bantu
Infection Control
3. Kaji pemahaman pasien  dapat mengekspresikan perasaannya
mengenai situasi yang
1. Bersihkan lingkungan ruangan
NIC : kamar pasien secara verbal maupun nonverbal
membuat cemas Airway suction
4. Dampingi pasien untuk 2. Batasi jumlah pengunjung bila
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan NIC : Communication enhancement :
mengurangi kecemasan perlu
sesudah suctioning
5. Anjurkan keluarga pasien 3. Instruksikan pengunjung/keluarga speech defisit
2. Informasikan pada klien
untun mendukung pasien dan keluarga tentang mencuci tangan sebelum dan 1. Libatkan keluarga untuk
6. Dengarkan keluhan pasien suctioning sesudah berkunjung membantu memahami /
sepenuhnya 3. Minta klien nafas dalam sebelum 4. Pertahankan lingkungan aseptic memahamkan informasi dari / ke
7. Identifikasi perubahan tingkat suction dilakukan selama pemasangan alat klien
kecemasan 4. Berikan O2 dengan menggunakan 2. Gunakan kata-kata sederhana dan
5. Tingkatkan intake nutrisi
nasal untuk memfasilitasi suction 6. Berikan terapi antibiotic bila pendek dalam komunikasi dengan
Teaching: Preoperative nasotrakeal
1. Jelaskan berapa lama waktu perlu klien
5. Anjurkan pasien untuk istirahat dan 7. Inspeksi kulit dan membrane 3. Bantu dengan penggunaan papan
operasi napas dalam setelah kateter
2. Sediakan kesempatan pasien mukosa terhadap adanya tulis jika diperlukan
dikeluarkan dari nasatrakeal
untuk bertanya dan diskusikan kemerahan, panas, bengkak 4. Simak perkataan pasien dengan
6. Hentikan suction dan berikan
hal-hal yang perlu diperhatikan oksigen apabila pasien 8. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah penuh perhatian
3. Jelaskan kegiatan rutin pre- menunjukan bradikardi. 9. Dorong masukan cairan 5. Gunakan body language untuk
operasi 10. Anjurkan istirahat yang adekuat mendukung ucapan
4. Sediakan informasi mengenai Airway management 11. Ajarkan pasien dan keluarga
apa yang akan didengar, 1. Posisikan pasien u/ tanda gejala infeksi
dicium, dilihat, dan dirasakan memaksimalkan ventilsi
selama operasi 12. Ajarkan cara menghindari infeksi
2. Identifikasi pasien perlunya 13. Laporkan kecurigaan infeksi
5. Benarkan ekspekatasi pasien pemasangan alat jalan nafas buatan
yang tidak tepat mengenai 3. Auskultasi suara nafas, catat
operasi adanya suara tambahan
Prosedur Trakeostomi
Alat-alat yang diperlukan, yaitu :
1. Spuit dengan anestesi local (lidokain 2%)
2. Pisau (bisturi no. 11 & 15 dan penanganannya)
3. Pinset anatomi
4. Gunting panjang dengan tepi/ujung yang tumpul
5. Haak tumpul yang kecil, klem arteri (hemostat) lurus & bengkok
6. Retraktor untuk membuka lumen trakea
7. Suction dan katerisasi
8. Kanul trakea
9. Forceps.

LP Gifari Ahmad | Tracheostomy


LP Gifari Ahmad | Tracheostomy
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldenberg D, Bhatti N. 2005. Management of the impaired airway in the adult. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds.
Otolaryngology: Head & Neck Surgery Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby Elsevier
2. Neacy KA. 2009. Tracheostomy care. In: Roberts JR, Hedges JR, eds. Clinical Procedures in Emergency Medicine. Edisi ke-5.
Philadelphia : Saunders Elsevier
3. Yahya, Rachmanuddin Chair. 2010. Trakeostomi: Indikasi, Prosedur, Jenis & Komplikasi.
https://www.jevuska.com/2010/06/11/trakeostomi/
4. Anonymous. Cara Melakukan Perawatan Trakeostomi. http://id.wikihow.com/Melakukan-Perawatan-Trakeostomi
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN DM
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN DM
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 19 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Rusida Hereati, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19670228 199003 2 004
PGK DENGAN DM Etiologi : Manifestasi klinis :

Gagal ginjal kronik (chronic 1. Lebih sering ingin buang air kecil,
Seiring waktu, tingginya tingkat
renal failure, CRF) terjadi apabila kedua gula dalam darah (Hiperglikemia) merusak terutama di malam hari.
ginjal sudah tidak mampu jutaan unit penyaringan kecil dalam setiap 2. Kulit gatal.
mempertahankan fungsinya. Kerusakan ginjal. Hal ini akhirnya mengarah pada
pada kedua ginjal ini ireversibel. gagal ginjal. 3. Adanya darah atau protein dalam urin
Kerusakan vaskular akibat diabetes yang dideteksi saat tes urin.
mellitus dan hipertensi yang berlangsung
terus-menerus dapat mengakibatkan Klasifikasi :
4. Kehilangan berat badan.
pembentukan jaringan parut pembuluh 5. Kehilangan nafsu makan.
darah dan hilangnya fungsi ginjal secara a. Stadium I (Hyperfiltration-Hypertropy
progresif (nefropati). 6. Mual dan muntah.
Stage)
Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi
Pemeriksaan Diagnostik : glomerules mencapai 20-50% di atas nilai
normal menurut usia. Hipertrofi ginjal, Penatalaksanaan :
1. Tes Urine – untuk memeriksa kadar
protein. Tingkat abnormal tinggi protein
yang dapat dilihat melaui foto sinar x.
dalam urin adalah salah satu tanda-tanda b. Stadium II (Silent Stage)
pertama dari nefropati diabetik. Mikroalbuminuria normal atau mendekati 1. Pencegahan – ini adalah bentuk terbaik
2. Tekanan darah – pemeriksaan rutin untuk normal (<20ug/min). Sebagian penderita pengobatan dan termasuk kontrol yang
tekanan darah sangat diperlukan. Tekanan menunjukan penurunan laju filtrasi
baik kadar glukosa darah dan tekanan
darah tinggi disebabkan oleh nefropati glomerulus. Awal kerusakan struktur
diabetes dan juga berkontribusi terhadap ginjal darah.
perkembangannya. c. Stadium III (Incipient Nephropathy Stage) 2. Obat – termasuk obat-obatan untuk
3. Tes darah – untuk memeriksa tingkat
Awalnya dijumpai hiperfiltrasi yang menurunkan tekanan darah tinggi, terutama
fungsi ginjal.
menetap yang selanjutnya mulai menurun.
4. Biopsi – tag kecil jaringan akan dihapus angiotensin inhibitor converting enzyme
dari ginjal, melalui jarum yang ramping,
Awal Hipertensi.
dan diperiksa di laboratorium. Hal ini d. Stadium IV (Overt Nephroathy Stage) (ACE) dan receptor angiotensin blocker
biasanya hanya dilakukan bila ada Proteinuria menetap (>0,5gr/24j). untuk mengekang kerusakan ginjal.
keraguan tentang apakah kerusakan ginjal Hipertensi, penurunan laju filtrasi
3. Dialisis – atau pengobatan ginjal buatan.
akibat diabetes atau penyebab lain. glomerulus.
5. USG Ginjal – memungkinkan ukuran e. Stadium V (End Stage Renal Failure) 4. Transplantasi ginjal – ginjal donor yang
ginjal akan dicitrakan dan memungkinkan laju filtrasi glomerulus sudah mendekati sehat, diperoleh baik dari seseorang yang
arteri ke ginjal untuk diperiksa nol dan dijumpai fibrosis ginjal. Rata-rata
penyempitan yang dapat menyebabkan telah meninggal atau dari keluarga atau
dibutuhkan waktu15-17 tahun untuk
LP Gifari Ahm fungsi
ad | PGK DMginjal menurun. teman, menggantikan fungsi ginjal yang
sampai pada stadium IV dan5-7tahun
kemudian akan sampai stadiumV. sakit.
Pengkajian : Kekurangan volume cairan Ketidakseimbangan nutrisi: Ansietas berhubungan dengan
Aktivitas/istirahat, kurang dari kebutuhan tubuh perubahan besar (status kesehatan)
NOC : Anxiety Self-Control
emosi, eliminasi, NOC : Fluid balance Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nutrisi, Setelah dilakukan tindakan NOC: Nutritional status: nutrient selama 1 x 60 menit kecemasan pasien
makanan/cairan, keperawatan selama 3 x 60 menit intake menurun, dengan kriteria :
ketidaknyaman/ kebutuhan cairan pasien dapat Setelah dilakukan tindakan 1. Mampu mengendalikan perilaku
nyeri, pernafasan, terpenuhi dengan kriteria : keperawatan selama 3x20 menit dari cemas
keamanan, 1. Tekanan darah dbn pasien menunjukan nutrisi Anxieety Reduction
seksualitas, 2. Frekuensi nadi dbn tercukupi dengan kriteria : 1. Gunakan pendekatan yang
penyuluhan/ 3. Keseimbangan intake dan 1. Pemberian Karbohidrat menenangkan
pembelajaran. output 2. Pemberian Vitamin 2. Jelaskan dengan terperinci apa
4. Turgor kulit < 2 detik 3. Pemberian Kalsium yang diharapkan dari perilaku
pasien
3. Kaji pemahaman pasien
NIC : Fluid monitoring NIC: Nutrition management mengenai situasi yang membuat
1. Kaji tanda-tanda 1. Kolaborasi dengan ahli gizi cemas
kekurangan cairan untuk menentukan jumlah 4. Dampingi pasien untuk
2. Monitor intake dan output kalori dan nutrisi yang mengurangi kecemasan
5. Anjurkan keluarga pasien untun
3. Berikan terapi cairan secara dibutuhkan pasien mendukung pasien
intravena sesuai indikasi 2. Berikan informasi tentang 6. Dengarkan keluhan pasien
4. Atur jadwal pemberian cairan kebutuhan nutrisi sepenuhnya
dan tetesan infus 3. Kaji kemampuan pasien 7. Identifikasi perubahan tingkat
5. Monitor tanda-tanda vital untuk mendapatkan nutrisi kecemasan
sebelum dan sesudah terapi yang dibutuhkan Teaching : disease process
cairan 4. Batasi konsumsi garam 1. Jelaskan patofisiologi dari
5. Batasi konsumsi gula penyakit dan bagaiman hal ini
6. Ajarkan pasien bagaimana berhubungan dengan anatomi
membuat catatan harian dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
diet 2. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit
3. Gambarkan proses penyakit
dengan cara yang tepat.
4. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion.
LP Gifari Ahmad | PGK DM
DAFTAR PUSTAKA

1. Permata, Nuri. 2014. Hubungan diabetes dengan gagal ginjal. http://www.sridianti.com/hubungan-diabetes-dengan-gagal-ginjal.html


2. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta : EGC
3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
4. Alodokter. 2015. Pengertian gagal ginjal kronis. http://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis
5. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA : Mosby Elsevier
6. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA : Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP HEMODIALISA
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP HEMODIALISA
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 19 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Rusida Hereati, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19670228 199003 2 004
KONSEP HEMODIALISA

Pengertian : Tujuan : Indikasi :

Hemodialisa adalah suatu prosedur Tujuan hemodialisis adalah untuk 1. Gagal ginjal akut
dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi
dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan yang berlebihan gromelurus kurang dari 5 ml/menit
jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi 3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan 4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
buatan diantara arteri dan vena (fistula
5. pH darah kurang dari 7,1
arteriovenosa) melalui pembedahan.
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
Kontraindikasi :
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
Cara kerja terbagi menjadi 3 yaitu : 8. Sindrom Hepatorenal
1. Gangguan pembekuan darah
 Difusi : proses pembuangan toksin dan 2. Anemia berat 9. Fluid overload
limbah di dalam darah dari konsentrasi 3. Trombosis/emboli pembuluh darah
tinggi (darah) ke rendah (cairan dialisat). yang berat
 Osmosis : prosess pengeluaran air yang
berlebihan dari tubuh pasien dengan Proses :
menggunakan tekanan yang lebih tinggi
Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda
(tubuh pasien) ke tekanan yang rendah
vital pasien dan melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang
(cairan dialisat).
harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci
 Ultrafiltrasi : proses berpindahnya air dan
darah dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses
zat terlarut karena perbedaan tekanan
untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah
hidrostatis dalam darah dan dialisat.
semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah
sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan
dialyzer. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut
membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi
untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.
LP Gifari Ahmad | HEMODIALISA
LP Gifari Ahmad | HEMODIALISA
DAFTAR PUSTAKA

1. Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
2. Mutaqim, A. Kumala Sari. 2008. Buku pre operatif. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS

DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

KONSEP CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS

DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19 - 22 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 19 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Rusida Hereati, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19670228 199003 2 004
CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS

Pengertian : Tujuan : Indikasi :


1. Pasien PGK dengan pendidikan tinggi
CAPD adalah suatu proses 1. Membuang produk metabolisme 2. Pasien yang ingin melaksanakan dialysis
protein seperti urea, kreatinin dan asam sendiri di rumah
dialysis di dalam rongga perut. Dialysis
urat 3. Pasien PGK dengan gangguan fungsi atau
merupakan cara penggantian fungsi ginjal yang 2. Membuang kelebihan air.
telah gagal dan dilakukan di peritoneum. kegagalan alat untuk akses vaskuler,
3. Mempertahankan atau mengembalikan 4. Pasien PGK dengan rasa haus yang
Rongga perut kaya akan pembuluh kapiler, system buffer tubuh. berlebihan,
ketika membrane peritoneum diisi cairan, 4. Mempertahankan atau mengembalikan 5. Pasien PGK dengan hipertensi berat,
produk buangan (darah kotor) dapat melewati kadar elektrolit tubuh 6. Pasien PGK dengan sakit kepala pasca
pembuluh kapiler yang mana akan ikut larut ke 5. Memperbaiki status kesehatan dialysis dan anemia berat yang
dalam cairan tersebut dan dibuang ke luar penderita memerlukan transfusi.
tubuh.
Indikasi biokimiawi:
Kontraindikasi :
1. Ureum darah >200 mg%
Hal yang Perlu Diperhatikan : 1. Riwayat kolostomi 2. Kalium < 6 mEq/L
2. Pasien dengan pengobatan 3. HCO3 < 10 – 15 mEq/L
1. Komplikasi yang paling umum terjadi imunosupresif 4. pH < 7,1
adalah infeksi peritonitis, perhatikan dengan 3. Pasien dengan artritis/ kekuatan
benar perawatan kateter pada saat pelatihan. tangan menurun
2. CAPD dapat dilakukan di ruangan
manapun asalkan bersih, kebanyakan Proses :
pasien menggunakan kamar. Pastikan tidak
ada orang lain yang masuk ke dalam Kateter permanen dimasukkan ke dalam abdomen melalui pembiusan local/general.
ruangan, jendela tertutup, dan tidak ada Pasien perlu berada di RS selama 24-48 jam untuk mengikuti prosedur ini dan mungkin dapat
hewan peliharaan selama tindakan. dilakukan dialysis selama rawat inap. Selama 7-10 hari setelah pemulangan, perawat akan
3. Cairan dialysis dan perlengkapan membuka jahitan dan akan dijelaskan bagaimana cara menjaga area kateter tetap bersih dan
perawatan akan dikirimkan ke rumah setiap melakukan penutupan dengan perban (dressing). Perban harus diganti secara berkala. 2-3 minggu
bulan. kemudian, kateter siap digunakan untuk CAPD. 1-3 liter cairan dialysis dimasukkan ke dalam
4. CAPD dapat dilakukan dengan bekerja, jika peritoneum dan didiamkan selama beberapa jam sebelum dibuang ke luar tubuh yang ditampung
dalam kondisi fit. Hindari mengangkat di dalam kantong melalui gaya gravitasi . Ini yang dinamakan dengan prosedur pertukaran.
benda berat. Cairan yang telah tertampung dalam kantong dapat dibuang ke toilet. Selanjutnya masukkan
5. Perhatikan pola diet, konsumsi makanan kembali cairan dialysis yang baru ke peritoneum. Prosedur pertukaran biasanya dilakukan 3-4
LP Gifari Ahmad | CAPD dan hindari mengonsumsi
tinggi protein kali sehari, setiap hari, dan memakan waktu 30-45 menit.
banyak garam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kidney Research UK. 2013. https://www.kidneyresearchuk.org/health-information/continuous-ambulatory-peritoneal-dialysis


2. Truven Health Analytics. 2015. http://www.drugs.com/cg/continuous-ambulatory-peritoneal-dialysis.html

LP Gifari Ahmad | CAPD


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 23 - 29 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 23 - 29 Mei 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 23 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB Helda Iriani, S.Kep., Ns
NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19830715 201101 2 003
DIABETES MELLITUS Etiologi : Manifestasi klinis :
a. Genetik 1. Poliuri
DM adalah sekelompok
b. Autoimun penghancuran sel beta 2. Polidipsi
kelainan metabolisme yang ditandai
c. Faktor lingkungan dengan adanya 3. Kehilangan Berat Badan
dengan hiperglikemi yang disebabkan infeksi 4. Polifagia
kekurangan sekresi insulin, aktivasi d. Gaya hidup yang menyebabkan
5. Pandangan kabur
insulin, atau keduanya. DM obesitas dan kurang berolahraga
e. Abnormal pembentukan gula 6. Mudah lelah
merupakan kondisi yang
oleh hati 7. Nafsu makan meningkat
menyebabkan tubuh tidak mampu
membentuk energi dari makanan.
Klasifikasi :
Penatalaksanaan :
a. DM Tipe 1 (tidak ada produksi
1. Memulai Gaya Hidup yang Sehat dengan insulin dikarenakan proses
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Tes Kadar Gula Darah cara jaga pola makan autoimun)
Normal : 2. Obat-obatan untuk Menurunkan Kadar b. DM Tipe 2 (terdapat produksi
 80-100 mg/dL sebelum Gula darah insulin namun tidak
makan. a. Metformin untuk mengurangi kadar gula
tercukupi/resisten)
 80-144 mg/dL sesudah darah
makan (diperiksa tepat
c. DM Gestasional (terjadi karena
b. Sulfonilurea untuk meningkatkan
dua jam setelah makan). dipicu adanya kehamilan,)
produksi insulin dalam pancreas
Takaran gula dalam darah c. Glitazone (thiazolidinedione) sebagai
penderita gangguan
toleransi glukosa adalah: pemicu terhadap insulin Komplikasi :
 108-126 mg/dLsebelum d. Agonis GLP-1 sebagai pemicu insulin 1. Retinopathy
makan. tanpa risiko hipoglikemia 2. Nephropathy GGK
 142-198 mg/dLsesudah e. Nateglinide dan repaglinide untuk 3. Peripheral nephropathy berujung
makan (diperiksa tepat melepas insulin ke aliran darah amputasi
dua jam setelah makan). 3. Pemantauan Kadar Gula darah dengan 4. Autonomic Neuropathy yang
Menjalani tes HbA1c berdampak ke gastrointestinal,
2. Pengambilan Sampel Urine
4. Terapi Insulin sebagai pendamping obat- genitourinary, kardiovaskular, dan
(menentukan ada tidaknya
gula dalam urin) obatan yang lainnya disfungsi seksual
5. Hipertensi

LP Gifari Ahmad | Daibetes Mellitus


Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Ketidakefektifan Perfusi Jaringan NIC : Foot Care Risiko Kekurangan Volume
dari kebutuhan tubuh berhubungan Perifer berhubungan dengan 1. Inspeksi adanya iritasi, lesi, Cairan berhubungan dengan
dengan factor biologis diabetes mellitus deformitas atau edema
NOC : Nutritional Status : Food & factor risiko gangguan
NOC : Circulation status, Tissue 2. Inspeksi sepatu pasien untuk mekanisme regulasi
Fluid Intake
Perfussion : Peripheral ketepatan penggunaan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (NOC) Fluid Balance
selama 2 x 20 menit status nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3. Rendam kaki dengan air
keperawatan selama 1 x 60 menit hangat Setelah dilakukan tindakan
meningkat, dengan kriteria :
1. Mampu mengonsumsi makanan sirkulasi perifer baik, dengan kriteria : 4. Aplikasikan lotion keperawatan selama 1 x 4 jam
secara oral 1. CRT <2 detik 5. Bersihkan kuku kaki kebutuhan cairan pasien
2. Tidak ada tanda-tanda lesi 6. Diskusikan rutinitas
seimbang, dengan kriteria :
NIC: perawatan kaki pasien
Nutritional Management NIC : Peripheral Sensation 7. Monitor kebersihan kaos kaki 1. Tekanan Darah dalam batas
1. Kaji apakah pasien ada alergi Management dan sepatu normal
makanan 1. Instruksikan pasien dan 8. Monitor adanya tanda-tanda
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam 2. Rasa haus terpenuhi
keluarga untuk memantau insufisiensi aliran darah di
menentukan jumlah kalori, protein
dan lemak secara tepat sesuai
adanya luka setiap hari kaki
2. Instruksikan untuk memantau (NIC) Fluid Management
dengan kebutuhan pasien
3. Anjurkan masukan kalori sesuai posisi bagian tubuh ketika NIC : Skin Surveillance 1. Pertahankan catatan intake
kebutuhan duduk, mandi, berbaring, dan 1. Inspeksi kulit dan membrane dan output yang akurat
4. Ajari pasien tentang diet yang benar perubahan posisi mukosa adanya kemerahan,
sesuai kebutuhan tubuh 3. Hindari atau perhatikan
2. Monitor tanda tanda vital
edema
5. Monitor catatan makanan yang penggunaan benda panas atau 2. Monitor kulit adanya luka, pasien
masuk atas kandungan gizi dan dingin, seperti ice pack lecet 3. Monitor indikasi retensi/
jumlah kalori 4. Lindungi bagian tubuh dari 3. Monitor kelembaban kulit
6. Timbang berat badan secara teratur kelebihan cairan
perubahan suhu lingkungan 4. Dokumentasikan perubahan
7. Anjurkan penambahan intake 4. Kaji lokasi dan luas edema
protein, zat besi dan vit C yang yang ekstrem pada kulit/ membrane mukosa
5. Monitor adanya 5. Instruksikan keluarga atau 5. Batasi pemasukan cairan
sesuai
8. Pastikan bahwa diet thrombophlebitis dan deep pasien tanda-tanda perlukaan 6. Monitor BB
mengandung makanan yang vein thrombosis pada kulit
berserat tinggi untuk mencegah 6. Diskusikan penyebab adanya
sembelit perubahan sensasi
(NIC) Electrolyte Management
9. Beri makanan protein tinggi , kalori 1. Pertahankan akses IV yang
tinggi dan makanan bergizi yang paten
sesuai
10. Pastikan kemampuan pasien untuk 2. Monitor serum elektrolit
memenuhi kebutuhan gizinya. dalam darah
3. Berikan suplemen elektrolit
sesuai indikasi
LP Gifari Ahmad | Daibetes Mellitus
DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and Classifictaion of Diabetes Mellitus.


http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5
2. Dansinger, Michael. 2014. Diabetes Health Center Types of Diabetes Mellitus. http://www.webmd.com/diabetes/guide/types-of-diabetes-
mellitus
3. Alodokter. 2014. Diabetes Tipe 2. http://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2/pengobatan/
4. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Desease. 2014. Your Guide to Diabetes: Type 1 and Type 2.
http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/Diabetes/your-guide-diabetes/Pages/index.aspx
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier

LP Gifari Ahmad | Daibetes Mellitus


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KATARAK
DI POLI THT DAN MATA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 30 Mei - 5 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KATARAK
DI POLI THT DAN MATA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 30 Mei - 5 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 30 Mei 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB Efnita, S.KM, MM


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19640604 199101 2 001
KATARAK Etiologi : Manifestasi klinis :
Katarak tidak menyebabkan rasa sakit atau
Katarak adalah bagian keruh iritasi. Penderita biasanya akan mengalami
Penyebab katarak belum diketahui
pada lensa mata yang biasanya bening penglihatan yang samar-samar dan berkabut.
secara pasti. Seiring bertambahnya usia,
dan akan mengaburkan penglihatan. Kondisi ini juga dapat memengaruhi pandangan
protein yang membentuk lensa mata akan penglihatan dengan cara :
Katarak tidak menyebabkan rasa sakit berubah, termasuk kandungan airnya. Inilah 1. Mata yang sensitif ketika terkena cahaya
dan termasuk penyakit yang sangat yang memungkinkan lensa mata yang menyilaukan.
umum terjadi. tadinya bening, berubah menjadi keruh. 2. Sulit melihat saat cahaya remang-remang
Faktor usia berpengaruh pada usia 50 tahun (terutama pada malam hari) atau sangat
ke atas terang.
3. Semua menjadi terlihat ganda.
Pemeriksaan Diagnostik :
4. Semua terlihat seperti memiliki semburat
Katarak dapat terdeteksi dengan Penatalaksanaan : kuning atau cokelat.
adanya pemeriksaan yang 1. Gejala awal katarak dapat menggunakan 5. Ukuran lensa kacamata yang sering
komprehensif, meliputi: kaca mata, jika tidak membantu bisa berubah.
melakukan pembedahan untuk penggantian 6. Di sekeliling cahaya terang (misalnya,
1. Visual acuity test
lampu mobil atau lampu jalan) seperti ada
Pemeriksaan dengan Snellen chart dengan lensa buatan.
lingkaran cahaya.
dengan jarak 6 meter. 2. Katarak perlu dihilangkan ketika hilangnya 7. Warna yang terlihat memudar atau menjadi
2. Dilated eye exam kemampuan melihat, menunda pembedahan tidak jelas.
tidak akan memperburuk kondisi dan susah
Cairan tetes mata khusus
untuk dioperasi.
diteteskan untuk mendilatasi pupil. Klasifikasi :
3. Jika terdapat katarak pada kedua mata,
Selanjutnya diperiksa operasi akan dilakukan terpisah dengan jarak 1. Secondary cataract
menggunakan lensa khusus untuk waktu 4-8 minggu. Katarak yang muncul setelah terjadinya
melihat retina dan saraf optic penyakit primer seperti DM.
untuk mengetahui adanya 2. Traumatic cataract
kelainan. Katarak yang muncul karena adanya cedera
3. Tonometry mata beberapa tahun sebelumnya.
Suatu alat untuk mengukur 3. Congenital cataract
tekanan intra optikal. Katarak yang telah terjadi pada saat lahir
atau masa anak-anak.
4. Radiation cataract
Katarak yang muncul setelah adanya
paparan dengan radiasi.

LP Gifari Ahmad | Cataract


Risiko Jatuh dengan factor risiko Ansietas berhubungan dengan perubahan
gangguan visual besar (status kesehatan)

NOC : Risk for injury NOC : Anxiety Self-Control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
selama 1 x 60 menit pengetahuan pasien x 60 menit kecemasan pasien menurun, dengan
mencegah jatuh meningkat, dengan kriteria :
kriteria : 1. Mampu mengendalikan perilaku dari
1. Mampu memahami pencegahan jatuh cemas
2. Mampu memahami lingkungan
rumah yang aman Anxieety Reduction
1. Gunakan pendekatan dengan tenang
NIC: Fall Prevention 2. Jelaskan dengan terperinci apa yang
1. Identifikasi deficit pengetahuan yang diharapkan dari perilaku pasien
dapat meningkatkan potensi jatuh 3. Kaji pemahaman pasien mengenai situasi
dalam lingkungan tertentu yang membuat cemas
2. Identifikasi perilaku yang 4. Dampingi pasien untuk mengurangi
memengaruhi risiko jatuh kecemasan
3. Identifikasi karakteristik lingkungan 5. Anjurkan keluarga pasien untun
rumah yang dapat meningkatkan mendukung pasien
potensi jatuh 6. Dengarkan keluhan pasien sepenuhnya
4. Ajarkan pasien bagaiman jatuh untuk 7. Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
menimimalisir cedera
5. Menginstruksikan pasien untuk Teaching : disease process
menyediakan tempat tidur dengan tepi 1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
yang erat untuk memudahkan bagaiman hal ini berhubungan dengan
perpindahan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
6. Hindari kekacauan pada permukaan tepat.
lantai 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
7. Menginstruksikan pasien untuk muncul pada penyakit
menyediakan lampu tidur di samping 3. Gambarkan proses penyakit dengan cara
tempat tidur yang tepat.
8. Pastikan sepatu yang digunakan tepat, 4. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
tidak licin mendapatkan second opinion.
9. Ajarkan kepada keluarga pasien
tentang factor risiko yang
berkontribusi terhadap jatuh.
KATARAK

Usia : penuaan DM

korteks memproduksi serat lensa kadar glukosa darah meningkat


baru

serat lensa ditekan ketidakseimbangan metabolisme protein mata


distensi lensa
menuju sentral

hilangnya transparansi protein dalam serabut lensa di bawah kapsul


kekeruahn lensa mengalami deturasi
lensa

bayangan tidak sampai ke protein lensa berkoagulasi


sinar terpantul kembali
retina

pandangan tidak protein lensa terputus disertai dengan influx air


ANSIETAS ke lensa
jelas

serabut lensa yang tegang menjadi patah

transmisi sinar terganggu

menghambat jalan cahaya ke retina

pandangan berkabut

RISIKO JATUH

LP Gifari Ahmad | Cataract


DAFTAR PUSTAKA

1. National Eye Institute. 2009. Facts about cataract. https://nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts


2. National Eye Institute. 2009. What is a comprehensive dilated eye exam? https://nei.nih.gov/healthyeyes/eyeexam
3. Alodokter. 2014. Pengertian katarak pada manula. http://www.alodokter.com/katarak-pada-manula/
4. Bailey, Gretchyn. 2016. Cataracts. http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN OTITIS MEDIA AKUT
DI POLI THT DAN MATA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 30 Mei - 5 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN OTITIS MEDIA AKUT
DI POLI THT DAN MATA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 30 Mei - 5 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 2 Juni 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB Hj. Intan Permatasari, S.Kep, Ns
NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19710316 199503 2 003
OTITIS MEDIA AKUT Etiologi : Manifestasi klinis :
Sebuah OMA terjadi ketika tuba Bayi dan anak-anak mungkin memiliki satu
Otitis Media Akut (OMA)
eustachius menjadi bengkak atau diblokir atau lebih dari gejala berikut:
adalah jenis yang menyakitkan dari
dan cairan terperangkap di telinga tengah. 1. Menangis/ rewel
infeksi telinga. Hal ini terjadi ketika Cairan yang terperangkap dapat terinfeksi. 2. menarik di telinga
daerah di belakang gendang telinga Beberapa penyebabnya adalah: 3. sakit telinga
yang disebut telinga tengah menjadi 1. Alergi
4. sakit kepala
meradang dan terinfeksi bakteri. 2. Pilek dan infeksi sinus
3. Lendir berlebih dan air liur 5. sakit leher
yang dihasilkan selama tumbuh gigi 6. perasaan penuh di telinga
Pemeriksaan Diagnostik : 4. Terinfeksi atau ditumbuhi adenoid 7. keluar cairan dari telinga
1. Otoscope (jaringan getah bening di bagian atas 8. demam
Menggunakan alat yang disebut tenggorokan) 9. muntah
otoscope untuk melihat ke dalam 5. Asap tembakau
telinga anak dan mendeteksi:
10. gangguan pendengaran
kemerahan, pembengkakan, darah,
nanah, gelembung udara, cairan di Penatalaksanaan : Komplikasi :
telinga tengah, perforasi gendang
1. Perawatan rumah 1. Sebagian besar kasus OMA akan sembuh
telinga.
2. Timpanometri Perawatan di rumah berikut ini untuk secara spontan tanpa gejala sisa.
Selama tes timpanometri, digunakan mengurangi rasa sakit telinga, dengan 2. Perforasi gendang telinga
alat kecil untuk mengukur tekanan mengompres hangat, kain lap lembab di atas 3. Labyrinthitis , meningitis , sepsis
udara di telinga anak dan menentukan telinga yang terinfeksi, menggunakan over- intrakranial atau kelumpuhan saraf wajah
apakah gendang telinga tersebut the-counter (OTC) obat tetes telinga untuk yang sangat langka.
pecah. menghilangkan rasa nyeri, seperti ibuprofen 4. Episode berulang dapat menyebabkan parut
3. Reflectometri
(Advil, Motrin) dan acetaminophen (Tylenol) pada gendang telinga dengan gangguan
Selama tes reflectometry, digunakan
alat kecil yang membuat suara di 2. Obat permanen pendengaran, perforasi kronis
dekat telinga. dokter dapat Obat tetes telinga untuk menghilangkan rasa dan otore, kolesteatoma atau mastoiditis .
menentukan apakah ada cairan di sakit, antibiotik jika gejala tidak hilang 5. Pada anak kecil dengan suhu tinggi ada
telinga dengan mendengarkan suara setelah beberapa hari perawatan di rumah. risiko kejang demam .
yang dipantulkan kembali dari 3. Operasi
telinga. Jika memiliki infeksi telinga berulang. Pilihan
4. Audiometri
Tes pendengaran untuk menentukan operasi untuk AOM meliputi: Penghapusan
apakah mengalami gangguan adenoid (kelenjar gondok diangkat), Tabung
pendengaran. telinga (prosedur pembedahan memasukkan
tabung kecil di telinga). Tabung
memungkinkan udara dan cairan mengalir
LP Gifari Ahmad | Otitis Interna
dari telinga tengah.
Hipertermi berhubungan dengan Ansietas berhubungan dengan Nyeri Akut berhubungan dengan
penyakit (infeksi pada telinga perubahan besar (status kesehatan) agen cedera fisik (trauma)
tengah) NOC : Anxiety Self-Control NOC : Pain Control
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
NOC : Thermoregulation keperawatan selama 1 x 30 menit keperawatan selama 1 x 120 menit
Setelah dilakukan tindakan kecemasan pasien menurun, dengan nyeri pasien menurun,
kriteria : dengan kriteria :
keperawatan selama 1 x 6 jam suhu 1. Mampu mengendalikan perilaku 1. Mampu mengontrol nyeri
tubuh pasien menurun, dengan dari cemas 2. Melaporkam nyeri berkurang
kriteria : NIC : Anxieety Reduction
1. Suhu tubuh dbn 1. Gunakan pendekatan dengan Pain Management
tenang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
2. Nadi dan RR dbn komprehensif (lokasi,
2. Jelaskan dengan terperinci apa
3. Tidak ada perubahan warna yang diharapkan dari perilaku karakteristik, durasi, frekuensi,
kulit dan tidak ada pusing, pasien kualitas)
merasa nyaman 3. Kaji pemahaman pasien mengenai 2. Eksplorasi pengetahuan pasien
situasi yang membuat cemas tentang nyeri
4. Dampingi pasien untuk 3. Ajarkan teknik non-farmakologis
NIC : Fever treatment mengurangi kecemasan untuk mengatasi nyeri (distraksi,
1. Monitor suhu setiap 2 jam 5. Anjurkan keluarga pasien untun napas dalam, relaksasi)
2. Monitor warna dan suhu kulit mendukung pasien 4. Anjurkan pasien untuk istirahat
6. Dengarkan keluhan pasien yang adekuat
3. Monitor tekanan darah, nadi, sepenuhnya
dan RR 7. Identifikasi perubahan tingkat Analgesic Administration
4. Monitor penurunan tingkat kecemasan 1. Cek instruksi dokter tentang jenis
kesadaran NIC : Teaching : disease process obat, dosis, dan frekuensi
1. Jelaskan patofisiologi dari 2. Cek riwayat alergi
5. Monitor intake dan output penyakit dan bagaiman hal ini 3. Tentukan pilihan analgesic dari
6. Selimuti pasien jika perlu berhubungan dengan anatomi dan tipe dan beratnya nyeri
7. Berikan cairan intravena fisiologi, dengan cara yang tepat. 4. Berikan obat sesuai rute
8. Kompres dingin pasien pada 2. Gambarkan tanda dan gejala yang pemberian
biasa muncul pada penyakit 5. Monitor ttv pasien sebelum dan
bagian dahi 3. Gambarkan proses penyakit sesudah pengobatan
dengan cara yang tepat. 6. Berikan analgesic tepat waktu
4. Dukung pasien untuk terutama saat nyeri hebat
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion.
LP Gifari Ahmad | Otitis Interna
DAFTAR PUSTAKA

1. Medline Plus. 2015. Ear Infection-Acute. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000638.htm


2. Patients. 2016. Acute Otitis Media in Adults. http://patient.info/doctor/acute-otitis-media-in-adults
3. Patients. 2016. Acute Otitis Media in Children. http://patient.info/doctor/acute-otitis-media-in-children
4. Kivi, Rose, Winnie Yu. 2016. Acute Otitis Media. http://www.healthline.com/health/ear-infection-acute#Overview1
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN NON-HODGKIN-LYMPHOMA
DI RUANG PENYAKIT DALAM PRIA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 6 - 12 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN NON-HODGKIN-LYMPHOMA
DI RUANG PENYAKIT DALAM PRIA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 6 - 12 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 6 Juni 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Efrin Riyadi, S.Kep., Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19750418 199402 1 001
NON HODGKIN-LYMPHOMA Etiologi : Manifestasi klinis :
Limfoma Non-Hodgkin terjadi ketika 1. Pembengkakan pada daerah nodus
Limfoma Non-Hodgkin (NHL) tubuh Anda memproduksi terlalu banyak limfa leher, ketiak atau pangkal paha
adalah kanker yang dimulai pada sel limfosit normal. Limfosit tua mati, dan tubuh
menciptakan yang baru untuk menggantikan
2. Nyeri abdomen atau pembengkakan
yang disebut limfosit, yang merupakan
mereka. Pada NHL, limfosit tidak mati, tetapi 3. Nyeri dada, batuk atau
bagian dari sistem kekebalan tubuh.
terus tumbuh dan membelah. Kelebihan gangguan pernapasan
Limfosit terdapat di kelenjar getah pasokan limfosit ini menumpuk di kelenjar 4. Kelelahan
bening dan jaringan limfoid lainnya getah bening, menyebabkan pembengkakan.
NHL dapat dimulai pada: 5. Demam
(seperti limpa dan sumsum tulang).
Sel B melawan infeksi dengan 6. Berkeringat di malam hari
memproduksi antibodi yang menetralisir 7. Kehilangan BB >10%
Pemeriksaan Diagnostik : patogen asing. NHL paling sering muncul dari
1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan sel B.
fisik untuk menentukan ukuran Sel T terlibat dalam pembunuhan Klasifikasi :
dan kondisi kelenjar getah bening patogen asing langsung. NHL lebih jarang a. Limfoma Indolen
dan untuk mengetahui apakah hati terjadi di sel T. Cenderung tumbuh dan menyebar
dan limpa membesar. perlahan-lahan, dan memiliki tanda dan
2. Darah dan tes urine. Darah dan tes Penatalaksanaan : gejala lebih sedikit.
urine dapat membantu Jika NHL agresif atau menyebabkan tanda- b. Limfoma Agresif
menyingkirkan infeksi atau tanda dan gejala, rekomendasi pengobatan: Tumbuh dan menyebar dengan cepat,
penyakit lainnya. 1. Kemoterapi dan memiliki tanda dan gejala yang
3. Tes pencitraan. Mencari tumor 2. Terapi radiasi dapat menjadi parah.
dalam tubuh. Tes pencitraan Diposisikan di atas meja dan mesin besar
termasuk X-ray, computerized Faktor Risiko :
mengarahkan radiasi pada titik-titik yang
tomography (CT) scan, magnetic 1. Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan
tepat pada tubuh.
resonance imaging (MRI) atau tubuh (imunosupresif)
3. Transplantasi sel induk
tomografi emisi positron (PET). 2. Infeksi virus dan bakteri tertentu. Virus
4. Uji Biopsi. Menganalisis getah Sel-sel induk yang sehat dari diri sendiri
atau dari donor - yang disuntikkan ke dalam dikaitkan dengan peningkatan risiko NHL
bening jaringan simpul di
tubuh, dapat membentuk sel-sel darah yang virus HIV dan Epstein-Barr. Bakteri terkait
laboratorium dapat
sehat baru. dengan peningkatan risiko NHL
mengungkapkan apakah memiliki
NHL. 4. Obat-obatan yang meningkatkan Helicobacter pylori.
5. Biopsi Sumsum Tulang Belakang. kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk 3. Bahan kimia. Bahan kimia tertentu, seperti
Mengetahui apakah penyakit ini melawan kanker. Obat Terapi biologi pestisida, dapat meningkatkan resiko terkena
mempengaruhi sumsum tulang. membantu sistem kekebalan tubuh melawan limfoma non-Hodgkin.
kanker. 4. Usia lebih tua. Limfoma Non-Hodgkin dapat
terjadi pada semua usia, tetapi risiko
LP Gifari Ahmad | Non Hodgkin-Lymphoma meningkat dengan usia. Ini yang paling
umum pada orang berusia 60-an.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Nyeri Akut berhubungan dengan Ketidakefektifan Pola Napas Hipertermi berhubungan
dari kebutuhan tubuh berhubungan Agens Cedera Biologis : berhubungan dengan Nyeri dada dengan penyakit (infeksi)
dengan factor biologis Pembengkakan Nodus Limfa (NHL) pada NHL
NOC : Nutritional Status : Food &
Fluid Intake NOC : Pain Control NOC : Thermoregulation
NOC : Respiratory Status :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
selama 3 x 24 jam status nutrisi
Ventilation, Vital Sign Status
keperawatan selama 1 x 120 menit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 6 jam
meningkat, dengan kriteria : nyeri pasien menurun, dengan kriteria
1. Mampu menghabiskan porsi keperawatan selama 1 x 2 jam, klien suhu tubuh pasien menurun,
: dapat bernapas normal dengan kriteria
makanan dengan kriteria :
2. Tidak terjadi penurunan BB
1. Mampu mengontrol nyeri :
2. Melaporkam nyeri berkurang 1. Menunjukkan jalan napas yang 1. Suhu tubuh dbn
NIC: Nutritional Management paten 2. Nadi dan RR dbn
1. Kaji apakah pasien ada alergi NIC : Pain Management 2. Pola napas dalam batasan normal 3. Tidak ada perubahan warna
makanan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam komprehensif (lokasi, kulit dan tidak ada pusing,
NIC : Airway Management
menentukan jumlah kalori, protein karakteristik, durasi, frekuensi, merasa nyaman
dan lemak secara tepat sesuai
1. Posisikan pasien untuk
kualitas) memaksimalkan ventilasi
dengan kebutuhan pasien 2. Eksplorasi pengetahuan pasien
3. Anjurkan masukan kalori sesuai 2. Auskultasi suara napas, catat NIC : Fever treatment
tentang nyeri apabila terdapat suara napas
kebutuhan 1. Monitor suhu setiap 2 jam
4. Ajari pasien tentang diet yang benar 3. Ajarkan teknik non-farmakologis tambahan
sesuai kebutuhan tubuh untuk mengatasi nyeri (distraksi, 3. Monitor respirasi dan status 2. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor catatan makanan yang napas dalam, relaksasi) O2 3. Monitor tekanan darah, nadi,
masuk atas kandungan gizi dan 4. Anjurkan pasien untuk istirahat 4. Pertahankan jalan napas yang
jumlah kalori yang adekuat dan RR
paten
6. Timbang berat badan secara teratur 4. Monitor penurunan tingkat
5. Berikan oksigenasi sesuai
7. Anjurkan penambahan intake Analgesic Administration kesadaran
protein, zat besi dan vit C yang
indikasi
1. Cek instruksi dokter tentang jenis 6. Monitor tanda-tanda vital 5. Monitor intake dan output
sesuai obat, dosis, dan frekuensi
8. Pastikan bahwa diet pasien sebelum dan sesudah 6. Selimuti pasien jika perlu
2. Cek riwayat alergi terapi
mengandung makanan yang 7. Berikan cairan intravena
berserat tinggi untuk mencegah
3. Tentukan pilihan analgesic dari 7. Identifikasi penyebab
sembelit tipe dan beratnya nyeri perubahan tanda-tanda vital 8. Kompres dingin pasien pada
9. Beri makanan protein tinggi , kalori 4. Berikan obat sesuai rute bagian dahi
tinggi dan makanan bergizi yang pemberian
sesuai 5. Monitor ttv pasien sebelum dan
10. Pastikan kemampuan pasien untuk sesudah pengobatan
memenuhi kebutuhan gizinya. 6. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
LP Gifari Ahmad | Non Hodgkin-Lymphoma
DAFTAR PUSTAKA

1. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Last Update : 28 Januari 2016. Diseases and Conditions : Non-Hodgkin's
lymphoma. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/non-hodgkins-lymphoma/basics/risk-factors/con-20027792
2. American Cancer Society. Last Update : 22 Januari 2016. Non-Hodgkin Lymphoma. http://www.cancer.org/cancer/non-
hodgkinlymphoma/detailedguide/non-hodgkin-lymphoma-what-is-non-hodgkin-lymphoma
3. National Cancer Institute. Last Update : 3 Maret 2016. Adult Non-Hodgkin Lymphoma Treatment–Patient Version.
http://www.cancer.gov/types/lymphoma/patient/adult-nhl-treatment-pdq
4. Vinjamaram, Sanjay Medscape. Last Update : 25 Maret 2015. Non-Hodgkin Lymphoma. http://emedicine.medscape.com/article/203399-
overview#a4
5. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
6. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
7. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier

LP Gifari Ahmad | Non Hodgkin-Lymphoma


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN TUMOR ABDOMEN
DI RUANG BEDAH UMUM
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 13 - 19 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TUMOR ABDOMEN
DI RUANG BEDAH UMUM
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 13 - 19 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 13 Juni 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns Lola Hamika, S.Kep., Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19800207 200801 2 015
TUMOR ABDOMEN Pemeriksaan Diagnostik : Manifestasi klinis :
Tumor stroma gastrointestinal a. Rasa kenyang dengan sedikit
1. Pemeriksaan Fisik – Palpasi dengan makanan
(GISTs) paling sering terjadi pada
adanya nyeri tekan menunjukkan b. Sakit perut
lambung atau usus kecil. Tumor ini lokasi tumor. c. Darah dalam tinja
2. Radiologi - Tujuan dari pencitraan d. Muntah/ muntah darah
mungkin tidak menimbulkan gejala
e. Berat badan turun tanpa alasan
radiologis adalah menemukan lesi,
apapun kecuali mereka berada di f. Kesulitan menelan
mengevaluasi tanda-tanda invasi g. Bengkak di perut
lokasi tertentu atau tumbuh sampai dan mendeteksi metastasis. h. Sembelit atau diare
ukuran tertentu. Tumor kecil mungkin 3. Biopsi - mengidentifikasi i. Kelemahan atau merasa lelah
karakteristik jaringan tumor j. Anemia
tidak menimbulkan gejala apapun dan
4. Kolonoskopi/ Endoskopi
dapat ditemukan secara tidak sengaja 5. Uji Barium Etiologi & Faktor Risiko :
saat dokter mencari beberapa masalah 6. CT- Scan Umumnya idiopatik, namun salah satunya
lain. Tumor ini kebanyakan bersifat adalah infeksi dengan bakteri umum, H. pylori,
jinak. yang menyebabkan bisul.
1. Faktor usia
Jarang terjadi pada orang muda dari 40 dan
Penatalaksanaan :
yang paling umum pada orang berusia 50
Jenis utama dari pengobatan yang
sampai 80.
digunakan untuk GISTs meliputi: 2. Sindrom genetic
1. Operasi Kebanyakan tumor abdomen sporadis
(tidak mewarisi) dan tidak memiliki
2. Obat terapi sesuai target penyebab yang jelas.
Pengobatan lain, seperti kemoterapi Familial gastrointestinal sindrom tumor
stroma: Orang dengan kondisi ini
dan terapi radiasi, lebih jarang cenderung mengembangkan tumor
digunakan. abdomen pada usia lebih muda dari yang
biasanya terjadi. Mereka juga lebih
mungkin untuk memiliki beberapa jenis
tumor abdomen.

LP Gifari Ahmad | Tumor Abdomen


Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Nyeri Akut berhubungan dengan Risiko shock (hipovolemi) Mual berhubungan dengan
dari kebutuhan tubuh berhubungan Agens Cedera Biologis : tumor intra abdomen
dengan factor biologis Pembengkakan abdomen
dengan faktor risiko internal
NOC : Nutritional Status : Food & bleeding GI
Fluid Intake NOC : Pain Control NOC : Nausea & Vomiting
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan Control
selama 3 x 24 jam status nutrisi NOC : Fluid Balance
keperawatan selama 1 x 120 menit Setelah dilakukan tindakan
meningkat, dengan kriteria : nyeri pasien menurun, dengan kriteria Setelah dilakukan tindakan
1. Mampu menghabiskan porsi keperawatan selama 1 x 6 jam, keperawatan selama 1 x 3 jam rasa
:
makanan mual pasien menurun, dengan
2. Tidak terjadi penurunan BB
1. Mampu mengontrol nyeri klien tidak mengalami gejala syok
2. Melaporkam nyeri berkurang
dengan kriteria : kriteria :
NIC: Nutritional Management
1. TD dalam batas normal 1. Mual diatasi dengan
1. Kaji apakah pasien ada alergi NIC : Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 2. Mata cekung tidak ditemukan penggunaan anti emetic sesuai
makanan
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam komprehensif (lokasi, indikasi
menentukan jumlah kalori, protein karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Melaporkan rasa mual
dan lemak secara tepat sesuai NIC : Shock Prevention
kualitas) berkurang
dengan kebutuhan pasien 2. Eksplorasi pengetahuan pasien 1. Monitor status sirkulasi
3. Anjurkan masukan kalori sesuai
tentang nyeri (TD,N,warna kulit, suhu
kebutuhan NIC : Nausea Management
4. Ajari pasien tentang diet yang benar 3. Ajarkan teknik non-farmakologis tubuh, CRT)
sesuai kebutuhan tubuh untuk mengatasi nyeri (distraksi, 1. Identifikasi pengalaman mual
2. Monitor status oksigenasi
5. Monitor catatan makanan yang napas dalam, relaksasi) 2. Identifikasi tindakan dalam
masuk atas kandungan gizi dan 4. Anjurkan pasien untuk istirahat 3. Monitor intake dan output
yang adekuat cairan tubuh menangani rasa mual
jumlah kalori
6. Timbang berat badan secara teratur 4. Berikan cairan IV sesuai berdasarkan pengalaman
7. Anjurkan penambahan intake Analgesic Administration pasien
protein, zat besi dan vit C yang indikasi
1. Cek instruksi dokter tentang jenis 3. Identifikasi faktor penyebab
sesuai obat, dosis, dan frekuensi 5. Ajarkan keluarga/ pasien
8. Pastikan bahwa diet
2. Cek riwayat alergi tanda dan gejala syok mual
mengandung makanan yang 4. Pastikan pemberian anti
berserat tinggi untuk mencegah
3. Tentukan pilihan analgesic dari 6. Ajarkan keluarga langkah-
sembelit tipe dan beratnya nyeri emetic efektif
langkah yang harus segera
9. Beri makanan protein tinggi , kalori 4. Berikan obat sesuai rute 5. Anjurkan istirahat yang
tinggi dan makanan bergizi yang pemberian dilakukan ketika syok
sesuai 5. Monitor ttv pasien sebelum dan terjadi adekuat
10. Pastikan kemampuan pasien untuk sesudah pengobatan 6. Berikan makanan yang dingin
memenuhi kebutuhan gizinya. 6. Berikan analgesic tepat waktu dan tidak berbau menyengat
terutama saat nyeri hebat 7. Anjurkan untuk makan dalam
porsi kecil namun sering
DAFTAR PUSTAKA

1. Linda J. Vorvick, Medline Plus. Last Update : 11 Februari 2014. Abdomen Mass.
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003274.htm
2. American Cancer Society. Last Update : 08 Februari 2016. Gastrointestinal stromal Tumor (GIST).
http://www.cancer.org/cancer/gastrointestinalstromaltumorgist/detailedguide/gastrointestinal-stromal-tumor-signs-symptoms
3. Behazin, Nancy S, Medscape. Last Update : 30 Maret 2015. Gastrointestinal stroma Tumor.
http://emedicine.medscape.com/article/179669-overview#showall
4. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
5. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
6. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier

LP Gifari Ahmad | Tumor Abdomen


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN HEMORRHAGIC STROKE
DI RUANG SYARAF
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 20 - 26 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HEMORRHAGIC STROKE
DI RUANG SYARAF
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 20 - 26 Juni 2016

Oleh :
Gifari Ahmad, S.Kep
NIM I4B112215

Banjarmasin, 20 Juni 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Rahima Fitri Hakim, S.Kep., Ns
NIP. 19780371 200812 2 001 NIP. 19870321 201 101 2 002
HEMORRHAGIC STROKE Klasifikasi : Manifestasi klinis :
Pengertian stroke hemoragik atau
Ada dua jenis utama stroke hemmoragik, yaitu: 1. SH Intraserebral
stroke perdarahan otak adalah stroke yang
1. Perdarahan intraserebral : stroke a) Kelemahan,
terjadi bila pasokan darah ke otak disebabkan oleh pendarahan di dalam otak. b) Mati rasa dan atau kesemutan pada
satu sisi tubuh,
terganggu akibat pembuluh darah pecah 2. Perdarahan Subarachnoid : stroke c) Kesulitan berbicara atau memahami,
dan berdarah di dalam otak, otak disebabkan oleh pendarahan di permukaan d) Pusing, atau penglihatan kabur.
otak dalam ruang subarachnoid (ini
mengalami pendarahan dan darah
dibentuk oleh dua lapisan membran di Gejala ini dapat disertai juga dengan
menekan otak sehingga mengakibatkan antara otak dan tulang tengkorak). sakit kepala parah tiba-tiba, perubahan
kesadaran, muntah atau leher kaku.
Penatalaksanaan : 2. SH Subarachnoid
a) Sakit kepala yang parah. Hal ini kadang-
1. Pengobatan kadang digambarkan seperti kepala
a. Obat penurun tekanan darah/ dipukul dengan palu,
tekanan intra kranial b) Kehilangan kesadaran,
b. Obat-obat koagulasi untuk c) Kejang,
mengatasi efek obat antikoagulan d) Mual dan muntah,
c. Penggunaan nimodipine (mengatasi e) Kepekaan terhadap cahaya,
komplikasi perdarahan f) Leher kaku (memakan waktu 3-12 jam),
subarachnoid) Pemeriksaan Diagnostik :
g) Kebingungan dan demam.
d. Analgesic (morfin/PCT) untuk 1. CT atau MRI scan dalam waktu 24 jam
mengatasi sakit kepala untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke. Gejala ini juga dapat disertai oleh
2. Penatalaksanaan Pembedahan Scan otak harus dilakukan segera jika masalah berbicara dan hemiparesis.
a. Craniotomi gejala seperti sakit kepala parah atau
b. Coiling Aneurisma
tingkat kesadaran menurun. Etiologi & Faktor Risiko :
c. Clipping Aneurisma
2. Pada SH Subarachnoid, pungsi lumbal 1. Hipertensi
biasanya dilakukan serta scan otak. 2. Aneurisma pecah
3. Angiogram juga biasanya dilakukan untuk 3. Pembuluh Darah Abnormal
mencari pembuluh darah yang pecah, 4. Angiopati Amiloid Cerebral
kemudian digunakan Sinar-X untuk 5. Konsumsi Obat-obat antikoagulan
menemukan di mana pendarahan terjadi.

LP Gifari Ahmad | Hemorrhagic Stroke


Hambatan Mobilitas Fisik Nyeri Akut berhubungan dengan Hambatan Komunikasi Verbal Gangguan Menelan berhubungan
berhubungan dengan gangguan Agens Cedera Biologis :Kompresi dengan masalah neurologis : stroke
Serebral
neuromuskular NOC : Communication impaired
NOC : Swallowing Status, Nutritional
NOC : Pain Control verbal
NOC : Activity Tolerance Status : Food & Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 120 menit keperawatan selama 1 x 60 menit selama 3 x 24 jam status nutrisi
keperawatan selama 1 x 60 menit nyeri pasien menurun, dengan kriteria diharapkan klien mampu untuk meningkat, dengan kriteria :
pasien mampu beraktivitas, : berkomunikasi lagi dengan kriteria 1. Makanan mampu tersalurkan
dengan kriteria : 1. Mampu mengontrol nyeri hasil: hingga ke lambung
2. Melaporkam nyeri berkurang
1. Mampu mendapat  dapat menjawab pertanyaan yang 2. Tidak terjadi penurunan BB
keringanan dalam diajukan perawat
NIC : Pain Management
melaksanakan ADL
1. Lakukan pengkajian nyeri secara  dapat mengerti dan NIC: Nutritional Management
memahami pesan-pesan 1. Kaji apakah pasien ada alergi
komprehensif (lokasi, makanan
NIC : Activity Therapy karakteristik, durasi, frekuensi, melalui alat bantu
1. Tentukan komitmen 2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam
kualitas)  dapat mengekspresikan menentukan jumlah kalori, protein
pasien dalam 2. Eksplorasi pengetahuan pasien perasaannya secara verbal dan lemak secara tepat sesuai
meningkatkan frekuensi tentang nyeri maupun nonverbal dengan kebutuhan pasien
rentang gerak 3. Ajarkan teknik non-farmakologis 3. Ajari pasien tentang diet yang benar
2. Bantu pasien untuk focus untuk mengatasi nyeri (distraksi, NIC : Communication enhancement sesuai kebutuhan tubuh
pada aktivitas yang dapat napas dalam, relaksasi) 4. Pasang NGT
: speech defisit
dilakukan 4. Anjurkan pasien untuk istirahat 5. Monitor catatan makanan yang
yang adekuat 1. Libatkan keluarga untuk
3. Instruksikan pasien atau membantu memahami / masuk atas kandungan gizi dan
keluarga akan adanya memahamkan informasi dari / jumlah kalori
Analgesic Administration 6. Timbang berat badan secara teratur
perubahan peran dalam 1. Cek instruksi dokter tentang jenis ke klien
keluarga secara fisik, 7. Anjurkan penambahan intake
obat, dosis, dan frekuensi 2. Gunakan kata-kata sederhana protein, zat besi dan vit C yang
social, spiritual, dan 2. Cek riwayat alergi dan pendek dalam komunikasi
kognitif sesuai
3. Tentukan pilihan analgesic dari dengan klien 8. Pastikan bahwa diet
4. Bantu pasien untuk tipe dan beratnya nyeri 3. Bantu dengan penggunaan mengandung makanan yang
memotivasi dan 4. Berikan obat sesuai rute papan tulis jika diperlukan berserat tinggi untuk mencegah
memberikan dorongan pemberian 4. Simak perkataan pasien sembelit
pada diri sendiri 5. Monitor ttv pasien sebelum dan 9. Beri makanan protein tinggi , kalori
dengan penuh perhatian
5. Sediakan alat bantu sesudah pengobatan tinggi dan makanan bergizi yang
6. Berikan analgesic tepat waktu 5. Gunakan body language untuk
tambahan untuk mendukung ucapan sesuai
meringankan aktivitas terutama saat nyeri hebat 10. Pastikan kemampuan pasien untuk
(kursi roda) memenuhi kebutuhan gizinya.
LP Gifari A
hmad | Hemorrhagic Stroke
DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association. Last Update : 28 Maret 2016. Hemorrhagic Stroke.


http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/TypesofStroke/HemorrhagicBleeds/Hemorrhagic-Strokes-
Bleeds_UCM_310940_Article.jsp#.V2YjAvl97IV
2. David S Liebeskind, Medscape. Last Update : 8 Januari 2015. hemorrhagic Stroke. http://emedicine.medscape.com/article/1916662-
overview#showall
3. Jevuska. Stroke Hemoragik – Definisi, Penyebab & Pengobatan Stroke Perdarahan Otak. Last Update : 27 Februari 2014
https://www.jevuska.com/2014/02/27/stroke-hemoragik/
4. Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
5. Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Yogyakarta : Mediaction Publishing
6. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses : definitions & classification 2015-2017. Jakarta: EGC
7. Nursing Outcomes Classification (NOC). 2008. USA: Mosby Elsevier
8. Nursing Interventions Classification (NIC). 2008. USA: Mosby Elsevier

LP Gifari Ahmad | Hemorrhagic Stroke

Anda mungkin juga menyukai