Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR DBD

A. Pengertian

DBD adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya

memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan (flek)

angka kematian akan cukup tinggi (Nabiel, 2014). DBD merupakan salah

satu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti

merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae

Albopictus juga dapat menjadi vektor penular (Depkes RI, 2016).

B. Penyebab

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Yang saat ini

dikenal ada 4 serotipe virus yaitu : dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin

pada tahun1944,dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944,

dengue3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather, dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh

Sather.Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne

viruses(arboviruses). Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di

berbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe

3.Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan

serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat(Sukohar,

8
9

2014).Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap

serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan

perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang

yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4

serotipe selama hidupnya (NANDA, NIC-NOC, 2015).

C. Tanda Dan Gejala

Menurut Wijaya dan Putri, (2013) diagnosa penyakit DBD dapat

dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis dan laboratoris. Berikut ini

tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

1. Diagnosa klinis

a. Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38-40oC).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk : uji tourniquet (+), petekie

(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam

kulit), ekimosis (memar), perdarahan konjungtiva (perdarahan pada

mata), epitasis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,hematemesis

(muntah darah), melena (BAB berdarah), dan hematuri (adanya

darah dalam urin).

c. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah

pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

d. Pembesaran hati (hepatomegali).


10

e. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau

kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

f. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia

(hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut dan

diare.

2. Diagnosa laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit

hingga 100.000 mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematokrit sebanyak 20% atau

lebih.

D. Patofisiologi

Virus dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi

gejala demam dengue. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia

ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi RES

seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati, dan limfa.Reaksi yang

berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan

tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the secondary

heterologis infection atau the squental infection of hypothesis. Reinfeksi

akan menyebabkan suatu reaksi anamnetikantibodi, sehingga


11

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus

antibodi) yang tinggi (Wijaya dan Putri, 2013).

Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam siklus darah

mengakibatkan hal sebagai berikut :

1. Kompleks virus antibodiakan mengaktivasi sistem komplemen, yang

berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a menyebabkan

tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya

plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat

berperan terjadinya renjatan.

2. Timbulnya agresi trombosityang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis.Trombositdtelialyang mengalami kerusakan

metamorphosis akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendtelial

dengan akibat trombositopeniahebat dan perdarahan. Pada keadaan

agresi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histamine dan

serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan

melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi

intravascular.

3. Peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O menyebabkan peningkatan

permeabilitas yang menyebabkanagresi trombosit. Kerusakan endotel

pembuluh darah dan resiko syok hipovolemik. Syok hipovolemik

menyebabkan terjadinya renjatan hipovolemik dan hipotensi sehingga

kebocoran plasma ke ektravaskuler yang mengumpul di abdomen,

hepar dan paru-paru.


12

4. Terjadinya aktivasi faktor hagman (faktor XII) dengan akibat lahir

terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses

aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam

pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi

fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivitas akan

merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah (Wijaya dan Putri, 2013).


13

E. Pathway

Arbovirus (melalui Beredar dalam darah Infeksi virus

Nyamuk aedes aegepty) (viremia)


PGE2 Hipotalamus Membentuk dan Mengaktifkan Sistem
Melepaskan Zat C3ac5a komplemen

Hipertermi Peningkatan Rebsorpsi Permeabilitas


Na+ dan H2O meningkat

Agresi trombosit Kerusakan Endotel Risiko syok hipovolemik


Pembuluh darah
Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi renjatan hipovolemik
Faktor pembekuan & hipotensi
DIC Kebocoran plasma

Resiko perfusi
Resiko Perdarahan jaringan tidak
perdarahan efektif

Asidosis metabolik hipoksia jaringan

Resiko syok (hipovolemik) Kekurangan volume cairan ke extravaskuler

Paru - paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Acsites

Mual, muntah
Ketidakefektifan
pola nafas Penekanan intra abdomen Ketidakseimbangan
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

NANDA, (2015).
Gambar 1.1 Pathway
14

F. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit DBD adalah

ensefalopati, kerusakan hati, kerusakan otak, kejang-kejang dan syok

bahkan bila sudah parah dapat menimbulkan kematian (Soedarto, 2012).

G. Data Penunjang

Menurut Doengoes (2000) dalam Wijaya dan Putri (2013) ada

beberapa pemeriksaan diagnostik yaitu :

1. Darah lengkap

a. Penurunan leukosit pada hari ke 2-3

b. Trombositopenia pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit

hingga 100.000 mmHg.

c. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematokrit sebanyak 20% atau

lebih.

d. Masa pembekuan normal

e. Masa perdarahan memanjang

2. Kima darah

a. Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorunia

b. SGOT/SGPT meningkat

c. pH darah meningkat

3. Urinalisis

Ditemukan albuminuria ringan


15

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian

Menurut Wijaya dan putri (2013) aspek yang perlu dikaji adalah

sebagai berikut :

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang.

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai

menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Panas turun

terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-

kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta

adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena

atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya

mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.


16

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada

faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami

keluhan mual, muntah, dan nafsu makan akan menurun. Apabila

kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan

yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang

di kamar).

8. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

Eliminasi BAB : kadang-kadang anak mengalami diare atau

konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.

Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau

banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering

terjadi hematuria.
17

Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian

sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun

istirahatnya kurang.

Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk

membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta

upaya untuk menjaga kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut

sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik

anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata

anemis

e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan

pendengaran

f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada

perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.


18

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak

ada, nyeri telan

i. Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen :

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas : sianosis, petekie, ekimosis, akral dingin, nyeri otot,

sendi tulang

l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang

kateter

10. Sistem integumen

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, muncul keringat

dingin dan lembab, Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam

(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan

(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa


19

mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi

perdarahan telingga (grade II, III, IV).

b. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,

(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III

dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan

asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi,

serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi

dengue adalah :

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah rutin, akan ditemukan adanya trombositopenia,

hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia,

hipoproteinemia.

c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Serologi, dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk

menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG

Elisa dan uji IgM Elisa


20

e. Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body

tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan

menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan)

f. Radiology

Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama

disebelah hemi thorax kanan.

12. Diagnosa keperawatan

Menurut nanda, 2015 diagnosa keperawatan yang sering

muncul adalah :

a. Ketidakefektifan pola nafas

b. Hipertermi

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

d. Nyeri akut

e. Kekurangan volume cairan

f. Resiko syok

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

h. Resiko perdarahan
21

B. Fokus Intervensi

Table 1.1 Fokus Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Respiratory status : ventilation Oxygen therapy :
pola nafas Vital sign status 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
(klien tidak merasa tercekik, irama 4. Pertahankan posisi pasien
nafas normal, frekuensi nafas normal, 5. Observasi tanda-tanda adanya hipoventilasi
tidak ada suara nafas abnormal) 6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
2. Tanda-tanda vital dalam rentang oksigenasi
normal (tekanan darah, nadi, Vital sign monitor :
pernafasan) 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan pasien
2. monitor kualitas nadi
3. monitor irama pernafasan
4. monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
22

2. Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment :


Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering mungkin
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Monitor IWL
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan 4. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
tidak ada pusing 5. Monitor tingkat kesadaran pasien
6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
7. Berikan anti piretik
8. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
9. Selimuti pasien
10. Lakukan water tepid sponge/ kompres hangat
11. Kolaborasikan pemberian cairan intravena

3. Ketidakefektifan Circulation status Manajemen sensasi perifer :


perfusi jaringan Tissue perfusion : cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
perifer Kriteria hasil : terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
1. Mendemonstrasikan status sirkulasi 2. Monitor adanya paratase
yang ditandai dengan 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
23

a. Tekanan systole dan diastole dalam jika ada isi atau laterasi
rentang yang diharapkan 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
b. Tidak ada ortostatistik hipertensi 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan 6. Kolaborasi pemberian analgetik
tekanan intracranial (tidak lebih 7. Monitor adanya tromboplebitis
dari 15 mmHg) 8. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensor
2. Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif yang ditandai dengan :
a. Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
b. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
c. Memproses informasi
d. Membuat keputusan dengan benar
3. Menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan gerakan
involunter
24

4. Nyeri akut Pain control Pain management


Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kriteria hasil : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan factor presipitasi
penyebab nyeri, mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
tehnik non farmakologi untuk 3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan). mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
dengan menggunakan management 5. Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, tindakan nyeri tidak berhasil
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.

5. Kekurangan Fluid balance Fluid management :


volume cairan Hydration 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Nutritional status : food and fluid intake 2. Monitor vital sign
Kriteria hasil : 3. Monitor status hidrasi (kelembaban mukosa, nadi
25

1. Mempertahankan urine output sesuai adekuat, tekanan darah ortostatik)


dengan usia dan BB, Bj urine norma, 4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
HT normal intake kalori harian
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 5. Kolaborasi pemberian cairan iv
dalam batas normal 6. Monitor status nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, 7. Dorong pasien untuk penambahan masukan oral
elastisitas turgor kulit baik, membrane 8. Kolaborasi dengan dokter
mukosa lembab, tidak ada rasa haus Hypovolemia management :
yang berlebihan 1. Monitor status cairan termasuk intake dan output
cairan
2. Pelihara iv line
3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4. Monitor respon pasien terhadap penambahan
cairan
5. Monitor berat badan
26

6. Resiko syok Syok prevention Syok prevention


(hipovolemik) Syok management 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu
Kriteria hasil : kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi kapiler
1. Nadi dalam batas yang diharapkan dan kapiler refill
2. Irama jantung dalam batas yang 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
diharapkan 3. Monitor TTV
3. Frekuensi napas dalam batas yang 4. Monitor input dan output
diharapkan 5. Pantau nilai : HB, HT, AGD, dan elektrolit
4. Iramapernapasan dalam batas yang 6. Tempatkan pasien posisi supine, kaki elevasi
diharapkan untuk peningkatan preload dengan tepat
5. Natrium serum dbn (di batas normal) 7. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
6. Kalium serum dbn 8. Ajarkan klg dan pasien ttg tanda dan gejala syok
7. Klorida serum dbn 9. Ajarkan klg dan pasien ttg mengatasi gejala syok
8. Kalsium serum dbn Syok management
9. Magnesium serum dbn 1. Monitor fungsi neurologis
10. PH darah serum dbn 2. Monitor fungsi renal
11. Mata cekung tidak ditemukan 3. Monitor TTV
12. Demam tidak ditemukan 4. Monitor gejala gagal pernafasan (rendah PaO2,
13. TD dbn peningkatan PaO2 tingkat, kelelahan otot
27

14. Hematokrit dbn pernafasan)


5. Monitor nilai laborat

7. Ketidakseimbang Nutritional status : food and fluid Nutrition management


an nutrisi kurang Nutritional status : nutrient intake 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan Weight control 2. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan kalori dan
tubuh Kriteria hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan berat badan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi vit C
badan 5. Anjurkan pasien makan tinggi serat untuk
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan mencegah konstipasi
nutrisi 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi 7. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
5. Menunjukkan peningkatan fungsi nutrisi yang dibutuhkan
pengecapan dari menelan Nutrition monitoring
6. Tidak terjadi penurunan berat badan 1. BB pasien dalam batas normal
yang berarti 2. Monitor adanya penurunan berat badan
28

3. Monitor turgor kulit


4. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah
patah
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
7. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
8. Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan HT

8. Resiko Blood lose severity Bleeding precautions


perdarahan Blood koagulation 1. Monitor tanda-tanda perdarahan
Kriteria hasil : 2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah
1. Tidak ada hematuria dan hematemesis perdarahan
2. Kehilangan darah yang terlihat 3. Monitor nilai lab yang meliputi PT, PTT,
3. Tekanan darah dalam batas normal trombosit
sistol dan diastole 4. Monitor TTV ortostatik
4. Tidak ada distensi abdomen 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
5. Hemoglobin dan hematokrit dalam 6. Kolaborasi dalam pemberian prosuk darah
batas normal 7. Hindari pengukuran suhu lewat rectal
29

6. Plasma, PT, PTT, dalam batas normal 8. Hindari pemberian aspirin dan koagulan
9. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
makanan yang mengandung vit K
30

III. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Pengertian Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan (growth)adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,

yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel,organ

maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,

melainkan juga ukuran dan struktur organ – organ tubuh dan otak.

Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai

kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan

akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.

Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan tanda – tanda

seks sekunder (Soetjiningsih & Ranuh, 2014).

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses

pematangan / maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi

sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya.

Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan

perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat

progresif, terarah dan terpadu / koheren. Progresif mengandung arti


31

bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung

maju ke depan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan

yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya (Soetjiningsih &

Ranuh, 2014).

Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran

fisik seseorang menjadi besar atau lebih matang bentuknya. Misalnya,

pertambahan berat badan, tinggi badan serta lingkar kepala. Sedangkan

Perkembanganlebih ditekankan pada bertambahnya kemampuan (skill)

struktur dan fungsi tubuh yang kompleks. Misalnya perkembangan

kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan perilaku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

B. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2014), tumbuh kembang anak

mempunyai ciri – ciri tertentu, yaitu :

1. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves

changes)

2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya

(Early development is more critical than later development)

3. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar

(Development is a product of maturation and learning)


32

4. Pola perkembangan dapat diramalkan (The development pattern is

predictable)

5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan

(The developmental pattern has predictable characteristics)

6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan (There are

individual differences in development)

7. Terdapat periode / tahapan dalam pola perkembangan (There are

periods in the developmental pattern)

8. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (There

are social expectation for every developmental period)

9. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (Every area of

development has potential hazards).

C. Perkembangan Psikososial Anak

Menurut Erickson dalam buku Alimul Hidayat (2009)

perkembangan psikosoaial anak dapat meliputi :

1. Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan, Tingkat pertama teori

perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai

usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup,

Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan

didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada

anak, Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa


33

selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak

tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan

tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam

mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan

kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

2. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and

doubt)

Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun, Tingkat ke dua dari

teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal

kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari

pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan

penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini.

Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya

bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan

membawa kepada perasaan mengendalikan dan

kemandirian.Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan

pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang

disukai, dan juga pemilihan pakaian.Anak yang berhasil melewati

tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak

berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

3. Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.Selama masa usia prasekolah

mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui


34

permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih

tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka

dituntut perilaku aktif dan bertujuan.Anak yang berhasil dalam tahap

ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain.

Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.Mereka yang

gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan

ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak

menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan

dan dibuat merasa sangat cemas.Erikson yakin bahwa kebanyakan

rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

4. Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.Melalui interaksi sosial, anak

mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan

kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang

tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan

ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak

sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan

merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang

dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan

pengalaman-pengalaman baru. Ketika beralih kemasa pertengahan dan

akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energy mereka menuju

penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan

yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya


35

rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.

Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi

perkembangan keturunan anak-anak.

5. Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan

identitas)

Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun. Selama

remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan

dirinya.Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana

mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam

kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).Anak

dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang

dewasa–pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus

mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda

dalam suatu peran khusus.Jika remaja menjajaki peran-peran semacam

itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan,

identitas positif akan dicapai.Jika suatu identitas remaja ditolak oleh

orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran,

jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan

identitas merajalela.Namun bagi mereka yang menerima dukungan

memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri

dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.Bagi mereka yang

tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa

tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.


36

6. Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)

Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun).

Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun

hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang

lain.Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan

hubungan yang komit dan aman.Erikson percaya bahwa identitas

personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang

intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki

sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen

dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara

emosional, kesendirian dan depresi.Jika mengalami kegagalan, maka

akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan

orang.

7. Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)

Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an

tahun).Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya

berfokus terhadap karir dan keluarga.Mereka yang berhasil dalam

tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap

dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.Mereka

yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak

terlibat di dunia ini.

8. Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)


37

Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun). Selama fase

ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.Mereka

yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya

percuma dan mengalami banyak penyesalan.Individu akan merasa

kepahitan hidup dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati tahap

ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang

pernah dialami.Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat

menghadapi kematian.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Alimul Hidayat (2009) Proses Percepatan dan

Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu :

1. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk

faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.

Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam

pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,

umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

2. Faktor Lingkungan
38

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal,

lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal

merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai

lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan

obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok.

Faktor lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga.

nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak

antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam

mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi

terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid

menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi

pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron

dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon

tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki

maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

E. Tes DDST

1. Pengertian

Denver Development Screening Test (DDST) adalah sebuah metode

pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0

– 6 tahun (Adriana, 2011).

2. Manfaat
39

Menurut Adriana (2011) manfaat DDST bergantung pada umur anak.

Pada bayi, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis

seperti serebral palsi. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan

permasalahan akademik dan sosial. Denver II dapat digunakan untuk

berbagai tujuan, sebagai berikut :

a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

b. Menilai tingkat perkembangan sanak yang tampak sehat.

c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan

gejala adanya kelainan perkembangan.

d. Memastikan dan memantau anak yang diduga mengalami kelainan

perkembangan.

3. Isi DDST

Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai

dengan umur anak 0 – 6 tahun dan terbagi dalam 4 sektor, yaitu

sebagai berikut:

a. Kepribadian / tingkah laku sosial (personal sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Gerakan motorik halus (fine motor adaptive)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu serta melakukan gerakan yang melibatkan

bagian – bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot – otot

kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya


40

adalah kemampuan untuk menggambar, menulis, mencoret,

melempar, menangkap bola, meronce manik – manik, memegang

suatu benda dan lain – lain.

c. Bahasa (language)

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Bahasa mencakup

segala bentuk komunikasi apakah itu lisan, tulisan, bahsa isyarat,

bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantonim atau seni. Bicara adalah

bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif dalam

komunikasi, juga paling penting dan paling banyak digunakan.

d. Perkembangan motorik kasar (gross motor)

Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan

sikap tubuh. Aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot –

otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau

berenang.

4. Prosedur DDST II

Menurut Adriana (2011) prosedur Denver II dilakukan melalui 2 tahap,

yaitu :

a. Tahap I : secara periodik dilakukan pada anak yang berumur 3 – 4

bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 5 tahun, 4 tahun dan 5 tahun.

b. Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami

hambatan perkembangan pada tahap I, kemudian dilakukan

evaluasi diagnostik yang lengkap.


41

5. Perkembangan Anak Balita Menurut DDST

Menurut Adriana (2011) periode penting dalam tumbuh kembang anak

adalah masa balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak lebih lanjut.

Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

a. Motorik kasar

1) Loncat tali

2) Badminton

3) Memukul

4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara

bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

b. Motorik halus

1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan

bermain alat musik.

c. Kognitif

1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan

masalah

3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian

kembali sejak awal

4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan

datang
42

d. Bahasa

1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata

keterangan, kata penghubung dan kata depan

3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

Anda mungkin juga menyukai