Anda di halaman 1dari 9

JUDUL ESAI

PEMANFAATAN POTENSI HUTAN RAKYAT SEBAGAI KERAJINAN


KULIT LANTUNG UNTUK MENGATASI KEMISKINAN BERBASIS
EMPOWERING SUSTAINABLE RUBBER FARMERS―CONCEPT OF
AGROFORESTRY TOURISM

Karya ini Disusun untuk Mengikuti


Lomba Essay Online Nasional 2018
Universitas Bengkulu

Tersusun oleh:
Bennartho Denys Rapoho

YOGYAKARTA
Kemiskinan masih menjadi masalah utama yang dihadapi oleh Pemerintah
provinsi maupun masyarakat Bengkulu hingga saat ini. Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Bengkulu, Pada September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di provinsi Bengkulu
mencapai 302.620 orang (15,59 persen), turun sebesar 22.980 orang dibandingkan
dengan kondisi September 2016 yang sebesar 325.600 orang (17,03 persen). Meskipun
telah mengalami penurunan angka kemiskinan sebesar 1,44 persen dari tahun 2016,
masih terdapat kekhawatiran terhadap ketidakstabilan ekonomi masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya upaya jangka panjang serta berkelanjutan untuk mengatasi
kemiskinan di Bengkulu. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh pemerintah juga hanya
berorientasi jangka pendek saja sehingga solusi yang ditawarkan pada akhirnya adalah
pengalihan fungsi lahan hutan rakyat menjadi perkebunan sawit.
Pengalihan fungsi lahan hutan rakyat menjadi perkebunan sawit memang
sangat efektif untuk mendorong perekonomian warga sekitar. Tetapi hal tersebut tidak
seiring dengan dampak jangka panjang yang ditimbulkan. Penanaman kelapa sawit
dengan sistem monokultur dinilai dapat menyebabkan munculnya hama atau penyakit
baru bagi ekosistem sekitar. Selain itu, sistem pengelolaan kebun sawit yang
buruk―pembakaran kebun sawit setelah panen sebagai upaya pembukaan lahan―juga
dapat mengancam ekosistem hutan serta menimbulkan pencemaran. Hal ini tentu sangat
buruk bagi keberlangsungan hidup di sekitarnya.
Program yang sering dilakukan oleh pemerintah dinilai kurang
mempertimbangkan kondisi maupun potensi daerah. Sehingga program tersebut hanya
bertahan untuk beberapa waktu saja karena memang tidak sesuai dengan potensi daerah
yang ada. Dilansir dari bengkuluprov.go.id, Yvonne Mewengkang, salah satu Diplomat
Madya Kemlu saat memberikan keterangan pers di Media Center Humas Provinsi
Bengkulu, pada Rabu 5 April 2017, menurutnya Bengkulu memiliki potensi yang sangat
kaya, namun belum banyak didengar di luar. Berdasarkan audiensi dengan Gubernur
Ridwan Mukti, saat ini Provinsi Bengkulu sedang berupaya mempercantik diri untuk
menyambut investasi dari luar dan juga wisatawan asing. Yvonne Mewengkang juga
menegaskan untuk mengintensifkan pemberdayaan potensi-potensi unggulan, demi
mewujudkan Bengkulu yang maju dan sejahtera. Menurut data BPS Pemrov Bengkulu,
sawit masih menjadi dominasi komoditas perkebunan, setelah itu karet dengan jumlah
produksi 7.819 ton pada tahun 2015. Tetapi perkebunan sawit di Bengkulu masih
dikelola oleh industri swasta asing, sedangkan perkebunan karet banyak dikelola oleh
masyarakat lokal dalam bentuk hutan rakyat.
Kelapa sawit sering dianggap sebagai potensi daerah dari Bengkulu oleh
pemerintah. Tetapi pengelolaan yang buruk dan kurangnya pengawasan dari pemerintah
terhadap kinerja pihak-pihak swasta ini justru dapat merusak lingkungan. Nurhasanah,
Gusti dan Sofyan, Tito dan Ambarini, Nur Sulistyo B (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul “ Dampak Investasi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit dari PT. Bio Nusantara
Teknologi terhadap Pelestarian Lingkungan di Provinsi Bengkulu” menjelaskan bahwa
PT. Bio Nusantara Teknologi memiliki dokumen UKL-UP. Seiring waktu PT. Bio
Nusantara Teknologi memperluas lahan perkebunan sehingga perusahaan harus
membuat dokumen Amdal. Namun, PT. Bio Nusantara Teknologi tidak memiliki
Amdal, melainkan memiliki Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup karena PT. Bio
Nusanatara Teknologi sebelumnya telah memiliki izin usaha dan telah memiliki
dokumen UKL-UPL. Dalam pelaksanaan kegiatan perkebunan dan pengelolaan pabrik
kelapa sawit, PT. Bio Nusantara Teknologi belum sesuai dengan Dokumen Evaluasi
Lingkungan Hidup tersebut, sehingga timbulnya dampak negatif bagi lingkungan hidup
dan lingkungan sosial, salah satunya masyarakat sekitar kehilangan mata
pencaharian―yang mayoritas adalah petani karet―sehingga masyarakat melakukan
aksi demo dan pemberontakan. Dalam penelitian tersebut jelas bahwa pihak swasta
kurang memperdulikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Kebanyakan dari pihak
swasta hanya memperhitungkan profit bagi industrinya saja.
Mata pencaharian masyarakat yang didominasi pengelolaan hutan rakyat yaitu
karet justru tidak mendapat dukungan intensif dari pemerintah. Pemerintah lebih
mengupayakan jalur investasi asing melalui perkebunan kelapa sawit yang sudah jelas
dapat mengancam kelestarian lingkungan sekitar. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih
oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dengan cara melakukan peninjauan
langsung mengenai potensi daerah masing-masing. Dalam hal ini pemerintah perlu
memberdayakan masyarakat melalui potensi daerah yang sudah ada sehingga
diharapkan dapat menjadi program berkelanjutan.
Dilansir dari Antaranews Bengkulu, pada 3 januari 2018, harga jual getah karet
bersih milik petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mukomuko, Provinsi
Bengkulu, saat ini sebesar Rp7.500 hingga Rp8.000 per kg, atau mengalami kenaikan
dibandingkan dengan harga sebelumnya. Sedangkan harga getah karet kotor milik
petani setempat naik dari sebesar Rp5.000-Rp6.500 per kg menjadi Rp6.500-Rp6.800
per kg. Kenaikan harga getah karet petani sebesar Rp7.500-Rp8.000 per kg tersebut
belum mampu menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani untuk upah
menyadap getah karet. Termasuk untuk biaya pemeliharaan dan pembelian pupuk untuk
bahan penyubur tanaman karet tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan
pemerintah dalam memberdayakan petani karet agar mampu mengolah bahan mentah
menjadi bahan jadi, sehingga diharapkan harga jual menjadi tinggi. Dengan harga jual
produk yang tinggi maka diharapkan dapat menutupi biaya operasional serta
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi dapat dilakukan melalui proses
pembuatan kerajinan tangan. Salah satu kerajinan tangan yang terkenal dari Bengkulu
yaitu kerajinan kulit lantung pohon karet. Pohon yang dapat diambil kulitnya biasanya
pohon yang sudah berumur kurang lebih 10 tahun. Pohon ditebang kemudian kulitnya
dikupas dari batangnya. bahan ini cukup lentur dibentuk apapun. Biasanya per pohon
menghasilkan 2-3 lembar. Yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan kulit lantung
adalah kulit bagian tengah. Jadi kulit bagian luar yang keras harus dikelupas terlebih
dahulu. Untuk menipiskannya, kulit tengah dipukul-pukul hingga menipis seperti
lembaran kertas yang tebal, lantas dijemur selama 2 minggu baru siap dijadikan bahan
produk kerajinan. Untuk harga jual produk kerajinan kulit lantung ini bervariasi antara
Rp.5000.- s/d Rp. 200.000.- tergantung besar kecilnya ukuran barang dan kerumitan
proses pembuatannya. Kerajinan ini merupakan salah satu kebanggaan Bengkulu karena
telah diminati sampai ke mancanegara. Salah satu negara peminatnya yaitu Brazil
(Wicaksono, 2018). Produk kerajinan kulit lantung ini merupakan salah satu potensi
yang dapat dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat.
Pemerintah juga perlu untuk memberikan ekosertifikat terhadap kebun karet tua
sebagai upaya pelestarian alam dengan mengupayakan sistem agroforesty toursm.
World Agroforesty Center dalam penelitiannya juga telah menghasilkan serangkaian
temuan penting, tidak hanya sekedar fakta bahwa sebagian besar petani memiliki
kesempatan untuk menggunakan karet klon, namun dengan sistem pengelolaan intensif
semua pohon dapat menghasilkan produk yang bisa dijual atau dikonsumsi. Beberapa
varitas klon ternyata sangat produktif ketika ditanam dalam sistem agroforestri karet,
memberikan hasil hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan jenis karet liar yang
digantikan dengan klon ini. Ketika para petani menanam tanaman pangan di antara
pohon karet berarti terjadi peningkatan produktivitas lahan tanpa mengurangi hasil
produksi karetnya, meskipun untuk jenis-jenis pohon cepat tumbuh (fast growing
species) dapat menekan produksi secara signifikan. Tingkat pertumbuhan karet dan
spesies lain sangat dipengaruhi oleh jarak tanam, intensitas penyiangan dan penggunaan
pupuk. Para petani biasanya menyadap karet mereka setiap hari, tetapi penelitian ini
menemukan bahwa varitas karet klon dapat memberikan hasil lebih baik apabila disadap
setiap dua hari sekali.
Nur Endardi Sudibjo dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Agroforestry
Karet dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi kasus di Desa
Sepunggur, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo Tebo, Propinsi Jambi)”
menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga pada kelas luas lahan 0-2 Ha,
dari Agroforestri Karet adalah Rp.4.035.712,50 per tahun (56,58%) dan dari Non
Agroforestri Rp.3.097.180,00 per tahun (43,42%). Untuk kelas luas lahan antara lebih
dari 2 Ha dan kurang dari 4 Ha, dari Agroforestri Rp.5.686.442,86 per tahun (82,77%)
dan dari Non Agroforestri Karet Rp.1.183..428,57 per tahun (17,23%). Sedangkan dari
kelas luas lahan 4 Ha atau lebih adalah Rp.7.399.571,15 per tahun (71,41%) dan dari
Non Agroforestri Karet Rp.2.962.660,15 per tahun (28,59%). Sehingga secara
keseluruhan kontribusi Agroforestri Karet terhadap pendapatan rumah tangga
responden, rata-rata sebesar Rp.5.707.242,17 per tahun (70,27%), sedangkan dari Non
Agroforestri Karet adalah Rp.2.414.422,91 per tahun (29,73%). Upaya-upaya yang
perlu dilakukan dalam pengelolaan agroforestri karet di Desa Sepunggur antara lain
adalah perlunya penyuluhan dan pembinaan yang intensif dan terpadu terhadap petani
agroforestri karet terutama dalam penggunaan bibit karet unggul untuk meningkatkan
produksi getah karet, penanaman jenis tanaman tahan naungan pada karet umur lebih
dari 2 tahun seperti kapulaga, laos, kencur dan jahe (tumbuhan obat) untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Lilis Sudarmanah dalam penelitiannya yang berjudul “Agrowisata Dalam Upaya
Konservasi Tanah dan Air” menjelaskan bahwa peran agroforestri dalam konservasi
tanah dan air yaitu mempertahankan kandungan bahan organik tanah, mengurangi
kehilangan hara ke lapisan tanah bawah, menambah N dari hasil penambatan N bebas
dari udara, dan memperbaiki sifat fisik tanah. Selain itu agrowisata adalah sebuah
sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata
sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat petani. Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme
didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro
(agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Konsep penelitian ini
adalah mengkolaborasikan antara sistem agroforestri yang ramah lingkungan dengan
agrowisata yang bernuansa edukatif. Dalam hal ini juga dapat diterapkan pada hutan
rakyat di Bengkulu sebagai agroforesty tourism yang diharapkan dapat menjaga
kelestarian alam sekaligus meningkatkan pendapatan penduduk.
Pebrianto Rajagukguk, Evi Sribudiani, M.Mardhiansyah dalam penelitiannya
yang berjudul “Kontribusi Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani
(Studi Kasus: Desa Janji Raja, Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir, Sumatera
Utara)” menjelaskan bahwa agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang
menggabungkan tanaman berkayu dengan tanaman pertanian atau menggabungkan
woodys. Desa Janji Raja menjadi salah satu desa yang menjadikan wanatani sebagai
sumber ekonomi mereka. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi
mengenai kontribusi agroforestri kepada rumah tangga petani, informasi tentang sistem
wanatani yang diadopsi serta tingkat efisiensi sistem wanatani yang diadopsi oleh petani
setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani menerapkan sistem agroforestri
sederhana yang mengkombinasikan pohon dengan tanaman buah dan pohon dengan
tanaman di mana lahan dengan sistem wanatani berkontribusi terhadap pendapatan
rumah tangga petani adalah 55,24% dan sistem agroforestri dianggap sangat efisien
dengan nilai efisiensi 13 , 78.
Pemanfaatan potensi daerah untuk meningkatkan pendapatan penduduk sudah
terbukti melalui hasil penelitian tersebut. Masalah kemiskinan di Bengkulu seharusnya
dapat terjawab oleh potensi daerah yang dimilikinya yaitu perkebunan karet. Pemerintah
dan masyarakat perlu memperhatikan potensi daerah yang dimilikinya untuk mengatasi
kemiskinan. Selain itu, pemerintah dan masyarakat perlu berinisiatif untuk
meningkatkan kualitas dan harga jual produk dengan mengolahnya menjadi bahan jadi.
Potensi kerajinan kulit lantung pohon karet yang sudah terkenal dari Bengkulu bahkan
sampai ke mancanegara seharusnya dapat dimanfaatkan menjadi produk unggulan.
Selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penduduk, pemerintah dan
masyarakat juga perlu untuk memperhatikan kelestarian alam, kelestarian budaya, dan
keanekaragaman hayati yang ada. Empowering Sustainable Rubber Farmers―Concept
of Agroforestry Tourism adalah pemanfaatan potensi daerah melalui pemberdayaan
petani karet dengan menggunakan konsep wisata agroforestri yaitu melibatkan
pemerintah, masyarakat, dan wisatawan dalam upaya menjaga kelestarian alam dan
budaya serta meningkatkan pendapatan penduduk di sekitarnya. Peran ESRF-CoAT
dalam mengatasi kemiskinan sekaligus menjaga kelestarian alam dan budaya yaitu
dengan menerapkan strategi RPA, EnD, dan CoAT.
RPA berarti Research Potential Areas. Penelitian mengenai potensi daerah perlu
dilakukan terlebih dahulu oleh para ahli dan akademisi. Hal ini dilakukan untuk
memastikan secara tepat upaya yang akan dilakukan selanjutnya. Selain itu, perlunya
peran aktif dari pemerintah dan masyarakat dalam mendukung kegiatan penelitian ini.
Salah satu contoh penelitian mengenai analisis sektor unggulan di Bengkulu Selatan
yang dilakukan oleh Edwin Safitro dan Benardin dari Universitas Bengkulu memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. menganalisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bengkulu Selatan.
2. mengetahui sektor unggulan Kabupaten Bengkulu Selatan serta sektor-sektor
yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan di Bengkulu Selatan
yaitu pertanian dan kehutanan. Penelitian seperti ini sangat diperlukan untuk
mendukung pemanfaatan potensi daerah sebagai kemajuan ekonomi masyarakat.
Selanjutnya EnD, yaitu Empowering and Development. Empowering artinya
memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan potensi daerah. Berdasarkan hasil
riset pada tahap sebelumnya, pemerintah perlu memberikan dukungan berupa
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mengelola potensi daerahnya secara tepat dan
efektif. Selain itu diperlukan upaya Development yang berarti pengembangan potensi
daerah. Pengembangan potensi daerah dapat dilakukan seperti meningkatkan kualitas
dan nilai produk melalui pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi seperti usaha
kerajinan kulit lantung dari pohon karet di Bengkulu. Selain itu, pengembangan juga
dapat dilakukan dengan upaya promosi melalui potensi pariwisata daerah.
Kemudian CoAT, yaitu Concept of Agroforestry Tourism. Pemanfaatan potensi
daerah sebagai upaya pelestarian alam sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat
melalui konsep wisata agroforestri. Dalam hal ini pemanfaatan potensi daerah di
Bengkulu dengan menggunakan sistem agroforestri dapat sebagai upaya konservasi
alam juga memanfaatkannya sebagai daya tarik wisatawan sekaligus memperkenalkan
kebudayaan daerah seperti kerajinan kulit lantung untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat. Henny Mayrowani dan Ashari dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan
Petani di Sekitar Hutan” juga menerapkan konsep agroforestri sebagai daya tarik wisata
sekaligus upaya kelestarian alam yang telah terbukti efektif untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Pemanfaatan potensi daerah yang meliputi kekayaan alam dan budaya perlu
dioptimalkan sebagai upaya dalam mengatasi kemiskinan sekaligus pelestarian alam.
Dengan menerapkan konsep wisata agroforestri pada hutan karet diharapkan masyarakat
Bengkulu dapat meningkatkan perekonomiannya sehingga masalah kemiskinan teratasi
guna mencapai realisasi Sustainable Development Goals 2030.

DAFTAR PUSTAKA

https://bengkulu.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/265/september-2017--jumlah
penduduk-miskin-di-provinsi-bengkulu-menurun-menjadi-15-59-persen.html
[Online] ( Diakses 17 juni 2018, jam 06.56 WIB)
https://bengkuluprov.go.id/diplomat-kemlu-bakal-promosikan-potensi-bengkulu-di luar-
negeri/ [Online] (Diakses 14 Juni 2018, jam 13.14 WIB)
https://bengkulu.bps.go.id/statictable/2015/03/27/123/luas-areal-dan-produksi-
perkebunan-besar-swasta-menurut-lokasi-komoditi-dan-keadaan-tanaman-
2013.html [Online] (Diakses 17 Juni 2018, jam 12.15 WIB)
https://bengkulu.antaranews.com/berita/47661/harga-getah-karet-petani-mukomuko-
mulai-naik [Online] (Diakses 17 Juni 2018, jam 13.31 WIB)
Nurhasanah, Gusti dkk. 2014. Dampak Investasi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit dari
PT. Bio Nusantara Teknologi Terhadap Pelestarian Lingkungan di Provinsi
Bengkulu.Bengkulu: Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu, hal. 49-
73
Pye-Smith C. 2013. AGROFORESTRI KARET: BENARKAH KAYA AKAN IMBAL
JASA LINGKUNGAN? Penelitian di Indonesia ini dilakukan untuk menggali
informasi mengenai upaya petani-petani kecil dalam meningkatkan produksi
karet, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan menyediakan
keuntungan tambahan berupa jasa lingkungan. In: Tarman AE, Janudianto,
dan Rahayu S, eds. Trees for Change no.08. Nairobi, Kenya: World
Agroforestry Centre (ICRAF). 32p, hal. 11-27
Rajagukguk, dkk. 2015. Kontribusi Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Petani (Studi Kasus: Desa Janji Raja, Kecamatan Sitiotio, Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara). Pekanbaru: Jurnal Faperta Universitas Riau, Vol.2
No.2, Oktober 2015 hal. 1-12
Sudarmanah, Lilis. 2017. Agrowisata Dalam Upaya Konservasi Tanah dan Air.
Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung, hal. 9-19
Sudibyo, Nur Endardi. 1999. Kajian Agroforestry Karet dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumah Tangga (Studi kasus di Desa Sepunggur, Kecamatan
Muara Bungo, Kabupaten Bungo Tebo, Propinsi Jambi). Bogor: Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, hal 1-29
Wicaksono. 2018. Rafflesia dan Kulit Lantung Kebanggaan Bengkulu. [Online].
Avaiable from: http://www.kerajinan.id/547/rafflesia-dan-kulit-lantung-
kebanggaan-bengkulu.html (Diakses 16 Juni 2018, jam 09.53 WIB)

Anda mungkin juga menyukai