Anda di halaman 1dari 2

Furudhul Wudhu madzhab Maliki termasuk dalam rukun wudhu, sedang terus menerus termasuk dalam rukun

1. Membasuh muka, para ulama membatasinya mulai dari batas tumbuh rambut sampai bawah wudhu menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
dagu, dari telinga ke telinga 9. Mengusap dua telinga, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad dan At-Thahawiy
2. Membasuh kedua tangan sampai ke siku; yaitu pergelangan lengan dari Ibnu Abbas dan Al-Miqdam bin Ma’ di Kariba
3. Mengusap kepala keseluruhannya menurut Imam Malik dan Ahmad, sebagiannya menurut 10. Membasuh bagian depan kepala, dan memperpanjang basuhan di atas siku dan mata kaki.
Imam Abu Hanifah dan Asy Syafi’iy Seperti dalam hadits Nabi saw., “Sesungguhnya umatku akan datang di hari kiamat dalam
4. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, sesuai dengan sabda Nabi kepada orang yang keadaan putih berseri dari basuhan wudhu.”
hanya mengusap kakinya: “Celaka, bagi kaki yang tidak dibasuh, ia diancam neraka”. Muttafaq 11. Berdoa setelah wudhu, seperti dalam hadits Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tidak
alaih ada seorangpun di antara kalian yang berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian
Itulah empat rukun yang tercantum secara tekstual dalam ayat wudhu di Al-Ma’idah ayat 6. َ ً ‫أن ُم َح همدا‬
berdo’a: ‫ع ْبدُهُ َو َرسُوله‬ ‫ أَش َهدُ أ َ ْن ََل إله اإَل ه‬Aku Bersaksi bahwa tiada
‫ وأ ْش َهدُ ه‬،‫َّللا ُ َو ْحدَهُ َل ش َِريكَ له‬
Tapi, masih ada 2 tambah, yaitu: Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi
1. Niat. Ini menurut Imam Syafi’i, Malik, dan Ahmad sesuai dengan sabda Nabi saw., bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Pasti akan dibukakan baginya pintu-
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung niat.” (Muttafaq alaih). Urgensi niat adalah untuk pintu surga yang delapan itu, dan dipersilahkan masuk dari mana saja.” (Muslim)
membedakan antara ibadah dari kebiasaan. Namun, tidak disyaratkan melafalkan niat karena 12. Sedangkan doa ketika berwudhu, tidak pernah ada riwayat yang menerangkan sedikitpun.
niat itu berada di dalam hati. 13. Shalat sunnah wudhu dua rakaat, seperti dalam hadits Uqbah bin Amir r.a. berkata, Rasulullah
2. Tertib. Maksudnya, berurutan. Dimulai dari membasuh muka, tangan, mengusap kepala, lalu saw. bersabda, “Tidak ada seorangpun yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya,
memabasuh kaki. Menurut Abu Hanifah dan Malikiyah, melakukan wudhu dengan tertib kemudian shalat dua rakaat dengan menghadap wajah dan hatinya, maka wajib baginya surga.”
hukumnya sunnah. (Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Sunnah Wudhu
1. Membaca Basmalah. Ini adalah sunnah yang harus diucapkan saat memulai semua pekerjaan. Yang Membatalkan Wudhu
Rasulullah saw. bersabda, “Berwudhulah dengan menyebut nama Allah.” (Al-Baihaqi) 1. Segala sesuatu yang keluar dari dua jalan pembuangan (kencing, tinja, angin, madzi, atau
2. Bersiwak. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw., “Jika tidak akan memberatkan umatku, akan aku wadi), kecuali mani yang mengharuskannya mandi. Dalilnya adalah firman Allah swt. “… atau
perintahkan mereka bersiwak setiap kali berwudhu.” (Malik, Asy Syaf’iy, Al-Baihaqi, dan Al- kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan….” (Al-Ma’idah: 6) dan
Hakim). Disunnahkan pula bersiwak bagi orang yang berpuasa, seperti dalam hadits Amir bin sabda Nabi saw., “Allah tidak menerima shalat salah seorang di antaramu ketika berhadats
Rabi’ah r.a. berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. tidak terhitung jumlahnya bersiwak dalam sehingga ia berwudhu.” (Muttafaq alaih). Hadats adalah angin dubur baik bersuara atau tidak.
keadaan berpuasa.” (Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi). Menurut Imam Syafi’i, bersiwak setelah Sedangkan madzi adalah karena sabda Nabi saw., “Wajibnya wudhu.” (Muttafaq alaih).
bergeser matahari bagi orang yang berpuasa, hukumnya makruh. Sedangkan wadiy adalah karena ungkapan Ibnu Abbas, “Basuhlah kemaluanmu, dan
3. Membasuh dua telapak tangan tiga kali basuhan di awal wudhu, sesuai hadits Aus bin Aus Ats- berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat.” (Al-Baihaqi dalam As-Sunan).
Tsaqafiy r.a. berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. berwudhu dan membasuh kedua tangannya 2. Tidur lelap yang tidak menyisakan daya ingat, seperti dalam hadits Shafwan bin ‘Assal r.a.
tiga kali.” (Ahmad dan An Nasa’i) berkata, “Rasulullah saw. pernah menyuruh kami jika dalam perjalanan untuk tidak melepas
4. Berkumur, menghisap [1] air ke hidung dan menyemburkannya keluar. Terdapat banyak hadits sepatu kami selama tiga hari tiga malam, sebab buang air kecil, air besar maupun tidur, kecuali
tentang hal ini. Sunnahnya dilakukan secara berurutan, tiga kali, menggunakan air baru, karena junub.” (Ahmad, An Nasa’i, At-Tirmidzi dan menshahihkannya). Kata tidur disebutkan
menghisap air ke hidung dengan tangan kanan dan menyemburkannya dengan tangan kiri, bersama dengan buang air kecil dan air besar yang telah diketahui sebagai pembatal wudhu.
menekan dalam menghisap kecuali dalam keadaan puasa. Sedang tidur dengan duduk tidak membatalkan wudhu jika tidak bergeser tempat duduknya.
5. Menyisir jenggot dengan jari-jari tangan. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hal ini tercantum dalam hadits Anas r.a. yang diriwayatkan oleh Asy-Syafi’i, Muslim, dan Abu
Utsman dan Ibnu Abbas r.a. Daud, “Adalah para sahabat Rasulullah saw. pada masa Nabi menunggu shalat Isya’ sehingga
6. Mengulang tiga kali basuhan. Banyak sekali hadits yang menerangkannya kepala mereka tertunduk, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.”
7. Memulai dari sisi kanan sebelum yang kiri, seperti dalam hadits Aisyah r.a., “Rasulullah saw. 3. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk atau obat. Karena hal ini menyerupai tidur dari
sangat menyukai memulai dari yang kanan ketika memakai sandal, menyisir, bersuci, dan sisi hilangnya kesadaran.
semua aktivitasnya.” (Muttafaq alaih)
8. Menggosok, yaitu menggerakkan tangan ke anggota badan ketika mengairi atau sesudahnya.
Sedang bersambung artinya terus menerus pembasuhan anggota badan itu tanpa terputus oleh
aktivitas lain di luar wudhu. Hal ini diterangkan dalam banyak hadits. Menggosok menurut
Tiga hal itu disepakati sebagai pembatal wudhu, tapi para ulama berbeda pendapat apakah sudah keluar sesuatu atau belum, maka janganlah keluar masjid sehingga ia mendengar
dalam beberapa hal berikut ini: suara atau mendapati baunya.” (Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi). Sedang jika ragu apakah
1. Menyentuh kemaluan tanpa sekat, membatalkan wudhu menurut Syafi’i dan Ahmad, seperti sudah wudhu atau belum, ia wajib berwudhu sebelum shalat.
dalam hadits Busrah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyentuh
kemaluannya hendaklah ia berwudhu.” (Al-Khamsah dan disahihkan oleh At-Tirmidziy dan
Ibnu Hibban). Al-Bukhari berkata, “Inilah yang paling shahih dalam bab ini.” Telah Kapan Wudhu Menjadi Wajib dan Kapan Sunnah
diriwayatkan pula hadits yang mendukungnya dari tujuh belas orang sahabat.
2. Darah yang mengucur, membatalkan wudhu menurut Abu Hanifah, seperti dalam hadits Wudhu menjadi wajib jika:
Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang muntah atau mengeluarkan 1. Untuk shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Meskipun shalat jenazah, karena firman Allah
darah, maka berpaling dan berwudhulah.” (Ibnu Majjah dan didhaifkan oleh Ahmad, dan Al- swt., “…jika kamu mau shalat, maka hendaklah kamu basuh.” (Al-Maidah: 6)
Baihaqi). Dan menurut Asy-Syafi’i dan Malik bahwa keluarnya darah tidak membatalkan 2. Thawaf di Ka’bah, karena hadits Nabi saw., “Thawaf adalah shalat.” (At-Tirmidziy dan Al-
wudhu. Karena hadits yang menyebutkannya tidak kuat menurutnya, juga karena hadits Anas Hakim)
r.a., “Bahwa Rasulullah saw. dibekam dan shalat tanpa wudhu lagi.” Hadits ini meskipun tidak 3. Menyentuh mushaf, karena hadits Nabi saw., “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali
sampai pada tingkat shahih, tapi banyak didukung hadits lain yang cukup banyak. Al-Hasan orang yang suci.” (An-Nasa’i dan Ad-Daruquthni). Demikianlah pendapat jumhurul ulama.
berkata, “Kaum muslimin melaksanakan shalat dengan luka-luka mereka.” (Al-Bukhari) Ibnu Abbas, Hammad, dan Zhahiriyah berpendapat bahwa menyentuh mushaf boleh dilakukan
oleh orang yang belum berwudhu, jika telah bersih dari hadats besar. Sedangkan membaca Al-
3. Muntah yang banyak dan menjijikkan, seperti dalam hadits Ma’dan bin Abi Thalahah dari
Qur’an tanpa menyentuh mushaf, semua sepakat memperbolehkan.
Abu Darda’, “Bahwa Rasulullah saw. muntah lalu berwudhu.” Ia berkata, kemudian aku
berjumpa dengan Tsauban di Masjid Damaskus, aku tanyakan kepadanya tentang ini. Ia
Wudhu menjadi sunnah:
menjawab, “Betul, saya yang menuangkan air wudhunya.” (At-Tirmidzi dan mensahihkannya).
1. Ketika dzikrullah. Pernah ada seseorang yang memberi salam kepada Nabi saw. yang sedang
Demikiamlah Madzhab Hanafi. Dan menurut Syafi’i dan Malik, muntah tidak membatalkan berwudhu, dan Nabi tidak menjawab salam itu sehingga menyelesaikan wudhunya dan
wudhu karena tidak ada hadits yang memerintahkannya. Hadits Ma’dan di atas dimaknai bersabda, “Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku menjawab salammu, kecuali karena
istihbab/sunnah. aku tidak ingin menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan suci.” (Al-Khamsah, kecuali At
4. Menyentuh lawan jenis atau bersalaman, membatalkan wudhu menurut Mazhab Syafi’i Tirmidzi).
dengan dalil firman Allah swt. Al-Ma’idah ayat 6. Tidak membatalkan menurut Jumhurul 2. Ketika hendak tidur, seperti hadits Nabi saw., “Jika kamu mau tidur hendaklah berwudhu
Ulama karena banyaknya hadits yang menyatakan tidak membatalkannya. Diantaranya hadits sebagaimana wudhu shalat.” (Ahmad, Al-Bukhari dan At Tirmidzi)
Aisyah r.a., “Bahwa Rasulullah saw. mencium isterinya, kemudian shalat tanpa berwudhu.” 3. Bagi orang junub yang hendak makan, minum, mengulangi hubungan seksual, atau tidur.
(Ahmad dan Imam empat). Juga ucapan Aisyah r.a., “Saya tidur di hadapan Rasulullah dan Demikianlah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw oleh Bukhari, Muslim dan muhadditsin
kakiku ada di arah kiblatnya, jika ia hendak sujud ia memindahkan kakiku.” (Muttafaq alaih). lainnya.
Tidak ada bedanya dalam pembatalan ini, apakah wanita itu isteri atau bukan. Sedang jika 4. Disunnahkan pula ketika memulai mandi, seperti yang disebutkan dalam hadits Aisyah r.a.
menyentuh mahram, tidak membatalkan wudhu. 5. Disunnahkan pula memperbaharui wudhu setiap shalat, seperti yang diriwayatkan oleh
5. Tertawa terbahak ketika shalat yang ada rukuk dan sujudnya, membatalkan wudhu menurut Bukhari, Muslim dan kebanyakan ulama hadits. []
Madzhab Hanafi karena ada hadits, “… kecuali karena tertawa terbahak-bahak, maka ulangilah
wudhu dan shalat semuanya.” Sedang menurut jumhurul ulama, tertawa terbahak-bahak
membatalkan shalat, tetapi tidak membatalkan wudhu karena hadits tersebut tidak kuat sebagai
hadits yang membatalkan wudhu. Juga karena hadits Nabi saw., “Tertawa itu membatalkan
shalat, dan tidak membatalkan wudhu.” Demikian Imam Bukhari mencatatnya sebagai hadits
mauquf dari Jabir. Pembatalan wudhu karena tertawa membutuhkan dalil, dan tidak ditemukan
dalil yang kuat.
6. Jika orang yang berwudhu ragu apakah sudah batal atau belum? Tidak membatalkan wudhu
sehingga ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu. Karena hadits Nabi
saw. menyatakan, “Jika salah seorang diantaramu merasakan sesuatu di perutnya, lalu dia ragu

Anda mungkin juga menyukai