Anda di halaman 1dari 7

║Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 32- 38

Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Ekstraksi Gigi Pasien Di Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Periode Mei - Juli 2016

Zakia Fachriani, Cut Fera Novita, Sunnati


Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Ekstraksi atau pencabutan gigi merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter gigi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ekstraksi gigi pada pasien di Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif yakni mengumpulkan data untuk mendeskripsikan faktor-faktor
penyebab ekstraksi gigi pada pasien di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek
penelitian sebanyak 213 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari 213 orang subjek
penelitian faktor penyebab ekstraksi gigi pasien RSUZA adalahkaries yaitu sebesar 79 kasus (37,1%),
periodontal yakni 48 kasus (22,6%), perawatan prostodontik sebanyak 31 kasus (14,6%), impaksi
sebanyak 28 kasus (13,2%), fraktur sebanyak 23 kasus (10,7%), sedangkan perawatan ortodontik
hanya 4 kasus (1,8%). Kesimpulan penelitian ini adalah karies gigi merupakan penyebab utama
ekstraksi gigi pasien RSUZA Banda Aceh.

Kata kunci : Faktor Penyebab Ektraksi Gigi, Ekstraksi, RSUZA

ABSTRACT
Tooth extraction is the most common treatment undertaken in dentistry. Etiological factors causing
tooth extraction vary in each dental education center. This study aimed to assess factors causing tooth
extraction in patients a public hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study was designed using
descriptive approach by collecting data to describe etiological factors causing tooth extraction in
patients of public hospital dr. Zainoel Abidin … Banda Aceh. The total of subjects patcipated in this
study were 213 patients. The result of the study showed that out of 213 patients who undergo tooth
extraction caused by tooth caries were 79 patients (37,1%), periodontal discase in 48 patients
(22,6%), prosthodontics in 31 patients (14,6%), impacted teeth in 28 patients (13,2%), tooth fracture
in 23 patient (10,7 %), and orthodontic in only 4 patients (1,8%). Based on the result, it was
concluded that tooth caries is the main etiological factor causing tooth extraction in public hospital
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Key words : Etiological Factors Causing Tooth Extraction, Extraction, RSUZA.

PENDAHULUAN
Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi adalah ekstraksi atau pencabutan
gigi. Ekstraksi atau pencabutan gigi merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter gigi.1
Gigi adalah struktur yang paling keras di dalam mulut manusia dan memiliki banyak fungsi penting
diantaranya adalah untuk mengunyah makanan, membantu dalam pengucapan yang benar dari kata-
kata ketika berbicara dan juga estetika.2
Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang
dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir, pipi dan terdapat faktor
yang dapat mempersulit dengan gerakan lidah dan rahang bawah.
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal dan bervariasi dalam
akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadang-kadang tidak dapat dihindarkan tanpa
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 32
dipengaruhi oleh kesempurnaan persiapan dan keterampilan operator. Pada situasi perawatan tertentu
sekalipun persiapan praoperasi telah direncanakan sebaik mungkin untuk mencegah atau mengatasi
kemungkinan timbulnya kesulitan melalui hasil diagnosis secara cermat dan operator telah
melaksanakan prinsip-prinsip bedah dengan baik selama pencabutan gigi.3
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor penyebab ekstraksi gigi antara
lain, penelitian Dixit dkk (2010) di Nepal menunjukkan penyebab ekstraksi gigi adalah 45,7%
disebabkan oleh gigi karies. Faktor kedua terbesar penyebab ekstraksi gigi adalah 39,0% disebabkan
oleh penyakit periodontal. Selebihnya 16,3% disebabkan oleh faktor lain seperti gigi impaksi (4,3%),
pertimbangan ortodontik (2,8%), alasan prostodontik (2,1%).4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti tentang faktor-faktor penyebab ekstraksi gigi
pasien di RSGM Universitas Syiah Kuala Banda Aceh periode Maret-April 2015, didapat bahwa dari
206 jumlah penyebab dilakukannya ekstraksi gigi paling besar adalah karena gigi karies yaitu sebesar
173 kasus (83,98%). Diikuti dengan gigi impaksi yakni 23 kasus (11,16%), penyebab karena
perawatan prostodontik menempati urutan ke-3 (tiga) yaitu sebanyak 6 kasus (2,91%). Penyakit
periodontal menempati urutan ke-4 (empat) terbesar yaitu sebanyak 3 kasus (1,45%).5
Sebuah studi yang dilakukan di SMPN 1 Langowan didapat bahwa gigi karies yang
merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur
tergolong besar karena terdapat 57,9% siswa yang memiliki gigi karies. Tingginya prevalensi gigi
karies yang memiliki indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan mungkin dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya oral hygiene yang buruk, kesadaran akan merawat gigi yang kurang,
kurangnya Dental Health Education (DHE), faktor ekonomi keluarga serta berbagai faktor lainnya.7
Penelitian lain yang dilakukan di Jepang oleh Aida dkk (2006) menunjukkan bahwa faktor
penyebab ekstraksi gigi karena karies adalah sebesar 32,7%, sedangkan karena faktor penyakit
periodontal sebesar 41,8%. Faktor lain seperti gigi fraktur, pertimbangan ortodontik, dan lain-lain
hanya sebesar 25,5%. 8
Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang
tersebar di berbagai wilayah. Menurut data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013
prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Sebanyak 19 propinsi mempunyai
prevalensi masalah gigi dan mulut di atas prevalensi nasional, diantaranya adalah Propinsi Aceh
sebesar 30,5%.9
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor
penyebab ekstraksi gigi pada pasien di Rumah Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan
desain penelitian cross sectional yaitu untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi faktor penyebab
ekstraksi gigi permanen pasien di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.24
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Waktu
penelitian dilaksanakan pada periode 23 Mei – 01 Juli 2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam melakukan perawatan ektraksi gigi.
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek pada
penelitian ini bersumber pada rekam medis pasien yang melakukan ekstraksi gigi permanen pada
periode 23 Mei – 01 Juli 2016 di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Pengambilan subjek dilakukan secara consecutive sampling yaitu peluang anggota populasi
yang melakukan ekstraksi gigi tidak diketahui dan pengambilan subjek tersebut berdasarkan
pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria subjek.23
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar borang. Pengambilan data
dilakukan dengan checklist dengan tujuan penelitian yaitu data pasien yang melakukan ekstraksi gigi
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 33
pada periode 23 Mei – 01 Juli 2016 di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Setelah
data di dapat kemudian dikumpulkan dan dianalisis.
Analisa data menggunakan statistik dengan uji univariat dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk melihat faktor penyebab ekstraksi gigi permanen pada pasien di Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada periode 23 Mei – 01 Juli 2016

HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang melakukan ekstraksi gigi pada tanggal 23 Mei s/d 1 Juli 2016. Penelitian dilakukan
dengan cara mengumpulkan data primer melalui lembar borang yang telah dipersiapkan dimana data
yang diambil berupa data karakteristik responden dan data penyebab ekstraksi gigi yang dilakukan
oleh responden.
Subjek penelitian sebanyak 213 responden dengan jumlah penyebab ekstraksi gigi (kasus).
Sebelum dilakukan pengambilan data, subjek penelitian terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai
prosedur penelitian, setelah itu peneliti mewawancarai operator dengan pertanyaan identitas pasien
dan alasan pasien mencabut gigi. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ekstraksi Gigi Berdasarkan


Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh (Mei-Juli 2016)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

101 47,4
Laki-laki
112 52,6
Perempuan
Total 213 100

Dari Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 213 responden yang diteliti selama periode (Mei-Juli
2016), kasus ekstraksi gigi paling banyak dilakukan oleh pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak
112 pasien (52,6%). Sedangkan kasus ekstraksi gigi pada pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak
101 pasien (47,4%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Ekstraksi


Gigi Berdasarkan Usia Responden
di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (Mei-Juli 2016)
Usia Jumlah Persentase
(%)
≤ 20 Tahun 31 14,6
21-29 Tahun 68 31,9
≥ 30 Tahun 114 53,5
Total 213 100

Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 213 responden yang diteliti, kasus ekstraksi gigi
paling banyak dilakukan pada pasien berusia >30 tahun yakni sebanyak 114 pasien (53,5%).
Kemudian jumlah terbanyak yang kedua adalah pada pasien berusia 21-29 tahun yaitu sebanyak 68
pasien (31,9%) Sedangkan kasus ekstraksi gigi yang paling sedikit yaitu pada pasien berusia < 20
tahun sebanyak 31 pasien (14,6%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab


Ektraksi Gigi di Rumah Sakit
Umum dr. Zainoel Abidin
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 34
Banda Aceh (Mei-Juli 2016)
Faktor Penyebab Jumlah Persentase
Ektraksi Gigi (%)

Karies 79 37,1
Penyakit Periodontal 48 22,6
Pertimbangan 4 1,8
Ortodontik
Perawatan 31
Prostodontik 14,6
Gigi impaksi 28 13,2
Gigi Fraktur 23 10,7
Total 213 100

Dari Tabel 5.3 dan menunjukkan bahwa dari 213 jumlah penyebab dilakukannya ekstraksi
gigi paling besar adalah karena gigi karies yaitu sebesar 79 kasus (37,1%). Diikuti dengan periodontal
yakni 48 kasus (22,6%). Selanjutnya penyebab karena perawatan prostodontik menempati urutan ke-3
(tiga) yaitu sebanyak 31 kasus (14,6%). Gigi impaksi menempati urutan ke-4 (empat) terbesar yaitu
sebanyak 28 kasus (13,2%). Gigi fraktur menempati urutan ke-5 (lima) yaitu sebanyak 23 kasus
(10,7%). Sedangkan kasus yang paling sedikit disebabkan oleh penyakit ortodontik hanya 4 kasus
(1,8%).
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di RSUZA Aceh periode 23 Mei s/d 01 Juli 2016 mengenai frekuensi
distribusi penyebab ekstraksi gigi dengan jumlah responden sebanyak 213 pasien dengan jumlah kasus
penyebab ekstraksi gigi sebanyak 213 kasus. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Banda
Aceh pada tahun 2015 sebanyak 287.890 jiwa, maka jumlah kasus ekstraksi gigi yang terjadi di
RSUZA Kota Banda Aceh selama periode penelitian adalah sebesar 9,6% dari total penduduk Kota
Banda Aceh. Angka ini berbanding lurus dengan Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011
dimana Provinsi Aceh persentasenya lebih tinggi dari pada nasional yaitu sebesar 8,52%. 29 Secara
geografis RSUZA Aceh terletak di Kota Banda Aceh yang merupakan ibukota Provinsi Aceh.
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa kasus ekstraksi gigi berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Permatasari, dimana jumlah responden yang melakukan ekstraksi gigi pada pasien di
RSGMP Hj. Halimah DG. Sikati Makassar berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan
lebih banyak melakukan ekstraksi gigi dibandingkan dengan laki-laki.30
Hasil penelitian Oley et.al pada remaja didapat bahwa sebagian besar laki-laki tidak terlalu
peduli akan masalah gigi dan mulut yang dapat menyebabkan kelainan maloklusi, mereka lebih
memprioritaskan hobi mengingat banyaknya hobi yang dapat dipilih oleh laki-laki dibandingkan
perempuan. Alasan lainnya perempuan lebih peka terhadap kondisi dan penampilan tubuh sampai pada
penampilan gigi geliginya sehingga jika terjadi hal-hal yang dapat menyinggung terjadinya masalah
maloklusi mereka akan lebih cepat merespon sehingga harus dilakukan tindakan pencegahan
maloklusi salah satunya melakukan kunjungan ke dokter gigi.
Tabel 5.2. menujukkan distribusi frekuensi penyebab ekstraksi gigi berdasarkan usia
responden dimana kasus yang terbanyak terjadi pada rentang usia ≥30 tahun yakni sebanyak 114
pasien (53,5%). Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan rentang usia diatas 21-29 tahun yaitu
68 pasien (31,9%). Sedangkan pada rentang usia yang lebih muda (dibawah 20 tahun) ditemukan
penurunan jumlah kasus 31 pasien dengan persentase sebesar 14,6%.
Berdasarkan Tabel 5.3 penelitian didapat bahwa dari 213 orang subjek penelitian faktor
penyebab ektraksi gigi terbanyak adalah karies yaitu 79 orang (37,1%), penyakit periodontal sebanyak
46 orang (22,6%), perawatan prostodonti sebanyak 31 orang (14,6%), gigi impaksi sebanyak 28 orang
(13,2%), gigi fraktur sebanyak 23 orang (10,7%) dan pertimbangan ortodontik sebanyak 4 orang
(1,8%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti di RSGM
Universitas Syiah Kuala didapat bahwa dari 206 orang subjek penelitian faktor penyebab ektraksi gigi
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 35
terbanyak adalah karies yaitu 173 orang (83,98%), gigi impaksi sebanyak 23 orang (11,16%),
perawatan prostodonti sebanyak 6 orang (2,91%), penyakit periodontal sebanyak 3 orang (1,45%) dan
gigi fraktur sebanyak 1 orang (0,50%).5
Penelitian karies gigi berhubungan dengan pengetahuan yang kurang memadai sehingga
membuat pasien ragu untuk berobat ke dokter gigi yang pada umumnya dialami pasien usia muda.5
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariati di
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung tahun 2012 dimana penyakit periodontal merupakan indikasi
pencabutan gigi terbanyak yaitu sebanyak 488 pasien (91,7%). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini
banyak pasien yang berusia tua. Penyakit periodontal muncul sebagai penyebab tertinggi dari ekstraksi
gigi pada usia lanjut.31
Gigi impaksi adalah gigi yang mengalami kesukaran dalam erupsi baik seluruhnya maupun
sebagian akibat terhalang oleh tulang, jaringan lunak atau gigi lainnya. Impaksi diperkirakan secara
klinis dan dapat dipastikan dengan pemeriksaan radiografi.22 Hal ini tidak didukung dengan hasil
penelitian dimana rentang usia muda banyak ditemukan pertumbuhan gigi yang tidak normal seperti
gigi yang berjejal pada anak-anak. Untuk mengatasi masalah ini langkah terakhir yang diambil adalah
dengan melakukan ekstraksi gigi.
Perawatan prostodonti begitu banyak ditemukan dalam penelitian ini yaitu sebesar 14,6%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Richard W dkk yang mengungkapkan bahwa alasan
pencabutan gigi karena perawatan prostodonti relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan gigi karies.
Menurut Lesolang dkk dalam penelitiannya mengenai pola dan alasan ekstraksi gigi pada
Klinik Winterveldt dari tahun 1998-2002, perawatan prostodonti berhubungan dengan ekstraksi
beberapa gigi yang dilakukan untuk alasan menggantikannya dengan gigi tiruan. Akibat hilangnya gigi
membuat sistem pengunyahan makanan tidak optimal dan juga berpengaruh dengan faktor penampilan
seseorang. Hal ini membuat perawatan prostodontik sangat dibutuhkan untuk melakukan ekstraksi gigi
asli dan menggantikannya dengan gigi tiruan.27
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Aceh merupakan rumah sakit pendidikan
yang ada di Provinsi Aceh, di rumah sakit ini jarang ditemui kasus trauma terhadap perawatan
gigi. Selain Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin ada rumah sakit lain yang menangani
pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut seperti RSGM Unsyiah, RS Meuraxa dan rumah sakit
lainnya yang memiliki IGD dan menerima rujukan dari rumah sakit lain untuk menunjang perawatan,
sehingga kasus darurat lebih banyak dijumpai di rumah sakit tersebut dan kemungkinan alasan
pencabutan gigi dengan penyebab trauma akan lebih banyak ditemukan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil ekstraksi gigi disebabkan oleh gigi karies yaitu 79 kasus (37,1%), penyakit periodontal
yakni 48 kasus (22,6%), perawatan prostodonti 31 kasus (14,6%), gigi impaksi 28 kasus (13,2%), gigi
fraktur 23 kasus (10,7%) dan kasus pertimbangan ortodontik 4 kasus (1,8%).
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini ialah diharapkan kepada responden atau pasien
dapat meningkatkan pengetahuan faktor-faktor penyebab ekstraksi gigi. Diharapkan kepada dokter
gigi agar dapat memberikan edukasi kepada pasien untuk dapat meminimalisirkan penyebab dari
ekstraksi gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakar Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum.Yogyakarta, 2012 : 111-121.

2. Amanat D, Pourshahidi S, Ebrahimi H, Gheisari S, Amanat N. Reasons for Teeth Extraction in


Southern Regions of Iran, in 2010 Short Title: Teeth Extraction in Iran. Elixir Human Physio. 51.
2012 10994-10997: p.1

3. De Haantjes H O. Pencabutan gigi atau exodontia. 2010. Available from: URL:


http://www.potooloodental.com. Accessed: 19 Desember 2012.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 36
4. Dixit LP, Gurung CK, Gurung N, Joshi N. Reasons Underlying The Extraction of Permanent
Teeth in Patients Attending Peoples Dental College and Hospital, Original Article Nepal Med
Coll J 2010; 12(4): 203-206.

5. Ismiyanti, M. Faktor –Faktor Penyebab Ekstraksi Gigi Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Periode Maret-April 2015. Skripsi: 14-16

6. Fitria. Prevalensi Terjadinya Kesalahan Operator pada Tindakan Ekstraksi Gigi DI RSGM
Kandea. 2014. Skripsi : 1-3

7. Inka JF, Ni WM, Bernat H. Gambaran Indikasi Pencabutan Gigi Dalam Periode Gigi Bercampur
Pada Siswa SMP Negeri 1 Langowan. 2014 ; 2(2): 13-17.

8. Aida J, Ando Y, Akhter R, Aoyama H, Masui M, Morita M. Reasons for permanent tooth
extraction in Japan. Journal of Epidemiology 2006; 16(5): 214-19.

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2008: 131.

10. Ngangi RS, Mariati NW, Bernat SP Hutagalung, Gambaran Pencabutan Gigi Di Balai
Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2012. Program Studi
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 2012:.1-7

11. Kidd EAM, Joyston BS. Dasar-dasar karies. Alih Bahasa, Narlan Sumawinata; Editor Narlan
Sumawinata, Lilian Yuwono, Jakarta: EGC, 1991: 1-3.

12. Mozartha, Martha. Karies Gigi. http://www.klikdokter.com/rubrikspesialis/gigi-mulut/masalah-


gigi-mulut/karies-gigi.

13. Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC, p.231.

14. Beatrix JC. 2013. Faktor- Faktor Penyebab Penyakit Periodontal (Studi Kasus Masyarakat Pesisir
Pantai Kecamatan Bacukiki Barat Kota Pare – Pare). Skripsi. FGK, Universitas Hasanuddin
Makassar: 6.

15. Julianti R, Dharma MS, Erdaliza, Anggia D, Fahmi F, Aidi L, Alfian. Gigi dan Mulut Tutorial.
Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru.
Pekanbaru, 2008.p.6-8,15.

16. Saptorini KK. Poket Periodontal Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Wonosari
Kota Semarang. FKM UNSIL. 2011: 261.

17. Firli AS. Patomekanisme Kerusakan Tulang Pada Periodontitis Kronis. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar, 2011. Skripsi: 7-8.

18. Health Promotion Board: Dental Caries, affiliated with the Singapore government. Page accessed
on August 14, 2006.

19. U.S. Departement of Health And Human Services. Periodontal (Gum) Disease), Causes,
Symptoms and Treatments. National Institutes of Dental Craniofacial Research NOHIC. NIH
Publication No. 11-1142, 2011:5. http://www.nider.nih.gov.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 37
20. Sulandjari H. Buku Ajar Ortodonsia I KGO 1. FKG UGM, Yogyakarta, 2008, :7,12-15.

21. Yulianda D. Gambaran Umum Ekstraksi Gigi Permanen di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2008-2012. Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh: Banda Aceh, 2013. Skripsi :1-36

22. Bagga KD. Adult Orthodontics Versus Adolescent Orthodontics: An Overview. JOHCD, 2010:
42-47

23. Kasim A, Riawan L. Materi Kuliah Bedah Dento Alveolar. Bandung. 2007.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/pustaka_unpad_ bedah_ dento. pdf: 11-14.

24. Humairah W. Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik Pada raktik Dokter Gigi Umum Di Kota
Medan. 2015, http://repository.usu.ac.id/bitstream/ChapterII.pdf : 1-3

25. Riyanti E. Penatalaksanaan Trauma Gigi pada Anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/ penatalaksanaan_trauma_
gigi_pada_anak.pdf. 2010: 1-2.

26. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta. 2005:
68.

27. Lesolang. R.R, Motloba. D.P, Lallo R. Patterns and Reasons for Tooth Extraction at the
Winterveldt Clinic: 1998-2002. SADJ June 2009, Vol 64 No.5 p.214-8

28. Kementerian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta, 2010.p.154

25. Notoatmodjo. S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
2005.p.68.

29. Dinas Kesehatan Aceh. Profil Dinas Kesehatan tahun 2011. Banda Aceh.

30. Permatasari, R. Hubungan Kecemasan Dental Dengan Perubahan Tekanan Darah Pasien
Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Hj. Halimah DG. Sikati
Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar. 2013, p. 32-33.

31. Al Qudah. M, Al Waeli. H, Al Rashdan. H. The Reasons of Dental Extraction of Permanent Teeth
in a Jordanian Population, Including Considerations for the Influence of Social Factors. Smile
Dental Journal. Vol 7, Issue 1-2012. p.34-4

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 3 2 - 3 8 | 38

Anda mungkin juga menyukai