Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL

PADA SATPAM PT DANLIRIS SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :

SENO SUMARSONGKO
F. 100 050 326

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL

PADA SATPAM PT DANLIRIS SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:

SENO SUMARSONGKO

F 100 050 326

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

ii
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL
PADA SATPAM PT DANLIRIS SUKOHARJO

Seno Sumarsongko
Dra. Partini, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara harga diri dengan
perilaku prososial khususnya pada satpam PT Danliris Sukoharjo. Populasi penelitian
ini adalah seluruh anggota satpam PT Danliris Sukoharjo sejumlah 156 satpam. Jumlah
sampel yang diambil menggunakan formula Slovin sebanyak 112 satpam. Data
penelitian ini bersumber dari observasi, interview, kuesioner dan dokumentasi.
Hipotesis penelitian ini menggunakan teknik analisa product moment dari Spearman
pada signifikansi 95% (α = 5%). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang sangat positif signifikan antara harga diri dengan periaku prososial pada satpam
PT Danliris dengan nilai korelasi r=0,374 dan p=0,000 (p< 0,01). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel harga diri berkorelasi sangat signifikan dengan variabel
perilaku prososial. Sumbangan efektif variabel harga diri terhadap variabel perilaku
prososial ditunjukan dari nilai koefisien determinan (r2 ) = 0,193 yang berarti variabel
harga diri memberikan pengaruh sebesar 19,3% terhadap perilaku prososial, sedangkan
80,7% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Harga Diri, Perilaku Prososial

v
RELATIONSHIP BETWEEN SELF-ESTEEM WITH THE BEHAVIOR PROSOSIAL
ESPECIALLY IN SECURITY GUARDS PT DANLIRIS SUKOHARJO

Seno Sumarsongko
Program Studi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT

This study attempts to see the relationship between self-esteem with the behavior prososial
especially in security guards PT Danliris Sukoharjo. Population research it is a whole a
member of security guards pt danliris sukoharjo a number of 156 security guards. The sample
of the taken use formula slovin as many as 112 security guards .Data this research funded by
observation, the interview, the questionnaire and documentation. Hypothesis this research
using a technique analysis product moment of the spearman in significance 95 % ( & amp; #
945 patients; = 5 % ). The results of the study showed that there is a very positive welfare
between self-esteem with periaku prososial on security guards pt danliris with correlation
value r = 0,374 and p = 0,000 ( p & lt; 0.01 ). So that it can be concluded that variable self-
esteem correlate is very significant variable prososial behavior .Contributions effective
variable self-esteem on variables behavior prososial demonstrated from value the coefficients
determinan ( r2 = 0,193 which means variable self-esteem impact of 19.3 % of behavior
prososial, while 80,7 % influenced other variables that not explained in this research .

Key Word : Self-esteem, Behavior Prososial

vi
PENDAHULUAN kehidupan masyarakat membawa dampak
positif bagi pengembangan diri individu,
Pada umumnya keteraturan, masyarakat, serta seluruh aspek yang ada
kedamaian, keamanan dan kesejahteraan di dalamnya terlebih dalam dunia kerja.
dalam bermasyarakat, sangat dibutuhkan Sementara dalam dunia kerja perilaku
sikap saling tolong-menolong, perasaan sosial berkaitan dengan manifestasi
senasib seperjuangan, saling bekerja sama seseorang (karyawan) sebagai mahluk
dan lain-lain. Hal ini sering terlihat secara sosial yang mendukung fungsi
langsung dalam masyarakat, seperti organisasi secara maksimal, sehingga
kegiatan sambatan, kerja bakti, atau perilaku ini lebih bersifat altruistik
memberi bantuan baik berupa barang (menolong) yang diekspresikan dalam
maupun jasa pada orang yang sangat bentuk tindakan-tindakan yang
membutuhkan. Memberikan bantuan menunjukkan sikap tidak mementingkan
ataupun keuntungan pada orang lain tanpa diri sendiri, saling bekerjasama,
mengharap imbalan apapun dalam memberikan saran, saling menghargai dan
psikologi disebut dengan perilaku menghormati, membantu menyelesaikan
prososial. Namun pada masa globalisasi pekerjaan, memberi informasi segala hal
saat ini masyarakat di kota-kota besar yang bertujuan memperlancar jalannya
Indonesia sedikit demi sedikit mengalami proses pekerjaan. Robin dan Judge (2008)
perubahan sebagai akibat dari menjelaskan bahwa organisasi yang
modernisasi. Jadi, tidaklah mengherankan sukses membutuhkan karyawan yang
apabila di kota-kota besar nilai-nilai akan melakukan lebih dari sekedar tugas
pengabdian, kesetiakawanan dan tolong- biasa mereka, yang akan memberikan
menolong mengalami penurunan kinerja melebihi harapan. Robin dan
sehingga yang nampak adalah Judge (2008) menunjukkan fakta bahwa
perwujudan kepentingan diri sendiri dan organisasi yang mempunyai karyawan
rasa individualis (Sarwono dan Meinarno, dengan perilaku sosial organisasi yang
2009) baik, akan memiliki kinerja yang lebih
Perilaku prososial adalah segala baik daripada organisasi lain. Atmosfer
bentuk tingkah laku yang bertujuan iklim organisasi yang positif akan
menyokong kesejahteraan orang lain, atau terakumulasi menjadi perilaku prososial
perilaku yang menguntungkan penerima dalam organisasi. Dampak positif tersebut
tetapi tidak memiliki keuntungan yang menimbulkan rasa untuk menghargai
jelas bagi pelakunya (Brigham, 2001). sesama karyawan, sikap komitmen dan
Pentingnya perilaku prososial dalam loyalitas tinggi yang membawa kearah

1
perkembangan perusahaan menjadi lebih misalnya kepribadian. Faktor kepribadian
baik lagi mencakup beberapa aspek psikologis
individu, salah satunya harga diri.
Pada kenyataanya di era Bersama-sama dengan kebutuhan
globalisasi ini, berdasarkan beberapa psikologis, tipe kepribadian, dan
fakta dalam kehidupan masyarakat pengalaman masa lalu harga diri akan
khususnya dalam organisasi atau mempengaruhi individu dalam melakukan
perusahaan, perilaku prososial sudah seleksi, organisasi, dan interpretasi
mulai menipis dan seringkali terjadi salah (persepsi) terhadap hasil penginderaan-
kaprah dalam pemahaman perilaku nya. Turban dan Keon (1993)
prososial. Gambaran menurunnya membuktikan bahwa harga diri
perilaku prososial nampak pada sebagian mempengaruhi persepsi individu dalam
karyawan PT Danliris Sukoharjo, salah konteks pemilihan jenis pekerjaan dan
satunya pada bagian satpam. Indikator organisasi tempat bekerja, misalnya
perilakunya muncul dalam beberapa ciri, perilaku pimpinan, karakteristik
misalnya terlihat dari perilaku satpam pekerjaan, sistem upah dan kesejahtaraan
yang lebih sering ngobrol santai, lebih serta perilaku komunikasi antar pegawai
suka kongkow di pos dari pada patroli, yang didalammnya bisa jadi adalah
enggan untuk menemani satpam lain yang perilaku prososial.
sedang patrol, dan masih terdapat
beberapa satpam yang terlambat masuk Dari uraian diatas maka peneliti
kerja. berkesimpulan bahwa masih banyak
Walaupun disamping itu, masih permasalahan yang terdapat di organisasi
banyak satpam yang menunjukan perilaku yang berkaitan dengan perilaku prososial.
prososial. Diantaranya adalah terdapat Penelitian ini menggunakan variable
beberapa satpam yang masuk kerja datang bebas yaitu harga diri dan variable
sebelum jam kerja, bersikap toleransi tergantung yaitu perilaku prososial.
ketika ada satpam lain yang terlambat Penelitian ini sangat penting untuk
masuk, dan bersedia untuk menemani dilakukan karena perilaku prososial pada
satpam lain yang patrol. karyawan akan meningkatkan kontribusi
karyawan pada perusahaan tempat
Faktor-faktor yang mempengaruhi mereka bekerja.
adanya permasalahan perilaku prososial
salah satunya adalah harga diri. Menurut Mengacu dari dari uraian-uraian
Sears (2001) Perilaku prososial dapat di atas maka dibuat rumusan masalah
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: Apakah ada hubungan

2
antara harga diri dengan perilaku dan bersama-sama serta tujuannya sama,
prososial? Berdasarkan permasalahan perilaku menolong (helping behavior),
tersebut penulis tertarik untuk mengkaji suatu perilaku untuk berbuat baik
secara empirik dengan mengadakan terhadap orang lain, membagi (sharing),
penelitian berjudul: “Hubungan antara perilaku yang dinampakkan karena ada
harga diri dengan perilaku prososial pada sama-sama memiliki, Berderma (charity),
karyawan DanLiris Surakarta”. memberi sesuatu (barang) kepada orang
lain yang membutuhkan, kejujuran
TINJAUAN PUSTAKA (honesty), melakukan atau mengatakan
Perilaku prososial adalah tindakan sesuatu kepada orang lain dengan tulus
yang ditujukan kepada orang lain, baik hati dan mengandung kebenaran.
secara fisik maupun psikis yang Sedangkan Cohen (1995) menyebutkan
memberikan manfaat positif bagi orang bahwa perilaku prososial setidaknya
yang dikenai tindakan itu, walaupun mencakup aspek aspek kognitif, afektif,
tindakan itu sebenarnya tidak mempunyai konatif.
manfaat dan keuntungan yang jelas bagi Menurut Gerungan (2006) faktor-
individu yang melakukannya dan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
tindakan itu dilakukan sesuai dengan prososial antara lain:
norma masyarakat yang berlaku.
a. Situasi sosial; meliputi karakteristik
Perilaku prososial Menurut Baron
kelompok dan norma sosial. Faktor
dan Byrne (2010) diartikan sebagai
harga diri merupakan bagian dari
perilaku yang ditunjukkan kepada orang
faktor ini.
lain dan memberikan manfaat yang positif
b. Faktor norma social
bagi orang yang dikenai perbuatan
tersebut. Perilaku prososial mencakup c. Karakteristik hubungan interpersonal
meliputi sifat kesamaan, kedekatan
tindakan seperti membagi sesuatu yang
hubungan dan daya tarik
dimiliki pada orang lain, kerjasama,
d. Mediator internal meliputi mood dan
berderma, menolong, kejujuran, serta
empati.
mempertimbangkan hak dan
kesejahteraan orang lain. Darley dan Latene (Sarwono dan
Meinarno, 2009) mengemukakan
Mussen (2000) mengemukakan
beberapa faktor yang dapat berpengaruh
perilaku prososial mencakup aspek-aspek
terhadap perilaku prososial, diantaranya :
sebagai berikut: Kerjasama (cooperation),
melakukan suatu pekerjaan dengan baik

3
a. Bystander. Bystander adalah orang- bantuan., ini disebut efek
orang yang berada di sekitar tempat penonton (by stander effect).
kejadian 2. Kondisi lingkungan. Keadaan
b. Atribusi. Seseorang akan termotivasi fisik seseorang akan
untuk memberikan bantuan orang mempengaruhi kesediaannya
lain bila ia mengasumsikan bahwa untuk membantu
ketidakberuntungan korban adalah 3. Tekanan waktu. Tekanan waktu
diluar kendali korban menimbulkan dampak yang kuat
c. Model. Orang-orang kemungkinan terhadap pemberian bantuan.
akan lebih besar untuk memberikan Seseorang yang tergesa-gesa
sumbangannya di kotak amal yang mempunyai kecenderungan yang
disediakan ditoko bila sebelumnya lebih kecil untuk menolong
mereka melihat orang lain juga dibandingkan seseorang yang
menyumbang tidak mengalami tekanan waktu.
d. Sifat dan Suasana hati (mood). Orang
yang mempunyai sifat pemaaf akan b. Karakteristik penolong. Seseorang
mempunyai kecenderungan mudah akan tetap memberikan bantuan
menolong. meskipun kekuatan situasional
menghambat pemberian bantuan, dan
Sears (2001) mengemukakan yang lain tidak memberikan bantuan
beberapa faktor yang mempengaruhi meskipun berada dalam kondisi yang
perilaku prososial adalah: sangat baik. Adanya perbedaan
a. Karakteristik situasi. Orang yang individu akan terlihat dalam usaha
sedang sibuk atau tergesa-gesa memahami mengapa ada orang yang
cenderung untuk tidak menolong lebih mudah menolong dibandingkan
daripada yang tidak sibuk atau orang lain. Faktor penolong meliputi:
tergesa-gesa. Faktor situasional 1. Faktor kepribadian
meliputi: 2. Suasana hati
1. Kehadiran orang lain. Semakin 3. Distress diri dan rasa empati
banyak yang hadir, semakin besar
Berdasarkan uraian di atas dapat
kemungkinan seseorang benar-
disimpulkan faktor-faktor yang
benar memberikan pertolongan
mempengaruhi perilaku prososial
dan semakin besar pula rata-rata
antara lain situasi sosial, norma sosial,
tentang waktu pemberian
karakteristik hubungan interpersonal,
mediator internal, by stander, atribusi,

4
model, sifat dan suasana hati, menunjukan seberapa jauh individu
karakteristik situasi dan karakteristik percaya bahwa dirinya mampu, penting,
penolong. berhasil, dan berharga.

Harga diri adalah penilaian yang Polan (Pudjobudoyo, 1998)


dilakukan oleh individu untuk mengatakan bahwa harga diri merupakan
memandang dirinya sendiri, terutama salah satu kebutuhan psikologis yang
mengenai sikap penerimaan atas seberapa meliputi kepercayaan, kebutuhan
besar kepercayaan individu terhadap ekonomi, kebutuhan akan keberhasilan,
kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan kebutuhan akan memperoleh pengetahuan
keberhargaan. dan perasaan mampu.

Goble (Myers, 2002) (Globe, 1994) mengemukakan


mendefinisikan harga diri sebagai aspek-aspek harga diri meliputi:
penilaian diri yang dilakukan oleh
seorang individu dan biasanya berkaitan a. Rasa dianggap mampu dan berguna
dengan dirinya. Penilaian tersebut bagi orang lain, yaitu ditunjukkan
mencerminkan sikap penerimaan dan oleh kemampuan individu bahwa
penolakan serta penunjukan seberapa jauh dirinya merasa mampu dan memiliki
individu percaya pada dirinya, mampu, sikap optimis dalam menghadapi
penting, berhasil dan berharga. masalah kehidupan
b. Rasa dihormati, seseorang yang
Bradshaw (Rice, 1998) dihormati oleh orang lain merasa
mengatakan bahwa harga diri adalah bahwa dirinya berharga, percaya diri
jaringan pengalaman seseorang dan akan serta mampu menghargai dirinya
menimbulkan konsep diri positif atau sendiri.
negatif. Penilaian terhadap diri sendiri c. Rasa dibutuhkan orang lain,
sangat terkait dengan pengalaman seseorang yang dibutuhkan oleh
seseorang. orang lain akan merasa dirinya
diterima oleh lingkungannya.
Coopersmith (Rice, 1998)
mendefinisikan harga diri sebagai Menurut Calhoun dan Accocella
penilaian diri yang dilakukan oleh (1997) harga diri merupakan
seseorang individu dan biasanya perkembangan diri aspek afektif yang
berkaitan dengan dirinya sendiri. meliputi :
Penilaian tersebut mencerminkan sikap
penerimaan dan penolakan serta

5
a. Rasa penerimaan, merupakan dalam relasinya dengan dirinya sendiri
perasaan individu bahwa dirinya maupun dengan individu yang lain.
merupakan bagian dari kelompok
yang diterima dan dihargai oleh Menurut Koentjoro (1989) faktor-
kelompok lain. faktor yang mempengaruhi
b. Perlakuan diri, yaitu perasaan perkembangan harga diri antara lain :
inddividu bahwa dirinya mampu
a. Lingkungan keluarga; lingkungan
melaksaanakan atau mencapai
keluarga merupakan tempat
sesuatu hal yang diinginkan secara
bersosialisasi pertama bagi seseorang.
efisien dan bernilai positif.
Hal ini berkaitan dengan sikap orang
c. Penghargaan, adalah suatu perasaan
tua yang merupakan faktor yang
individu bahwa dirinya berharga,
mempengaruhi harga diri. Perlakuan
mempunyai arti dan merasa bernilai.
adil, pemberian kesepakatan untuk
Aspek-aspek harga diri menurut aktif dan pendidikan yang demokratis
Coopersmith (1997) meliputi: power didapatkan pada individu yang
(kekuatan); significance (keberartian); memiliki harga diri yang tinggi.
virtue (kebajikan) dan competence b. Lingkungan sosial ; lingkungan
(kompetensi). sekitar individu yang berinteraksi
mempunyai pengaruh bagi
Berdasar pendapat pendapat di pembentukan harga diri individu.
atas dapat disimpulkan bahwa aspek Pembentukan harga diri individu
harga diri antara lain: rasa dianggap dimulai sejak individu mulai
mampu dan berguna bagi orang lain, rasa menyadari bahwa dirinya berharga
dihormati, rasa dibutuhkan orang lain, sebagai individu, dengan
rasa penerimaan, perlakuan diri, lingkungannya, penerimaan,
penghargaan, power (kekuatan); penghargaan serta perlakuan orang
significance (keberartian); virtue lainterhadap individu tersebut, dengan
(kebajikan) dan competence kata lain pembentukan harga diri
(kompetensi). ditentukan oleh lingkungan sosial.
c. Faktor-faktor psikologis ;
Harga diri bukanlah faktor yang
peneriamaan diri akan mengerahkan
dibawa sejak lahir, namun merupakan
individu tersebut ke pemikiran
faktor yang dipelajari dan dibentuknya
tentang dirinya yang lebih kuat dan
sepanjang pengalaman hidup individu
mendalam dan pembentukan harga
diri sehingga individu akan

6
menentukan arah dirinya saat mulai d. Konsistensi berperilaku sesuai
memasuki hidup bermasyarakat dengan nilai atau norma-norma yang
sebagai anggota masyarakat yang berlaku. Perilaku yang dianggap
sudah dewasa. bernilai oleh masyarakat maka dapat
d. Jenis kelamin ; perbedaan jenis meningkatkan harga diri tetapi jika
kelamin mengakibatkan terjadinya kurang dihargai maka dapat
perbedaan dalam pola berpikir, cara menimbulkan konflik dengan nilai
berpikir, dan bertindak antara laki-laki yang dianut dan selanjutnya dapat
dan perempuan akan berbeda. menurunkan harga diri.
Keadaan ini dimungkinkan melihat
cara perlakuan orang tua dan harapan Berdasarkan pendapat di atas dapat
masyarakat yang berbeda-beda pada disimpulkan bahwa faktor yang
kedua jenis kelamin. berpengaruh terhadap harga diri antara
lain; lingkungan keluarga seperti
Bradshaw (Burns, 2003) menyatakan penerimaan, perhatian, afeksi, hukuman
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dan kehangatan orang tua serta
harga diri antara lain : lingkungan sosial seperti penghargaan
dari orang lain terhadap dirinya. Prestasi
a. Prestasi yang tampak, proses yang nampak dan pengalaman serta
pencapaian prestasi, maupun tujuan konsistensi perilaku juga mempunyai
yang telah ditetapkan individu. Hal pengaruh terhadap control personal
ini berkaitan dengan kegagalan dalam proses munculnya harga diri.
bagaimana merasakan perkembangan
potensi atau kemampuan yang Coopersmith (Asia, 2007)
dimiliki menyatakan bahwa individu dengan harga
b. Pengaruh control personal dan diri tinggi mempunyai ciri-ciri mandiri,
pengaruh situasi atau orang-orang lebih percaya diri, konsisten, adaptif,
yang berarti dalam kehidupan kreatif, asertif, tidak sulit bersahabat dan
individu. mengemukakan pendapat. Sementara
c. Pengalaman berdasarkan penilaian individu yang mempunyai harga diri
dan perlakuan orang-orang terhadap rendah biasanya kurang percaya diri,
individu, apakah individu merasa kurang populer, takut, menarik diri, lebih
dipelihara, dihargai, diterima, ditolak, suka menjadi pendengar, kurang berani
diabaikan, dicintai atau tidak mengemukakan ide, depresi, pesimis,
diperhatikan oleh orang lain. mudah cemas jika berhadapan dengan
peristiwa sehari- hari, kurang dapat

7
memberi dan menerima cinta, kurang pesimis tentang masa depannya dan
intim menjalin hubungan karena takut mudah atau cenderung gagal mempunyai
ditolak, isolasi, malu. kecenderungan sulit melakukan perilaku
prososial.
Menurut Sarwono (2010), harga
diri yang dimiliki oleh individu akan Staub (Lestari, 2003)
mempengaruhi tingkat afeksi, perilaku mengemukakan bahwa seseorang yang
kompensasi dan koping. Individu dengan mempunyai kecenderungan untuk
harga diri tinggi biasanya akan melakukan perilaku prososial umumnya
mempunyai reaksi emosi dan mood yang memiliki karakteristik kepribadian yaitu :
positif terhadap pengalaman yang harga diri yang tinggi, rendahnya
diterima; jika mengalami pengalaman kebutuhan akan persetujuan orang lain,
buruk akan melakukan strategi perbaikan tanggung jawab yang tinggi, memiliki
diri, sedangkan pada individu dengan kontrol diri yang baik, dan tingkat moral
harga diri rendah akan cenderung yang seimbang. Hal ini berarti bahwa
menolak pengalaman yang bersifat harga diri yang tinggi mempunyai
negatif. Terkait dengan perilaku pengaruh yang besar bagi terciptanya
karyawan dalam perusahaan maka perilaku prososial.
karyawan yang memiliki harga diri tinggi
HIPOTESIS
(positif) diharapkan dapat meningkatkan
perilaku prososialnya. Terdapat hubungan positif antara
Harga diri adalah salah satu alasan harga diri dengan sikap prososial,
utama mengapa seseorang melakukan semakin tinggi harga diri semakin tinggi
perilaku prososial. Harga diri berkaitan sikap prososial dan sebaliknya, semakin
dengan cara penting bagaimana rendah harga diri semakin rendah perilaku
memposisikan dirinya dengan orang lain prososial.
dalam kehidupan mereka sehari-hari
METODE PENELITIAN
(Michener & Delamater, 1999). Artinya
mereka yang nilai dirinya positif Penelitian ini merupakan studi
cenderung untuk bahagia, sehat, berhasil, lapangan yang menggunakan metode
dan dapat menyesuaikan diri sehingga kuantitatif, dengan menggunakan
mempunyai kecenderungan untuk kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
melakukan perilaku prososial. Sebaliknya Kuesioner yang terdiri atas dua bagian,
orang yang menilai dirinya negatif secara yaitu alat ukur harga diri yang disusun
relatif tidak sehat, cemas, tertekan dan oleh Asia (2006) dan telah dimodifikasi

8
oleh penulis, Perilaku prososial dalam Dari hasil analisis diketahui
penelitian ini merupakan modifikasi skala koefisien determinan (r2) = 0,193 Hal ini
perilaku prososial yang disusun oleh berarti sumbangan efektif harga diri
Susanto (2006) berdasarkan aspek-aspek terhadap perilaku prososial sebesar
yang dikemukakan oleh Mussen, Conger, 19,3%, artinya masih terdapat 80,7%
dan Kagan, (1994) Perhitungan statistik faktor-faktor lain yang mempengaruhi
yang digunakan untuk pengujian hipotetis perilaku prososial selain variabel harga
menggunakan teknik analisa korelasi diri.
product moment dari Spearman dengan
bantuan SPSS for windows release 16. Berdasarkan hasil analisis
diketahui rerata empirik (RE) variabel
Hasil uji validitas dan reliabilitas harga diri sebesar 77,5 dan rerata
pada perilaku prososial menunjukkan 34 hipotetik (RH) sebesar 57,5 yang berarti
aitem valid dan 6 aitem yang gugur harga diri pada subjek tergolong tinggi.
dengan nilai alpha 0,909. Hasil uji Sedangkan variabel perilaku prososial
validitas dan reliabilitas pada harga diri diketahui rerata empirik (RE) sebesar
menunjukkan 23 aitem valid dan 7 aitem 116,48 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
yang gugur dengan nilai alpha 0,766. 108 berarti perilaku prososial pada
subjek penelitian tergolong sangat tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil analisisa pendapat yang dikemukan oleh Michener
statistic dengan teknik analisa product & Delamater (1999), harga diri adalah
moment dari Sperman’s rho nilai r= 0,374 salah satu alasan utama mengapa
dengan signifikansi p = 0,000 (p< 0,01). seseorang melakukan perilaku prososial.
Hal ini menunjukkan ada hubungan Harga diri berkaitan dengan cara penting
positif yang sangat signifikan antara bagaimana memposisikan dirinya dengan
harga diri dengan perilaku prososial. orang lain dalam kehidupan mereka
Artinya harga diri mempengaruhi sehari-hari Artinya mereka yang nilai
perilaku prososial. Hasil tersebut dirinya positif cenderung untuk bahagia,
menunjukkan semakin tinggi harga diri sehat, berhasil, dan dapat menyesuaikan
maka semakin tinggi perilaku prososial, diri sehingga mempunyai kecenderungan
begitu sebaliknya semakin rendah harga untuk melakukan perilaku prososial.
diri maka semakin rendah perilaku Sebaliknya orang yang menilai dirinya
prososial karyawan. negatif secara relatif tidak sehat, cemas,
tertekan dan pesimis tentang masa

9
depannya dan mudah atau cenderung oleh rerata empirik (RE) = 78,88 dan
gagal mempunyai kecenderungan sulit rerata hipotetik (RH) = 57,5
melakukan perilaku prososial. c. Perilaku prososial pada subjek
penelitian tergolong sangat tinggi,
Staub (Lestari, 2003)
ditunjukan oleh rerata empirik (RE)
mengemukakan bahwa seseorang yang
= 116,48 dan rerata hipotetik (RH)
mempunyai kecenderungan untuk
sebesar = 87,5.
melakukan perilaku prososial umumnya
d. Sumbangan efektif harga diri
memiliki karakteristik kepribadian yaitu :
terhadap perilaku prososial sebesar
harga diri yang tinggi, rendahnya
19,3% ditunjukkan dengan koefisien
kebutuhan akan persetujuan orang lain,
determinan sebesar 0,193. Berarti
tanggung jawab yang tinggi, memiliki
masih terdapat 80,7% variabel lain
kontrol diri yang baik, dan tingkat moral
yang mempengaruhi perilaku
yang seimbang. Hal ini berarti bahwa
prososial di luar variabel harga diri.
harga diri yang tinggi mempunyai
pengaruh yang besar bagi terciptanya Berdasarkan hasil penelitian dan
perilaku prososial. kesimpulan di atas, penulis mengajukan
KESIMPULAN DAN SARAN beberapa saran sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis data a. Bagi Pimpinan Perusahaan


yang telah dilakukan dapat diambil
Berdasarkan hasil penelitian
kesimpulan bahwa :
diketahui harga diri pada karyawan devisi
a. Ada hubungan positif yang sangat satpam PT. Dan Liris Sukoharjo
signifikan antara harga diri dengan tergolong sangat tinggi dan perilaku
perilaku prososial. Semakin tinggi prososial karyawan tergolong tinggi, oleh
harga diri maka semakin tinggi karena itu diharapkan pimpinan
perilaku prososial, begitu sebaliknya perusahaan dapat meningkatkan kondisi
semakin rendah harga diri maka tersebut dengan cara menerapkan
semakin rendah perilaku prososial kebijakan-kebijakan yang tepat agar
ditunjukan dengan hasil koefisien karyawan mampu mengembangkan harga
korelasi sebesar 0,374 dengan p = diri secara positif dan memiliki perilaku
0,000 (p < 0,01). prososial yang mendukung proses
b. Harga diri pada subjek penelitian kemajuan dan pengembangan perusahaan.
tergolong sangat tinggi, ditunjukkan
b. Bagi karyawan / subjek penelitian

10
Diharapkan dengan hasil penelitian Bartal, D., Bagozzi, R. P. & Moore, D.
ini karyawan semakin meningkatkan J., 2000. Public Service
perilaku prososialnya, sehinga dapat Advertisements: Emotions and
membantu perusahaan dengan cara Emphaty Guide Prosocial
meningkatkan kontribusinya pada Behavior. Journal of Marketing,
perusahaan. Vol. 58. 56-70. January 1994.
Brigham, J. C., 1991. Social
c. Bagi peneliti selanjutnya
Psychology ( ed). Nebraska:
Jika tertarik untuk meneliti lebih Harper Collins Publisher.
lanjut tentang perilaku prososial pada Burns, D.D. 2003. Konsep Diri, Teori
karyawan masih terdapat banyak faktor- Pengukuran, Perkembangan dan
faktor lain yang mempengaruhi yang Perilaku. Alih Bahasa Eddy.
belum diteliti Jakarta: Arcan.
Calhoun, J.F., and Acocella, J.R. 1996.
Psikologi Tentang Penyesuaian
dan Hubungan Kemanusiaan
DAFTAR PUSTAKA
(terjemahan oleh satmoko, R. S.)
Aditomo, A. dan Retnowati S. 2004. Edisi Ketiga. Semarang: Penerbit
Perfeksionisme, Harga Diri dan IKIP Semarang.
Kecenderungan Depresi pada Cohen, S. 1995. Issue in The Study
Remaja Akhir. Jurnal Psikologi. and Application of Social
No.1, 1-15. 2003. Support: Social Support and
Asia, N. 2007. Hubungan Antara Health. London: Academ ic Press
Harga Diri dan Asertivitas dan Inc.
Perilaku dengan Perilaku Coopersmith, S. 1997. The
Prososial. Skripsi (tidak Antensendent of Self Esteem. San
diterbitkan). Surakarta : Fakultas Fransisco: WH Freeman and
Psikologi UMS. Company.
Azwar, S. 2007. Validitas dan Davidoff, L.L. 1995. Psikologi Suatu
Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pengantar. Jilid I. (Terjemahan
Pelajar. Juniati, M). Jakarta: Erlangga.
Baron, R.A & Byrne, D. 2010. Gerungan, W. A. 2006. Psikologi
Psikologi Sosial. Penerjemah: Sosial. Bandung: Eresco.
Djuwita, R dkk. Jakarta: Penerbit Globe, F. G. (1994). Psikologi
Erlangga. Humanistik Abraham Maslow

11
(Terjemahan Supratiknyo). Jiwa dalam Al-Qur’an (seri
Yogyakarta: Kanisias. disertasi). Jakarta: Paramadina.
Hadi, S. 2000. Panduan Manual Mussen, P. H. 2000. Perkembangan
Program SPS-2000. Yogyakarta: dan Kepribadian Anak.
Penerbit Fakultas Psikologi. (terjemahan Budiyanto, F. X,
Universitas Gajah Mada. dkk). Jakarta: Arcan.
___, 2004. Metodologi Research 2. Myers, D. G. 2002. Social Psychology.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Boston: McGraw-Hill Collage.
UGM. Naga, Dali S. 2004. Pengantar Teori
Hurlock, E.B. 2006. Psikologi Skor pada Pengukuran
Perkembangan: Suatu Pendekatan Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.
Sepanjang Rentang Kehidupan Pudjoduboyo, Y. K. K. 1998. Aspirasi
(Terjemahan: Istiwidayati). Remaja dalam Kaitannya dengan
Jakarta: Erlangga. Harga Diri, Jenis Kelamin dan
Koentjoro, 1989. Perbedaan Harga Tingkat Pendidikan Orangtua.
Diri Remaja Di Daerah Miskin Thesis (tidak diterbitkan).
Penghasil Pelacur dan Bukan Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Penghasil Pelacur: Laporan Universitas Gajah Mada.
Penelitian. (tidak diterbitkan). Rice, F. P. 1998. The Adolescent:
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Development, Relationships, and
UGM. Culture. ( ed). Boston: Allyn
Kumaidi. 2004. Interpretsi Korelasi and Bacon.
Skor Butir dengan Skor Total Uji Robbins, S. P dan Judge. T. A. 2008.
Kebermaknaan Koefisien Perilaku Organisasi: Edisi 12.
Reliabilitas KR-20 dalam (Terjemahan: Diana Engelica).
Penelitian Pendidikan dan Jakarta: PT. Prenhallindo.
Psikologi. Jurnal Ilmu Robinson, J. P., Shaver, P. R. 2001.
Pendidikan. Jilid 2. Nomor: 2. Measures of Personality and
2004. Social Psychology Attitudes. Vol.
Michener, H. A. & DeLamater, J D. 1. United Kingdom L: Academic
1999. Social Psychology. Fourth Press, Inc.
Edition. New York: Harcourt Sarwono, S. W. Meinarno, E. A. 2009.
Brace Collage Publishers. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Mubarok, A. 2000. Solusi Krisis Humanika.
Kerohanian Manusia Modern,

12
Sears, D. O. Freedman, J. L. Peplav L.
A. 2001. Psikologi Sosial. Jilid 2,
Penerbit Erlangga.
Suryabrata. 2000. Metodologi
Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali
Press.
Susanto, A. 2006. Perbedaan Perilaku
Prososial ditinjau dari Locus of
Control. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi UMS.
Tjahyono. 1996. Hubungan Kinerja
dengan Organizational Citizenship
Behavior (OCB). Working Paper
Series No. 2 20. First Draft.
Turban F. K., Koen, D. B. 1993.
Personality and the Goal-Striviig
Process: The Influence of
Echoevement Goal Patterns, Goal
Level, and Mental Focus on
Performance and Enjoyment.
Journal of Applied Psychology.
Vol. 88. No. 2, 256-265.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

13

Anda mungkin juga menyukai