Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stoikiometri merupakan ilmu perbandingan kuantitatif atau perbandingan


pengukuran antara unsur kimia yang satu dengan unsur kimia yang lainnya.
Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan kimia, sehingga dalam percobaan
stoikiometri reaksi dan neraca massa kali ini, akan dibahas mengenai zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia baik yang berbentuk larutan maupun yang berbentuk
endapan, yang berpatok pada penerapan asas-asas stoikiometri yaitu persamaan
kimia. Pada percobaan ke-1 dilakukan titrasi larutan CaO dengan dan Na2CO3
yang berfungsi untuk menetukan perubahan warna yang terjadi pada larutan,
sedangkan pada larutan kedua dilakukan percobaan pembentukan NaOH yang
bertujuan untuk menghitung kadar dan konsentrasi CaO dan Na2Co3 pada larutan,
dan menentukan densitas rafinat dan konsentrasi produk. Percobaan ini bertujuan
untuk memahami stoikiometri pada reaksi dan penerapan neraca massa sederhana.

1.2 Prinsip

Percobaan dilakukan berdasarkan persamaan reaksi, stoikiometri


reaksi dan penerapan neraca massa sederhana.

1.3 Tujuan

1. Mempelajari dan memahami pengertian stoikiometri reaksi dan istilah-


istilah yang terkait.

2. Melatih melakukan perhitungan neraca massa sederhana.

3. Menghitung kadar dan konsentrasi CaO dan Na2CO3.

1
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi.

5.Menentukan densitas rafinat, konsentrasi NaOH produk atas dan volume


produk atas.

6. Menentukan berat kering produk bawah ( ekstrak ) .

7. Menentukan kadar rafinat dan ekstrak

2
BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1 Persamaan Reaksi

Persamaan reaksi adalah persamaan yang menunjukan perubahan zat yang


terjadi selama reaksi kimia berlangsung. Untuk menuliskan persamaan reaksi
kimia secara benar dan tepat, digunakan hukum Lavoisier, yakni hukum ketetapan
massa yang berbunyi jumlah massa zat sebelum reaksi harus sama dengan jumlah
massa sesudah reaksi. Cara menuliskan reaksi kimia :

1. Tulis zat sebelum bereaksi ( pereaksi atau reaktan ).

2. Tulis tanda panah

3. Tulis zat yang terbentuk sesudah reaksi , yang disebut reatan atau hasil produk.

Contoh : Gas amoniak direaksikan dengan gas oksigen akan menghasilkan gas
nitrogen dan uap air.

𝑁𝐻3 + 𝑂2 → 𝑁2 + 𝐻2 𝑂

Zat-zat di sebelah kiri anak panah ( NH3 dan O2 ) disebut zat reaktan dan zat-zat
di sebelah kanan arah panah ( N2 dan H2O ) disebut hasil reaksi.

Penulisan persamaan reaksi dilengkapi dengan penulisan wujud zat-zat


reaktan dan produk. Singkatan wujud zat dari zat-zat dalam persamaan reaksi
adalah : padat (s), cair (l), gas (g), dan larutan (aq). Sehingga penulisan reaksi
diatas menjadi :

𝑁𝐻3(𝑔) + 𝑂2(𝑔) → 𝑁2(𝑔) + 𝐻2 𝑂(𝑙)

Di samping menuliskan wujud zat pada zat reaktan dan produk, jumlah
atom sebelum dan sesudah reaksi harus sama (sesuai hukum Lavoisier). Untuk

3
menyamakan jumlah atom sebelah kiri anak panah dengan di sebelah kanan anak
panah, persamaan reaksi harus sama dengan koefisien reaksi.

Cara mencari koefisien reaksi

Mencari koefisien reaksi dari :


𝑁𝐻3(𝑔) + 𝑂2(𝑔) → 𝑁2(𝑔) + 𝐻2 𝑂(𝑙)

Langkah-langkah mencari koefisiennya adalah sebagai berikut :

1. Banyaknya atom tiap unsur sebelum dan sesudah reaksi harus sama.

2. Memperhatikan terlebih dahulu banyaknya atom yang tidak sama untuk


masing-masing unsur.

3. Perhatikan unsur N :

- Sebelum reaksi ada 1 atom N

- Sesudah reaksi ada 2 atom N

Supaya jumlah atom N disebelah kiri dan kanan sama, maka pada ruas kiri
dikalikan 4, dan disebelah kanan dikalikan 2, maka reaksi diatas dapat ditulis :

4𝑁𝐻3(𝑔) + 𝑂2(𝑔) → 2𝑁2(𝑔) + 𝐻2 𝑂(𝑙)

- Perhatikan unsur H :
-Sebelum reaksi ada 12 atom H.
-Sesudah reaksi ada 2 atom H.
Supaya jumlah atom H disebelah kiri dan kanan sama, maka disebelah kanan
dikalikan 6, sehingga reaksi dapat ditulis :

4𝑁𝐻3(𝑔) + 𝑂2(𝑔) → 2𝑁2(𝑔) + 6𝐻2 𝑂(𝑙)

- Perhatikan unsur O :
-Sebelum reaksi ada 2 atom O.
-Sesudah reaksi ada 6 atom O

4
Supaya jumlah atom O di sebelah kiri dan kanan sama, maka disebelah kiri
dikalikan 3, sehingga reaksi dapat ditulis :

4𝑁𝐻3(𝑔) + 3𝑂2(𝑔) → 2𝑁2(𝑔) + 6𝐻2 𝑂(𝑙)

2.2 Stoikiometri Reaksi

Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya
unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias
Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan
prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang
pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur
kimia yang satu dengan yang lain. Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan
kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-asas
stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol.

2.2.1 Konsep Mol

Bilangan Avogadro

2atomH  1atomO 
1molekulH 2O

1 mol = 6, 022 x1023 partikel

2molH  1molO 
1molH 2O

(2 x6, 022 x1023 ) H  (6, 022 x1023 )O 


(6, 022 x10 23 ) H 2O

2.2.2 Pengukuran Mol Atom-Atom


Dalam suatu reaksi kimia, atom-atom atau molekul akan bergabung dalam
perbandingan angka yang bulat. Telah dijelaskan bahwa satu mol terdiri dari

5
6,022 x 1023 partikel. Angka ini tidaklah dipilih secara sembarangan, melainkan
merupakan jumlah atom dalam suatu sampel dari tiap elemen yang mempunyai
massa dalam gram yang jumlah angkanya sama dengan massa atom elemen
tersebut ,misalnya massa atom dari karbon adalah 12,011, maka 1 mol atom
karbon mempunyai massa 12,011 g . Demikian juga massa atom dari oksigen

adalah 15,9994, jadi 1 mol atom oksigen mempunyai massa 15,9994 g

1 mol C = 12,011 g C

1 mol O = 15,9994 g O

Maka keseimbanganlah yang menjadi alat kita untuk mengukur mol. Untuk
mendapat satu mol dari tiap elemen, yang kita perlukan adalah melihat massa
atom dari elemen tersebut. Angka yang didapat adalah jumlah dari gram elemen
tersebut yang harus kita ambil untuk mendapatkan 1 mol elemen tersebut.

2.3 Neraca Massa

Neraca massa adalah cabang dari ilmu hitungan yang mempelajari


kesetimbangan dari suatu massa dalam sebuah sistem. Neraca massa mengarah
pada Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi di alam ini jumlah total massa
adalah kekal, tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Tujuan dari perhitungan
neraca massa adalah penentuan laju alir dan komposisi pada aliran proses. Neraca
massa dibagi menjadi 2 jenis yakni :

1. Integral

Pada neraca massa jenis integral, digunakan kota hitam yang fokus pada
karakter sistem. Untuk membuat suatu neraca massa integral, pada awalnya harus
diidentifikasi batasan sistem. Pada beberapa sistem, batasan sistem dengan mudah
dapat diidentifikasi.

6
2. Diferensial

Neraca massa diferensial berfokus pada detail yang terjadi dalam sistem
(yang juga mempengaruhi karakteristik menyeluruh). Untuk membuat suatu
neraca massa diferensial, pada awalnya perlu diidentifikasi detail yang ada dalam
sistem. Reaksi yang terjadi dalam sistem dan senyawa kimia apa saja yang terlibat
di dalamnya perlu dengan jelas diketahui.

Persamaan dasar neraca massa dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Neraca massa sistem tanpa reaksi keadaan tunak ( steady state ).

a. Hukum kekekalan massa untuk seluruh massa aliran ( neraca total )

[massa semua aliran masuk] = [massa semua aliran keluar]

b. Hukum kekekalan massa untuk setiap komponen penyusun aliran ( neraca


komponen) :

[massa setiap komponen masuk] = [massa keluar komponen tersebut]

2. Neraca massa sistem tanpa reaksi keadaan tak tunak (transient) melibatkan
penimbunan massa (akumulasi), ataupun pengosongan (depletion) sistem yang
ditinjau. Neraca berikut ini berlaku untuk total maupun komponen.

[massa masuk] = [massa keluar] + [penimbunan pengosongan massa dalam


sistem]

3. Neraca massa sistem dengan reaksi keadaan tunak.

a.total : [massa masuk] = [massa keluar]

b.jumlah massa suatu komponen masuk belum tentu sama dengan massa yang
keluar

c.komponen reaktan : [massa masuk] = [massa keluar] + [massa habis bereaksi]

d.komponen produk :

7
[massa masuk] + [massa terbentuk dari reaksi] = [massa keluar]

e.untuk keadaan tak tunak, kita perlu memperhatikan penimbunan atau


pengosongan massa.

3.1.1 Persamaan Hubungan Pendukung

Penyelesaian masalah neraca massa seringkali memerlukan persamaan


tambahan yang bukan neraca massa. Persamaan tersebut dicari dari pustaka atau
ditetapkan untuk memenuhi rancangan.

a. Persamaan keadaan, yaitu hubungan antara tekanan, temperatur, volum dan


jumlah suatu gas. Contoh : persamaan gas ideal dan persamaan gas Red Ich-
Kwong.

b. Kesetimbangan fasa, yaitu hubungan antara komposisi fasa uap dan komposisi
fasa cair suatu campuran banyak komponen yang tergantung pada temperatur
dan tekanan K-Value dalam kesetimbangan fasa hidrokarbon.

c. Kesetimbangan reaksi, yaitu hubungan antara derajat kelangsungan suatu reaksi


kesetimbangan dengan temperatur reaksi dan konsentrasi senyawa-senyawa
pada awal reaksi. Hubungan ini sering dinyatakan dalam konstanta
kesetimbangan reaksi.

d. Informasi yang ditetapkan untuk memenuhi keinginan rancangan, misalnya :

1) Persentasi distilat dibandingkan umpan.

2) Spesifikasi keluaran sistem

8
BAB III

HASIL PERCOBAAN

3.1 Hasil percobaan penentuan kadar CaO dan Na2Co3

Percobaan 1 : Penentuan Kadar CaO dan Na2CO3


Perubahan Kadar Konsentrasi
No
CaO+ Warna CaO
EDTA+ Awal Akhir
1 murexide Pink 19,021% 0,02716 M
Ungu
Keruh
Na2CO3+ Perubahan Kadar Konsentrasi
HCl+ Warna Na2CO3
2
metil 123,49
Orange Pink 0,2796 M
jingga %
Tabel 3.1 Perubahan Warna dan kadar pada CaO dan Na2CO3

3.2 Hasil percobaan 2 pembentukan NaOH

No Produk Keterangan Jumlah


Densitas 1,005 gr/mL

1 Rafinat Kadar NaOH 2,17%

1 gr NaOH
Kandungan 3,55 gr yield
1 gr NaOH
2 Ekstrak Berat kering 5,92 gr yield
Tabel 3.2 Penentuan rafinat dan ekstrak

9
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari percobaan 1 diperoleh hasil yaitu CaO yang dititrasi dengan EDTA
dan indikator murexide yang semula berwarna pink keruh berubah menjadi warna
ungu begitu pula pada titrasi Na2CO3 dengan HCl semula sebelum dititrasi dengan
HCl warna awal larutan ini adalah orange karena diberi indikator metil jingga,
kemudian setelah dititrasi warnanya berubah menjadi warna pink. Perubahan
warna ini dapat terjadi karena larutan sudah mencapai titik ekivalen, sehingga
warnanya berubah ketika titik itu sudah tercapai. Pada titrasi CaO dengan EDTA,
perubahan warna yang dihasilkan adalah pink keruh menjadi ungu, hal ini
dikarenakan hampir semua ion Ca2+ berkompleks dengan EDTA, Ca bereaksi
dengan EDTA sehingga warna yang ditimbulkan dari reaksi ini larutan akan
berwarna kuat yaitu ungu , hal ini dikarenakan kesetimbangan Dan kadar CaO
yang didapat yaitu 19,021%, berarti kandungan CaO yang terdapat dalam larutan,
jumlahnya sangat sedikit. Hal ini dikarenakan sampel CaO yang digunakan
memiliki berat yang kecil yaitu 2 gram sehingga CaO yang larutnya pun sedikit.
Untuk melakukan pengukuran zat terlarut dalam volume larutan, maka dilakukan
titrasi, karena titrasi ini dilakukan untuk mengetahui massa yang terlarut dalam
larutan namun dalam skala yang kecil. Pada percobaan titrasi antara Na2CO3,
Na2CO3 yang dititrasi dengan HCl dan indikator metil jingga. Larutan yang
semula berwarna awal orange berubah warna menjadi pink, hal ini menunjukan
bahwa titik ekivalen sudah tercapai dan sehingga menunjukan warna yang muda.
Pada CaO, molaritas yang didapat adalah 0,02716 M, sedangkan pada Na2CO3
adalah 0,2796 M. Molaritas Na2CO3 memiliki nilai yang lebih besar daripada
CaO, hal ini menandakan bahwa jumlah zat terlarut dalam Na2CO3 lebih banyak
terkandung dalam larutan.
Dari percobaan 2 dapat diketahui bahwa volume awal rafinat yang semula
360 mL kemudian menurun hingga 340 mL, hal ini dapat disebabkan karena

10
adanya rafinat yang masih terkandung pada ekstrak dan adanya zat-zat pengotor
yang terdapat pada rafinat, sehingga volume rafinatnya berkurang. Ekstrak yang
diperoleh setelah proses pengeringan adalah 44,64 gram. Hal ini menunjukan
bahwa NaOH banyak terdapat dalam ekstrak yang menyebabkan NaOH
terkandung dalam larutan.

11
BAB V

KESIMPULAN

1. Perubahan warna pada proses titrasi menunjukan titik ekivalen yang telah
adanya titik ekivalen2. Ion logam (Ca2+) akan berkompleks dengan EDTA
sehingga menghasilkan warna yang kuat.

3. Na2Co3 dan CaO menghasilkan endapan NaOH

4. Densitas NaOH pada rafinat 1,005 gr/mL

5. Ekstrak yang diperoleh setelah proses pengeringan adalah 44,64 gram.

Liat dari pembahasannya,.,,,

DAFTAR PUSTAKA

12
1. FRITZ and SCHENK. 1979. Quantitative Analytical Chemistry. 4th ed. Allyn
and Bacon .Inc. Boston

2. Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Edisi Pertama. Bandung:


Gravindo Media Pratama

3. Winarti, Wiwik. 1995. Kimia I. Surakarta: Pabelan

LAMPIRAN A

13
DATA PERCOBAAN

No Percobaan Keterangan Jumlah


Berat CaO yang digunakan 2 gram
Berat Na2CO3 yang digunakan 3 gram
Berat EDTA yang digunakan 0,02 M
Molaritas HCl yang digunakan 0,2 M
Pelarut (aquades) 250 mL
Penentuan kadar Titrasi ke- 1 CaO + EDTA +
1 CaO dan murexide 37,5 mL
Na2CO3 Titrasi ke- 2 CaO + EDTA +
murexide 32,4 mL
Titrasi ke -1 Na2CO3 + HCl+ metil
jingga 33,2 mL
Titrasi ke-2 Na2CO3 + HCl +metil
jingga 34,7 mL
Berat CaO yang digunakan 15 gram
Berat Na2CO3 yang digunakan 10 gram
Pelarut (aquades) 360 mL
Waktu pengadukan 12 menit
Berat Picnometer 27,7 gram
Berat Picnometer + air 54,3 gram
Pembentukan Berat Picnometer + rafinat 54,5 gram
2
NaOH Berat Kertas saring 0,8 gram
Berat rafinat basah+kertas 71,3 gr
Berat rafinat kering + loyang 143,6 gram
Berat rafinat kering+ loyang
(pengeringan ke-1) 140 gram
Berat rafinat kering+ loyang
(pengeringan ke-2) 121,18 gram
Tabel A.1 Data percobaan

LAMPIRAN B

14
CONTOH PERHITUNGAN

Percobaan 1 ( Menghitung kadar CaO dan Na2Co3 )

B.1.1 Menghitung jumlah padatan EDTA dengan konsentrasi 0,02 M yang


dilarutkan pada 250 mL pelarut.

Diketahui : M EDTA = 0,02 M

Pelarut = 250 mL

Mr = 372,24

Ditanyakan : berat padatan EDTA yang diambil

Jawab

𝑔𝑟 1
𝑀= ∗
𝑀𝑟 𝐿

𝑔𝑟 1
0,02 = ∗
372,24 0,25

= 1,8612 gram

B.1.2 Menghitung volume HCl yang harus diambil pada 250 mL

Diketahui : Pelarut = 250 mL

Mr = 0,2 M

% HCl = 37 %

Densitas HCl = 1,19 gr/mol

Volume pelarut = 1000 mL

Ditanyakan :a) Molaritas HCl pekat

15
b) Volume HCl yang diambil

Jawab

% ∗ 1000 ∗ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


𝑀 𝐻𝐶𝑙 =
𝐵𝑀 ∗ 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
37 % ∗ 1000 ∗ 1,17 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
36,5 ∗ 1000 𝑚𝐿
= 12,06 𝑀

Maka HCl yang harus dipipet

V1 * M1 = V2 * M2

V1 * 12,06 = 250 * 0,2

250 ∗ 0,2
𝑉1 =
12,06

V1 = 4,14 mL

B.1.3 Menghitung konsentrasi Na2CO3 yang dititrasi dengan HCl

Diketahui : Volume EDTA yang dihabiskan pada titrasi 1 = 37,5 mL

Volume EDTA yang dihabiskan pada titrasi 2 = 32,4 mL

Volume sampel = 25 mL

Molaritas HCl = 0,2 M

Ditanyakan : Konsentrasi Na2CO3 setelah dititrasi

Jawab :

𝑉1+𝑉2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2

37,5 𝑚𝐿 + 32,4 𝑚𝐿
=
2

= 34,95 mL

16
𝑉1 ∗ 𝑀1 = 𝑉2 ∗ 𝑀2
25 𝑚𝐿 ∗ 𝑀1 = 34,95 𝑚𝐿 ∗ 0,2 𝑀
34,95 𝑚𝐿 ∗ 0,2 𝑀
𝑀1 =
25 𝑚𝐿
𝑀1 = 0,02796 𝑀

B.1.4 Menghitung konsentrasi CaO dengan EDTA

Diketahui : Volume CaO yang dihabiskan pada titrasi 1 = 33,2 mL

Volume CaO yang dihabiskan pada titrasi 2 = 34,7 mL

Volume sampel = 25 mL

Molaritas EDTA = 0,02 M

Ditanyakan : Konsentrasi CaO setelah dititrasi

Jawab :

𝑉1+𝑉2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

33,2 𝑚𝐿 + 34,7 𝑚𝐿
=
2

= 33,95 mL

𝑉1 ∗ 𝑀1 = 𝑉2 ∗ 𝑀2
25 𝑚𝐿 ∗ 𝑀1 = 34,95 𝑚𝐿 ∗ 0,02 𝑀
33,95 𝑚𝐿 ∗ 0,02 𝑀
𝑀1 =
25 𝑚𝐿
𝑀1 = 0,02716 𝑀

B.1.5 Menghitung kadar CaO

17
Diketahui : M EDTA = 0,02 M

Vol rata-rata EDTA = 34,95 mL

BM CaO = 56 g/mol

Vol larutan = 250 mL

Berat CaO = 2 gr

Vol sampel = 25 mL

Ditanyakan : % CaO

Jawab

𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴 ∗ 𝑉𝑜𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 ∗ 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝑂


% 𝐶𝑎𝑂 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑂 ∗ 𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙: 𝑣𝑜𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ∗ 1000
𝑔𝑟
0,02 𝑁 ∗ 33,95 𝑚𝐿 ∗ 56 ∗ 100%
= 𝑚𝑜𝑙
2000 𝑚𝑔 ∗ 25: 250 𝑚𝐿
3802,4
= 200 %
= 19,012 %

B.1.6 Menghitung kadar Na2CO3

Diketahui : N HCl = 0,2 N

Vol rata-rata HCl = 34,95 mL

BM Na2CO3 = 106 g/mol

Vol larutan = 250 mL

Berat Na2CO3 = 3 gr

Vol sampel = 25 mL

18
Ditanyakan : % Na2CO3

Jawab
𝑁 𝐻𝐶𝑙 ∗ 𝑉𝑜𝑙 𝐻𝐶𝑙 ∗ 𝐵𝐸 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 ∗ 100 %
% 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 ∗ 𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙: 𝑣𝑜𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ∗ 1000
𝑚𝑔
0,2 𝑁 ∗ 34,95 𝑚𝐿 ∗ 53 ∗ 100%
𝑚𝑔/𝑚 𝑒𝑘𝑣
=
25
3000 𝑚𝑔 ∗
250
3704,7
= 300 ∗ %
= 12,349%

Percobaan 2 Pembentukan NaOH

B.2.1 Kalibrasi Picnometer

Diketahui : Berat piknometer kosong + air = 54,3 gr

Berat piknometer kosong = 27,7 gr

Densitas air = 0,998 gr /ml

Berat Picnometer+rafinat = 54,5 gr

Ditanyakan : a) volume piknometer

b) berat rafinat

c) densitas rafinat

Jawab

a) Berat air = (Berat piknometer kosong+air) – Berat piknometer kosong

= 54,3 gr – 27,7 gr

= 26,6 gr

19
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝜌
26,6 𝑔𝑟
𝑔𝑟
0,998 𝑚𝐿
= 26,653 𝑚𝐿

b) Berat rafinat = (berat piknometer + rafinat) – (berat kosong piknometer)

= 54,5 gr – 27,7 gr

= 26,8 gr

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡
𝜌 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
26,8 𝑔𝑟
=
26,653 𝑚𝑙
= 1,005 𝑔𝑟/𝑚𝐿

B.2.2 Menghitung kandungan dan berat NaOH dalam rafinat dan ekstrak

Reaksi antara CaO dengan Na2CO3

𝐶𝑎𝑂 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2

𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 → 2𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝐶𝑎𝐶𝑂3

𝑔𝑟𝑎𝑚 15 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 = = = 0,2678 𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀 56 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

𝑔𝑟𝑎𝑚 10 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 = = = 0,0943 𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀 106 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

Dari reaksi :

𝐶𝑎𝑂 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2

20
1 mol CaO = 1 mol Ca(OH)2

0,2678 mol CaO = 0,2678 mol Ca(OH)2

Reaksi antara Ca(OH)2 dan Na2CO3 adalah :

𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 → 2𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝐶𝑎𝐶𝑂3

Awal : 0,2678 0,0943 - -

Bereaksi: 0,0943 0,0943 0,1886 0,0943

Seimbang: 0,1735 - 0,1886 0,0943

Berat CaO akhir setelah bereaksi = sisa mol Ca(OH)2 * BM

= 0,1735 mol * 56 gr / mol

= 9,8112 gr

berat NaOH = sisa mol NaOH *BM

= 0,1886 mol * 40 gr/mol

= 7,544 gram

 Massa NaOH di Rafinat


Yield / massa rafinat yang diperoleh = 26,8gram
berat NaOH 7.544 gram
Maka massa NaOH dalam rafinat = =
yield 26.8 gram
1 gram NaOH
=
3.55 gram yield
 Berat NaOH di Ekstrak kering
Yield/ massa NaOH ekstrak kering = 44,64 gram
berat NaOH 7.544 gram
Maka massa NaOH dalam ekstrak= =
yield 44.64 gram

21
1 gram NaOH
=
5.92 gram yield

LAMPIRAN C

PROSEDUR PERCOBAAN

C.1 Alat

1. Gelas kimia 500 mL

2 . Buret

3. Erlenmeyer 250 mL

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur

6. Statif

7. Batang pengaduk

8. Spatula

9. Corong

10. Neraca teknis

11. Picnometer

12. Pengaduk bermotor

13. Pipet volume

C.2 Bahan

1. CaO

2. Na2CO3

22
3. Aquades

4. EDTA

5. Indikator murexide

6. HCl

7. Indikator metil jingga

C.3 Cara Kerja

Percobaan 1 ( Penentuan kadar CaO dan Na2CO3 )

1. Sejumlah 2 gram CaO dan 3 gram soda abu (Na2CO3) dilarutkan dengan air
dalam labu takar yang berlainan sehingga diperoleh larutan yang masing-
masing memiliki volume 250 mL.

2 gr CaO 3 gr Na2CO3 dilarutkan oleh air sampai tanda batas.

2. Mempipet 25 mL larutan yang mengandung CaO sebanyak 25 mL, kemudian


dititrasi menggunakan EDTA 0,02 M dengan indikator murexide. Lakukan
titrasi duplo, amati volume EDTA yang dihabiskan untuk mentitrasi CaO.
Mencatat perubahan warna yang terjadi

CaO dipipet 25 mL lalu beri larutan dititrasi amati warnanya

indikator murexide

23
3. Mempipet 25 mL larutan yang mengandung Na2CO3 sebanyak 25 mL,
kemudian dititrasi menggunakan HCl 0,2 M dengan indikator metil jingga.
Lakukan titrasi duplo, amati volume HCl yang dihabiskan untuk mentitrasi
Na2CO3. Mencatat perubahan warna yang terjadi

Na2CO3 dipipet 25 mL lalu beri indikator metil jingga larutan dititrasi


amati warnanya

Percobaan 2 ( reaksi pembentukan NaOH )

1. Menyiapkan padatan 15 gram CaO dalam gelas kimia 400 mL dengan jumlah
tertentu (M1).

2. Menuangkan air kedalam gelas kimia tersebut dan diendapkan selama waktu
tertentu (V1) .

Aaquades dituangkan pada gelas kimia larutan diendapkan

24
3. Mengaduk campuran dalam gelas kimia menggunakan pengaduk bermotor dan
mengendapkan larutan CaO selama 12 menit.

Larutan diaduk 12 menit larutan diendapkan

12 menit

4. Memasukkan padatan 10 gram Na2CO3 dalam jumlah tertentu (M2) kedalam


gelas kimia tersebut.

Memasukan 10 gr Na2CO3

5. Melakukan pengadukan selama waktu tertentu (T1) dilanjutkan dengan


pengendapan selama waktu (T2) untuk memisahkan produk atas dan bawah.

Larutan diaduk selama 12 menit diendapkan

25
6. Menentukan densitas produk atas, konsentrasi NaOH produk atas dan volume
produk atas.

LAMPIRAN D

KUIS

1. Sebutkan prinsip , tujuan, prosedur kerja !

Prinsip : Percobaan dilakukan berdasarkan persamaan reaksi, stoikiometri reaksi


dan penerapan neraca massa sederhana.

Tujuan :

1. Mempelajari dan memahami pengertian stoikiometri reaksi dan istilah-


istilah yang terkait.

2. Melatih melakukan perhitungan neraca massa sederhana.

3. Menghitung kadar dan konsentrasi CaO dan Na2O3.

4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada reaksi.

5. Menentukan densitas rafinat, konsentrasi NaOH produk atas dan


volume produk atas.

6. Menentukan berat kering produk bawah ( ekstrak ) .

7. Menentukan kadar rafinat dan ekstrak.

Prosedur kerja :

Alat

26
1. Gelas kimia 500 mL

2 . Buret

3. Erlenmeyer 250 mL

4. Pipet tetes

5. Gelas ukur

6. Statif

7. Batang pengaduk

8. Spatula

9. Corong

10. Neraca teknis

11. Picnometer

12. Pengaduk bermotor

13. Pipet volume

Bahan

1. CaO

2. Na2CO3

3. Aquades

4. EDTA

5. Indikator murexide

6. HCl

7. Indikator metil jingga

27
Cara kerja

Percobaan 1 ( Penentuan kadar CaO dan Na2CO3 )

1. Sejumlah 2 gram CaO dan 3 gram soda abu (Na2CO3) dilarutkan dengan air
dalam labu takar yang berlainan sehingga diperoleh larutan yang masing-
masing memiliki volume 250 mL.

2 gr CaO 3 gr Na2CO3 dilarutkan oleh air sampai tanda batas.

2. Mempipet 25 mL larutan yang mengandung CaO sebanyak 25 mL, kemudian


dititrasi menggunakan EDTA 0,02 M dengan indikator murexide. Lakukan
titrasi duplo, amati volume EDTA yang dihabiskan untuk mentitrasi CaO.
Mencatat perubahan warna yang terjadi

CaO dipipet 25 mL lalu beri larutan dititrasi amati warnanya

indikator murexide

28
3. Mempipet 25 mL larutan yang mengandung Na2CO3 sebanyak 25 mL,
kemudian dititrasi menggunakan HCl 0,2 M dengan indikator metil jingga.
Lakukan titrasi duplo, amati volume HCl yang dihabiskan untuk mentitrasi
Na2CO3. Mencatat perubahan warna yang terjadi

Na2CO3 dipipet 25 mL lalu beri indikator metil jingga larutan dititrasi


amati warnanya

Percobaan 2 ( reaksi pembentukan NaOH )

1. Menyiapkan padatan 15 gram CaO dalam gelas kimia 400 mL dengan jumlah
tertentu (M1).

2. Menuangkan air kedalam gelas kimia tersebut dan diendapkan selama waktu
tertentu (V1) .

Aaquades dituangkan pada gelas kimia larutan diendapkan

29
3. Mengaduk campuran dalam gelas kimia menggunakan pengaduk bermotor dan
mengendapkan larutan CaO selama 12 menit.

Larutan diaduk 12 menit larutan diendapkan

12 menit

4. Memasukkan padatan 10 gram Na2CO3 dalam jumlah tertentu (M2) kedalam


gelas kimia tersebut.

Memasukan 10 gr Na2CO3

5. Melakukan pengadukan selama waktu tertentu (T1) dilanjutkan dengan


pengendapan selama waktu (T2) untuk memisahkan produk atas dan bawah.

Larutan diaduk selama 12 menit diendapkan

6. Menentukan densitas produk atas, konsentrasi NaOH produk atas dan volume
produk atas.

30
2. Apa yang dimaksud dengan reaktan pembatas, konversi, reaktan berlebih, dan
perolehan ?

a. Reaktan pembatas adalah reaktan yang jumlah stoikiometrinya paling kecil.

b. Reaktan berlebih adalah reaktan yang melebihi reaktan pembatas.

c. Konversi adalah bagian dari reaktan atau zat tertentu pada umpan yang berubah
menjadi hasil (produk)

d. Perolehan menyatakan berat atau mol total hasil dibagi dengan berat atau mol
reaktan semula.

Reaksi :

CaO + H2 O → Ca(OH)2

Ca(OH)2 + Na2 CO3 → 2NaOH + CaCO3

Diketahui :

40𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 = 𝑔𝑟 = 0.714 𝑚𝑜𝑙
56
𝑚𝑜𝑙
30 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 Na2 CO3 = 𝑔 = 0.283 𝑚𝑜𝑙
106
𝑚𝑜𝑙
Dari reaksi :
CaO + H2 O → Ca(OH)2

Mol Ca(OH)2 = Mol CaO

= 0.357 mol

Ca(OH)2 + Na2 CO3 → 2NaOH + CaCO3

Mula-mula : 0.714 0.283

Reaksi : 0.283 0.283 0.566 0.283

31
Setimbang : 0.431 0 0.566 0.283

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻


𝑔𝑟
= 0.566 𝑚𝑜𝑙 𝑥 40
𝑚𝑜𝑙
= 22.64 𝑔𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 22.64


% 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = = 𝑥 100% = 75.467 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 30

32

Anda mungkin juga menyukai