Disusun oleh:
Kelompok 3
Dhea Rosana M P2.31.33.1.15.011
Fitria Aryani P2.31.33.1.15.016
Hasna Nafiah P2.31.33.1.15.018
M. Andrie Ardiansyah P2.31.33.1.15.023
Mida Dwi Nurlina P2.31.33.1.15.027
Tingkat 3/DIV
Pada tahap awal kejadian kedaruratab atau pengungsian, yang sangat perlu adalah
ketersediaan air bersih bagu pengungsi terhadap esehatan dan akan dapat
meningkatkan resiko terjadinya peyakit menular, sepert diare, typus, scabies dan
penyakit lainnya.
1) Bila sumber air dapat diperoleh dari sumber yang terdekat dengan tempat
penampungan pada situasi kedaruratan dan pengungsi adalah sumber air
permukaan (sungai, danau, dll), sumur gali, sumur bor, mata air dsb. Hal yang
perlu segera dilakukan adalah melakukan pengamanan terhadap sumber-
sumber air tersebut dari kemungkinan terjadinya pencemaran misalkan dengan
pemagaran, pemasangan papan pengumuman, dll.
2) Bila sumber air dapat diperoleh dar PDAM atau sumber yang cukup jauh
dengan tempat penampungan pengungsi, maka haru dilakukan pengangkutan
dengan mobil tangki air.
o Air yang bersumber dari sumur dalam, mata air yang terlindung, sumur artesis dapat
dianggap aman dan dapat dipakai tanpa melalui pengolahan air.
o Air permukaan dari sungai dan danau diduga telah terkontaminasi, sehingga untuk
pemakaiannya perlu diolah terlebih dulu.
o Khusus untuk air yang akan diolah, perlu diperiksa kekeruhannya.
o Prioritas pemilihan sumber air perlu diberikan pada sumber air yang terlindung.
Hal – hal yang perlu diperhatikan oleh petugas dalam rangka perbaikan dan pengawasan
kualitas air pada situasi kedaruratan adalah :
a. Perbaikan Kualitas Air
Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun
bakteriologis, upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) Pengolahan awal
Kekeruhan air melebihi 20 NTU (Nephelometric Turbidity Unit), air tersebut
perlu dilakukan pengolahan awal, yaitu membersihkan benda-benda
melayang dan endapan didalam air. Teknik pengolahan awal biasanya
dilakukan dengan penambahan bahan kimia sebagai bahan penggumpal
(koagulasi) dan yang sering dan mudah digunakan adalah Poly Aluminium
Chlorine (PAC) sebagai bahan koagulan proses penjernihan air disamping
aluminium sulfat (tawas).
2) Desinfeksi air
Desinfeksi air dengan “senyawa chlorine” yang pada umumnya adalah
kalsium hypochlorit dan biasa disebut dengan kaporit, sangat efektif
digunakan pada situasi darurat. Kaporit merupakan bahan kimia yang paling
banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat dan
mudah penanganannya.
Kaporit bereaksi dengan air dan akan menetralisasi kuman patogen secara
cepat kaporisasi akan memberikan efek residu pada tangki penampungan air
dan air yang didistribusikan diupayakan mengandung klorin antara 0,3-0,5
mg/liter air.
Bila air yang akan diberi kaporit terlalu tinggi kekeruhannya, klorinasinya
kurang efektif dan perlu dilakukan ‘pengolahan awal’ sebelumnya.
Bahan – bahan yang dipakai antara lain senyawa klor seperti tablet klor
(aquatab), butiran kalsium hipoklorit atau bubuk klenteng dan yodium.