Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah Sanitasi Darurat/ Matra

Penatalaksana Kesehatan Lingkungan pada Situasi


Kedaruratan dan Matra Berkaitan Dengan Penyehatan
Air Bersih

Disusun oleh:
Kelompok 3
Dhea Rosana M P2.31.33.1.15.011
Fitria Aryani P2.31.33.1.15.016
Hasna Nafiah P2.31.33.1.15.018
M. Andrie Ardiansyah P2.31.33.1.15.023
Mida Dwi Nurlina P2.31.33.1.15.027

Tingkat 3/DIV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl.HangJebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta 12120 Telp.021.7397641, 7397643
Fax. 021.7397769
2018
Perbaikan dan Pengawasan Kualitas dan Kuantitas Air
Bersih/Air Minum pada Situasi Kedaruratan

Sebagaimana layaknya kehidupan manusia, masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau


oleh ketersediaan air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya, khususnya
ditempat penampungan pengungsi, yang biasanya sangat padat penghuni dan sangat potensial
meningkatkan resiko terjadinya pencemaran dan KLB penyakit menular yang dibawa oleh
air.

1. Pengawasan ketersediaan air bersih/air minum

Pada tahap awal kejadian kedaruratab atau pengungsian, yang sangat perlu adalah
ketersediaan air bersih bagu pengungsi terhadap esehatan dan akan dapat
meningkatkan resiko terjadinya peyakit menular, sepert diare, typus, scabies dan
penyakit lainnya.

Tata caranya sebagai berikut:

a. Prioritas pada ari pertama/awal pada siatuasi kedaruratan atau pengungsian


kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah lima litter per
orang per hari hanya untuk kebutuhan hidup minimal seperti memasak, makan dan
minum.
b. Pada hari kedua dan seterusnya harus segera diupayakan untuk meningkatkan
volume air sampai sedikitnya 15-20 liter per orang per hari. Volume sebanyak ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi, cuci. Bilamana
tidak dipenuhi, sangat besar potensi resiko munsulnya penyakit menular.
c. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan pada situasi edaruratan dan pengungsian,
satandar volume air yang perlu disediakan adalah:
 Puskesmas/rumah sakit: 50 liter per pasien per hari.
 Bagian bedah dan kebidanan rumah sakit: 100 liter per pasien per hari.
 Dapur rumah sakit: 10 liter per orang per hari.

Sumber air bersih:

1) Bila sumber air dapat diperoleh dari sumber yang terdekat dengan tempat
penampungan pada situasi kedaruratan dan pengungsi adalah sumber air
permukaan (sungai, danau, dll), sumur gali, sumur bor, mata air dsb. Hal yang
perlu segera dilakukan adalah melakukan pengamanan terhadap sumber-
sumber air tersebut dari kemungkinan terjadinya pencemaran misalkan dengan
pemagaran, pemasangan papan pengumuman, dll.
2) Bila sumber air dapat diperoleh dar PDAM atau sumber yang cukup jauh
dengan tempat penampungan pengungsi, maka haru dilakukan pengangkutan
dengan mobil tangki air.

Tempat penampungan air dilokasi kedaruratan dan/atau pengungsi dapat berupa


tangki air yang dilengkapi dengan kran-kran air untuk mencegah antrian panjang
dari pengungsi untuk memperoleh air, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

1) Penempatan tagki air terhadap penampungan kedaruratan dan/atau


pengungsi minimum 30 meter dan maksimum 500 meter.
2) Jumlah kran untuk satu tangki air adalah 5-6 kran.
3) Satu kran air untuk 250 orang.

Untuk keperluan penampungan air bagi kepentingan sehari-hari keluarga


pengungsi, sebaiknya setiap keluarga memiliki tempat penampungan air keluarga,
dapat berbentuk ember atau jerigen 20 liter.

2. Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih


Setelah para pengungsi ditampung pada tempat penampungan dan ketersediaan air
minimal bagi pengungsi dapat dipenuhi, perhatian berikutnya adalah pada
pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih.
Pada situasi bencana dan pengungsian, umumnya sulit diperoleh air bersih yang sudah
memenuhi persyaratan dan bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik
dari segi fisik maupun bakteriologis, langkah yang perlu dilakukan adalah :
o Buang atau singkirkan sumber – sumber atau bahan pencemar.
o Desinfeksi sarana air bersih yang ada : sumur/mata air/ air di mobil tangki, di
tangki penampungan air dan sistem distribusinya.
o Periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM.
o Lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik-titik distribusi.
Tujuan utama dari pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih adalah untuk
mencegah munculnya resiko kesehatan.

Standar yang dipakai untuk air yang


dikonsumsi pengungsi adalah kandungan coli
tinja, 10 per 100 ml air bersih untuk perpipaan

Kualitas air dari berbagai sumber air bersih:

o Air yang bersumber dari sumur dalam, mata air yang terlindung, sumur artesis dapat
dianggap aman dan dapat dipakai tanpa melalui pengolahan air.
o Air permukaan dari sungai dan danau diduga telah terkontaminasi, sehingga untuk
pemakaiannya perlu diolah terlebih dulu.
o Khusus untuk air yang akan diolah, perlu diperiksa kekeruhannya.
o Prioritas pemilihan sumber air perlu diberikan pada sumber air yang terlindung.

Hal – hal yang perlu diperhatikan oleh petugas dalam rangka perbaikan dan pengawasan
kualitas air pada situasi kedaruratan adalah :
a. Perbaikan Kualitas Air
Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun
bakteriologis, upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) Pengolahan awal
Kekeruhan air melebihi 20 NTU (Nephelometric Turbidity Unit), air tersebut
perlu dilakukan pengolahan awal, yaitu membersihkan benda-benda
melayang dan endapan didalam air. Teknik pengolahan awal biasanya
dilakukan dengan penambahan bahan kimia sebagai bahan penggumpal
(koagulasi) dan yang sering dan mudah digunakan adalah Poly Aluminium
Chlorine (PAC) sebagai bahan koagulan proses penjernihan air disamping
aluminium sulfat (tawas).
2) Desinfeksi air
Desinfeksi air dengan “senyawa chlorine” yang pada umumnya adalah
kalsium hypochlorit dan biasa disebut dengan kaporit, sangat efektif
digunakan pada situasi darurat. Kaporit merupakan bahan kimia yang paling
banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat dan
mudah penanganannya.
Kaporit bereaksi dengan air dan akan menetralisasi kuman patogen secara
cepat kaporisasi akan memberikan efek residu pada tangki penampungan air
dan air yang didistribusikan diupayakan mengandung klorin antara 0,3-0,5
mg/liter air.
Bila air yang akan diberi kaporit terlalu tinggi kekeruhannya, klorinasinya
kurang efektif dan perlu dilakukan ‘pengolahan awal’ sebelumnya.
Bahan – bahan yang dipakai antara lain senyawa klor seperti tablet klor
(aquatab), butiran kalsium hipoklorit atau bubuk klenteng dan yodium.

b. Pengawasan Kualitas Air


Dalam pendistribusian air bersih, pengawasan kualitas terhadap penyediaan air
bersih dilakukan secara berkala disetiap tahapan distribusi air, dengan langkah –
langkah :
1) Pada awal distribusi air :
o Air yang tidak diolah, perlu pengawasan mikrobiologi, tetapi untuk
melihat secara visual tempatnya, cukup menilai adanya bahan pencemar.
o Test kekeruhan air perlu dilakukan untuk menentukan perlu tidaknya
pengolahan awal.
o Test Ph air, karena desinfeksi air memerlukan proses lebih lanjut
bilamana sangat tinggi (Ph > 8,5).
o Kadar sisa klor selalu dipertahankan pada sisa klor di kran terakhir
(rantai akhir) yaitu minimal 0,2 – 1 mg/liter air.
o Air minum yang akan dikonsumsi telah terjamin kualitas mikrobiologi.
2) Pada distribusi air (tahap penyaluran air) seperti di mobil tangki air, perlu
dilakukan pemeriksaan kadar sisa klor.
3) Pada akhir distribusi, seperti ditangki penampungan air, bila air tidak
mengandung sisa klor lagi, perlu dilakukan pemeriksaan bakteri Coliform.

Pemeriksaan kualitas air yang secara berkala perlu dilakukan :


1. Sisa klor : pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada setiap tahapan
distribusi untuk air yang melewati pengolahan.
2. Kekeruhan dan pH : pemeriksaan dilakukan mingguan atau bilamana terjadi
perubahan cuaca, misalkan hujan.
3. Bakteri coli tinja : pemeriksaan dilakukan mingguan disaat KLB diare dan
periode ‘emergency’ dan pemeriksaan dilakukan bulanan pada situasi yang
sudah stabil dan pada periode pasca bencana.
Daftar Pustaka
Buku Petunjuk Teknis Kesiapsiagaan-Kedaruratan Berbasis Masyarakat Bidang
Kesehatan Lingkungan. Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan RI. Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai