Anda di halaman 1dari 8

8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam

More Create Blog Sign In

Setetes Ilmu

Beranda Makalah Shorof Filsafat Tasawuf Trik Privasi

Friday, October 19, 2012 Pencarian

Search
Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
PENDAHULUAN 70persen.com
saat nya internetan menghasilkan uang dengan
A. Latar Belakang Masalah mudah dan halal
https://bit.ly/2OsQJhA
Seiring berjalannya waktu kemurnian agama Islam mengalami
PESUGIHAN DANA GAIB !!!
perubahan, muncul sengketa dan diskursus pemahaman baru dalam Hasil Minimal 700 Juta dan Maksimal 21 Milyar!
Info Klik Disini!
menafsirkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Rosululloh sebelumnya sudah www.fulustalim.blogspot...
mengingatkan bahwa Islam akan pecah menjadi 73 gologan, ini melebihi 70persen.com
saat nya internetan menghasilkan uang dengan
perpecahan umat Yahudi dan Nasroni yang bejumlah 71 dan 72. Dari 73 mudah dan halal
https://bit.ly/2OsQJhA
pecahan Islam hanya satu yang benar dan masuk surga, lainnya masuk
neraka. Rosululloh mengisyaratkan dalam Hadistnya yang diriwayatkan oleh
Abu Dawud.
Setidaknya, akhir periode pemerintahan Khalifah Utsman Ibnu Afan
adalah awal perselisihan itu dimulai berlanjut pada pemerintahan Sayyidina
‘Ali bin Abi Tholib RA. dan terus memanas pada masa-masa berikutya.
Munculnya sekte-sekte yang baru tidak membuat Aswaja terpengaruh dan Populer
terseret arus ‘Aliran kecil yang memisahkan Ahlussunah Waljama’ah dari
sumber aslinya. Maka tidak heran jika Aswaja dikenal sebagai ajaran orisinil Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
dari Rosulullah SAW bagi yang teguh dan tak terpengaruh oleh ajaran Islam
Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal
sesat.
Jama’ah
Aswaja berdiri ditengah puluhan Islam pecahan yang terus berusaha
merobohkan dinding pertahanan. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan jika Fi’il Ruba’i Mujarrod dan Mulhaq serta ruang
Aswaja dirumuskan dan diformulasikan dalam kondifikasi (pembukuan yang lingkupnya
sistematis). Tujuannya agar menjadi pedoman bagi pengikutnya dan
Fi’il Tsulatsy Mazid dan ruang lingkupnya
menjadi perisai dari hantaman sekte lain yang siap merobohkan kekokohan
Aswaja. Tashrif lughowi dan lafadz bina' shohih

B. Rumusan Masalah Masdar dan Lafadz Yang Mustaq Dari


Berdasarkan latar belakang diatas, kami rumuskan item masalah yang Masdar
akan dibahas pada penulisan makalah ini, yaitu:
Fi’il Ruba’i Mazid dan ruang lingkupnya

1. Bagaimana awal perselisihan dalam Islam? Fi’il Madli mabni ma’lum dan majhul, dan
2. Bagaimana Khalifah Utsman dan al-fitnah al-kubro? Hamzah washol serta ruang lingkupnya
3. Apa latar belakang al-fitnah al-kubro?
Menggali Pontensi Diri
4. Bagaimana Khalifah ‘Ali dan perang jamal?
5. Bagaimana terjadinya Perang siffin? Al-Ismu Aladzi Laa Yanshorif

Silahkan klik

AWAL MULA FIRQOH-FIRQOH DALAM ISLAM Tweet

Suka Bagikan Daftar untuk mengetahui apa yang disukai teman Anda.
A. Awal perselisihan dalam Islam
Realitas kesejarahan tidah dapat dipungkiri bahwa umat Islam terpecah Buku Tamu
menjadi 73 kelompok, berdasarkan keterangan dalam hadits-hadits sahih
dan mutawatir (diyakini kebenaran nisbahnya kepada Nabi SAW). Para
pakar juga telah menguraikan perinciannya tentang makna dan siapa saja
dari 73 kelompok itu. Berdasarkan kesepakatan para pakar, motif utama
terjadinya perpecahan dikalanga umat Islam tersebut adalah berangkat dari
ranah politik, yaitu soal khilafah atau suksesi kepemimpinan pasca wafatnya
Nabi SAW.
Perselisihan dalam soal kepemimpinan ini berangkat dari tidak adanya
nash (teks) yang definitif (qoth’i), baik dalam Al-Qur’an maupun dalam
sunnah yang sahih, yang menunjuk kepada seseorang atau keluarga secara
khusus, sebagai Khalifah sepeninggalan Nabi SAW. Sampai Nabi SAW.

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 1/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
wafat, beliau belum pernah memberikan isyarat tentang seseorang atau 26 Mar 18, 02:55 PM
riski: pokeh
keluarga secara jelas untuk menjadi Khalifah setelahnnya. Karenannya, 22 May 17, 05:35 PM
r: ini blog syiah
apabila kita cermati proses pembai’atan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA 22 May 17, 05:35 PM
di Saqifah Bani Sa’idah, kita dapati bahwa pembai’atan tersebut berjalan r: kangen euy
22 May 17, 05:35 PM
secara terbuka, bebas dan tanpa ada mandat, wasiat dan nash dari Nabi r: haha
22 May 17, 05:35 PM
SAW. r: mau nikah gak sama aku
22 May 17, 05:35 PM
Memang tidak dapat disangkal, bahwa Nabi SAW. telah memerintahkan
r: hi
Abu Bakar bertindak sebagai imam shalat pada waktu beliau sakit 22 May 17, 05:35 PM
r: thx
menjelang wafatnya, dan sebagian kalangan ada yang memahami, bahwa 1 Nov 16, 01:48 PM
para sahabat memilihnya sebagai Khalifah lantaran faktor tersebut. Akan sakral77: syukron
1 Nov 16, 01:48 PM
tetapi walaupun pemahaman ini dapat dibenarkan, hal tersebut tidak dapat sakral77: syukron
19 Dec 15, 10:07 AM
dianggap sebagai komitmen atau mandat bahwa dialah yang akan menjadi noname: matur nuwun
Khalifah setelah Nabi SAW. wafat, meskipun secara umum penunjukan [Upgrade Cbox] refresh
name e-mail / url
sebagai imam shalat tersebut sebagai eksplanasi keutamaan Abu Bakar dan
message Go
posisinya yang sangat penting di antara sahabat. Andaikata penunjukan Abu
help · smilies · cbox
Bakar sebagai imam shalat merupakan komitmen dan mandat bahwa dialah
yang akan menjadi Khalifah setelahnya, niscaya Abu Bakar sendiri – dan
mungkin juga sahabat lain seperti Umar misalnya – akan menjadikan peran Labels

Abu Bakar sebagai imam shalat tersebut sebagai argumentasi di Saqifah Artikel
Bani Sa’idah dalam menyelesaikan kemelut politik yang sedang dihadapi. Aswaja
Berangkat dari tidak adanya teks yang tegas ini, segera setelah Nabi
Filsafat
SAW. wafat, dikalangan sahabat terjadilah perbedaan pendapat tentang
Makalah
siapa yang akan menjadi Khalifah sesudahnya. Kaum Anshor yang telah
Nahwu
berjasa besar dalam memberikan perlindungan kepada Nabi SAW,
perlindungan kepada kaum Muhajirin serta telah mengorbankan jiwa dan
Peradaban

raga dalam membela agama, berpandangan bahwa golongan Anshor lebih Privasi
berhak menjadi Khalifah setelahnya. Mereka mencalonkan pemimpin Shorof
mereka, Sa’ad bin Ubadah untuk memegang kendali kepemimpinan umat. Tasawuf
Akan tetapi, begitu mereka mendengar pidato Abu Bakar yang menjelaskan Trik
pokok persoalan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah, mereka
segera menyadari kekeliruan mereka dan segera membai’at Abu Bakar
sebagai Khalifah. Kemudian secara aklamasi kaum muslimin memberikan
bai’atnya pula kepada Abu Bakar. Hal ini menjadi salah satu lembaran
gemilang dalam Sejarah Islam, di mana kemelut politik dapat diselesaikan
dengan cara sangat bijak dan menjadi awal persatuan kaum Muslimin.
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa saqifah adalah awal persatuan umat.
Di sisi lain, ada pula yang berpandangan bahwa Suku Bani Hasyim
merasa lebih berhak menjadi Khalifah setelah Nabi karena faktor
kekerabatan mereka yang sangat dekat dengan Nabi konon, mereka
menyerukan agar ‘Ali bin Abi Thalib tampil menjadi Khalifah sebagai wakil
dari Bani Hasyim. Namun demikian, sebab pandangannya tersebut Bani
Hasyim tidak sampai mengobarkan fitnah, bahkan mereka mengikuti
aspirasi publik yang menyepakati keKhalifahan Abu Bakar, Umar dan
Utsman (47SH-35H/577-656M). Sementara kelompok Syi’ah berpandangan
bahwa ‘Ali bersama Bani Hasyim dan 12 orang dari kaum muhajirin dan
anshar melakukan perlawanan terhadap keKhalifahan Abu Bakar. Mereka
melakukan bai’at terhadap Abu Bakar setelah posisi mereka menemukan
jalan buntu dan menghadapi kesulitan besar dalam mengusung ‘Ali bin Abi
Thalib sebagai Khalifah. Akan tetapi pandangan Syi’ah ini tidak memiliki
landasan historis yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.
B. Khalifah Utsman dan al-fitnah al-kubro
Pada masa pemerintah Khalifah Abu Bakar dan Umar, dan sebagian
besar masa pemerintahan Khalifah Utsman, kaum Muslimin berada dalam
suasana yang kondusif, tenang dan harmonis. Perselisihan dan kemelut
internal relatif tidak terjadi. Hal ini disamping karena kebijakan politik yang
diambil tidak membuka peluang lahirnya friksi internal dan gerakan oposisi,
juga karena pada saat itu kaum Muslimin disibukkan dengan jihad dan
Ekspansi militer Islam (futuhat) ke daerah-daerah sekitar jazirah arab,
sebagai pemerataan jalan bagi penyebarluasan dakwah Islam ke seluruh
Dunia.
Diantara prestasi luar biasa dari pemerintahan ‘Utsman yang sampai
sekarang masih dapat dirasakan kontribusinya bagi peradapan Islam adalah
penulisan kembali mushaf Al-Qur’an yang kemudian disebut dengan
Mushhaf ‘Utsmani atau Mushhaf al-Imam.[1]
Baru setelah 6 tahun pertama dari masa kepemimpinan Khalifah
Utsman tepatnya selama 12 tahun yaitu (23 H/644 M – 35 H/655 M), badai
fitnah mulai mengguncang dengan hebat dan kuat, dan pada akhirnya
mengantarkan pada terbunuhnya Khalifah Utsman tahun 35 H / 655 M,
Serta beragam peristiwa politik yang mengiringinya dan huru-hara yang
terjadi sesudahnya. Hal ini menjadi topik utama kajian para sejarawan dan
para pakar. Masing-masing berusaha mengungkap berbagai sebab dan latar
belakang terjadinya fitnah itu.

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 2/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
Dalam catatan sebagian sejarawan, maka terdapat sekian banyak
tuduhan terhadap Khalifah Utsman yang dianggap memberikan justifikasi
dan legitimasi bagi terjadinya kemelut politik dan perlawanan terhadap
Khalifah Utsman. Di antara tuduhan-tuduhan tersebut adalah:
Khalifah Utsman dianggap melakukan nepotisme, berlebihan memberikan
perhatian kepada kerabat dekatnya, sampai mendirtribusikan mereka dalam
jabatan penting, sebagai tempat kepercayaan dan penasehat dalam
menjalankan roda pemerintahannya. Diantaranya adalah:

a. Walid bin ‘Uqbah, saudara Utsman dari pihak ibu. Utsman


mengangkat Walid sebagai Gubernur kufah setelah
memberhentikan Sa’ad bin Abi Waqqash (32 SH – 55 H / 592 – 675
M).
b. Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah (w. 36 H/656 M), saudara
sesusu Utsman diangkat sebagai Gubernur Mesir setelah
memberhentikan Amr bin Al’ash (50 SH – 43 H / 574 – 664 M).
c. Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Gubernur damaskus pada masa Umar.
Pada masa Utsman, otonomi kekuasaannya semakin luas meliputi
seluruh wilayah Syam yaitu Himash, Palestina, Yordania dan
Lebanon.
d. Marwan bin hakam (2-65 H / 623 – 685 M). Saudara sepupu
Utsman diangkat sebagai Sekretaris Negara dan mengendalikan
banyak kebijakan.

Khalifah Utsman juga dituduh menjadikan kerabat dekatnya sebagi


tempat kepercayaan. Dan meninggalkan para senior sahabat seperti ‘Ali bin
Abi tholib, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah dan lain-lain sebagi penasehat
yang sebelumnya menjadi kepercayaan Khalifah Umar dan dewan
penasehatnya.
Kecaman juga diarahkan terhadap kebijakan Utsman menyangkut kekayaan
negara. Ia dituduh memonopoli sebagian keayaan negara, tindakan yang
tidak dikenal pada Khalifah sebelumnya, Abu Bakar dan Umar. Utsman juga
memberikan prioritas kerabatnya dalam memanfaatkan kekayaan negara,
seperti penghibahan khumus (seperlima) dari kharaj (pajak) afrika kepada
Marwan bin Hakam.
Utsman dituduh bersikap lemah dan penuh toleran terhadap para pejabat
dari kalangan kerabatnya, sebaliknya ia dituduh bertindak keras dan kasar
terhadap sebagian sahabat Nabi SAW. yang bukan kerabatnya. Ia menolak
semua saran-saran dan nasehat para senior sahabat. Bahkan ia pernah
memukul sebagian mereka, seperti ‘Ammar bin Yasir (57 SH-37 H/567-657
M) hingga ususnya pecah. Ia juga memukul Abdullah bin Mas’ud (28 SH-32
H/596-652 M), dan memutus tunjangannya. Ia juga mendeportasi Abu Dzar
Al-Ghifari (w. 32 H/652 M) ke Rabdzah.
Demikian tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Khalifah Utsman.
Namun bila kita amati terdapat sekian banyak keganjilan pada tuduhan-
tuduhan tersebut, apalagi sampai berimplikasi pada lahirnya sebuah
revolusi, perlawanan dan pembunuhan terhadap Khalifah Utsman. Karena
dari sekian banyak tuduhan tersebut adakalanya cacat secara substansial
dan dalam segi riwayat sejarawan. Berikut keganjilan-keganjilan
menyangkut tuduhan-tuduhan terhadap Utsman:
Walid bin ‘Uqbah, yang katanya diangkat Utsman karena
kekerabatannya. Realita bahwa, Walid bin ‘Uqbah telah memegang jabatan
pada masa Khalifah Umar. Tidak mungkin Umar yang dikenal dengan tipikal
adil dan bijaksana, mengangkat pejabat yang tidak cakap. Dan kasus Walid
yang minum khamr dan pernah menjadi imam shalat dalam keadaan mabuk.
Seandainya kasus tersebut benar, justru membuktikan bagi keadilan
Khalifah Utsman dengan melakukan hukuman dera dan memberhentikan
Walid dari jabatan.
Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah telah dinyatakan bertaubat dari
kemurtadannya. Utsman pun telah memintakan ampun Ibnu Abi Sarah
kepada Rosul SAW. dan beliau pun mengampuninya. Ia berperan aktif
dalam beberapa Ekspansi militer Islam di Mesir dan Afrika Utara. Ia juga
diakui memiliki sikap-sikap terpuji, kecakapan dan jasa yang signifikan.
Kemudian Utsman mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir mengganti Amr
bin Al-Ash, karena dipandang layak dan mampu menjalankan tugas yang
diembannya.
Mu’awiyah bin Abi Sufyan telah menjabat Gubernur Damaskus pada
masa Khalifah Umar. Ia diakui memiliki kecakapan dan kemampuan
manajerial yang bagus. Kemampuan Mu’awiyah ini kelihatan, setelah
daerah-daerah lain yang masuk dalam wilayah Syam disatukan ke bawah
otonomi kekuasaannya.
Tuduhan bahwa Utsman melakukan mismanajemen dalam mengelola
kekayaan negara, memprioritaskan dirinya dan keluarganya dalam

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 3/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
memanfaatkan kekayaan kaum muslimin, dan ia telah menguras harta baitul
mal, adalah tuduhan yang perlu pembuktian. Karena Utsman sendiri dikenal
dengan karakter murah hati dan dermawan sejak sebelum dan setelah
menjadi Khalifah. Ia membantu keluarganya dari kekayaan pribadinya,
bukan dari kas negara. Bahkan khalifah ‘Utsman tidak mengambil gaji yang
merupakan haknya. Pada saat menjabat khalifah, dia justru jatuh mislin.[2]
Sedangkan pengangkatan Marwan bin Hakam sebagi kepercayaan
pribadi Utsman dengan jabatan Sekretaris Negara, karena dari segi
kepribadian, Marwan dikenal sebagai orang yang adil dan berdasarkan
kesaksian kalangan sahabat, tabi’in dan fuqoha’ kaum muslimin. Memang
benar Marwan melakukan kesalahan-kesalahan yang mungkin menjadi
bagian diantara sebab-sebab terjadinya fitnah, namun yang dilakukannya
bukan atas dasar perintah dan persetujuan Khalifah Utsman, dan
sepengetahuannya.
Sedangkan kasus pendeportasian Abu Dzar ke Rabdzah, data sejarah
memang menyatakan ada. Akan tetapi bukan lantaran tindakan Utsman,
melainkan inisiatif Abu Dzar sendiri yang memilih menjauh dan melakukan
uzlah ketika berbeda pendapat dengan masyarakat. Selain itu Abu Dzar
seorang laki-laki yang saleh dan zuhud.
Beberapa kasus di atas termasuk bagian dari peristiwa politik yang oleh
sebagian kalangan dinilai sebagai justifikasi dan legimitasi bagi terjadinya al-
fitnah al-kubra serta kemelut politik yang mengantarkan pada terbunuhnya
Khalifah Utsman. Padahal dalam kesemuanya, Utsman tidaklah bertindak
melampaui batas ijtihad yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai
Khalifah menyangkut kebijakan yang dipandangnya maslahat bagi kaum
Muslimin.
C. Latar belakang al-fitnah al-kubro
Agaknya fitnah yang terjadi pada masa Utsman serta peristiwa yang
menyertainya lahir dari kondisi sosial dan sebagai implikasi dari arus
transformasi yang menginvasi Negara Islam pasca ekspansi militer Islam
(futuhat islamiyah) dan Islamnya masyarakat yang tidak memiliki ikatan
dangan masa kenabian.
Ketika Utsman berkuasa, kebijakan politik Umar dianggap tidak kondusif
untuk diterapkan. Utsman mengubah kebijakan tersebut dengan memberi
kebebasan kepada para sahabat untuk berimigrasi keluar Madinah.
Dampaknya justru mempercepat perubahan pola kehidupan sosial menjadi
terhanyut godaan dunia dan melahirkan friksi sosial. Eskalasi perubahan
tersebut dapat di lihat dengan adanya riwayat al-Hafizh ibnu Jarir al-
Thabrani dalam Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Misalnya al-Imam ‘Amir al-
Sya’bi (17-104 H/637-723 M) berkata: “Pada akhir pemerintahan Umar,
kebijakan umar kurang disukai kaum Qraisy. Ia memblokir mereka
dimadinah. Ia berkata: “Yang paling aku takutkan pada umat ini, apa bila
kalian tersebar di berbagai daerah.” Apabila seorang laki-laki Quraisy dari
qoum Muhajirin meminta izin pergi berjihad, Umar akan berkata:
“Peperangan yang kamu ikuti bersama Rasulullah telah cukup bagimu, dari
pada berperang hari ini. Kamu lebih baik tidak mengenal dunia dan dunia
tidak mengenalmu.”
Setelah Utsman berkuasa, mereka mendapat kebebasan dan tersebar
di berbagai daerah, sehingga menjadi tumpuan masyarakat setempat.
Karena itu, mereka sangat menyukai Utsman dari pada Umar. Akhirnya
masyarakat pun tergiur harapan dan angan-angan. Itulah awal kelemahan
dalam Islam dan fitnah yang pertama kali terjadi dikalangan umat. Kemudian
muncul uforia mengkritik dan menentang pejabat, mereka menuduh pejabat
sewenang-wenang dan berbuat kerusakan dan sebaliknya pejabat menuduh
rakyat telah membangkang.
Kondisi inilah dimanfatkan oleh orang-orang yang punya ambisi
kekuasaan dan punya dendam pribadi kepada Khalifah atau pejabat. Nama-
nama yang mendalangi fitnah tersebut diantaranya:

1. Malik bin Harits al-Asytar dan Muhammad bin Abi Hudzayfah, keduanya
memiliki ambisi kekuasaan.
2. Ghafiqi bin Harb Al-‘Akki, Kinanah bin Bisyr al-Tujibi, Saudan bin Humran,
Hukaim bin Jabalah al-‘Abdi dan Amr bin Badil bin Warqa’ al-Khuza’i.
mereka adalah orang-orang yang mempunyai akidah menyimpang,
kurang agamis dan mendahulukan dunia dari pada akhirat.

Sedangkan aktor utama penyebar fitnah adalah Abdullah bin Saba’ laki-
laki Yahudi yang masuk Islam di masa Khalifah Utsman. Ia mulai
menyebarkan sebagian akidah sesat yang diadopsi dari ajaran Yahudi,
seperti ajaran raj’ah (kebangkitan sebelum hari kiamat) para Nabi dan para
washi. Menurutnya setiap nabi mempunyai washi dan washinya Muhammad
adalah ‘Ali. Setelah berhasil, Abdullah bin Saba’ menyebarkan sikap anti

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 4/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
Utsman dengan mencemarkan nama baik Khalifah Utsman dan bahwa
Utsman mengambil ‘Alih kekuasaan (Khalifah) dengan sewenang-wenang.
Demikianlah eskalasi fitnah tersebut menjadi gawat dan unsure-
unsurnya terdiri dari ‘Aliansi beberapa daerah dan kota seperti Kufah, Mesir
dan Basrah. Secara lahiriah Aspirasi mereka soal pengaduan dan keluhan
tentang ketidak adilan dan kesewenang-wenangan sebagian pejabat.
Namun dibalik itu mereka merencanakan kudeta terhadap pemerintah.
Setelah memperhatikan hal tersebut, Utsman berjanji akan memenuhi
tuntutan dan keluhan mereka. Dengan komitmen ini, situasi menjadi tenang
terkendali. Akan tetapi selang beberapa saat masa kembali ke Madinah
dengan dakwaan Utsman telah membatalkan perjanjian dan komitmennya.
Ia telah mengirim surat rahasia kepada Gubernur Mesir dan
mengintruksikan agar menindak para penuntut sepulang dari Madinah.
Walaupun Utsman menegaskan dan bersumpah tidak punya hubungan
dan tidak tahu menahu tentang surat rahasia itu. Mereka tetap menuntut
Utsman mundur atau menyerahkan Marwan bin Hakam yang dituduh
menulis surat rahasia itu, atau berhenti secara paksa. Keduanya ditolak
Utsman, sebagian sahabat juga mendukungnya agar tidak mengundurkan
diri sehingga nantinya menjadi tradisi, dimana setiap masa membenci
pemimpinnya, maka akan menuntut mundur.
Selanjutnya posisi Utsman hanya menghadapi pemberontak yang
semakin ketat memblokir kediamannya sampai mencegah masuknya air
minum. Sebenarnya beberapa sahabat telah siap melindungi dan membela
Utsman, namun Utsman memerintahkan untuk membubarkan diri lantaran
tidak ingin terjadi pertumpahan darah. Pada akhirnya masa memanfaatkan
memasuki rumah beliau dan membunuhnya di siang hari pada 35 H/ 656 M
dalam usia 82 tahun.
D. Khalifah ‘Ali dan perang jamal
Setelah Khalifah Utsman wafat, telah membuka pintu fitnah, sedangkan
pengangkatan Khalifah ‘Ali RA belum menciptakan suasana yang aman,
meskipun Khalifah ‘Ali dipilih kaum muslimin namun ada pihak lain yang
kurang setuju atas pengangkatanya yaitu Mu’awiyyah bin Abi Sufyan.
Mu’awiyah beralasan atas pengangkatan ‘Ali karena Khalifah Utsman
dibunuh secara dholim dan belum di qisos pembunuhnya.
Sementara itu golongan lain dari sahabat yang di pimpin Ummul
Mu’minin ‘Aisyah, Tholhah bin Ubaidillah dan Al-Zubair bin Al-Awwam
melawan Khalifah ‘Ali, mereka berpendapat bahwa qisos harus segera
ditegakkan terhadap para pembunuh Utsman. Ummul mu’minin ‘Aisyah dan
golongan lainya memprotes sikap ‘Ali yang membiarkan pembunuh Utsman
belum di qisos.
Khalifah ‘Ali memberikan penjelasan pada mereka, bahwa ia tidak
terlibat dan tidak memberi masukan dalam pembunuhan Utsman, ‘Ali
berusaha membujuk Ummul Mu’minin ‘Aisyah, tholhah dan Al-Zubair agar
memberikan dukungan kepada dirinya dan sebagai satu-satunya pimpinan,
dan situasi negara aman dan situasi lebih kondusif. Sehingga dapat
menangkap pembunuh Utsman. Khalifah ‘Ali mengirim delegasi seorang
sahabat yang genius Al-Qa’qa’ bin Amr Al-Tamimi (w 40 H/660 M) yang
akhirnya berhasil membujuk ‘Aisyah dan kelompoknya untuk berdamai dan
membuat kesepakatan atas rencana ‘Ali.
Setelah terjadi penjelasan akhirnya salah faham itu telah berakhir. ‘Ali
merasa bahagia dengan perdamaian tersebut, akan tetapi setelah beberapa
saat ada embriou pengacau yang ada diantara kelompok ‘Ali. Mereka tidak
suka dengan adanya kesepakatan yang dicapai oleh ‘Ali dan kelompok
‘Aisyah untuk melakukan qisos terhadap pembunuh Utsman, dan juga dari
kelompok ‘Aisyah seorang yang tidak menginginkan suasana kondusif atas
terciptanya perdamaian, karena itu mereka menciptakan api pepecahan.
Sehingga pada saat orang menikmati perdamaian, tiba-tiba kekacauan
antara kelompok ‘Aisyah dan ‘Ali bergejolak ketika waktu menjelang pagi
pada malam kedua terjadi kesepakatan. Akhirnya masing-masing kelompok
menuduh bahwa pihak lawan telah mengkhianati kesepakatan sehingga
peperangan tidak dapat dihindari, perang ini terjadi pada 36 H (567 M)
tanggal 9 Desember.
Perang ini terjadi di basrah, yang dikenal dengan perang Jamal.
Dinamakan demikian, karena ‘Aisyah yang memimpin pasukan menunggang
unta.
Dalam perang ini, kemenangan ada di pihak Khalifah ‘Ali. Tholhah dan
zubair terbunuh dan ‘Aisyah ditawan akan tetapi ia tidak diperlakukan oleh
‘Ali sebagai tawanan, melainkan dihormati dan dimuliakan, lalu dipulangkan
ke Mekkah, serta dinasehatinya agar dia tidak lagi mencampuri politik
negara.[3]
E. Perang siffin
Perang jamal telah usai, dengan kemenangan dibawah kelompok ‘Ali,
tetapi kekahalifahan belum aman dan setabil, ‘Ali masih belum lega karena

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 5/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam
memfokuskan untuk memerangi Mu’awiyah, yang memiliki kekuatan solid,
Mu’awiyah mengajukan permintaan pada ‘Ali agar menyerahkan para
pembunuh Utsman sebagai syarat bagi setiap tawaran kesepakatan.
Kemudian Mu’awiyah tidak mau mengikuti pengangkatan, dan Mu’awiyah
tidak mau diajak berdamai oleh ‘Ali, Perlawanan ini menyebabkan pecahnya
perang Siffin pada 37 H/ 657 M. Semula peperangan ini dimenangkan pihak
‘Ali dibawah pimpinan Malik al-Astar[4], namun Amr bin Al ’Ash
mengusulkan pasukan Mu’awiyah agar melakukan tipu muslihat dengan
mengangkat Al-Qur’an di atas ujung tombak, dan mengajak kelompok ‘Ali
kembali pada Al-Qur’an. Mayoritas kelompok ‘Ali tertipu dengan muslihat
tersebut, meskipun ‘Ali sudah menasehati supaya bersabar dan melajutkan
peperangan serta tidak terkecoh oleh rekayasa politik kelompok Mu’awiyah.
Dalam hal ini, al-Hafizh Ibn Hajar Al-‘Asqalani (793-852 H/1391-1448 M)
berkata: “Hampir saja pasukan Syam menderita kekalahan. Akan tetapi
kemudian mereka mengangkat Mushhaf al-Qur’an di ujung tombak sambil
berseru kepada kelompok ‘Ali: “Kami mengajak kalian kembali pada kitab
Allah.” Akhirnya pasukan ‘Ali, terutama dari kalangan qurra’, meninggalkan
peperangan. Lalu diantara mereka saling mengirimkan delegasi juru damai
dan siapa yang menurut mereka benar maka harus di ikuti. ‘Ali terpaksa
menerima proses arbitrase dan menerima Abu Musa al-Asy’ari (21 SH-44
H/602-665 M) sebagai perwakilannya. Itulah awal genjatan senjata antara
kedua belah fihak.
Pada saat itu juga dari pasukan ‘Ali muncul kelompok aksi menolak
terhadap genjatan senjata dan menganggapnya melanggar hokum Al-
Quran. Kelompok ini jumlahnya sangat signifikan dan keluar dari kelompok
‘Ali, dikemudian hari disebut kaum Khawarij. Mereka berpendapat ‘Ali dan
mereka yang menerima genjatan senjata telah melanggar perintah Allah.
Kaum khawrij selalu berusaha merebut massa Islam dari pengikut ‘Ali,
Mu’awiyah dan ‘Amr sebab mereka yakin bahwa ketiga pemimpin ini
merupakan sumber pergolakan-pergolakan, sehingga mereka bertekad
untuk membunuhnya. Pada tanggal 20 Romadlon 40 H (660 M) salah
seorang Khawarij berhasil membunuh ‘Ali di Masjid Kufah.[5]
KESIMPULAN

1. Berdasarkan kesepakatan para pakar, motif utama terjadinya perpecahan


dikalangan umat Islam adalah berangkat dari ranah politik, yaitu soal
kholifah atau suksesi kepemimpinan pasca wafatnya Nabi Muhammad
SAW.Khalifah Utsman mendapatkan tuduhan-tuduhan yang merupakan
bagian dari peristiwa politik yang dinilai sebagai justifikasi dan legimitasi
bagi terjadinya al-fitnah al-kubra serta kemelut politik yang mengantarkan
pada terbunuhnya Khalifah Utsman.
2. Panasnya fitnah yang membara pada masa kholifah utsman dinyalakan,
direncanakan kelompok-kelompok yang punya ambisi pribadi dan idiologi
subyektif.
3. Perang Jamal terjadi antara Kelompok ‘Ali dan Kelompok ‘Aisyah,
terciptanya api perpecahan disebabkan atas terbunuhnya Utsman.
Perang ini terjadi 36 H yang dimenangkan oleh kelompok Khalifah ‘Ali.
4. Perang Siffin adalah perang antara kelompok ‘Ali dan kelompok
Mu'awiyyah.

DAFTAR PUSTAKA

Idrus Romli, Muhammad. Pengantar sejarah Ahlus Sunah Wal jama’ah


Risalah Ahlus Sunah Wal Jama’ah, Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa
Timur
Tarikh Islam untuk kelas 1, KMI Pondok Moderen Darusalam Gontor
Chairul Rofiq, Ahmad. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press , 2009
Djuhan, Wida. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN, 2008

[1] Chairul Rofiq, Ahmad. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN


Ponorogo Press , 2009. Hal 95
[2] Chairul Rofiq, Ahmad. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press , 2009. Hal 99
[3] Tarikh Islam untuk kelas 1 . KMI Pondok Moderen Darusalam Gontor
[4] Chairul Rofiq, Ahmad. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press , 2009. Hal 101
[5] Chairul Rofiq, Ahmad. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press , 2009. Hal 116

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 6/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam

Disusun Oleh:

1. Muqorobin
2. Sarwono
3. Sugiono
4. Ni’matuz Zahrah

Diposkan oleh Ahmad Sarwono

3 comments:

Hery Achmad May 8, 2014 at 2:05 AM


Kalau ranahnya adalah ranah politik, maka pada ustman dan ali
terdapat kelompok2 atau orang2 yang bernafsu merebut
kekuasaan atau menjadi pemimpin, di atas juga disebutkan bahwa
ada kelompok pengacau baik itu dalam perang jamal yang hampir
damai kemudian dikacaukan oleh org2 atau kelompok tertentu,
yang jadi pertanyaan siapa itu dan siapa mereka itu? kalau benang
merah ini tidak bisa ditemukan, makanya sampai saat ini ummat
terus berada dalam kebingungan, karena tidak ada yang berani
mengungkapkan fakta kebenaran, sehingga setelah sekian lama
timbulah lagi fitnah-fitnah, hujjah2, cerita2 bahkan hadis2 yang
diragukan kebenarannya, satu kelompok menunuh atau kelompok
lain palsu, sehingga ummat bingung harus berpedoman kepada
kelompok mana?ada lagi muncul dalil bahwa kita tidak boleh
berpedoman kepada satu imam madzhab karena imam madzhab
itu juga manusia biasa yang bisa juga salah dalam berpendapat,
sehingga hadirlah kelompok yang menamakan diri tadjidul islam
(pembaharu islam), kelompok ini beranggapan bahwa ummat Islam
ini sudah jauh melenceng dari al-qur'an sunnah rasulullah
sehingga harus diluruskan atau dikembalikan kepada ajaran islam
yang murni, bersih dari bid'ah2, khurafat2, tahayul2 sehingga
berdasarkan pendapat itu terjadilah revolusi Islam di mekkah
dengan membunuh muslimin dan muslimat yang dianggap telah
sesat, sesat berarti kafir, kafir berarti wajib dibunuh, penyebabnya
aalah kuburan2 orang2 shaleh seperti sahabat nabi, keluarga nabi
dan keturunannya, bahkan kuburan nabi pun diratakan dengan
tanah supaya tidak ada lagi orang2 yang berziarah dan berdo'a di
sana, apakah ini politik islam?sungguh besar fitnah2 itu sehingga
sampai saat sekarang ini ummat semakin jauh melenceng dari
khittah yang haq dan mengikuti kepada khittah yang bathil, semoga
allah memberi petunjuk dan bukti yang nyata, mana yang haq dan
mana yang bathil, sehingga kita selamat dari kesasatan, amin.
Reply

mochammad ramdhani April 27, 2016 at 9:43 PM


Cape deh ...
Reply

Replies

Aries Tozius August 16, 2017 at 7:55 AM


Terus gimana nasib para sahabat yg tega saling bunuh
membunuh sesama sahabat masuk ke sorga apa gak?
Trus aisyah istri tercinta saw udah pasti neraka dong!!
Sbab asal muasal terjadinya perang saudara tuduhan
kafir kepada ustman dari mulut aisyah kan? CAPE
DECH.

Reply

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 7/8
8/26/2018 Setetes Ilmu: Awal Mula Perpecahan Dalam Islam

Enter your comment...

Comment as: Google Accoun

Publish Preview

Newer Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

70persen.com
saat nya internetan menghasilkan uang dengan
mudah dan halal
https://bit.ly/2OsQJhA
PESUGIHAN DANA GAIB !!!
Hasil Minimal 700 Juta dan Maksimal 21 Milyar!
Info Klik Disini!
www.fulustalim.blogspot...
70persen.com
saat nya internetan menghasilkan uang dengan
mudah dan halal
https://bit.ly/2OsQJhA

About Me Link

Ahmad Sarwono Ponpes Nahrul 'Ulum


Follow 2
NU Online
View my complete profile Kang ono
Bazis Al-Kautsar gadung
Total Pageviews

255,920

sarwana09.blogspot.com. Simple theme. Theme images by merrymoonmary. Powered by Blogger.

http://sarwana09.blogspot.com/2012/10/awal-mula-perpecahan-dalam-islam.html 8/8

Anda mungkin juga menyukai