Anda di halaman 1dari 19

Nama : Desi Mawarni

NIM : 04011181621056
Kelas : Beta 2016

DISENTRI

1.1 Definisi

Disentri berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja
bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Ada 2 jenis disentri
berdasarkan penyebab yaitu disentri amoeba dan disentri basiller. Disentri basiller
(Shigellosis) adalah infeksi akut usus yang disebabkan oleh salah satu dari empat spesies
bakteri gram negatif genus Shigella. Sedangkan disentri amoeba adalah infeksi akut usus
yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.

1.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat dilaporakan sekitar 8-12 kasus per 100.000 populasi selama 30
tahun. Di dunia, Shigellosis tetap merupakan penyebab diare tersering baik di negara
berkembang maupun d i negara maju. WHO memperkirakan jumlah total kasus pada tahun
1996-1997 siperkirakan 165 juta dan 69% kasus terjadi pada anak kurang dari 5 tahun,
dengan kematian tiap tahunnya diperkirakan antara 500.000 hingga 1,1 juta. Data tahun
2000-2004 dari 6 negara di Asia (Bangladesh, China, Pakistan, Indonesia, Vietnam, dan
Thailand) menunjukkan bahwa insidensi shigellosis masih stabil meskipun angka
kematiannya menurun, mungkin disebabkan karena membaiknya standar nutrisi. Shigellosis
sering menimbulkan endemik dan 99% terjadi di negara berkembang dengan prevalensi
tinggi dimana kebersihan umum dan kebersihan perseorangan yang buruk.

1.3 Etiologi

Penyebab disentri basiler adalah Shigella sp. dari genus Shigella, yang termasuk
bakteri gram negatif. Secara morfologi bakteri shigella berbentuk batang ramping, tidak
berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora. Shigella mempunyai susunan antigen
yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan
sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric
lainnya. Secara antigenic mirip dengan E. Coli, shigella tidak memiliki flagella dan antigen
H. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida.

Genus ini dibagi menjadi empat spesies berdasarkan reaksi biokimia dan antigen O
spesifik, yaitu Shigella dysentriae (serogroup A), Shigella flaxneri (serogroup B), shigella
boydii (serogroup C), dan Shigella sonnei (serogroup D). Shigella merupakan prototip bakteri
patoen yang dapat invasi dan bermultiplikasi di segala sel epitelial, termasuk sel target
alamiahnya yaitu enterosit. S. Dysentriae type 1 (shiga bacillus) merupakan spesies pertama
yang diketahui memproduksi toksin Shiga yang poten.

1.4 Faktor Risiko

Insidensi dan penyebaran shigellosis berhubungan dengan kebersihan perseorangan


dan kebersihan komunitas. Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak ditemukan pada
anak-anak, dan di negara-negara dengan kondisi infrastruktur sanitasi yang tidak bagus,
dengan kondisi pemukiman padat dan kondisi higiensi perseorangan jelek, penyakit ini lebih
mudah menyebar.

1.5 Transmisi

Saluran usus manusia merupakan reservoar utama shigella, meskipun ditemukan pula
pada primata yang lebih tinggi. Karena penyebaran shigella ini paling besar terjadi pada fase
akut, maka bakteri ini secara efektif ditransmisikan melalui fekal oral, disamping itu dapat
pula ditransmisikan melalui kotak orang ke orang melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Selain itu, shigella dapat pula ditransmisikan oleh lalat secara seksual.

1.6 Patogenesis

Shigella sp. ditularkan melalui jalur fecal-oraldan masuk dalam tubuh secara per oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Schroeder and Hilbi, 2008). Ketahanan
terhadap kondisi pH yang rendah menyebabkan shigella bertahan dari barrier lambung, hal
inilah yang menjelaskan mengapa inokulum kecil sebesar 100 cFU cukup menyebabkan
infeksi. Diare biasanya mendahului sindroma disentri karena sekresi aktif dan reasorbsi air
abnormal. Mekanisme pembersihan awal ini mungkin disebabkan karena kombinasi aksi dari
enterotoksin (ShET-1) dan inflamasi mukosa. Sindroma disentri ditandai dengan BABA
berdarah dan mukopurulen yang merefleksikan invasi mukosa.
Patogenesis Shigella ditentukan terutama oleh virulensi plasmid 214 kb terdiri atas
100 gen, yang mengkode 25 sistem sekresi tipe III yang memasuki membran sel host agar
efektor dapat transit dari sitoplasma bakterial ke dalam sitoplasma sel. Kemudian akan terjadi
initial crossing bakteri melewati epitel barrier intestinal melalui sel M (sel epitel translokasi
khusus di folikel sepitel yang menutupi nodul limfoid mukosa) sehingga bakteri dapat
menginvasi sel epitel intestinal. Bakteri melekat secara slektif pada sel M dan dapat
transitosis melalui sel M ke dalam kumpulan sel fagosit. Bakteri di dalam sel M dan
makrofag resident subepitel akan menyebabkan pengaktifan apoptosis. Shigella mudah
beradaptasi dengan lingkungan intraseluler dan hal ini memberikan keunikan proses infeksi.
Meskipun pada awalnya bakteri dikelilingi oleh vakuola fagositik, mereka dapat lepas dalam
waktu 15 menit dan memasuki kompartemen sitoplasma sel host. Kemudian efektro shigella
akan memicu rearrangement sitoskleton sel. Dengan cepat, mereka membentuk paralel
dengan filament aktin sitoskeleton dari sel dan memulai proses dimana mereka melakukan
kontrol polimerisasi monomer yang membuat fibril-fibril aktin. Proses ini membentuk ekor
aktin pada mikroba yang akan terlihat di dalam sitoplasma seperti komet. Gambaran pada
apparatus sitoskeletal ini memberikan shigella yang non motil tidak hanya bereplikasi di
dalam sel tetapi dapat bergerak secara efisien di dalamnya.

Bakteri akan masuk ke dalam membran sel inang, yang terletak berdekatan dengan
enterosit lain. Pada titik ini beberapa shigella akan mengalami reound, tetapi yang lain akan
mendorong membran ke dalam sel yang berdekatan. Invasi ke enterosit sebelahnya
membentuk proyeksi seperti jari, yang kemudian akan pinch off, mengganti bakteri ke dalam
sel baru tetapi dalam membran ganda. Organisme kemudian melisiskan kedua membran dan
dilepaskan ke dalam sitoplasma bebas untuk memulai siklus baru.

Sitokin dilepaskan oleh sejumlah sel epitel intestinal yang terinfeksi yang
menyebabkan kenaikan jumlah sel imun (terutama limfosit polimorfonuklear) ke tempat yang
terinfeksi, yang akan mendestablisasi barrier epitel, eksaserbassi inflamasi yang
menyebabkan colitis akut yang sesuai dengan shigellosis. Bukti terkini menunjukkan bahwa
sistem sekresi tipe III-efektor dapat mengontrol perluasan inflamasi, sehingga memfasilitasi
survival bakteri. Proses inflamasi sel ke sel secara radial membentuk ulkus fokal pada
mukosa, terutama pada kolon. Ulkus menambah komponen perdarahan dan menyebabkan
shigella untuk mencapai lamina propria, dimana mereka membangkitkan respon inflamasi
akut yang intensif. Perluasan infeksi diluar lamina sangat jjarang pada individu sehat. Diare
akibat proses ini merupakan proses inflamasi, terdiri dari volume tinja yang sedikit terdiri
atas leukosit, eritrosit, bakteri dan lainnya yang memberikan gambaran disentri klasik.

1.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dan keparahan shigellosis tergantung pada spesies yang


menginfeksi, usia, status nutrisi, dan pada status imunologi penjamu. Shigellosis secara
tipikal berkembang melalui 4 fase yaitu fase masa inkubasi, watery diarrhea, disentri, dan
fase post infeksi. Gejala shigellosis secara tipikal dimulai 24-72 jam setelah kuman ini
tertelan dengan demam dan malise, diikuti dengan diare yang pada awalnya adalah watery
diarrhea secara cepat berkembang menjadi diare dengan mukus dan darah yang merupakan
karakteristik dari infeksi shigella. Disentri ditandai dengan diare sedikit-sedikit dengan darah
dan lendir disertai tenesmus, kram perut dan nyeri saat akan defekasi, sebagai akibat
inflamasi dan ulserasi mukosa kolon dan proktitis. Pada pemeriksaan endoskopi akan
didapatkan edema dengan eksudasi memberntuk pseudomembran. Luasnya lesi ini
berkorelasi dengan jumlah dan frekuensi diare, serta kehilangan protein melalui mekanisme
eksudasi tersebut.

Pada infeksi Shigella dapat tidak ditemukan muntah maupun tanda dehidrasi yang
berat sebagai manifestasi klinisnya karena pada shigellosis, lambung dan usus halus tidak
telibat. Meskipun demikian dapat ditemukan tanda dehidrasi ringan atau sedang sebagai
akaibta dari kehilangan cairan lewat diare, peningkatan insensible water loss akibat demam,
dan penurunan asupan makan dan minum. Akibat dari inflamasi yang berat dapat pula
meninmbulkan megakolon, dan dapat terjadi bakteremia pada pasien imunokompromis dan
malnutrisi. Apabila disentri terjadi terum menerus dapat menyebabkan anemia.

1.8 Diagnosis

1. Anamnesis

 Mengidentifikasi populasi dengan risiko tinggi shigellosis yaitu pada anak-anak <5
tahun, international travelers, sosial ekonomi rendah, orang yang tinggal pada daerah
populasi padat dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi yang buruk, orang yang
imunokompromis.
 Mengidentifikasi gejala seperti nyeri abdomen, demam tinggi, emesis, anoreksia, diare
dengan volume besar, diare berdarah volume sedikit yang mukopurulen.
2. Pemeriksaan fisik

 Onset terjadi secara akut dengan temperatur tubuh 39-40o


 Status hidrasi pasien harus dievaluasi khususnya dengan melihat mukosa mulut yang
kering, sekresi air mata berkurang, pengurangan output urin, turgor kulit menurun.
 Pemeriksaan abdomen akan menunjukkan nyeri general mulai dari ringan hingga
berat tanpa rigiditas.
 Pada anak-anak yang menunjukkan kejang demam, pemeriksaan neurologis yang
cermat dapat menyingkirkan meningitis.

3. Pemeriksaan Penunjang

 Hematologi
 Jumlah leukosit total meningkat dengan hitung jenis shift to the left biasanya
ditemukan pada diare suspek disentri basiller.
 Bakteremia jarang ditemukan bahkan pada infeksi berat dikarenakan sifat alami
dari shigella yang jarang penetrasi di bawah submukosa.
 Kultur darah harus dilakukan apabila terjadi pada anak yang sangat muda, tampak
sakit berat, malnutrisi, atau imunokompromis karena ada peningkatan risiko
bakteremia.
 Pemeriksaan tinja.
Diagnosis spesifik infeksi shigella adalah dengan mengisolasi organisme tersebut
dengan pemeriksaan kultur feses atau apus rektal. Onset penyakit yang cepat sebelum
masuk rumah sakit, demam tinggi, dan leukosit yang banyak di feses (>50
neutrofil/LP) sangat menyokong ke arah shigellosis. Sedangkan pemeriksaan apus
fese secara mikroskopik infeksi E. Histolytica akan menunjukkan trofozoit
eritrofagositik dengn beberapa PMN pada infeksi. Kemungkinan dapat mengisolasi
kuman lebih tinggi pada feses yang mengandung darah atau mukus dibandingkan
dengan apus rektal. Jika tidak tersedia sarana pemeriksaan mikroskopik atau biakan,
maka pasien dengan klinis shigellosis harus dicurigai shigellosis dan diberi terapi
empirik untuk shigellosis.
 Polymerase Chain Reaction (PCR).
PCR primer digunakan untuk mendeteksi gen virulen bakteri secara langsung (invasi
locus plasmid). Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara
luas.
 Enzim immunoassay.
Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi
S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.
 Sigmoidoskopi.
Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut.
 Metode serologi (slide agglutination)
Dengan antisera spesifik untuk grup dan tipe bakteri. Antisera spesifik grup tersedia
di pasaran, sedangkan untuk antisera spesifik tipe jarang didapatkan dan terbatas
sebagai referensi laborat karena mahal. Pada S. dysentriae aglutinasi
dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.f lexneri aglutinasi antibodi
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.

1.10 Diagnosis Banding

Diagnosis banding pasien dengan sindroma disentri tergantung pada klinis dan
lingkungan. Pada negara berkembang diare infeksius yang disebabkan invasi bakteri patogen
seperti Salmonella enteritidis, Campylobacter jejuni, C. Difficile, Yersina enterocolitica, atau
parasit (Entamoeba histolytica) harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding shigellosis
dan hanya dengan pemeriksaan bakteriologis dan parasitologi feses dapat membedakan
penyebab kuman patogen. Inflammatory bowel disease seperti Chron’s disease atau kolitis
ulseratif harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding shigellosis di negara industri,
karena kemiripan gejala, anamnesis yang membedakannya dengan shigellosis biasanya
adalah riwayat berpergian ke daerah endemik.
1.11 Tatalaksana

Tatalaksana

Anak dengan gizi buruk dan disenteri dan bayi muda (umur < 2 bulan) yang
menderita disenteri harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, anak yang menderita keracunan,
letargis, mengalami perut kembung dan nyeri tekan atau kejang, mempunyai risiko tinggi
terhadap sepsis dan harus dirawat di rumah sakit. Yang lainnya dapat dirawat di rumah. Di
tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini dianjurkan untuk diobati sebagai
shigellosis dan diberi antibiotik kotrimoksazol. Jika dalam 2 hari tidak ada perbaikan,
dianjurkan untuk kunjungan ulang untuk kemungkinan mengganti antibiotiknya

1. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare akut.


Tentukan derajat dehidrasi terlebih dahulu. Anak dengan dehidrasi berat harus diberi
rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti dengan terapi rehidasi oral. Mulai berikan
cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa
minum. Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula
larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan
Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan
glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
2. Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin,
apakah terdapat amuba vegetatif. Jika positif maka berikan metronidazoldengan dosis 50
mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama 5 hari. Jika tidak ada amuba, maka dapat diberikan
pengobatan untuk Shigella.
3. Beri pengobatan antibiotik oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap sebagian besar
strain shigella. Contoh antibiotik yang sensitif terhadap strain shigella di Indonesia adalah
siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat.
4. Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi.
5. Pada bayi muda (umur < 2 bulan), jika ada penyebab lain seperti invaginasi (lihat bab 9),
rujuk anak ke spesialis bedah.

Tindak lanjut

Anak yang datang untuk kunjungan ulang setelah dua hari, perlu dilihat tanda
perbaikan seperti: tidak adanya demam, berkurangnya BAB, nafsu makan meningkat.

1. jika tidak terjadi perbaikan setelah dua hari,


 Ulangi periksa feses untuk melihat apakah ada amuba, giardia atau peningkatan
jumlah lekosit lebih dari 10 per lapangan pandang untuk mendukung adanya
diare bakteri invasif
 Jika memungkinkan, lakukan kultur feses dan tes sensitivitas
 Periksa apakah ada kondisi lain seperti alergi susu sapi, atau infeksi
mikroba lain, termasuk resistensi terhadap antibiotik yang sudah dipakai.
 Hentikan pemberian antibiotik pertama, dan Beri antibiotik lini kedua yang
diketahui efektif melawan shigella. Untuk anak dengan gizi buruk lihat
tatalaksana pada bab 7
2. Jika kedua antibiotik, yang biasanya efektif melawan shigella, telah diberikan masing-
masing selama 2 hari namun tidak menunjukkan adanya perbaikan klinis:
 Telusuri dengan lebih mendalam ke standar pelayanan medis pediatri
 Rawat anak jika terdapat kondisi lain yang memerlukan pengobatan di rumah
sakit.

Perawatan Penunjang

Perawatan penunjang meliputi pencegahan atau penanganan dehidrasi dan


meneruskan pemberian makan. Untuk panduan perawatan penunjang pada anak dengan
gizi buruk dengan diare berdarah, lihat juga bab 7 (halaman 193). Janganpernah
memberi obat untuk menghilangkan gejala simtomatis dari nyeri pada perut dan anus,
atau untuk mengurangi frekuensi BAB, karena obat-obatan ini dapat menambah parah
penyakit yang ada.

Tatalaksana penanganan gizi

Diet yang tepat sangat penting karena disenteri memberi efek samping pada
status gizi. Namun demikian, pemberian makan seringkali sulit, karena anak biasanya
tidak punya nafsu makan. Kembalinya nafsu makan anak merupakan suatu tanda
perbaikan yang penting.
 Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih sering dari biasanya,
jika memungkinkan, karena bayi mungkin tidak minum sebanyak biasanya.
 Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan mereka
yang biasa. Bujuk anak untuk makan dan biarkan anak untuk memilih makanan
yang disu

1.12 Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya


komplikasi, dan pengobatannya. Pada umumnya prognosis dubia ad bonam.

1.13 Komplikasi

 Haemolytic uremic syndrome (HUS)


 Hiponatremia berat
 Hipoglikemia berat
 Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rektal, peritonitis dan perforasi

1.14 Edukasi dan Pencegahan

Pada negara berkembang dimana sanitasi masih buruk dan persediaan air bersih
belum bagus, maka perbaikan sistem sanitasi dan peningkatan penyediaan air bersih sangat
penting untuk mencegah penyebaran bakteri ini di komunitas, selain cuci tangan. Sedangkan
di negara maju, dimana sanitasi dan penyediaan air bersih sudah bagus maka pencegahan
yang bagus adalah dengan cuci tangan. Cuci tangan setelah defekasi atau membersihkan feses
anak, serta sebelum mengolah/menyajikan makanan sangat direkomendasikan. Hingga saat
ini belum ada vaksinasi untuk shigella baik secara peroral maupun intravena yang tersedia.

1.15 SKDI

Disentri basiller/disentri amoeba: 4A

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas. Kompentensi dicapai pada saat lulus dokter.
PEMERIKSAAN FISIK SPESIFIK

1. Kulit
 warna kulit: kuning atau pucat, pigmentasi
 spider nevi (di dada, bahu dan punggung)
 lesi pada kulit (herpes zooster)
2. Mata dan mulut
 konjungtiva
 sclera
 papil atropi, stomatitis, kandidiasis oral
3. Leher
 tekanan vena jugularis, struma, KGB
4. Toraks: paru dan jantung
5. Abdomen
 Inspeksi
 simetris (posisi telentang, peristalsis, darm contour
 bentuk atau kontur (datar, cembung, cekung, tonjolan )
 distensi, massa, pulsasi dan peristaltis
 kondisi dinding perut: kelainan kulit (bekas operasi), vena (venektasi), umbilikus
(caput medusae), striae alba (bekas asites, bekas hamil)
 Palpasi
 pasien telentang, kedua lutut ditekuk dan dokter di sebelah kanan.
 lakukan palpasi dengan lembut, pelan dan suhu tangan pemeriksa sebaiknya sama
dengan suhu permukaan kulit pasien.
 dapat dilakukan satu tangan atau dua tangan atau ballotement terutama kalau
abdomen besar atau penuh cairan.
 minta pasien memberitahukan bila terasa nyeri bila ditekan atau bila dilepas (nyeri
tekan pantulan)
 perhatikan mimik pasien sewaktu melakukan palpasi, sistematis dan seluruh
dinding perut
 hati-hati pada daerah yang dikeluhkan pasien
 lakukan dua tahap yaitu palpasi superfisial dan dalam (deep)
o palpasi superfisial dilakukan dengan ruas akhir jari untuk orientasi dan
perkenalan prosedur palpasi pada pasien.
o palpasi dalam untuk menegaskan kelainan, untuk palpasi organ (hati, limpa,
ginjal dll)
 pada palpasi juga bisa dinilai arah aliran vena di dinding perut terutama pada
kasus-kasus sirosis dengan hipertensi portal. Caranya: tekan vena pada dua titik
lalu lepaskan satu, bila vena diantara kedua titik tadi kosong berarti pengisian
vena dari arah sisi satu lagi.
 Perkusi
 untuk konfirmasi pembesaran hati dan limpa atau vesika urinaria kalau terisi
penuh.
 menetukan nyeri ketok
 diagnosis cairan atau massa padat (shifting dullness, chessboard phenomen).
 Auskultasi
untuk mendengarkan bunyi peristaltik dan suara pembuluh darah (borborigmi, metalic
sound, bruit dll). Sebelum perkusi dan palpasi, dengarkan bising usus minimal satu
menit tiap kuadran.
6. Ekstremitas
Palmar eritema pada bagian tenar atau hipotenar telapak tangan dan edema pada tungkai
serta atropi otot.
7. Pemeriksaan HatI
Pada inspeksi diperhatikan daerah hipokondrium kanan. Apabila hati membesar akan
melewati pinggir bawah iga sehingga dapat teraba. Pemeriksa merasakan sensasi
sentuhan jari dengan pinggir hati. Pasien saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah ,
kemudian pada awal inspirasi jari bergerak kearah kranial dalam arah parabolik.
Pemeriksaan dilakukan legeartis dengan sisi palmar radial jari tangan kanan (bukan ujung
jari) dengan ibu jari terlipat dibawah palmar manus. Apabila hati teraba diskripsikan
besarnya dengan ukuran jari, pinggirnya, permukaanya, konsistensinya, ada nyeri dan
adanya fluktuasi. Pemeriksaan batas atas hati dilakukan dengan perkusi dengan menilai
batas peranjakan paru hati. Suara bruit juga bisa didengar bila ada pembesaran hati karena
keganasan atau tumor.
8. Pemeriksaan Limpa
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan melewati umbilikus di garis tengah abdomen
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner yaitu garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan
diteruskan sampai spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis ini dibagi atas
delapan bagian yang sama. Pemebesaran limpa sampai pusar adalah Schuffner 4.
Pembesaran limpa dideskripsikan pinggirnya terutama insisura, permukaanya,
konsistensinya dan adanya nyeri. Pembesaran limpa juga bisa dinilai dengan perkusi,
secara normal pekak limpa ditemukan antara sela iga ke-9 dan ke-11 di garis aksila
anterior. Pembesaran ringan diketahui perubahan batas pekak bagian bawah.
ANALISIS MASALAH

2A) Apa makna muntah non proyektil setelah makan sebanyak 8x/hari?

Jawab:

Muntah proyektil atau muntah yang menyemprot merupakan muntah yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intrakranial ataupun adanya rangsangan pada meningeal
(meningitis). Pada kasus ini, muntah yang terjadi adalah muntah non proyektil yang berarti
rangsang muntah bukan disebabkan oleh peningkatan intrakranial maupun rangsangan pada
meningeal (meningitis), melainkan berasal dari saluran pencernaan.

3B) Apa makna diare tidak berdarah, mucus/pus?

Jawab:

Shigellosis secara tipikal berkembang melalui 4 fase yaitu fase masa inkubasi, watery
diarrhea, dysentry, dan fase post infeksi. Diare yang terjadi pada kasus pada 3 hari yang lalu
dimana terjadi diare tanpa darah dan mukus dikarenakan proses infeksi baru memasuki fase
watery diarrhea. Pada fase watery diarrhea, bakteri bereplikasi pada epitel usus dan belum
menginvasi submukosa. Di fase watery diarrhea terjadi inhibisi absrobsi Na dan peningkatan
sekresi Na, klorida dan bikarbonat pada sel kripta sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit yang menyebabkan diare tidak ada darah dan pus.

4C) Apa penyebab bloody stool?

Jawab:

Penyebab bloody stool pada kasus yang paling mungkin adalah Shigella sp. Pada saat
shigella masuk ke dalam ileum terminal dan colon, shigella akan menginvasi epitel mukosa
usus. Kemudian seiring dengan progresifitasnya, maka akan terjadi perluasan bakteri secara
radial yang membentuk ulkus fokal pada mukosa. Ulkus menmbah komponen perdarahan dan
menyebabkan shigella untuk mencapai lamina propria dan terus meinginvasi hingga
submukosa. Lapisan submukosa terdiri dari banyak kapiler dan pembuluh darah sehingga
apabila invasi mengenai pembuluh darah maka akan pembuluh darah akan ruptur dan terjdadi
perdarahan.

5A) Apa makna worsening, lethargy, didn’t want to drink?


Keadaan yang memburuk, letargi, dan tidak mau minum menunjukkan bahwa pasien
sudah mengalami dehidrasi berat.

Jawab:

5C) Mengapa eksresi urin berkurang?

Jawab:

Infeksi bakteri akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi dari mukosa usus
sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam
lumen disertai dengan gagguan absorbsi air dan elektrolit. Hal ini akan menyebabkan volume
cairan ekstrasel akan berkurang sehingga volume cairan intravaskular pun akan berkurang.
Selain itu perdarahan juga akan menyebabkan berkurangnya jumlah cairan intravaskular.
Penurunan volume intravaskular ini akan mengakibatkan laju filtrasi glomerulus menjadi
berkurang sehingga eksresi urin berkurang. Selain itu, penurunan volume CES akan
menstimulasi hormon ADH untuk meretensi H2O pada tubulus ginjal sehingga jumlah
eksresi urin berkurang.

6A) Apa hubungan tempat tinggal dengan keluhan pasien?

Jawab:

Insidensi dan penyebaran shigellosis berhubungan dengan kebersihan perseorangan


dan kebersihan komunitas. Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak ditemukan pada
anak-anak, dan di negara-negara dengan kondisi infrastruktur sanitasi yang tidak bagus,
dengan kondisi pemukiman padat dan kondisi higiensi perseorangan jelek, penyakit ini lebih
mudah menyebar. Hal ini dikarenakan pada slum area dimana mayoritas ekonomi dan
pendidikannya rendah, masih banyak masyarakatnya yang BAB/BAK di sungai atau
sembarang tempat sehingga transmisi fekal oral masih banyak terjadi. Disamping itu dapat
pula ditransmisikan melalui kotak orang ke orang melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Selain itu, shigella dapat pula ditransmisikan oleh lalat secara seksual.

8B) Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik spesifik di atas?

Jawab:

 Mata cekung
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair
disertai darah dan lendir bertambah sering → volume cairan ekstrasel semakin berkurang
→ efek pada jaringan ikat longgar di rongga mata → mata cekung.
 Air mata tidak ada
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair
disertai darah dan lendir bertambah sering → volume cairan ekstrasel semakin berkurang
→ produksi dari kelenjar lakrimaris tidak ada → air mata tidak ada.
 Mukosa mulut kering
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair
disertai darah dan lendir bertambah sering → volume cairan ekstrasel semakin berkurang
→ produksi kelenjar salivaris sangat berkurang → mukosa mulut kering.
 Turgor sangat lambat
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair
disertai darah dan lendir bertambah sering → volume cairan ekstrasel semakin berkurang
→ cairan di lapisan kulit sangat berkurang → kekenyalan tubuh sangat menurun → turgor
sangat lambat.
 Ujung kaki dan tangan dingin
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair
disertai darah dan lendir bertambah sering → volume cairan ekstrasel semakin berkurang
→ hipoperfusi ke daerah perifer → ujung kaki dan tangan dingin.
 Bising usus meningkat
Infeksi bakteri melalui fecal-oral → menginfeksi traktus digestivus (ileum terminalis dan
colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan intersel → pelepasan enterotoksin dan
eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik →
hipersekresi dan invasi pada mukosa usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah
usus semakin banyak → infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin
banyak → ↑ gerakan peristaltik → bising usus meningkat.

8C) Bagaimana klasifikasi dari turgor kulit?

Jawab:

 Skin after being pinched and released, recoils immediately suggests good hydration
 A skin fold persisting for <2 seconds suggests mild dehydration
 A skin fold persisting for 2-10 seconds suggests moderate dehydration
 A skin fold persisting for >10 seconds suggests severe dehydration

13) Apa definisi dari kasus diatas?

Jawab:

Disentri berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja
bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Ada 2 jenis disentri
berdasarkan penyebab yaitu disentri amoeba dan disentri basiller. Disentri basiller
(Shigellosis) adalah infeksi akut usus yang disebabkan oleh salah satu dari empat spesies
bakteri gram negatif genus Shigella. Sedangkan disentri amoeba adalah infeksi akut usus
yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.

23) Bagaimana edukasi dan pencegahan dari penyakit di atas?

Pada negara berkembang dimana sanitasi masih buruk dan persediaan air bersih
belum bagus, maka perbaikan sistem sanitasi dan peningkatan penyediaan air bersih sangat
penting untuk mencegah penyebaran bakteri ini di komunitas, selain cuci tangan. Sedangkan
di negara maju, dimana sanitasi dan penyediaan air bersih sudah bagus maka pencegahan
yang bagus adalah dengan cuci tangan. Cuci tangan setelah defekasi atau membersihkan feses
anak, serta sebelum mengolah/menyajikan makanan sangat direkomendasikan. Hingga saat
ini belum ada vaksinasi untuk shigella baik secara peroral maupun intravena yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai