MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RISA
Disusun Oleh :
Hana Rahmi Fuadah
30101306959
Pembimbing :
dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 30101306959
1.2 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Terutama menyerang anak – anak namun kadang
mengenai orang dewasa. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah, badan, dan
ekstremitas, pada pasien dewasa biasanya disebarkan melalui transmisi seksual. Informasi yang
pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui. Ini disebabkan penelitian
tentang penyakit ini hanya pada kasus-kasus yang lebih serius. Faktor utama dalam
penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor lain yang yang mempengaruhi penyebaran
tidak diketahui, tapi dicurigai lingkungan tropis turut memfasilitasi penyebarannya. Insiden
moluskum kontagiosum diperkirakan 1% dari semua diagnosis dermatologi. Informasi yang
pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui. Ini disebabkan penelitian
tentang penyakit ini hanya pada kasus-kasus yang lebih serius.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat
dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2 dan
sebagainya. Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada
individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan
sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu beberapa bulan sampai tahun. Setiap satu lesi
muncul sampai 2 bulan tetapi untuk mencegah autoinokulasi atau kontak langsung, pengobatan
dapat berguna. Tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan lesi. Obat-obatan topikal yang
dapat diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan
mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk kauterisasi kulit, keratin dan
jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa pemberian antagonis histamine H2 untuk
mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.
2.8 Pencegahan
Pencegahan penyakit ini sulit karena banyaknya jalan untuk terjadinya infeksi (pakaian,
kolam renang, handuk, kontak seks, dll). Sekali sudah terdiagnosa penting sekali bagi keluarga
pasien untuk melakukan pemisahan pakaian penderita yang harus dicuci dengan air mendidih
hingga penyakit sembuh. Sudah tentu harus diperhatikan juga untuk menghindari kontak dengan
kelainan kulit ini dan bagi penderita orang dewasa untuk menghindarkan terjadinya penularan
seksual dengan melakukan upaya pencegahan.
2.9 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder.
Kongjugtivitis dan keratitis dapat timbul sebagai komplikasi pada lesi disekitar kelopak mata.
Dermatitis atopi atau kondisi lain yang disertai penurunan fungsi imun dapat menyebabkan
penyebaran lesi dengan mudah serta infeksi bakteri sekunder. Dengan menghilangkan semua
lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. Biasanya prognosis penyakit ini baik karena
merupakan penyakit “self limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang-orang
imunokompeten selama 18 bulan.
BAB III
LAPORAN KASUS
a. IDENTITAS PASIEN
Umur : 6 tahun
Alamat : Gayamsari
Agama : Islam
No.RM : 01214XXX
b. ANAMNESIS
Autoanamnesa dan Alloanamnesa dilakukan di Poli Kilit RSISA pada tanggal 11 Mei 2018
Keluhan Utama
Kronologi : Keluhan mucul benjolan pada pipi kanan awalnya 1 sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan berbentuk kubah, mengkilat, terdapat lekukan di tengahnya dan berbatas tegas,
yang kemudian dipencet oleh ibu pasien sehingga mengeluarkan massa putih mirip
butiran nasi. Benjolan tersebut berukuran kecil pada awalnya dan perlahan membesar.
Benjolan yang berjumlah 1 tersebut bertambah semakin banyak akibat garukan dari
Faktor memperingan : -
Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa gatal, nyeri, demam, dan nyeri kepala pada saat
keluhan berlangsung. Pasien sudah berobat ke puskesmas tapi keluhan masih belum berkurang.
Riwayat Kebiasaan
Kesadaran : Komposmentis
RR : Tidak dilakukan
BB : 20 kg
TB : 107 cm
Status Generalis
Status Dermatologi
d. RESUME
Umur : 6 tahun
benjolan, muncul benjolan di pipi sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Diagnosis Moluskum
Kontagiosum ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebelum periksa ke rumah
sakit pasien merasa muncul benjolan yang kemudian dipencet oleh ibu pasien sehinggga keluar
massa putih mirip butiran nasi. Benjolan bertambah besar seiring waktu dan bertambah banyak
ketika digaruk. Pasien belum pernah sakit serupa sebelumnya, tetapi pasien ada riwayat kontak
dengan teman yang memiliki keluhan serupa. Riwayat alergi pada pasien dan keluarga
disangkal.Teman pasien mengalami hal yang serupa, biaya kesehatan ditanggung pribadi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan UKK papul lentikuler berbentuk kubah, dan terdapat beberapa
yang berukuran miliar, mengkilat dan terdapat lekukan di tengahnya. Pasien tidak mengeluhkan
adanya rasa gatal, nyeri, demam, dan nyeri kepala pada saat keluhan berlangsung. Pasien sudah
e. DIAGNOSIS BANDING
Moluskum kontagiosum
Milia
Folikulitis
Akne vulgaris
PCR
Histopatologik
Pulasan Gram
Wright
Giemsa
g. DIAGNOSIS KERJA
Moluskum kontagiosum
h. TATALAKSANA
Pro Enukleasi
Medikamentosa
s.u.e
s. 1dd cth 1
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad kosmetika : bonam
i. EDUKASI
Aspek klinis
Aspek agama
BAB IV
PEMBAHASAN
dengan penderita. Dimana pada anamnesis ditemukan bahwa teman pasien memiliki
keluhan yang serupa dan ketika ibu pasien memencet benjolan terdapat masa putih
mirip butiran nasi. Kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan papul lentikuler
berbentuk kubah, dengan beberapa papul miliar, mengkilat dan terdapat lekukan
lekukan (delle). Untuk lebih menegakkan diagnosis, pada pasien ini seharusnya
Perbedaan dengan diagnosis banding seperti milia, folikulitis, lesi awal varisela
dan akne vulgaris yaitu : pada milia papul berukuran miliar. Pada folikulitis
melibatkan folikel rambut. Pada lesi awal varisela diawali dengan demam dan nyeri
kepala serta adanya vesikel. Sedangkan pada akne vulgaris terdapat rasa gatal dan
1. Menaldi, Sri Linuwih SW. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 7. Fakultas
Kedokteran FKUI, Jakarta. 2017.
2. Graham, Robin & Tony. Lectures Notes Dermatology. Edisi 8. 2005. Erlangga. Jakarta,
Indonesia. 2. Hanson, Daniel & Dayna G. Diven. Molluscum Contagiosum. Dermatology
Online Journal. http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html. Diakses
pada tanggal 13 Desember 2011.
3. Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. 1995. EGC. Jakarta,
Indonesia.
4. Khandpur S., Sharma VK, Sumanth K. Topical Imunomodulators in Dermatology. J
Postgrad Med. Vol. 50. Juni 2004, No.2. hal.131-137.
5. Meadows, K.P. Resolution of Recalcitrant Molluscum Contagiosum virus Lesions in
Human Immunodefficiency Virus -Infected Patients Treated with Cidofovir. Archives of
Dermatology. Vol. 133. 1997.
6. Adhi Djuanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
7. Klaus Wolff. 2008. Fitzpatrick Dermatology In General medicine. Mc Graw Hill. New
York. Page 1950–54.
8. Narette BS et al. 2000. Childhood molluscum contagiosum: Experience with cantharidin
therapy in 300 patients.J Am Acad Dermatol 2000;43:503-7.
9. Stephen KT et al. 2003. Molluscum contagiosum: The importance of early diagnosis and
treatment.Am J Obstet Gynecol 2003;189:S12-S16.
key = different types of poxviruses have different modes of spread. Smallpox is very
contagious & is primarily spread by the respiratory route. However, it can also be spread by
contact w/ dried virus on clothes or other materials, but this is a much less efficient mode of
transmission. Smallpox enters & replicates in the upper respiratory tract, usually without
causing any symptoms or contagion.
It then disseminates widely via the lymphatic system & cell-associated viremia. More
specifically, the virus infects macrophages which enter the lymphatic system & carry the
virus to regional lymph nodes. From there, the viremia spread to many organs including the
spleen, bone marrow, lymph nodes, & liver, lastly spreading to the skin w/ appearance of a
rash.
A secondary & more intense viremia then leads to the simultaneous appearance of
additional & characteristic “pock” lesions on the skin. Importantly, if a pt is actually able to
recover from Smallpox, recovery is ass w/ prolonged immunity & lifelong protection.
direct contact with infectious lesions. Infection w/ Molluscum contagiosum does not spread
as extensively as smallpox & instead causes limited wart-like nodular lesions on the skin.
Some of the animal poxviruses, specifically Monkeypox, may spread more widely & in some
instances can mimic a mild case of Smallpox.