Anda di halaman 1dari 21

CASE BASE DISCUSSION

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RISA

Disusun Oleh :
Hana Rahmi Fuadah
30101306959

Pembimbing :
dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hana Rahmi Fuadah

NIM : 30101306959

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin

Judul Laporan : Moluskum Kontagiosum

Pembimbing : dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK

Semarang, Mei 2018

Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum
Contagiosum Virus (MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus. Angka kejadian
moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% -
18% pada pasien HIV/AIDS.Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat
penduduk, higiene buruk dan daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia
dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi.
Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan
secara tidak langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur,
alat pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.
Diagnosis moluskum kontagiosum pada sebagian besar kasus dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan gejala klinis yang tampak. Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi dapat
membantu menegakkan diagnosis pada beberapa kasus dengan gejala klinis tidak khas.
Moluskum kontagiosum adalah penyakit infeksi virus yang dapat sembuh spontan. Pada
kelompok pasien imunokompeten jarang ditemui lesi moluskum kontagiosum bertahan lebih dari
2 bulan. Terapi untuk memperbaiki gejala yang timbul diperlukan pada beberapa pasien dengan
penurunan status imun, dimana didapatkan lesi ekstensif dan persisten.
Prognosis penyakit ini baik dan biasanya sembuh spontan. Dengan menghilangkan semua
lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.

1.2 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Terutama menyerang anak – anak namun kadang
mengenai orang dewasa. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah, badan, dan
ekstremitas, pada pasien dewasa biasanya disebarkan melalui transmisi seksual. Informasi yang
pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui. Ini disebabkan penelitian
tentang penyakit ini hanya pada kasus-kasus yang lebih serius. Faktor utama dalam
penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor lain yang yang mempengaruhi penyebaran
tidak diketahui, tapi dicurigai lingkungan tropis turut memfasilitasi penyebarannya. Insiden
moluskum kontagiosum diperkirakan 1% dari semua diagnosis dermatologi. Informasi yang
pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui. Ini disebabkan penelitian
tentang penyakit ini hanya pada kasus-kasus yang lebih serius.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Moluskum Kontagiosum


Moluskum kontagiosum adalah penyakit kulit jinak memiliki ciri membran mukus dan
disebabkan oleh poxvirus. Manifestasi penyakitnya asimptomatis, diskret, papul licin. Biasanya
penyakit ini berkembang dari lesi berpedunkel berdiameter sampai 5 mm. Masa inkubasi
Moluskum kontagiosum didapatkan satu sampai beberapa minggu hingga 6 bulan.

2.2 Etiologi Moluskum Kontagiosum


Etiologi dari penyakit ini adalah virus (genus Molluscipox virus) yang menyebabkan
moluskum kontagiosum menjadi angoota dari family poxviridae, yang juga terdapat anggota
smallpox.
Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan virus double stranded DNA,
berbentuk lonjong dengan ukuran 230 x 330 nm. Terdapat 4 subtipe utama Molluscum
Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV I, MCV II, MCV III dan MCV IV. Keempat subtipe
tersebut menimbulkan gejala klinis serupa berupa lesi papul milier yang terbatas pada kulit dan
membran mukosa. MCV I diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga subtipe
lain.
Sekitar 96,6% infeksi moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV I. Akan tetapi pada
pasien dengan penurunan status imun didapatkan prevalensi MCV II sebesar 60 %. Molluscum
Contagiosum Virus (MCV) merupakan imunogen yang lemah. Sekitar sepertiga pasien tidak
memproduksi antibodi terhadap MCV, sehingga seringkali didapatkan serangan berulang. Tiga
subtipe dari MCV telah diidentifikasi, semuanya memiliki presentasi klinis yang mirip dan tidak
terlokalisir pada bagian tubuh tertentu (misalnya genital). Molluscum contagiosum virus tipe-1
(MCV-1) adalah subtipe yang paling sering ditemukan pada pasien, sedangkan MCV-3 jarang
ditemukan. Sebagai contoh, analisis dari 106 MCV terisolasi secara klinis mengindikasikan
kemunculan MCV-1,-2, dan-3 dengan perbandingan 80 : 25 : 1.
2.3 Patofisiologi Moluskum Kontagiosum
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA, menyebabkan
penyakit kulit moluskum kontagiosum. Restriksi endonuklease menjelaskan 4 subtipe virus:
virus moluskum kontagiosum subtipe I, II, III, dan IV. Semua subtipe diklasifikasikan sebagai
anggota dari genus Orthopoxvirus atau sebagai poxvirus yang tidak spesifik.2 Ketika infeksi
pada manusia terjadi, keratinosit epidermis yang diserang. Replikasi virus terjadi dalam
sitoplasma sel yang terinfeksi, menghasilkan karakteristik badan inklusi sitoplasma. Histologi,
badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum granulosum dan lapisan stratum
korneum pada epidermis. Hiperproliferasi epidermis juga terjadi karena terjadi peningkatan dua
kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal epidermis.
Virus moluskum kontagiosum menyebabkan 3 pola penyakit berbeda dalam 3 populasi
pasien yang berbeda yaitu anak-anak, orang dewasa yang imunokompeten, dan pasien dengan
imunokompremais (anak-anak atau orang dewasa). Anak-anak tertular virus moluskum
kontagiosum dapat melalui kontak langsung kulit dengan kulit atau kontak tidak langsung kulit
dengan benda yang terkontaminasi seperti peralatan olahraga dan pemandian umum. Lesi
biasanya terjadi di dada, lengan, badan, kaki, dan wajah. Pada orang dewasa, moluskum
kontagiosum dianggap sebagai penyakit menular seksual (PMS).
Pada hampir semua kasus yang mengenai orang dewasa sehat, pasien menunjukan
beberapa lesi, yang terbatas pada perineum, genital, perut bagian bawah, atau pantat. Umumnya,
pada populasi imunokompeten, moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh
sendiri. Pasien yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) atau pasien yang
kekebalannya menurun perjalanan penyakitnya lebih lama dengan lesi lebih luas dan atipikal.
Pada pasien terinfeksi HIV, lesi umumnya terdistribusi secara lebih luas, sering terjadi pada
wajah, dan mungkin timbul dalam jumlah ratusan.

2.4 Gejala Klinis Moluskum Kontagiosum


Kelainan kulit yang sering dijumpai berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan
berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan
(delle). Jika dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Masa inkubasi
penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Pasien dengan moluskum kontagiosum kebanyakan
asimtomatis, beberapa mengeluh gatal, dan sakit. Beberapa berkembang eksema disekitar lesi.
Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Meskipun lesi khasnya berupa suatu papul berbentuk kawah
(delle), lesi pada daerah genital yang lembab dapat meradang akan memborok dan dapat
terkacaukan dengan lesi yang ditimbulkan oleh HSV.

2.5 Diagnosa Moluskum Kontagiosum


- Anamnesis
Jika pasiennya anak - anak biasanya orang tua menjelaskan adanya eksposur
dengan anak-anak lain yang terinfeksi moluskum kontagiosum di sekolah, asrama,
atau fasilitas rekreasi publik (misalnya,tempat olahraga, kolam renang). Dewasa
yang imunokompeten, orang dewasa yang biasanya aktif secara seksual dan tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi. Pada orang dewasa juga sering
terjadi pada orang yang memiliki banyak pasangan seksual dengan frekuensi
hubungan seksual yang meningkat.
- Pemeriksaan fisik
Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang- kadang lentikular dan berwarna
putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian direngahnya terdapat lekukan
(delle). Jika dipijat akan tampak massa yang berwarna putih seperti nasi. Biasanya
dijumpai didaerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder
sehingga timbul supurasi.
- Pemeriksaan penunjang
Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan. Evaluasi dengan konten sentra
menggunakan persiapan crush dan pewarnaan Giemsa dan pemeriksaan
histopatologik dapat dilakukan jika diperlukan. Pada pemeriksaan histopatologis
akan ditemukan epidermis hipertropi dan hiperplastik. Di atas lapisan basal, dapat
dilihat sel yang membesar berisi inklusi intrasitoplasmik besar (Henderson-Paterson
bodies). Hal ini dapat meningkatkan ukuran sel sehingga dapat menyentuh Horny
layer.
2.6 Diagnosa Banding Moluskum Kontagiosum
Diagnosis banding moluskum kontagoisum, adalah:
1. Intradermal nevus
Merupakan bentukan dari nevus melanositik, namun memiliki derajat pigmentasi yang
sama dengan kulit sekitarnya. Nevus intradermal tidak mempengaruhi pigmentasi kulit
karena ia terletak di dalam dermis. Nevus intradermal bisa menyerang segala usia, terutama
usia anak menginjak remaja, dewasa, namun jarang pada usia 60 tahun ke atas.
Karakteristiknya dapat berupa lesi berwarna serupa dengan kulit sekitarnya, ukurannya kecil
(5mm – 1cm), peninggian dari permukaan kulit (berbentuk bulat, dome shaped, bertangkai
atau permukaan kasar (wart)). Terkadang ditumbuhi rambut, biasanya pada pasien usia yang
lebih tua.
2. Granuloma pyogeni
Merupakan bagian dari hemangioma kapiler. Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler
yang sering terjadi sesudah trauma, tidak disebabkan oleh proses peradangan.9,10 Sering
mengenai anak – anak dan terutama bagian tubuh distal yang rentan terhadap trauma.10-12
Lesi berupa papul eritematosa, berkembang cepat hingga mencapai ukuran 1 cm, bertangkai
dan mudah berdarah. Lesi biasanya bersifat soliter.
3. Veruka vulgaris
Terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat
predileksinya terutama di ektremitas bagian ekstensor, tetapi dapat juga dibagian lain tubuh
termasuk mukosa mulut dan hidung. Bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular
atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar ( verukosa ). Dengan goresan
dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan.
4.Veruka plana juvenil
Besarnya milier, atau lentikuler, permukaan licin dan rata, berwarna sama dengan warna
kulit atau agak kecoklatan. Terutama dijumpai didaerah muka dan leher, dorsum manus dan
pedis, pergelangan tangan serta lutut, paling banyak terdapat pada anak dan usia muda,
walaupun dapat juga pada orang tua.
5.Veruka plantaris
Terdapat ditelapak kaki terutama di daerah yang mengalami tekanan. Bentuknya berupa
cincin yang keras dengan ditengah agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan.
Permukaannya licin karena gesekan dan memberi rasa nyeri waktu berjalan yang disebabkan
oleh penekanan massa yang terdapat di daerah tengah cincin.
6.Basal Cell Carsinoma BCC
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif ada yang bentuk
nodulus ( ulkus rodens). Bentuk ini pada tahap permulaan sangat sulit ditentukan malah dapat
berwarna seperti kutil, gambaran yang khas : tidak berambut, berwarna coklat (hitam), tidak
berkilat atau keruh, bila sudah berdiameter 0,5 cm sering ditemukan pada bagian pinggir
berbentuk papular, meninggi, anular, dibagian tengah cekung yang dapat berkembang
menjadi ulkus (ulcus rodent), pada perabaan terasa keras dan berbatas tegas.

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat
dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2 dan
sebagainya. Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada
individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan
sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu beberapa bulan sampai tahun. Setiap satu lesi
muncul sampai 2 bulan tetapi untuk mencegah autoinokulasi atau kontak langsung, pengobatan
dapat berguna. Tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan lesi. Obat-obatan topikal yang
dapat diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan
mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk kauterisasi kulit, keratin dan
jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa pemberian antagonis histamine H2 untuk
mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.

2.8 Pencegahan
Pencegahan penyakit ini sulit karena banyaknya jalan untuk terjadinya infeksi (pakaian,
kolam renang, handuk, kontak seks, dll). Sekali sudah terdiagnosa penting sekali bagi keluarga
pasien untuk melakukan pemisahan pakaian penderita yang harus dicuci dengan air mendidih
hingga penyakit sembuh. Sudah tentu harus diperhatikan juga untuk menghindari kontak dengan
kelainan kulit ini dan bagi penderita orang dewasa untuk menghindarkan terjadinya penularan
seksual dengan melakukan upaya pencegahan.
2.9 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder.
Kongjugtivitis dan keratitis dapat timbul sebagai komplikasi pada lesi disekitar kelopak mata.
Dermatitis atopi atau kondisi lain yang disertai penurunan fungsi imun dapat menyebabkan
penyebaran lesi dengan mudah serta infeksi bakteri sekunder. Dengan menghilangkan semua
lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. Biasanya prognosis penyakit ini baik karena
merupakan penyakit “self limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang-orang
imunokompeten selama 18 bulan.
BAB III

LAPORAN KASUS

a. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. BBJ

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Gayamsari

Agama : Islam

No.RM : 01214XXX

Tanggal Pemeriksaan : 11 Mei 2018

b. ANAMNESIS

Autoanamnesa dan Alloanamnesa dilakukan di Poli Kilit RSISA pada tanggal 11 Mei 2018

pukul 10.00 hingga 10.30 WIB.

Keluhan Utama

 Keluhan Subjektif : Benjolan

 Keluhan Objektif : Benjolan yang mengkilat

Riwayat Penyakit Sekarang

 Onset : sejak 1 tahun

 Lokasi : di pipi sebelah kanan

 Kronologi : Keluhan mucul benjolan pada pipi kanan awalnya 1 sejak 1 tahun yang lalu.

Benjolan berbentuk kubah, mengkilat, terdapat lekukan di tengahnya dan berbatas tegas,

yang kemudian dipencet oleh ibu pasien sehingga mengeluarkan massa putih mirip
butiran nasi. Benjolan tersebut berukuran kecil pada awalnya dan perlahan membesar.

Benjolan yang berjumlah 1 tersebut bertambah semakin banyak akibat garukan dari

pasien, menyebabkan timbulnya lesi multiple.

 Kualitas : benjolan semakin bertambah besar

 Kuantitas : benjolan bertambah banyak dalam 1 tahun ini

 Faktor memperberat : benjolan bertambah banyak saat digaruk

 Faktor memperingan : -

Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa gatal, nyeri, demam, dan nyeri kepala pada saat

keluhan berlangsung. Pasien sudah berobat ke puskesmas tapi keluhan masih belum berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Sebelumnya belum pernah sakit serupa

Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat penyakit serupa disangkal

Riwayat Kebiasaan

 Pasien mandi teratur 2 kali sehari

 Pasien biasa bermain dengan teman yang memiliki keluhan serupa

Riwayat Alergi obat / makanan

 Alergi obat dan makanan disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berobat dengan biaya sendiri, kesan ekonomi baik


c. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis

Tekanan darah : Tidak dilakukan

Nadi : Tidak dilakukan

Suhu : Tidak dilakukan

RR : Tidak dilakukan

BB : 20 kg

TB : 107 cm

IMT : Tidak dilakukan

Status Generalis

Kepala : Tidak dilakukan

Mata : Tidak dilakukan

Telinga : Tidak dilakukan

Hidung : Tidak dilakukan

Leher : Tidak dilakukan

Thorax : Tidak dilakukan

Abdomen : Tidak dilakukan

Extremitas : Tidak dilakukan

Genital : Tidak dilakukan

Status Dermatologi

Lokasi I : wajah sebelah kanan dekat bibir


UKK : Papul lentikuler berbentuk kubah, dan beberapa berbentuk miliar, mengkilat dan

terdapat lekukan di tengahnya (delle).

d. RESUME

Nama : An. BBJ

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Keluhan Subjektif : Benjolan

Keluhan Onjektif : Benjolan yang mengkilat


Telah dilaporkan kasus Pasien BBJ usia 6 tahun yang diperiksa dengan keluhan terdapat

benjolan, muncul benjolan di pipi sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Diagnosis Moluskum

Kontagiosum ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebelum periksa ke rumah

sakit pasien merasa muncul benjolan yang kemudian dipencet oleh ibu pasien sehinggga keluar

massa putih mirip butiran nasi. Benjolan bertambah besar seiring waktu dan bertambah banyak

ketika digaruk. Pasien belum pernah sakit serupa sebelumnya, tetapi pasien ada riwayat kontak

dengan teman yang memiliki keluhan serupa. Riwayat alergi pada pasien dan keluarga

disangkal.Teman pasien mengalami hal yang serupa, biaya kesehatan ditanggung pribadi. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan UKK papul lentikuler berbentuk kubah, dan terdapat beberapa

yang berukuran miliar, mengkilat dan terdapat lekukan di tengahnya. Pasien tidak mengeluhkan

adanya rasa gatal, nyeri, demam, dan nyeri kepala pada saat keluhan berlangsung. Pasien sudah

berobat ke puskesmas tapi keluhan masih belum berkurang.

e. DIAGNOSIS BANDING

 Moluskum kontagiosum

 Milia

 Folikulitis

 Lesi awal varisela

 Akne vulgaris

f. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

 PCR

 Histopatologik

 Pulasan Gram
 Wright

 Giemsa

g. DIAGNOSIS KERJA

 Moluskum kontagiosum

h. TATALAKSANA

 Pro Enukleasi

 Medikamentosa

R/ Gentamycin 0,1 % 5 gr cr tube No. I

s.u.e

R/ Curcuma syr fl No. I

s. 1dd cth 1

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : bonam

Ad kosmetika : bonam

i. EDUKASI

Aspek klinis

 Pemakaian obat yang teratur

 Hindari menggaruk lesi

 Menjaga hygiene wajah

 Hindari kotak langsung dengan penderita

 Menjaga daya tahan tubuh


 Tidak saling meminjam alat mandi

Aspek agama

 Berikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan penyakit

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis Moluskum Kontagiosum ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Berdasarkan teori Moluskum Kontagiosum timbul setelah kontak langsung

dengan penderita. Dimana pada anamnesis ditemukan bahwa teman pasien memiliki

keluhan yang serupa dan ketika ibu pasien memencet benjolan terdapat masa putih

mirip butiran nasi. Kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan papul lentikuler

berbentuk kubah, dengan beberapa papul miliar, mengkilat dan terdapat lekukan

ditengahnya. Lesi disini sesuai teori dimana pada Moluskum Kontagiosum

ditemukan papul berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat

lekukan (delle). Untuk lebih menegakkan diagnosis, pada pasien ini seharusnya

dilakukan salah satu pemeriksaan penunjang berikut berupa uji histopatologik,

pulasan Gram, Wright, Giemsa dan PCR.

Perbedaan dengan diagnosis banding seperti milia, folikulitis, lesi awal varisela

dan akne vulgaris yaitu : pada milia papul berukuran miliar. Pada folikulitis

melibatkan folikel rambut. Pada lesi awal varisela diawali dengan demam dan nyeri

kepala serta adanya vesikel. Sedangkan pada akne vulgaris terdapat rasa gatal dan

nyeri serta terdapat papul eritematosa atau pustule.


Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah dilakukan enukleasi.
Selanjutnya pemberian obat topical Gentamycin 0,1% 5 gr diberikan untuk
mencegah infeksi sekunder, dan Curcuma sirup untuk meningkatkan kekebalan
tubuh. Edukasi yang diberikan pada pasien yaitu obat dikonsumsi secara teratur,
hindari menggaruk lesi, menjaga daya tahan tubuh, dan menghindari kontak langsung
dengan penderita.
REFERENSI

1. Menaldi, Sri Linuwih SW. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 7. Fakultas
Kedokteran FKUI, Jakarta. 2017.
2. Graham, Robin & Tony. Lectures Notes Dermatology. Edisi 8. 2005. Erlangga. Jakarta,
Indonesia. 2. Hanson, Daniel & Dayna G. Diven. Molluscum Contagiosum. Dermatology
Online Journal. http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html. Diakses
pada tanggal 13 Desember 2011.
3. Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. 1995. EGC. Jakarta,
Indonesia.
4. Khandpur S., Sharma VK, Sumanth K. Topical Imunomodulators in Dermatology. J
Postgrad Med. Vol. 50. Juni 2004, No.2. hal.131-137.
5. Meadows, K.P. Resolution of Recalcitrant Molluscum Contagiosum virus Lesions in
Human Immunodefficiency Virus -Infected Patients Treated with Cidofovir. Archives of
Dermatology. Vol. 133. 1997.
6. Adhi Djuanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
7. Klaus Wolff. 2008. Fitzpatrick Dermatology In General medicine. Mc Graw Hill. New
York. Page 1950–54.
8. Narette BS et al. 2000. Childhood molluscum contagiosum: Experience with cantharidin
therapy in 300 patients.J Am Acad Dermatol 2000;43:503-7.
9. Stephen KT et al. 2003. Molluscum contagiosum: The importance of early diagnosis and
treatment.Am J Obstet Gynecol 2003;189:S12-S16.
 key = different types of poxviruses have different modes of spread. Smallpox is very
contagious & is primarily spread by the respiratory route. However, it can also be spread by
contact w/ dried virus on clothes or other materials, but this is a much less efficient mode of
transmission. Smallpox enters & replicates in the upper respiratory tract, usually without
causing any symptoms or contagion.
 It then disseminates widely via the lymphatic system & cell-associated viremia. More
specifically, the virus infects macrophages which enter the lymphatic system & carry the
virus to regional lymph nodes. From there, the viremia spread to many organs including the
spleen, bone marrow, lymph nodes, & liver, lastly spreading to the skin w/ appearance of a
rash.
 A secondary & more intense viremia then leads to the simultaneous appearance of
additional & characteristic “pock” lesions on the skin. Importantly, if a pt is actually able to
recover from Smallpox, recovery is ass w/ prolonged immunity & lifelong protection.

Contrary to Smallpox, Molluscum contagiosum and the animal poxviruses are


mainly transmitted by ...

 direct contact with infectious lesions. Infection w/ Molluscum contagiosum does not spread
as extensively as smallpox & instead causes limited wart-like nodular lesions on the skin.
Some of the animal poxviruses, specifically Monkeypox, may spread more widely & in some
instances can mimic a mild case of Smallpox.

Anda mungkin juga menyukai