Anda di halaman 1dari 7

GORESAN SANG PENCARI KEARIFAN

‫الرحِ يم‬
‫الرحْ َم ِن ه‬ ِ ‫ ِ ِبس ِْم ه‬Aktual, jelas, terpercaya, Mari bergabung dan dapatkan
‫َّللا ه‬
informasinya,,,▼Friday, November 2, 2012Akhlak Kepada MasyarakatPENGERTIAN
AKHLAQSecara etimologis (lugbatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq ”Pencipta”, makhluk (yang diciptakan) dan
khalq (pnciptaan). Dengan asal tersebut maka definisi akhlaq adalah tata perilaku seseoang
terhadap orang lain dan lingkungannya.Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa
dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keperpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan)
dengan perilaku makhluq (manusia). Dari pengertian seperti ini, akhlaq bukan saja aturan/
norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam sekalipun.[1]Ada
beberapa definisi tentang akhlaq di antaranya:a. Imam al-Ghazali:“Akhlaq addalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” [2]b. Abdul Karim
Zaidan:“(Akhlaq) adalah nilai-nilai yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
timbangannya, seseorang dapat menilai baik atau buruk, untuk kemudian memilih, melakukan
atau meninggalakannya.” [3]c. Ibrahim Anis:“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan , baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.” [4]Dari kutipan di atas dapat difinisikan bahwa akhlaq adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan teerlebih dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar.Jadi definisi akhlaq kepada masarakat adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih
dahulu dalam lingkungan atau kehidupaan. PENTINGNYA MATERI INI DIBAHASDalam
kehidupan kita tidak akan pernah terhindar dari akhlaq kepada lingkungan “masyarakat” dan
karena kita adalah mahluk sosial. Materi ini sangat penting agar kita bisa mengetahui cara
berakhlak yang baik di dalam lingkungan “masyarakat.”Rasulullah SAW bersabda:“Demi Allah,
dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman!” Seorang
sahabat bertanya: “Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya Rasulallah?” Beliau menjawab: “Orang
yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari) Ini adalah salah satu hadits
yang menerangkan bahwa pentingnya akhlaq kepada masyarakat. Sampai-sampai tiga kali
Rasulullah SAW menyebutkan kata “Demi Allah dia tidak beriman”, ini kata yang sangat kita
kwatirkan. Sebab jika kita tidak memperdulikan tetangga kita bahkan saling membenci bisa-bisa
Allah sangat membenci kita. Semoga kita bukan golong yang seperti itu. Seseorang yang
mendirikan shalat tentunya tidak akan melakukan perbuatan (akhlaq) yang tergolong keji dan
mungkar, sebab apalah arti shalat apabila tetap saja melakukan perbuatan keji dan
mungkar.Demi mencari ridha Allah SWT tentulah seorang hamba akan selalu berusaha
menjankan perintah-Nya seperti menahan dari kata-kata yang kotor dan perbuatan yang
tercela.3. IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA AHKLAKSering terjadinya peselisihan
diantara masyarakat sangat dipengaruhi oleh akhlak terhadap lingkungan (masyarakat).
Kurangnya keharmonisan di dalam kehiduppan bermasyakat menjadi sorotan yang lumayan
penting.Banyak kejadian-kejadian yang timbul karena kurang terciptanya hubungan komunikasi
yang tidak lancar antara tetangga atau masyarakat (lingkungan). Banyaknya fitnah-fitnah dalam
masyarakat membuat situasi kehidupan kurang harmonis. A. PEMBAHASANAkhlak
Kepada MasyarakatMasyarakat di sini bisa juga diartikan yang berada disekitar kita yaitu
tetangga. Tetangga sangat erat hubungannya dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Seringkali kita dapat tahu tentang akhlak diri sendiri malah dari orang lain (tetangga), atau bisa
disebut sebagai tolak ukur akhlak kita.Sebagian ulama muslim, diantaranya Prof. Manur Rajab,
Berpendapat bahwa norma/ akhlaq berarti sesuatu yang di jadikan tolak ukur untuk memberikan
penilaian saat terjadi pertentanngan antar berbagai pola perilaku bahwa pola ini lebih baik dari
pada pola itu.Ia mengatakan : “Dengan apa kita menilai baik-buruk perilaku perbuatan
manusia.” Kemudian prof. Rajab menetapkan sebuah kesimpulan penting bahwa pendapat
para filsuf, tradisi masyarakat setempat.an hukum konvensional tidak layak di jadikan sebgai
norma/ akhlaq sebab etika yang valid harus bersifat baku, alias tidak berubah-rubah, dan
besifat umum higga bisa diterapkan bagi segenap manusia anpa pandang bulu, tempat, dan
waktu. Kemudian, tridisi juga berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat
lain.Disamping karena faktor perbedaan waktu, sementara kaum konvensional merpakan
produk manusia yang bisa salah dan bisa benar dan hukum-hukum konvensional inipun
beragam sesuai dengan keragaman visi pembuatannya.Oleh karena itu , keiganya tidak layak
di jadikan sebgai norma akhlaq yang sahih. Adapun norma yang sahih adalah agama Islam,
sebab ia merupakan wahyu dari Tuhan, dan Dia tentu saja lebih mengetahui perundang-
undangan atau aturan hukum yang tepat dan bermaslahat bagi umat manusia. Serta lebih
mengerti soal aturan-aturan peribadatan maupun perilaku-perilaku mulia yang bisa
menyantunkan diri mereka dan meluruskan akhlaq mereka. Dan semua itu berlandaskan prinsip
iman dan islam.Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang bagaimana cara kita
bertingkah laku di masyarakat. Akan di lihat dari 3 segi atau sudut, diantaranya;1. Dari segi
AgamaTujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya ialah menumbuhkan rasa cinta,
perdamaian, tolong-menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam masyarakat Islam. Dalam
suatu hadits digambarkan kondisi seseorang yang beriman dengan berakhlak mulia dalam
kehidupan masyarakat.Selain kita memperlakukan dengan baik diri kita sendiri, kita juga harus
memperhatikan saudaranya (kaum muslim semuanya) dan juga tetangga kita. Tetangga selalu
ada ketika kita membutuhkan bantuan.Seperti yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah
SAW bersabda:“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya
sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)Demikianlah masyarakat Islam
dibentuk , yakni melandaskan persaudaraan antar sesamaoarang yang beriman. Agar
masyarakat Islam dapat mencapai tujuannya guna merealisasikan ibadah kepada ALLAH SWT
dengan lingkup yang sangat luas.Dari hadits shahih bahwasannya Rasulullah SAW
bersabda:“Tidak masuk sorga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (H.R
Muslim).Bisa disebutkan bahwa apabila salah satu tetangga kita sedang tertimpa suatu
masalah dan sangat membutuhkan bantuan hendaklah membantu jangan hanya berdiam diri
padahal kita tidak sadar sedang melakukan kesalahan-kesalahan. Pastilah Allah SWT sangat
tidak suka terhadap orang yang seperti itu, maka masuklah ke neraka (tidak masuk sorga).Dari
beberapa sumber diatas juga memberikan pengetahuan kita bahwa pentingnya hubungan baik
dengan masyarakat (tetangga).Apabila seoarang tetangga kita ada yang ingin menjual
rumahnya, baik itu karena desakan ekonomi (terlilit hutang) maka yang paling berhak membeli
rumah adalah tatangga (setelah saudara).Seperti yang telah tertuang bahwasanya Rasulallah
SAW bersabda:“Tetangga adalah orang yang paling berhak membeli ruamah tetangganya.”
(HR. Bukhari dan Muslim) [5]Kehidupan di masyarakat patilah akan menjumpai kegiatan
silaturahim. Orang yang berakhlak baik baisanya senang dengan bertamu atau silaturahim,
karena ini dapat mengutkan hubungan sesama muslim.Beberapa hal kegiatan dalam
masyarakat antara lain;BertamuSebelum memasuki rumah, yang bertamu hendaklah meminta
izin kepada penghuni rumah dan setelah itu mengucapkan salam.Dengan Firman ALLAH
SWT:“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu , agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur 24: 27)Allah SWT menjelaskan agar orang
mukmin selalu beriman kepada-Nya dan berakhlaq dalam bertamu dengan cara yang telah
ditetapakan. Tamu hendaklah meminta izin kepada pemilik rumah terlebih dahulu barulah
mengucapkan salam. Ada beberapa ulama yang mayoritas ahli fiqh berselisih pendapat.
Mereka berargumentasi dari beberapa hadits Rasulullah SAW riwayat Bukhari, Ahmad,
Tirmidzi, Ibn Abi Syaibah dan Ibn ‘Abd Al-Bar. [6]Meskipun dari sumber hadits yang berbeda-
beda tetapi mereka menyatakan hal yang sama yaitu mengucapkan salam terlebih dahulu baru
meminta izin (as-salam qabl al-kalam).Dari perbedaan tadi, ada beberapa ulama yang
berargumentasi lain. Mereka menyatakan bahwa, apabila tamu melihat salah seorang penghuni
rumah maka dia (tamu) mengucapkan salam terlebih dahulu. Akan tetapi apabila tamu tidak
melihat pemilik rumah maka hendaklah dia (tamu) meminta izin dulu baru mengucapkan salam.
Pendapat terskhir inilah yang diambil oleh al-Mawardi.[7] Rasulullah SAW bersabda:“Jika
seorang di antara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklan dia
kembali.” (HR. Bukhari Muslim)Menurut Rasulullah SAW sendiri, dalam meminta izin boleh
dilakukan maksimal hanya tiga kali. Sudah sewajarnya dan seharusnya apabila seorang tamu
sudah meminta izin tiga kali namun tidak ada jawaban maka tamu tadi kembali pulang. Jika
berani masuk rumah tanpa izin dapat berakibat buruk pada tamu it sendiri seperti disangka
pencuri oleh warga setempat yang melihatnya. Tamu tidak boleh mendesakan keinginannya
untuk bertamu setelah ketukan ketukan ketiga, dakarenakn dapat mengganggu pemilik rumah.
Tuan rumah sekalipun dianjurkan untuk menerima dan memuliakan tamu, akan tetapi
tetappunya hak untuk menolak kedatangan tamu dikarenakan tidak sedang siap dikunjungi oleh
tamu.[8]Meminta izin kepada pemilik rumah dilakukan maksimal tiga kali itu memiliki sebab,
diantaranya:1. ketukan pertama sebagai isyarat kepada pemilik rumah bahwa telah
kedatangan tamu.2. Ketukan kedua memberikan waktu untuk membereskan barang-barang
yang mungkin berantakan dan menyiapkan segala sesuatu yang piperlukan.3. Ketukan ketiga
biasanya pemilik rumah sudah siap membukakan pintu. Akan tetapi bisa saja pada waktu
ketukan kedua pemilik rumah sudah membukakan pintu, tergantung situasi dan kondisi pemilik
rumah. [9]Namun bila pada ketukan ketingga tetap tidak dibukakan pintu, kemungkinan pemilik
rumah tidak bersedia menerima tamu atau sedang tidak berada di rumah.Merujuk firman Allah
SWT:“Jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum
kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja) lah ”, maka hendaklah
kamu kembali. Itu lebih bersiih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Nur 24:28)[10]Maksud dari ayat ini adalah pada saat bertamu namun tidak ada orang
di dalamnya, bahkan ditolak pemilik rumah janganlah masuk karena akan dinilai kurang
memiliki akhlak. Ini akan akan menjaga nama dan kehormatan tamu itu sendiri juga berdampak
pada nama baiik pemilik rumah.Menerima TamuSalah satu akhlak yang terpuji dalam Islam
adalah menerima dan memuliakan tamu tanpa membedakan status sosial.Rasulullah SAW
bersabda:“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang
baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits diatas dapat kita selidiki
bahwa apabila seseorang beriman kepada Allah dan Hari Akhir dalam berbicara katakanlah hal
yang baik jangan berkata yang tercela, bahkan lebih baik lagi diam dari pada tidak dapat
berkata baik. Memuliakan tetangganya disini bisa diartikan menyambut baik tetangganya
jangan malah merasa tidak nyaman apabila tamu datang serta menyambut baik tamu. Selain
dengan tetangga, seorang Muslim harus dapat berhubungan baik dengan baik di lingkungan
pendidikan, lingkungan kerja, sosial dan yang lainnya.Jika tamu datang dari tempat yang jauh
dan ingin menginap, maka pemilikan rumah atau tuan rumah wajib menerima dan menjamunya
dengan batasan maksimal tiga hari. Apabila tamu mau menginap lebih dari tiga hari, terserah
tuan rumah tetap menjamunya atau tidak.Rasulullah SAW bersabda;“Menjamu tamu itu hanya
tiga hari. Jizahnya sehari semalam. Apa yang dibelajakan untuk tamu diatas tiga hari adalah
sedekah. Dan tidak bolaeh bagi tamu tetapmenginap (lebih dari tiga hari). Karena hal itu akan
memberatkan tuan rumah.” (HR. Tirmidzi)Menurut Rasulullah SAW, menjamu tamu lebih dari
tiga hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban.Menurut Imam Malik yang dimaksud dengan
jaizah sehari semalam adalah memuliakan dan menjamu tamu pada hari pertama dengan
hidangan yang istimewa menjadi hidangan yang biasa dimakan tuan rumah sehari-hari.
Sedangkan menurut Ibn al-Atsir, yang dimaksud dengan jaizah adalah memberi bekal kepada
tamu untuk perjalanan sehari-semalam. Ini karena disesuaikan di daerah padang pasir,
diperlukan bekal minimal sehari-semalam sampai bertemu dengan tempat persinggahan
berikutnya. [11]Kedua pemahaman di atas dapat di kompromikan dengan melakukan kedua-
duanya apabila memeng tamunya membutuhkan bekal guna melanjutkan perjalanan. Tapi apa
pun bentuknya, tujuannya sama yaitu untuk memuliakan tamunya dengan sedemikian
rupa.Berhubungan baik dengan tetanggaSesudah anggota keluarga kita, orang yang paling
dekat adalah tetangga. Begitu pentingnya peran tangga sampai-sampai Rasulullah SAW
menganjurkan kepada siapa saja yang akan membeli rumah atau mebeli tanah selanjutnya
dibangun rumah, hendaklah memperhatikan siapa yang akan menjadi tetangganya.Beliau
bersabda;“Tetangga sebelum rumah, kawan sebelum jalan, dan bekal sebelum perjalanan.”
(HR. Khathib)Dari hadits di atas adalah pentingnya peran tetangga dalam hidup bermasyakat
terutama dalam memilih tempat untuk dijadikan tetangga dalam hidup bermasyakat terutama
dalam memilih tempat untuk dijadikan rumah saja kita harus memilih dengan beberapa aspek
yang harus diperhatikan.Kita dapat melihat dari sebuah kata “tetangga sebelum rumah” dalam
kehidupan bermasyarakat, maksudnya kita sebelum membangun sebuah rumah harus memilih
atau mengetaui kondisi tetangga kita. Diharapkan jaangan sembarang dalam hal ini, karena
akan berdampak pada diri kita sendiri.Baik buruknya sikap tetangga kita tentu tergantung juga
bagaimana kita bersikap kepada mereka. Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW juga
mengatakan bahwa tetangga yang baik adalah salah satu dari tiga hal yang membahagiakan
hidup, dengan sabdanya;“Di antara yang membuat bahagia seoarang Muslim adalah tetangga
yang baik, rumah yang lapang, dan kendaraan yang nyaman.” (HR. Hakim) Beberapa hal yang
membuat bahagia seorang muslim dalam kehidupan bermasyarakat yaitu tetangga yang baik,
coba kita bayangkan bila tetangga kita selalu konflik/ tidak akur. Kehidupan kita tidak akan
berjalan harmonis.Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbut baik dengan
tetangganya, baik tetangga dekat maupun jauh. Pastilah orang akan akan sangat senang
apabila tatangganya baik kepada kita dan kita pun tidak akan segan untuk membalas kebaikan
tatangga kita itu. Ini menimbulkan dampak yang positif, namun bila tetangga kita berselisih
dengan kita pastinya akan ragu untuk menyapa baik tetangga.Bentuk Hubungan baik dengan
tetanggaBentuk-bentuk hubungan baik dengan tetangga ini Raulullah SAW pernah berpesan
kepada Abu Dzar:“Jika engkau memasak gulai, perbanyaklah kuahnya, kemudian
peerhatikanlah tetangga-tetanggamu, dan berilah mereka sepantasnya.” (HR.Muslim)Salah
satu hubungan baik dengan tetangga dapat dilihat dari hadits shahih diatas, bahwa apabila kita
sedang memasak gulai atau memasak yang lainnya ingatlah kepada tatangga kita. Sehingga
walupun bahan gulai yang sedang dimasak kurang, kita dapat menambah gulainya.Setelah
masak, perhatikanlah tetangga kita. Berilah mereka tetangga kita gulai yang kita masak tadi
dengan sepantasnya.Dijelaskan juga bahwa seorangyang hidup saling berdampingan
(bermasrakat) harus memperhatikan tetangganya. Mengulurkan tangan untuk mengatasi
kesulitan hidup yang dihadapi oleh teetangga. Jangan sampai seseorang dapat tidur nyenyak,
sementara tetangganya menangis kelaparan. Seperti yang sabda Rasulullah SAW:“Tidaklah
beriman kepada-Ku orang yang dapat tidur dengan perut kenyang sementara tetangganya
kelaparan, padahal dia mengetahui” (HR. Bazzar)Dalam hadits yang lebih panjang, Rasulullah
SAW menguraikan bagaimana berbuat baik dengan tetangganya. Beliau bersabda:“Hak
tetangga itu ialah, apabila ia sakit kamu menjenguknya, apabila ia meninggal kamu mengiringi
jenazahnya, apabila ia membutuhkan sesuatu kamu meminjaminya, apabila ia tidak memiliki
pakaian kamu memberinya pakaian, apabila ia mendapatakan kebajikan kamu kmau
mengucapkan selamat kepadanya, apabila ia mendapatkan musibah kamu bertakziah
kepadanya, jangan engkau meninggalkan rumahmu atas rumahnya sehingga angin terhalang
masuk rumahnya, dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu kecuali kamu
memberinya sebagian dari masakan itu.” (HR. Tabranni)2. DARI SEGI ETIKADalam segi
etika dalam bertamu/ meminta izin dan mengucapkan salam perlu diperhatikan sebagai
berikut;a) Mengunakan kata-kata yang sopan setiap orang, tidak hanya pada waktu
bertamu saja. Akan tetapi pada waktu kapan saja dan dimana saja.b) Jangan bertamu
sembarang waktu, bertamulah pada saat yang tepat dimana tuan rumah diperkirakan tidak akan
terganggu. Misalnya jangan bertamu pada saat istirahat atau waktu tidur.c) Kalau diterima
bertamu, jangan terlalu lama karena dikawatirkan akan merepokan tuan rumah. Setelah urusan
selesai segeralah pulang, mungkin saja tuan rumah masih ada kepentingan lain.d) Jangan
melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu, misalnya memeriksa dan
perabotan rumah, dan memasuki ruangan pribadi tanpa izin penghuni rumah. Diizinkan pemilik
rumah bukan berarti boleh melakukan apa saja. Ini akan sang berdampak buruk, bisa saja kita
malah dianggap mau mencuri.e) Bila disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan
itu.Maksud hormati di sini yaitu memakan apa yang disuguhkan namun sekadanya saja.
Jangan malah semua hidingnya di makan semua (melihat etika di daerah jawa). Berbeda bila
disuguhi air minum, baiknya minuman itu kita habiskan.f) Hendaklah pamit waktu mau
pulang. Meninggalkan rumah tanpa pamit di samping tidak terpuji, juga mengundang fitnah.
Bisa saja kita disangka-sangka tidak baik oleh tetangga lainnya, karena inin bisa mengundang
fitnah.Dalam menerima tamu atau memuliakan tamu yang dilakukan antara lain:a> Menyambut
kedatangan tamu dengan muka yang manis dan senyuman.Dengan diawali muka yang manis
disertai senyuman akan membawa awal yang baik bagi tamu. Tamu akan merasa nyaman
bahkan senang bertamu di tempat kita.b> Menggunakan tutur kata yang lemah
lembut.Gunakanlah kata-kata yang lemah lembut, jangan malah kita menggunakan kata-kata
yang kasar. Ini akan berdapak pada kesalah fahaman tamu kepada kita, karena yang datang
itu kita belum tau sifatnya juga. Dampak lainnya juga menyebabkan hati yang bertamu menjadi
senang.c> Mempersilahkannya duduk di tempat yng baik.Kalau perlu disediakan ruangan
khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapian dan kebersihannya. Yujuannya agar
memberikan kenyamanan kepada tamu dan lebih menghargainya. Mungkin tamu tadi tidak
datang setiap saat.Dalam berkendaraKetika kita menggunakan kendaraan, apalagi melewali
jalan desa atau perumahan tetangga. Hendaklah kita sadar diri dan mengunakan dan
mengunakan etika yang baik, seperti:1> Kurangi kecepatan yang standar pada kecepatan
antara 20-40 km/jam.Tinggal bagaimana kondisi yang sebenarnya.2> Menyapa orang bila
berpapasan, bahkan bersikap rendah diri.Dalam meminjam barangDalam meminjam barang
milik tetangga, hendaklah segera dikembalikan walaupun tetangga tidak menyuruh untuk
mengembalikan secepatnya. Dikawatirkan yang meminjam lupa tidak mengembalikan, bahkan
lupa mengembalikan. Dapat mengurangi kepercayaan teetangga.3. DARI SEGI
BUDAYAAkhlak lingkungan dapat dilihat dari segi budaya adalah hal yang tidak dapat
dihindarkan. Tetangga adalah harapan kita apabila ada suatu masalah untuk memberikan
bantuannya. Peran tetangga sangat besar, sehingga menjadi suatu adat atau kebiasaan
masyarakat Jawa seperti;a. Mengabulkan/ menghadiri undanganMengabulkan undangan
adalah salah satu kewajiban sosial sesama muslim. Ini menjadi tradisi pergaulan dalam
masyarakat. Bisa kita banyangkan pandangan masyarakat atau tetangga, jika kita tidak
menghadiri undanganya. Akan banyak orang menggap buruk prilaku kita, masyarakat pun bisa-
bisa tidak menyenangi kita.b. SadrananSadranan adalah kegiatan adat yang biasa
dilakukan masyarakat pada saat salah satu rumah warga akan dibangun atau di renofasi.
Biasanya tuan rumah yang akan merenofasi rumahnya akan mengundang tetangga sitar
rumahnya sekitar 10 orang bisa kurang, bisa juga lebih.Diantara 10 orang tadi ada beberapa
orang yang lumayan ahli dalam bidangnya, untuk jumlahnya tergantung pemilik rumah.
Lamanya sadranan juga tergantung pemilik rumah dan tergantung pada waktu selesainya
renofasi.Sementara itu pemilik rumah setiap hari menyiapkan makan untuk para pekeja
semua.Tidak ada upah dalam kegiatan renofasi, kecuali untuk pekerja yang disewa oleh pemilik
rumah. Kontribusi bagi yang lain adalah diberi bungkusan makanan yang matang dalam bahasa
jawa disebut sompet/ punjungan.d> Yasinan dan TahlilanKegiatan masyarakat seperti ini
masih melekat di kehidupan masyarakat kita. Kegiatan yasinan dan tahlilan sering dilaksanakan
biasanya pada acara-acara khusus yang sudah membudaya pada masyarakat seperti;1.
Setelah sesorang meninggal dunia.Selain tujuannya untuk mendoa kan seseorang yang
meninggal dunia, juga menanmkan akhlak yang baik padatiap individu. Biasanya dilakukan
selama 7 hari berturut-turut setelah kematian. Dilakukan juga pada saat 100 setelah meninggal
dan 1000 hari setelah meninggal.2. Puputan/ penamaan bayi sewaktu umur 7 hari.Budaya
puputan sudah lama dilakukan masyarakat, pada acara ini bayi yang sudah berumur 7 hari
akan diberi nama dan pencukuran rambut.3. Syukuran selesainya rehab rumah, dan masih
banyak lagi kegiatan serupa.Referensi Harun Nasution dkk., Ensiklopedi Islam
Indonesia,(Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 9Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-
Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid III, Abdul Karim Zaidah, Ushul ad-Da’wah (Baghda:
jam’iyyah al-Amani, 1976),Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Wastib, (Kairo: Dar al Ma’arif, 1972),Lihat
Muhammad ‘Ali ash- Shabuni, Rawai’u al-Bayan, Tafsir Ayat al-Ahkam miin Al-Qur’an
(Damaskus al-Ghazali,1977), jilid IIDR. H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI,
1999, tebal 266 halaman.Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: 1999,
Menteri Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: 1978,Lihat
Muhammad Ibn al-Atsir al-Jazari, Jami’u al-Ushul fi Abadits ar-Rasul (Riyadh: Dar al- Ifta’,
1971), jilid VIINazzhao Abarokah di 7:54 AMShare No comments:Post a CommentLink ke
posting iniCreate a Link‹›HomeView web versionContributorsNazzhao AbarokahAhmad
BarokahPowered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai