ANEMIA APLASTIK
Penyaji:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
CHIEF OF WARDS
dr. Zanurul
PIMPINAN SIDANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Anemia Aplastik”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................3
2.2 Epidemiologi.....................................................................................3
2.3 Etiologi..............................................................................................4
2.4 Faktor Risiko.....................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................8
2.6 Klasifikasi..........................................................................................8
2.7 Patofisiologi dan Patogenesis............................................................9
2.8 Diagnosis.........................................................................................10
2.9 Tatalaksana......................................................................................13
2.10 Prognosis.......................................................................................16
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT ..................................................................18
BAB 4 FOLLOWUP........................................................................................28
BAB 5 DISKUSI KASUS................................................................................33
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.2. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1.3. MANFAAT
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
dibandingkan faktor genetik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya peningkatan
insiden pada penduduk Asia yang tinggal di Amerika. Penelitian yang dilakukan
di Thailand menunjukkan peningkatan paparan dengan pestisida sebagai etiologi
yang tersering.4,6
Ketersediaan obat-obat yang dapat diperjualbelikan dengan bebas
merupakan salah satu faktor resiko peningkatan insiden. Obat-obat seperti
kloramfenikol terbukti dapat mensupresi sumsum tulang dan mengakibatkan
aplasia sumsum tulang dan mengakibatkan aplasia sumsum tulang sehingga
diperkirakan menjadi penyebab tingginya insiden.7
2.3. ETIOLOGI
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
Akan tetapi, pada kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik atau belum
jelas diketahui.5,12 Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi virus dan
dengan penyakit lain (tabel 1).
2.4.1. Radiasi
Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi
dimana stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat merusak DNA dimana
jaringan-jaringan dengan mitosis yang aktif seperti jaringan hematopoiesis sangat
sensitif.5,13 Bila stem sel hematopoiesis yang terkena, maka terjadi anemia
aplastik. Radiasi dapat berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan
menyebabkan fibrosis.3
Efek radiasi terhadap sumsum tulang tergantung dari jenis radiasi, dosis,
dan luasnya paparan sumsum tulang terhadap radiasi. Radiasi berenergi tinggi
dapat digunakan sebagai terapi dengan dosis tinggi tanpa tanda-tanda kerusakan
sumsum tulang asalkan lapangan penyinaran tidak mengenai sebagian besar
sumsum tulang. Pada pasien yang menerima radiasi seluruh tubuh efek radiasi
tergantung dari dosis yang diterima. Efek pada sumsum tulang akan sedikit pada
dosis kurang dari 1 Sv (ekuivalen dengan 1 Gy atau 100 rads untuk sinar X).
Jumlah sel darah dapat berkurang secara reversibel pada dosis radiasi antara 1 dan
2-5 Sv (100 dan 250 rads). Kehilangan stem sel yang ireversibel terjadi pada dosis
radiasi yang lebih tinggi. Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan
sumsum tulang pada dosis radiasi 5 sampai 10 Sv kecuali pasien menerima
transplantasi sumsum tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi
eksterna juga dapat menyebabkan anemia aplastik.13
6
2.4.3. Obat-obatan
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada
seseorang dengan predisposisi genetik. Salah-satu obat yang sering menyebabkan
anemia aplastik adalah kloramfenikol. Obat-obatan lain yang juga sering
dilaporkan adalah fenilbutazon, senyawa sulfur, emas, dan antikonvulsan, obat-
obatan sitotoksik misalnya mieleran atau nitrosourea.3
2.4.4. Infeksi
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus hepatitis,
virus Epstein-Barr, HIV dan rubella. Virus hepatitis merupakan penyebab yang
paling sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah
terinfeksi hepatitis. walaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan
tetapi terdapat hubungan antara hepatitis seronegatif fulminan dengan anemia
aplastik. Parvovirus B19 dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada
penderita anemia hemolitik kongenital (sickle cell anemia, sferositosis herediter,
dan lain-lain). Pada pasien yang imunokompromise dimana gagal memproduksi
neutralizing antibodi terhadap Parvovirus suatu bentuk kronis red cell aplasia
dapat terjadi. 12,13
Infeksi virus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada sumsum
tulang, biasanya terlihat neutropenia dan sedikit jarang trombositopenia. virus
dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara langsung yaitu dengan
infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau secara tidak langsung melalui induksi
imun sekunder, inisiasi proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem sel
dan progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.4
7
Jenis Keluhan %
Pendarahan 83
Lemah badan 80
Pusing 69
Jantung berdebar 36
Demam 33
Nafsu makan berkurang 29
Pucat 26
Sesak nafas 23
Penglihatan kabur 19
Telinga berdengung 13
Klasifikasi Kriteria
1. Anemia aplastik berat
Selularitas sumsum tulang < 25%
Sitopenia minimal 2 dari 3 seri sel darah Hitung neutrofil < 500/µL
Hitung trombosit<20.000/µL
Hitung retikulosit absolut<60.000/µL
2. Anemia aplastik sangat berat Sama seperti kriteria anemia aplastik berat,
kecuali hitung neutrofil < 200/µL
3. Anemia aplastik tidak berat Sumsum tulang hiposeluler, namun sitopenia
tidak memenuhi kriteria berat
langsung hemopoiesis dan meningkatkan ekspresi Fas pada sel – sel CD34+. Klon
sel-sel imortal yang positif CD4 dan CD8 dari pasien anema aplastik juga
mensekresi sitokin T-helper-1 yang bersofat toksik langsung ke sel-sel CD34
positif autologus.Sebagian anemia aplastik didapat secara patofisiologis ditandai
oleh destruksi spesifik yang diperantarai sel T ini. Pada seorang pasien, kelainan
ini dapat dikaitakan dengan infeksi virus atau pajanan obat tertentu atau zat kimia
tertentu.3
Kegagalan hematopoietik (produksi sel-sel darah) bertanggung jawab atas
kosongnya sumsum tulang yang tampak jelas pada pemeriksaan apusan aspirat
sumsum tulang atau spesimen core biopsy sumsum tulang. Secara kuantitatif sel-
sel hematopoietik yang imatur dapat dihitung dengan flow cytometry. Sel-sel
tersebut menghasilkan mengekspresikan protein cytoadhesive, yang disebut
CD34. Pada pemeriksaan flow cytometry, antigen sel CD34 dideteksi satu per satu
secara fluoresens, sehingga jumlah sel-sel CD34+ dapat dihitung dengan tepat.
Pada anemia aplastik, sel CD34+ juga hampir tidak ada yang berarti bahwa sel-sel
induk pembentuk koloni eritroid, myeloid dan megakaryositik sangat kurang
jumlahnya.3
10
2.8.1 ANAMNESIS
c. Virus
Hepatitis,HIV, parvovirus dan sitomegalovirus
d. Tes HAM atau tes hemolisis sukrosa
Tes ini diperlukan untuk mengetahui adanya PNH sebagai penyebab.
e. Kromosom
Pada anemia aplastik, tidak ditemukan kelainan kromosom. Pemeriksaan
sitogenetik dengan fluorenscence in situ hybridization dan imunofenotipik
dengan flow cytometry diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding
seperti myelodisplasia hiposeluler.
f. Pemeriksaan Radiologi
- Nuclear MRI
Pemeriksaan ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui luasnya
perlemakan karena dapat membuat pemisahan tegas antara daerah sumsum
tulang berlemak dan sumsum tulang berselular. Pemeriksaan MRI
memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen seluler dan
digantikan oleh jaringan lemak.
- Bone Marrow Scanning
Dengan suntikan koloid radioaktif technetium sulfur yang akan terikat
pada makrofag sumsum tulang atau iodium chloride yang akan terikat pada
transferim. Dengan bantuan scan sumsum tulang dapat ditentukan daerah
hematopoesis aktif untuk memperoleh sel-sel guna pemeriksaan
sitogenetik atau kultur sel-sel induk.
Diagnosa anemia aplastik berdasarkan kombinasi pansitopenia dengan
perlemakan dan ketidakhadiran elemen seluler dari sumsum tulang. Anemia
aplastik merupakan penyakit yang sering pada usia muda.
2.9. TATALAKSANA
Pada anemia berikan tranfusi packed red cell jika hemoglobin kurang dari
7g/dl, berikan sampai hb 9-10 g/dl1. Padapasien yang lebih muda mempunyai
toleransi kadar hemogoblin sampai 7-8g/dl;untuk pasien yang lebih tua
kadarhemoglobin dijaga diatas 8g/dl.. Pada neutropenia jauhi buah-buahan segar
dan sayur, fokus dalam menjaga perawatan higienis mulut dan gigi,cuci tangan
yang sering. Jika terjadi infeksi maka identifikasi sumbernya, serta
berikanantibiotik spektrum luas sebelum mendapatkan kultur untuk
mengetahuibakteri gram positif atau negatif. Tranfusi granulosit diberikan pada
keadaan sepsis berat kuman gram negatif, dengan netropenia berat yang tidak
memberikanrespon terhadap pemberian antibiotik. Pada trombositopenia berikan
tranfusi trombosit jika terdapat pendarahan aktif atau trombositkurang dari
<20.000/mm3.
2.10. PROGNOSIS
stem sel. Hasil yang terbaik didapatkan pada pasien yang belum mendapatkan
terapi imunosupresif sebelum transplantasi, belum mendapatkan dan belum
tersensitisasi dengan produk sel darah serta tidak mendapatkan radiasi dalam hal
conditioning untuk transplantasi.
Sekitar 70% pasien memiliki perbaikan yang bermakna dengan terapi
kombinasi imunosupresif (ATG dengan siklosporin). Walaupun beberapa pasien
setelah terapi memiliki jumlah sel darah yang normal, banyak yang kemudian
mendapatkan anemia sedang atau trombositopenia.
Penyakit ini juga akan berkembang dalam 10 tahun menjadi paroxysmal
noktural hemoglobinuria, sindrom myelodisplastik atau akut myelogenous
leukemia pada 40% pasien yang pada mulanya memiliki respon terhadap
imunosupresif. Pada 168 pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang,
hanya sekitar 69% yang bertahan selama 15 tahun dan pada 227 pasien yang
mendapatkan terapi imunosupresif, hanya 38% yang bertahan dalam 25 tahun.
Pengobatan dengan dosis tinggi siklofosfamid menghasilkan hasil awal
yang sama dengan kombinasi ATG dengan siklosporin. Namun, siklofosfamid
memiliki toksisitas yang lebih besar dan perbaikan hematologis yang lebih lambat
walaupun memiliki remisi yang lebih bertahan lama.
17
BAB 3
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Roiman Panjaitan
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Purba Sinomba Pohan Kecamatan Siborong-borong
ANAMNESIS
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama : Gusi Berdarah
Telaah :
Hal ini telah dialami OS sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Gusi
berdarah dialami OS 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan diberikan terapi
selama dirawat di RS namun 2 hari kemudian gusi OS kembali berdarah hingga
sekarang. OS juga mengeluhkan lemas dan pusing sejak 7 bulan ini. OS
mengatakan bahwa OS tidak sanggup berolahraga seperti dulu, bahkan hanya
berjalan saja OS mengeluhkan rasa capek. OS mengatakan bahwa belakangan
ini pakaiannya terasa semakin longgar, nafsu makan dan BB nya juga menurun.
Riwayat muntah darah dan mimisan disangkal. Pasien tidak ada mengeluhkan
demam, batuk dan sesak nafas. Riwayat pekerjaan sebagai petani dan
18
18
ANAMNESIS FAMILI : -
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
STATUS PRESENS :
Keadaan Umum Keadaaan Penyakit
Sensorium : Compos Mentis Pancaran wajah :Lemah
Tekanan darah : 110/60 mmHg Sikap Paksa :-
Nadi : 60 x/i, reguler, t/v : cukup Reflek fisiologis :+
Pernapasan : 20 x/i Reflek patologis :-
Temperatur : 36,4 C
BW = 53 x 100 % = 84,13 %
163-100
BW = 84,127 %
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
pupil isokor, reflex cahaya direk (+)/indirek(+), kesan = anemia
Mulut :
LEHER :
THORAX DEPAN
Inspeksi:
Palpasi:
Nyeri tekan :-
Perkusi:
Peranjakan : ±1 cm
Jantung
Batas kiri jantung :1 cm medial dari Linea Mid Clavicularis Sinistra ICS IV-V
Auskultasi
Paru
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 > A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)
THORAX BELAKANG
Perkusi : Sonor
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Palpasi
23
HATI
Pembesaran :(-)
Permukaan :(-)
Pinggir :(-)
LIMFA
GINJAL
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR
Perkusi :(-)
Auskultasi
Lain-lain :(-)
PINGGANG
INGUINAL : tdp
Perineum : Normal
Lumen : Normal
Mukosa : Normal
RESUME
Thoraks
Inspeksi: Simetris fusiformis
Palpasi: Sonor pada kedua lap. Paru
Perkusi: Simetris fusiformis Ka=Ki
Auskultasi: Vesikuler
Abdomen:
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Soepel
Perkusi: Tympani
Auskultasi: Normoperistaltik
27
Diet : Diet MB
Medikamentosa :
Transfusi trombosit 3 bag
Transfusi PRC 3 bag
Dexamethason 1 amp/8 jam
BAB 4
FOLLOW UP
FOLLOW-UP TANGGAL 26/07/2018
28
29
BT:32 menit
A - Anemia Aplastik
- IVFD NaCl o,9% 30gtt/i
P - inj transamin 1 amp extra
-transfusi trombosit 3 bag
R/ Kemoterapi siklofosfamid siklus IV (1/8/18)
Cek HST
S Muka pucat (+), badan lemas (+), perdarahan (-). Riw gusi
berdarah (+) tadi malam
Sens : CM, TD: 110/80 mmHg, HR:61 x/i, RR: 19x/i,
O temp: 36°C
Mata : Konj. Anemis ( ), sklera ikterik ( )
Leher : TVJ R-2 cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax: SP: Vesikuler
ST: (-)
Abdomen:Soepel, T/H/M : dalam batas normal, Peristaltik
normal
Ekstremitas: oedem ( ), CRT <2’, akral hangat
HST:normal
A - Anemia Aplastik
- Tirah baring
P - IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
O temp: 36.5°C
Mata : Konj. Anemis ( ), sklera ikterik ( ), RC
(+/+)
Leher : TVJ R-2 cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax: SP: Vesikuler
ST: (-)
Abdomen:Soepel, T/H/M : dalam batas normal,
Peristaltik normal
Ekstremitas: oedem ( ), CRT <2’, akral hangat
Hasil Lab
Hb/L/T: 8,1/2640/32.000
A - Anemia aplastic
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I
P
R/ kemoterapi siklofosfamid siklus iv hari ini
ACC kemoterapi hari ini Hb:8,1 T: 32.000
A - Anemia Aplastik
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
33
PBJ
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
-Radiasi ± 5 tahun
-Bahan kimia
-Obat obatan
-Infeksi Virus
-Genetik
33
34
-konjungtiva anemis(+/+)
Anemia aplastik muncul mendadak (dalam
beberapa hari) atau perlahan-lahan -malaise
(berminggu-minggu atau berbulan-bulan). -mudah lelah
Pendarahan merupakan gejala awal yang -riwayat demam(+)
paling sering. Biasanya pasien
mengeluhkan mudah memar, gusi berdarah,
mimisan, aliran mens yang banyak, peteki.
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Pucat
- Pendarahan gusi
- Pendarahan retina
Hb :8,1 g%
- Mimisan
Eritrosit:2,65 x 106/mm3
- Pendarahan saluran cerna
Leukosit:2,64 x 103/mm3
- Pendarahan vagina
Trombosit: 320 x 103/mm3
- Demam
Ht:23%
- Hepatomegali
LED: 55 mm/jam
3.Pemeriksaan penunjang
Hitung Jenis
-Darah Tepi
Eusinofil:8%
-Pemeriksaan Sumsum Tulang
Basophil: 0%
-Viral Marker
35
Monosit :72,10 %
2. Sangat berat
- Sama seperti kriteria anemia aplastik
berat, kecuali hitung neutrofil < 200/µL
3. Tidak Berat
-sumsum tulang hiposeluler,namun
sitopenia
tidak memenuhi kriteria berat
BAB 6
KESIMPULAN
Pasien laki-laki berusia 24 tahun bernama RP didiagnosis dengan anemia
aplastik. Pasien dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan dan ditatalaksana dengan
Tirah baring,Diet MB, IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i, Inj. Dexametason 1 amp/ 8 jam,
Inj. Metoclopramid 1 amp/8 jam, Inj. Siklofosfamid 1000mg (siklus ke 4), Inj.
Ranitidin 50 mg / 12 jam, Transfusi trombosit 3 bag.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A., Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, hlm
55.
2. William, D.M. 1993. Pancytopenia, Aplastic Anemia, and Pure Red Cell Aplasia. In:
Lee GR, et al (eds). Wintrobe’s Clinical Hematology 9 th ed. Philadelphia-London:
Lee&Febiger,;911-43
3. Salonder, H. 2001. Anemia Aplastik. dalam: Suyono S., Waspadji S., et al (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI;501-8
4. Bakshi, S. Aplastic Anemia. Available in:
http://www.emedicine.com/med/topic162.htm
5. Hoffman. 2000. Hematology: Basic Principles and Practice 3rd ed. Churcil
Livingstone.
6. Niazzi, M., Rafiq, F. The Incidence of Underlying Pathology in Pancytopenia.
Available in http://www.jpmi.org/org_detail.asp
7. Supandiman, I. 2003. Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi Medik.
Jakarta: Q-communication;6.
8. Supandiman, I. 1997. Hematologi Klinik Edisi kedua. Jakarta: PT Alumni;95-101
9. Young, N.S., Maciejewski, J. The Pathophysiology of Acquired Aplastic Anemia.
Available in URL: http://content.nejm.org/cgi/content/fill/336/19/
10. Shadduck, R.K. 2010. Aplastic Anemia: acquired and inherited. in: Kaushansky, K.,
Lichman, M.A., Beutler, E., et al (eds). William Hematology 8 th ed. New Yorl:
McGraw Hill Medical.
11. Smith, E.C., Marsh, J.C. 2005. Acquired aplastic anemia, other acquired bone
marrow failure disorders and dyserythropoiesis. In: Hoffbrand, A.V., Catovsky, D., et
al (eds). Post Graduate Haematology 5th edition. USA: Blackwell Publishing; 190-
206.
12. Paquette, R., Munker, R. 2007. Aplastic Anemias. In: Munker, R., Hiller, E., et al
(eds). Modern Hematology Biology and Clinical Management 2nd ed. New Jersey:
Humana Press;207-16
13. Young, N.S. 2015. Bone Marrow failure syndromes oncluding aplastic anemia and
myelodysplasia. In: Kasper, D.L, Fauci, A.S., Hauser, S.L., et al (eds). Harrison’s
Principle of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw Hill.
14. Widjanarko A. Sudoyo AW. Salonder H. Anemia aplastik. Dalam: Setiati S,
Alwi I. Sudoyo AW. Simandibrata M. Setiyohadi B. Syam AF, penyunting.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing: 2014
39