Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis di


bidanghortikultura. Oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul
sangatmenentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan
agribisnishortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut
untukmampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan
varietasdan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen)
danmenerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah,
tempat,waktu, dan harga .

Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas


keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses
selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan
dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air.
Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air
benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga selalu
ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi
disekitarnya.Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih
kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan
diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan
kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai..Pengeringan seringkali merupakan
faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim
penghujan.

Sebagian penduduk Indonesia masih menggunakan cara sederhana dalam


proses pengeringan. Proses pengeringan ini menjadi bagian yang penting dalam
pengolahan produk pertanian atau makanan dan dapat memberikan manfaat lain yang
penting selain melindungi pangan yang mudah rusak. Proses oengeringan ini
menibulkan masalah yang sering menjadi kendala para mitra maupun petani dalam hal
peningktan produksi bahan karena masih mengandalkan sinr matahari. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaaan
kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan sehingga dapat
mengurangi kadarair dan memperkecil volume pangan, bahan tersebut lebih aman
disimpan, mudah ditransportasikan dan memudahkan penanganan selanjutnya
sehingga biaya pengangkutan dan penyimpanan dapat terkendali.
Proses pengeringan dapat berlangsung kurang lebih selama 3 samapi 4 hari dan
itu tergantung dengan cuaca. Pengeringan secara sederhana ini memiliki kelemahan
yaitu rendahnya mutu dan kebersihan produk., konsumsi waktu pengeringan yang
tergantung dengan cuaca secara tidak langsung bisa menurunkan kualitas bahan.
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dibedakan menjadi dua yaitu
pengeringan dalam jangka waktu panjang dengan suhu yang rendah atau pengeringan
dengan dalam waktu singkat dengan suhu yang tinggi. Pada pengeringan dengan suhu
yang rendah dapat menurunkan kualitas produk karena adanya mikrobiologis akibat
sumber energy yang banyak terkandung dalam bahan pertanaman yaitu karbohidrat dan
protein. Kedua hal ini dapat memicu tumbuhnya mikroba dan mempercepat
pertumbuhan jamur sehingga akan cepat busuk, begitu pula dengan suhu yang tinggi
akan merusak kandungan yang terdapat dalam bahan secara fisik maupun kimia.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan alat pengering alat pengering seperti
pengering rak, pengering fluidized bed, spray dryer dan drum dryer. Banyak nya jenis
alat yang tersedia memerlukan pengetahuan untuk menggunakan alat secara tepat guna.
Sekarang ini teknologi pada pasca panen di Indonesia telah mengalami kemajuan untuk
memberikan muu yang baik bagi industri pengolahan hasil pertanian. Oleh karena itu
teknik pengolahan pangan cukup beragam alatnya untuk mengeringkan bahan setelah
pascapanen tanpa lagi mengendalkan sinar matahari bila cuaca tidak mendukung.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untu mengetahui pengaruh pengeringan
terhadap kadar air benih.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam
benih,dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Kandungan air benih sangat
menentukanlamanya penyimpanan. Sebagai contoh benih kedelai dengan kandungan
air 15% (atas dasar berat basah) tidak aman untuk disimpan. Pada 14% hanya disimpan
bila temperature rendah,tetapi pada 13% ia dapat disimpan selama setahun. Pada
kandungan air 12% yang menjadi mutu pasaran ia bertahan selama 3 tahun , sedangkan
pada 10% benih kedelai akan dapat bertahan selama 4 tahun. Pada umumnya
penyimpanan sampai lima tahun membutuhkan penurunan kandungan air sebanyak 2%
dari kandungan air untuk penyimpanan setahun (Soedarsono, 1974).
Penjemuran biji dengan panas sinar matahari merupakan salah satu cara
pengeringanyang paling sederhana dan umum dilakukan oleh para petani di Indonesia.
Pada benih-benihtertentu pengeringan tidak bisa dilakukan secara langsung. Missal
benih tomat harus melalui perlakuan pendahuluan dengan pemeraman yang tujuannnya
untuk memisahkan biji dari bahan- bahan yang melapisinya, barulah setelah itu biji
dicuci bersih dan dapat dikeringkan.Pengeringan dapat dilakukan dengam memakai
suatu alat pengering (Articial drying) ataudengan penjemuran di bawah sinar matahari
(sun drying).
Untuk pengeringan biji yang dipergunakan sebagai sebagai benih harus
diperhatikan temperature udara sebaiknya antara 32o - 43oC (90o± 110oF). Bila pada
pengeringan benihdigunakan temperature udara yang tinggi maka pengeringan akan
berlangsung cepat. Tetapi padagabah pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan
timbulnya retak-retak atau ³sun cracking´karena tenperatur di bawah sinar matahari
langsung di daerah tropis dapat mencapai di atas 160o F (71oC). pada beberapa jenis
biji, pengeringan yang terlalu cepat dapat ppula menyebabkanimpermeabilitas kulit biji
melalui perubahan sstruktur pada testa. Bagian luar biji menjadi kerastetapi bagian
dalamnya masih basah. Ini akan menjadi suatu bentuk dormansi yang dipaksakanyang
dikenal sebagai ³case-hardening´.
Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih
yang akan kita simpan. Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat
meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang
terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan kadar air benih
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran
maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menurunkan kadar air.
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih
harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke bagian permukaan benih.
Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka tekanan kelembaban yang terjadi akan
merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitas benih (Justice dan Bass,
1990).

Pada benih ortodoks, pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur benih


atau menggunakan mesin hingga kadar air benih mencapai 4-5%. Dalam pengeringan
benih, suhu udara pengeringan dianjurkan tidak lebih dari 400C dengan RH yang
dialirkan minimal 45%. Menurut Boyd dan Deluouche (1990) suhu pengeringan yang
optimal untuk pengeringan benih tidak lebih dari 450C. Pada benih yang dengan
minyak tinggi seperti kacang tanah dan kedelai, dianjurkan suhu pengeringan dan RH
masing-masing tidak lebih dari 370C dan 45% .
Menurut Utomo (2006) kandungan kadar air benih 10-20% pada waktu
pemanenan adalah normal pada kebanyakan benih jenis ortodoks. Benih ortodoks yang
belum masak maupun benih rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi,
dapat mencapai 30-40%. Buah yang dikumpulkan ketika cuaca lembab merupakan
lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri.
Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa
banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga
tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air
awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka
kecepatan pengeringannya tinggi. (Justice dan Bass, 1990).
BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum pengeringan benih dilaksanakan pada hari Kamis, april 2018 di


Laboratorium Teknologi benih, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengeringan benih adalah
benh padi yang baru dipanen, benih cabai, oven, cawan aluminium, baskom.

3.3. Cara Kerja

Benih padi yang baru dipanen ditimbang sebnyak 100 gr dan dibuat sebnyak
2 kali ulangan. Kemudian diletakkan di dalam cawan aluminium. Cawan yang
berisi padi di letakkan di suhu kamar 2 ×24 jam dan di dalam oven suhu 35 C
selama 24 jam. Kemudian benih yang telah dieringkan lalu dihitung KA dan di
kecambahkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1.2 Pengeringan Benih Padi dengan oven dan Suhu Ruang

Kadar Air Oven Suhu Ruang

9,8 % 26 %

DB H-5 H-7 H-9 H-11 H-12 H-15

Oven 0 (0%) 0 (0%) 2(4%) 1(2%) 2(4%) 2(4%)

Suhu Ruang 0(0%) 0(0%) 2(4%) 2(4%) 2(4%) 2(4%)

FCT Oven Suhu Ruang

0 (0%) 2 (4%)

K. Normal Oven Suhu Ruang

2 2

K.Abnormal Oven Suhu Ruang

0 1

K. Mati Oven Suhu Ruang

47 48

4.2 Pembahasan

Pada praktikum pengeringan benih maka didapatkan hasil seperti tabel


diatas. Pada tabel dapat kita ketahui bahwa KA benih yang dikeringkan dengan
suhu ruang jauh lebih tinggi yaitu 26% dari pada KA benih yang dikeringkan
dengan oven yaitu 9,8 %. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh tingginya
kelembaban pada suhu ruang yang mengakibatkan bertambahnya kadar air benih ,
sedangkan dengan menggunakn oven dapat menurunkan kadar air benih sampai 9,8
%.

Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa
banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga
tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air
awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka
kecepatan pengeringannya tinggi. Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat
lambat menjadi cepat akan meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan
pengeringan akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar air benih. Hal ini berarti
semakin menurun kadar air benihnya maka proses pengeringan akan berlangsung lebih
lama

Tujuan dari pengeringan adalah agar benih dapat disimpan sampai benih tersebut
digunakan kembali dan dengan pengeringan yang dilakukan sampai batas kadar air
tertentu dapat mempertahankan mutu benih.

Kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan akan dapat menurunkan vigor dan
viabilitas benih dan kadar benih yang tinggi dapat menyebabkan benih mudah terserang
oleh hama.

Pada pengamtan daya kecambah benih dapat diketahui bahwa benih yang
dikecambahkan memiliki kemampuan yang sangat rendah, hal ini disebabkan oleh
benih yang di analisis menggunakn benih yang belum masak fisiologis. Waktu mencari
bahan tidak adapetani yang sedang panen, jadi menggunakan benih yang sudah
menguning tapi belum sempurna.Sehingga hal ini menyebabkan benih sulit untuk
berkecambah sebagaimana terlihat pada data dalam tabel di atas.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan


bahwa benih akan cepat penurunan kadar airnya apabila melakukan pengeringan
dengan oven daripada dibiarkan dalam suhu kamar.

Vigor dan viabilitas benih atau kemampuan benih untuk berkecambah


sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang di analisa, salah satu contohnya adalah
masak fisiologis. Dengan kandungan air optimum dan memiliki vigor dan viabilitas
optimum.

5.2 Saran

Saran untuk praktikan selanjutnya adalah agar dapat membawa benih


sebahai bahan analisis yang lebih bermutu dengan masak fisiologis yang sesuai
agar hasil yang didapat sesuai dengan lietratur yang ada.
LAMPIRAN

a) Perhitungan KA
KA suhu kamar = 7,6 – 6 × 100 % = 26 %
6

KA oven = 10 – 9,1 ×100 % = 9,8 %

9,1

b) Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai