A. Defenisi
anak laki-laki.18,19,20 Kata hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang
berarti dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang.21,22 Hipospadia dapat di- definisikan
sebagai adanya muara urethra yang terletak di ventral atau proximal dari lokasi yang
seharus- nya. Kelainan ini terbentuk pada masa embrional karena adanya defek pada
masa perkembangan alat kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan
B. Epidemiologi
Insidens hipospadia terjadi pada setiap 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup.
Referensi lain menyatakan bahwa angka kejadian hipospadia adaah 3,2 dari 1000
kelahiran hidup. Makin ke proksimal letak meatus, makin berat kelainannya dan makin
jarang frekuensinya. Klasifikasi dari hipospadia yang sering dipakai adalah glanduler,
distal penile, penoskrotal dan perineal. Tipe distal frekuensinya hingga 90%, sedangkan
menemukan 17 kasus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado pada periode Januari
hipospadia pada Januari 2009 hingga april 2012 di RS Sanglah Bali menemukan
1
sebanyak 53 kasus.19 Tirtayasa et al juga melakukan penelitian mengenai hasil luaran
rentang Januari 2012 - Januari 2014 dengan jumlah 44 kasus. 20 Maritzka et al pada studi
observasinya pada rentang tahun 2010-2012 di Jawa Tengah menemukan 120 kasus,
C. Patofisiologi
Glans penis pada hipospadia bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal
di bagian ventral. Preputium tidak ada di bagian ventral. Jaringan abnormal yang
membentang ke distal sampai basis dari glans penis. Kulit penis di bagian ventral distal
dari meatus sangat tipis. Tunika dartos, fascia Buch dan corpus spongiosum tidak ada. 1
Bila meatus letaknya di scrotum atau di perineum, maka terdapat scrotum bifida
dimana ada lekukan yang tak berambut. Raphe penis yang biasanya terdapat di bagian
tengah akan berpindah tempat ke salah satu sisi sesuai dengan adanya torsi dari kulit
penis. 1
Kadang-kadang terdapat saluran urethrae yang buntu di bagian distal dari meatus.
hipospadia. Sering kali scrotum letaknya lebih ke anterior dari basis penis (engulfment).
Selain itu, kadang-kadang ditemukan penis yang kecil (mikropenis) sehingga pada
2
keadaan seperti ini diperlukan pemeriksaan kromatin seks untuk identifikasi jenis
kelamin. 1
Jenis kelamin pada embrio ditentukan pada saat konsepsi oleh kromosom pada
membentuk XY (laki-laki).
Pada embrio berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan, yaitu ektoderm dan
Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail
yang disebut genital tubercle. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan yang
mana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold.
Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Ini
adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanita akan
menjadi klitoris. 1
Jika terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital tubercle tidak terbentuk,
sehingga penis juga tidak terbentuk. Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu
membrana urogenitalia akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu sepasang lipatan
yang disebut genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus urogenital. Apabila genital
fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan timbul hipospadia. Selama
periode ini juga, terbentuk genital swelling di bagian lateral kiri dan kanan. Hipospadia
3
yang terberat yaitu jenis penoscrotal, scrotal dan perianal, terjadi karena kegagalan
Diferensiasi seksual dan perkembangan urethrae mulai dalam uterus pada kira-
kira minggu 8 dan lengkap pada minggu 15. urethrae dibentuk melalui fusi lipatan
kanalisasi suatu korda ektodermal yang telah tumbuh sepanjang glans untuk
menghubungkan dengan lipatan urethrae yang mengalami fusi. Hipospadia terjadi ketika
D. Etiologi
dan lingkungan. 4
I. Faktor genetik
8 kali lipat pada kembar monozigot berbanding kelahiran tunggal. Temuan ini
androgen mungkin dapat menyebabkan hipospadia. Pada tahun 1997, laporan oleh
Anderson dkk mengatakan bahwa 60% laki-laki dengan hipospadia ringan dan
4
testikular. Mutasi pada enzim 5-alfa reduktase yang merubah testosteron (T)
hipospadia. Pada 1999 suatu laporan oleh Silver dkk menemukan bahwa 10%
protokol IVF. Progesteron adalah substrat untuk 5-alfa reduktase dan bertindak
pestisida dalam sayuran dan buah-buahan, dalam susu sapi yang hamil, lapisan
E. Klasifikasi
hipospadia, yaitu: 4
5
5. Penile : Meatus pada 1/3 tengah dan proksimal penis
Dilihat dari letah muara urethrae yang tidak normal tersebut, hipospadia dibagi
menjadi 3 bagian besar yaitu anterior, middle dan posterior. Hipospadia anterior
merupakan tipe glandula karena muaranya dekat dengan ujung penis. Tipe anterior
sendiri terbagi atas glanular, coronal, atau subcoronal. Untuk tipe middle hipospadia,
terdiri atas distal penile, proximal penile dan penoscrotal. Adapun untuk tipe posterior
F. Gejala Klinik
Bayi baru lahir dan anak-anak jarang mengeluhkan gejala yang berhubungan
dengan hipospadia, tapi anak yang lebih besar dan orang dewasa akan mengeluhkan
6
Hipospadia perineal dan penoscrotal mengharuskan kencing dalam posisi duduk
dan bentuk proksimal dari hipospadia ini pada orang dewasa dapat menyebabkan
infertilitas. 2
adanya kulit depan bagian ventral. Meatus hipospadia bisa saja mengalami stenosis dan
G. Diagnosis
hipospadia, yaitu: 3
1. Meatus urethrae eksternus terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
7
H. Penatalaksanaan
menjadi lurus dengan meatus di tempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran
kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal, prosedur operasi
satu tahap pada usia dini dengan komplikasi yang minimal.meskipun pada kepustakaan
disebutkan ada lebih dari 200 teknik operasi untuk hipospadia tapi yang paling populer
adalah teknik dari Thiersch-Duplay (Byars), Dennis Brown, Cecil Culp dan lain-lain.
Pada semua teknim operasi tersebut pada tahap pertama dilakukan eksisi dari chordae.
Penutupan luka operasi dilakukan dengan menggunakan preputium bagian dorsal dari
kulit penis. 1
Tahapan pertama ini dilakukan pada usia 1 ½ - 2 tahun bila ukuran penis sesuai
untuk usianya. Setelah eksisi chordae, maka penis akan menjadi lurus, tapi meatus
pertama. Pada tahap ini dibuat insisi pada tiap sisi urethrae sampai ke glans, lalu
dibuat pipa dari kulit di bagian tengah ini untuk membentuk urathrae. Setelah
8
urethrae terbentuk, luka operasi ditutup dengan flap dari kulit preputium di bagian
lateral yang ditarik ke ventral dan dipertemukan pada garis median. 1,3
teknik 3 tahap dimana pada tahap kedua, penis dilekatkan pada scrotum. Baru pada
tahap ke-3 dilakukan pemisahan penis dan scrotum. Pada tahun 1959, Harton dan
satu tahap ini dilakukan pada anak yang lebih besar dengan penis yang sudah cukup
Waktu Operasi
Usia minimal yang ideal untuk melakukan operasi hipospadia adalah 6 bulan dan
belum pernah di khitan. Karena untuk hipospadia tipe berat, diperlukan kulit preputium
operasi ini juga sangat tergantung pada tipe hipospadia, proses operasi dan perawatn
pasca-operasi.
Sebelum tahun 1980, operasi hipospadia dilakukan pada anak-anak di atas 3 tahun
dengan pertimbangan memudahkan operasi. Namun saat ini banyak yang menganjurkan
Operasi koreksi sebaiknya dikerjakan pada usia prasekolah. Pada bayi dilakukan
chordectomi untuk meluruskan penis. Pada usia 2-4 tahun dilakukan tahap kedua yang
terdiri dari rekonstruksi urethrae. Neo-urethrae biasanya dibuat dari kulit preputium,
penis dan scrotum. Karena kulit preputium merupakan bahan yang terbaik untuk
9
urethroplasy, maka tidak dianjurkan sirkumsisi pada hipospadia, agar kulit preputium
Dari berbagi studi menunjukkan usia pasien untuk rekontruksi hipospadia antara
3-15 bulan
Pada hipospadia yang ringan tidak menimbulkan gejala terutama pada bayi baru
lahir dan usia muda. Jika tidak ditangani dengan cepat, maka pada usia dewasa mungkin
Tindakan Pembedahan
yang wajar. Letak meatus pada urethrae yang paling distal sewaktu ereksi batang penis
harus lurus, berukuran wajar dan bebas dari obstruksi pada urethrae bagian proksimal.
Dari kepustakaan, lehid dari 150 metode pembedahan yang pernah dikemukakan dan ini
10
menunjukkan betapa sulitnya pengelolaan hipospadia dan tidak ada satupun metode yang
paling baik. Hal ini perlu diberi penjelasan kepada orang tua atau kalau penderita dewasa,
setiap satu pembedahan. Kesan bahwa dengan tindakan bedah plastik akan ”normal
secara sempurna” harus dihilangkan dulu dari pikiran orang tua atau penderita sendiri dan
kemungkinan adanya penyulit operasi harus diterangkan dengan jelas, seperti fistula
(terbanyak), striktura (di tempat proksimal uerthrae yang dianastomosis) dan chordae
residif. Jika timbul penyulit seperti fistula tentu kemungkinan memerlukan tidakan
pembedahan beriukutnya yang lebih besar. Karena adanya kemungkinan tahapan operasi
dengan selisih waktu minimal 6 bulan, maka anjuran pembedahan secara ideal dapat
dimulai sejak usia 2 tahun. Seandainya timbul penyulit, dalam usia sebelum masuk
Dari berbagai metode ini pada umumnya tindakan dilakukan dengan dasar 2
tahap:
dalam satu tahap. Di medan, sejak tahun 1977 lebih banyak dilakukan dalam metode satu
fungsi dan bentuk estetik serta pancaran air kemih yang baik. Kalau dalam pembedahan
satu tahap berhasil baik, ini sangat menyenangkan ahli bedah dan orang tua atau
penderita, namun jika memang timbul penyulit dapat diperbaiki sebagai tahap kedua.
11
Kerugiannya adalah waktu pembedahan berlangsung lama (2-3 jam) yang memerlukan
Teknik Operasi
Merupakan teknik operasi sederhana yang sering dapat digunakan, terutama untuk
hipospadia tipe distal. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan
yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk
tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka
one stage urethroplasty tidak dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal sering kali
diikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans
yang bengkok ke arah ventral (bawah) dengan dorsal skin hood dan propenil bifid
scrotum atau sisa kulit yang sulit ditarik pada saat dilakukan operasi pembuatan
Tahap pertama dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus nantinya
letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak normal), memobilisasi kulit dan
teknik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai
12
Dikutip dari kepustakaan no.6
hipospadia, yaitu : 6
1. Tipe Glanular
2. Tipe Distal
Dapat digunakan Y-V Modified Mathieu atau Tubularized Incised Plate (TIP).
13
3. Tipe Proksimal
Dapat digunakan Lateral Based (LB) Flap, Onlay Island Flap, TIP atau reparasi dua
ujung glans dengan menggunakan benang vicryl 6.0, sehingga terbentuk lubang baru.
-
Menjahit. 6
14
-
Teknik operasi ini digunakan pada hipospadia glanular dengan meatus urathrae
yang bisa dimobilisasi sehingga bisa ditarik ke ujung glans. Jika meatus tidak bisa
terpancar ke bawah.
Langkah-langkah Glanuloplasty :
-
Dengan cara melebarkan bagian tepi meatus ke arah depan dan memutar sayap
glanular yang pipih ke atas dan ke arah vantal berbentuk kon. Adalah penting untuk
15
memastikan jaringan glans berada dalam dua lapisan bersama penutupan yang dalam
Teknik operasi ini didasari oleh perkiraan bahwa insisi garis tengah ke dalam plat
urethrae bisa diluaskan unuk urethroplasty tanpa tarikan. Banyak yang melaporkan
persimpangan penoscrotal.
-
Plat urethrae dipisahkan dari sayap glans dengan insisi pararel sepanjang
persimpangan tersebut.
-
Torniket dilakukan di ujung penis agar memberikan visualisasi yang lebih baik pada
dengan ujung plat urethrae. Insisi tidak boleh sampai ujung glans. Kedalaman insisi
16
Onlay Island Flap
Teknik operasi ini sesuai pada hipospadia tipe proksimal tanpa chordae yang
meatus.
-
Insisi vertikal dibiarkan terbuka untuk epitelisasi sekunder.
-
Insisi subkoronal dibuat di sekeliling galans dan dilajutkan ke salah satu sisi plat
urathrae pada persimpangan dengan kulit ventral yang normal. Kemudian ke atas
pedikel. 6
17
-
Komplikasi pada hipospadia terbagia atas dua, komplikasi dini yang terdiri dari
infeksi, fistula, hematom, dehisensi luka atau luka robek lagi, komplikasi lanjut berupa
ditemukan, yaitu : 5
Edema terjadi akibat reaksi jaringan, beratnya dapat bervariasi, juga terbentuknya
hamatoma atau kumpulan darah di bawah kulit, yang biasanya di cegah dengan balut
18
2. Fistula Urethrokutan
Merupakan komplikasi tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk menilai
keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap ini angka kejadian yang dapat
3. Striktur
Terjadi pada pembentukan neo-urethrae yang terlalu lebar, atau adanya stenosis
4. Divertikulum
Terjadi pada pembentukan neourethrae yang terlalu besar, atau adanya stenosis meatal
Terjadi akibat dari rilis korda yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi
artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis
Dapat mengakibatkan infeksi saluran kecing yang berulang atau pembentukan batu
I. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi yang terjadi : 13
19
1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah
dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai
parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat
ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% .
3. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
J. Prognosis
Secara umum hasil fungsional dari operasi satu tahap lebih baik dibandingkan
dengan operasi dua tahap karena insiden terjadinya fistula atau stenosis lebih sedikit, dan
lamanya perawatan di rumah sakit lebih singkat dan prognosisnya baik. 15
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Reksoprodjo S. Hipospadia. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu
2. Tenagho EA. Aninch JW. Disorder of The Penis&Male Urethrae. In: Smith’s
3. Hage JJ. Reconstruction of The Penis. In: Grabb&Smith’s Plastic Surgery. 6th
4. Grumbach MM, Hughes IA, Conte FA. Disorder of Sex Differentiation. In:
Philadelphia. 2003:961-2.
2008
21