Anda di halaman 1dari 15

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Teori tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

bebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

merubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana sudjana,

2000:28)

Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah

proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008 : 154) “Belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman,

belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan

binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya,

berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas,

di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan Sebelumnya”.


9

Menurut Sardiman (1990 : 22-23) pengertian belajar yaitu :

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik

menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Yang berarti menyangkut unsur

cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian dalam

arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku baik fisik maupun psikis dari pengalamannya

dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2. Teori tentang Belajar

Beberapa teori tentang belajar pada mulanya teori dan belajar

dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada

manusia di sekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka

beranggapan bahwa hasil percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar

mengajar untuk manusia.

Dalam hal ini secara global ada tiga teori yakni :

a) Teori belajar menurut ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri bermacam macam daya masing

masing daya dapat dilatih dalam rangka memenuhi fungsinya. Contohnya

daya ingat.
10

b) Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-

bagian unsur belajar bermula dari pengamatan.

c) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi.

Bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari perjumlahan / bagian-

bagian.

2.2. Pengertian Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,

“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan”.

Menurut Johnson dan Mykiebust (1967: 244) Matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan

berpikir.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

matematika adalah ilmu pengetahuan eksak tentang pola keteraturan, terstruktur

yang logis, terorganisasikan secara sistematik mulai dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan

akhirnya ke dalil.
11

2.3. Pembelajaran Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:3) bahwa matematika adalah sebagai ilmu

mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan, pola maupun bentuk, dapat

dikatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), stuktur dan

hubungan dengan konsep-konsep abstrak.

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang

luas yaitu: aritmatika, aljabar, geometri, dan analisa (analysis). Selain itu

matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak

tergantung bidang lain, bahasa dan agar dipahami orang dengan tepat harus

menggunakan simbol dan istilah yang cermat disepakati secara bermakna. Ilmu

deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi

(induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.

Ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang stuktur yang terorganisai mulai dari unsur

yang tidak didefinisikan keaksioma/postulat dan akhirnya ke dalil.

Matematika tersusun secara hierarkis yang satu dengan yang lain berkaitan

erat. Konsep-konsep matematika pada tingkat lebih tinggi tidak mungkin lebih

dipahami, sebelum memahami konsep sebelumnya dengan baik. Ini berarti bahwa

belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus

didasarkan kepada pengalaman belajar yang terdahulu. Seseorang akan lebih

mudah mempelajari suatu materi yang baru bila didasarkan kepada pengetahuan

yang telah diketahui dan dipahami.


12

Tujuan belajar matematika itu sendiri adalah sesuatu yang ingin dicapai

setelah proses belajar mengajar matematika berlangsung dengan baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan belajar matematika jangka pendek

yaitu dikuasainya sejumlah materi yang telah dipelajarinya, sedangkan tujuan

belajar matematika jangka panjang adalah berkenaan dengan penggunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan penghargaan terhadap matematika

itu sendiri sebagai ilmu struktur yang abstrak.

2.4. Kemampuan Berpikir Kritis

1. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila

mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang dipecahkan. Menjadi

seorang pemikir juga meliputi pengembangan sikap-sikap tertentu seperti

keinginan untuk bernalar, ditantang, dan hasrat untuk mencari kebenaran.

Menurut Dede Rosyada (2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain

adalah kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat

sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Selanjutnya Alec

Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interprestasi dan evaluasi

yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan

argumentasi.

Selanjutnya Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir

kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini
13

adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat

yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir

nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai

tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan

pada pendapat yang diketahui.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian

kemampuan berpikir kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus

dibangun pada siswa sehingga menjadi suatu watak atau kepribadian yang terpatri

dalam kehidupan siswa untuk memecahkan segala persoalan hidupnya dengan

cara mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu untuk

mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu

mengemukakan pendapat dengan cara yang terorganisasi.

Menurut Ennis (1985) dalam Muhfahroyin (2009) terdapat dua belas

indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima aspek, seperti pada tabel

2.1 berikut :
14

Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis

Indikator Kecakapan Berpikir


No Aspek Berpikir Kritis
Kritis
 Memfokuskan pertanyaan
 Menganalisis pertanyaan
1 Memberikan penjelasan sederhana  Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Membangun keterampilan dasar
 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
 Menginduksi dan
3 Menyimpulkan
mempertimbangkan hasil
induksi
 Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
 Mendefinisikan dan menilai
4 Memberikan penjelasan lanjut definisi
 Mengidentifikasi asumsi
 Menentukan suatu tindakan
5 Mengatur strategi dan taktik  Memadukan kecenderungan
dan kemampuan dalam
membuat keputusan
*Sumber: Ennis (1985) dalam Muhfahroyin (2009)

2. Strategi Pembelajaran Berpikir Kritis

Strategi pengajaran berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan dengan cara

memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan keterampilan

berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus

yang ada pada lingkungan pada pokok bahasan materi. Setelah pembelajaran

pendahuluan, siswa diberikan kasus serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
15

beserta alasan sebagai penugasan. Hasilnya menunjukan siswa pada program

tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal

latihan sehingga memotivasi siswa untuk belajar.

Menurut Gunawan (2003:177-178) menyatakan bahwa keterampilan

berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan

menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian

berpikir induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat

terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan

memperhitungkan data yang relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif

melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis

silogisme dan membedakan fakta dan opini. Keahlian berpikir kritis lainnya

adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi , membandingkan dan

mempertentangkan.Sementara itu Rahmat (2010:1) mengemukakan berpikir kritis

(critical thinking) sinonim dengan pengambilan keputusan (decision

making),perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific

process), dan pemecahan masalah (problem solving).

2.5. Hasil Belajar

Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang

dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan

pedidikan yang ditetapkan. Menurut Hamalik (2005:159) bahwa hasil belajar

menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan

indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.Menurut Nasution


16

(2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar

dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.Sedangkan

menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai

memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar tiga arah yakni, ranah

kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor (Ratumanan, 2002: 20).

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

6 aspek yaitu :

a) Tipe hasil belajar pengetahuan termaksud kognitif tingkat rendah

namun, tipe ini menjadi persyaratan bagi tipe hasil belajar berikutnya.

b) Tipe hasil belajar pemahaman adalah tipe belajar yang lebih tinggi dari

pengetahuan yaitu pemahaman misalnya menjelaskan dengan susunan

kalimatnya sendiri dari sesuatu yang dibaca atau didengar.

c) Tipe hasil belajar aplikasi adalah tipe aplikasi penggunaan abstraksi

pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin


17

berupa ide, teori, atau petunjuk teknis, merupakan abstraksi kedalam

situasi baru disebut aplikasi.

d) Tipe belajar analisis adalah usaha memiliki suatu integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga jelas hirarkinya, dan atau

susunannya, analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang

memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

e) Tipe hasil belajar sintesis adalah pengetahuan unsur-unsur atau bagian -

bagian ke dalam bentuk-bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berikut

berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir aplikasi dapat dipandang

sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari pada

berpikir divergen. Berpikir sintesis satu terminal untuk menjadi orang

lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak

dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan,

dan menciptakan sesuatu.

f) hasil belajar evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu

yang mungkin dilihat dari segi tuujuan, gagasan, cara berkerja,

pemecahan, metode materi, dan lain-lain.

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa

sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang tidak memiliki

penguasaan kognitif tingkat tinggi. Sikap-sikap tersebut diharapkan selalu

dikembangkan didalam proses pembelajaran , sebagai suatu efek pengiring

(nurturant effect). Sikap-sikap tersebut tidak diajarkan secara khusus sebagai


18

suatu materi pembelajaran. Artinya, seorang guru tidak perlu secara khusus

mengajari peserta didik tentang sikap jujur, tanggung jawab, dan sikap-sikap

lainnya (Kosasih, 2014: 18).

3. Ranah psikomotor

Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan atau skill, dan

kemampuan bertindak individu. Keterampilan tersebut dapat diasah jika sering

melakukan perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan,

jarak,cara/teknik pelaksanaannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Anni,2005: 11)

sebagai berikut:

 Faktor internal

Faktor internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan. Kondisi psikis

seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial seperti

kemampuan bersosalisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas

kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan,

proses dan hasil belajar.

 Faktor eksternal antara lain kesulitan materi yang dipelajari, tempat

belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat. Faktor

eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan proses dan hasil belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan seseorang dalam memahami suatu materi yang telah diajarkan oleh

guru. Dalam penelitian ini akan dilihat adalah hasil belajar siswa pada materi

logika matematika dengan menggunakan metode problem based instruction.


19

2.6. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Matematika sekolah berkembang seiring perkembangan zaman yang

semakin modern maka belajar matematika sekarang ini dituntut tidak hanya

sekedar belajar menghafal rumus saja, akan tetapi belajar bagaimana memperoleh

rumus tersebut dan menggunakannya bagi kehidupan sehari-hari atau yang biasa

disebut belajar mengkonstruksi pengetahuan. Saat ini banyak model pembelajaran

yang dikembangkan untuk tujuan memperoleh konstruksi pengetahuan, salah

satunya adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).

Problem Based Instruction merupakan suatu pendekatan yang efektif

untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa

untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini

cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Menurut Arends (1997:56), “Inti pembelajaran Problem Based Instruction

(PBI) adalah menyajikan masalah yang otentik dan penuh arti kepada siswa, yang

dapat dijadikan sebagai papan loncatan untuk melakukan investigasi dan

penemuan”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah model mengajar

yang menyajikan masalah sebagai pengetahuan pada siswa sehingga siswa

termotivasi untuk menyelidiki dan menemukan solusi dari masalah tesebut.

Sintaks pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah sebagai

berikut :
20

Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terdiri dari 5 langkah

utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah

dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah

tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

FASE-FASE TINGKAH LAKU GURU


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Fase 1 menjelaskan logistic yang dibutuhkan,
Orientasi siswa kepada masalah memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih
Guru membantu siswa mendefinisikan
Fase 2 dan mengorganisasikan tugas belajar
Mengorganisasikan siswa untuk belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Guru mendorong siswa untuk
Fase 3 mengumpulkan informasi yang sesuai,
Membimbing penyelidikan individu melaksanakan eksperimen, untuk
maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam
Fase 4 merencanakan dan menyiapkan karya
Mengembangkan dan menyajikan hasil yang sesuai seperti laporan, video, dan
karya model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya
Guru membantu siswa untuk
Fase 5 melakukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis dan mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dan
pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan

(http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/04/model-pembelajaran-Problem-

based-instruction/)

Uraian diatas memperlihatkan bahwa model pembelajaran Problem Based

Instruction (PBI) menuntut siswa aktif belajar mandiri bersama kelompoknya

dalam mengkonstruksi atau menemukan pengetahuan dengan pola pikir deduktif.


21

Pengetahuan yang dimaksud adalah jawaban dari masalah yang disajikan guru

dimana siswa sendiri yang aktif memecahkan masalahnya.

Kegiatan guru adalah menyajikan masalah sesuai dengan tujuan

pengajaran yang ada, mendorong siswa belajar aktif dan memberi fasilitas yang

memudahkan siswa dalam menjawab masalah tersebut serta pada akhir

pembelajaran guru memberi kesimpulan atau pemecahan masalah yang paling

benar berorientasi pada aktivitas belajar siswa yang terkontrol oleh guru. Tugas-

tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas, bukan menyajikan

tugas-tugas pelajaran. Sedangkn macam-macam kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa adalah yang dapat mengasah daya pikir sehingga pengetahuan siswa

dapat bertahan lebih lama, dan dapat mengisi kejenuhan belajar siswa selama ini.

1. Keunggulan Model Pembelajaran Problem based instruction

a) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-

benar diserap dengan baik

b) Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

c) Dapat memperoleh dari berbagai sumber

d) Siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar

e) Siswa lebih memahami konsep matematika yang diajarkan sebab mereka

sendiri yang menemukan konsep tersebut

f) Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi

g) Pembelajaran lebih bermakna


22

h) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah

yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari

i) Menjadi siswa lebih mandiri

j) Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima

pendapat orang lain

k) Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan

pendapat

2. Kelemahan Model Pembelajaran Problem based instruction

a) Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai

b) Membutuhkan banyak waktu dan dana

c) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

d) Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan metode ini

e) Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti tempat duduk siswa yang

terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll

f) Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang

g) Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30

siswa perkelas

Anda mungkin juga menyukai