Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Matakuliah Apek Perilaku dalam
Akuntansi
DODDY PRIMAYUDIA
120620170009
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MAGISTER AKUNTANSI
2018
1. Latar Belakang
Pembuatan atau penyusunan anggaran adalah suatu tugas teknis yang dapat dilakukan
manusia. Perilaku manusia menjadi aspek penting pada saat penyusunan anggaran. Anggaran
akan menjadi panduan atau batasan bagi manusia tentang apa saja yang dapat mereka
belanjakan dan seberapa banyak yang dapat mereka habiskan. Anggaran dapat dijadikan
standar dalam mengukur kinerja manajemen pada suatu organisasi, kinerja yang baik adalah
ketika anggaran yang disusun manajemen hampir mendekati batas atau pas dengan anggaran
yang telah disusun sebelumnya. Terkadang, orang awam akan berpikir bahwa ketika total
belanja yang mereka habiskan masih jauh dari batas angka anggaran adalah pertanda baik,
namun sebenarnya ini adalah kesalahan besar karena pihak manajemen yang menyusun
anggaran tidak dapat mencapai target dari anggaran yang telah disusun. Karena permasalahan
inilah orang seringkali membenci proses penyusunan anggaran, bahkan ada pihak-pihak
tertentu yang mencoba untuk menyabotase anggaran untuk kepentingan pribadinya.
Budgeting atau anggaran, merupakan suatu panduan atas tindakan yang harus dilakukan
organisasi dalam bentuk keuangan yang disusun oleh pihak manajemen organisasi tersebut.
Anggaran ini biasanya bersifat jangka pendek atau tidak lebih dari satu tahun. Salah satu tujuan
perusahaan tentu saja adalah untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya, maka dari itu,
seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan ini harus benar-benar disusun dan disesuaikan
agar dapat memberikan dampak yang maksimal.
Sebagai contoh, perusahaan ABC adalah suatu perusahaan otomotif yang baru saja
didirikan dan sedang berkembang. Maka, anggaran yang tepat adalah tentang bagaimana
perusahaan ABC memberikan dana yang tepat untuk membiayai iklan dan mempromosikan
produknya. Perusahaan ABC juga harus memperhatikan biaya gaji karyawan agar mereka
termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik dalam rangka meningkatkan pendapatan
perusahaan.
Anggaran memiliki enam fungsi, yaitu:
Dalam proses penyusunan anggaran, terdapat tiga hal penting yaitu penetapan atau
penentuan tujuan, pelaksanaan, serta kontrol dan evaluasi kinerja. Untuk mengembangkan
anggaran, pada saat penyusunannya, anggaran harus melewati langkah-langkah tertentu yaitu:
1. Manajemen puncak atau top management harus bisa memutuskan tujuan jangka
pendek perusahaan, serta strategi apa yang akan digunakan agar tujuan tersebut
dapat tercapai.
2. Kemudian, setelah tujuan ditetapkan, manajemen akan mengalokasikan sumberdaya-
sumberdaya untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Anggaran kemudian akan dipersiapkan, dan berikutnya akan disetujui oleh manajemen
puncak.
4. Pada tahap terakhir, anggaran akan digunakan oleh organisasi untuk mengontrol biaya
dan menentukan permasalahan yang ada pada organisasi. Hal ini dilakukan dengan
cara membandingkan kinerja yang sebenarnya terjadi dengan anggaran yang telah
ditetapkan secara berkala.
Pada organisasi tertentu, manajer dan karyawan level bawah biasanya akan
diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran. Hal ini akan membantu mereka untuk
meningkatkan interaksi antar divisi, meningkatkan kerjasama, dan membantu mereka
dalam memahami tujuan organisasi serta bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai.
Partisipasi ini juga akan membuat manajemen dan karyawan level bawah merasa dihargai
jika aspirasinya diterima, dan akan menjadi insentif bagi mereka.
Pada kebanyakan kasus, informasi penting bagi suatu organisasi juga berasal dari
level paling bawah ketika karyawan berinteraksi secara langsung dengan konsumen.
Karyawan level bawah juga seringkali tidak tahu dengan apa yang menjadi tujuan
organisasi dimana mereka bekerja, dan mereka juga terkesaan acuh tak acuh dan tidak
termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik mereka.
Komunikasi, kerjasama, dan koordinasi adalah kunci keberhasilan pada tahap ini.
Manajemen puncak harus bisa memberikan pemahaman secara mendetil dan rinci
kepada tiap divisi yang ada pada organisasi, dan manajer divisi juga harus memberikan
pemahaman hingga pada karyawan level terbawah. Seperti yang dijelaskan pada poin
sebelumnya, seluruh pihak yang ada pada suatu organisasi haruslah paham dengan apa
yang menjadi tujuan organisasinya agar tujuan dapat tercapai.
Jika kita tadi sudah membahas tentang apa yang menjadi fungsi anggaran, yaitu sebagai
penentu tujuan (goal setting), pengendalian (control), dan mekanisme evaluasi kinerja, maka
sekarang kita akan membahas tentang disfungsi atau bisa disebut dengan dampak negatif dari
adanya anggaran. Hal-hal ini antara lain:
4.1. Distrust
Anggaran terdiri dari beberapa tujuan tertentu pada suatu organisasi, misalnya
untuk memaksimalkan profit, menekan biaya produksi, atau meningkatkan citra suatu
organisasi. Menurut beberapa ahli, anggaran dapat memberikan tekanan yang akan
menciptakan dampak negatif yaitu ketidakpercayaan, pertentangan, dan berakibat
menolak untuk berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut. Alasan munculnya
ketidakpercayaan antara lain:
Anggaran membutuhkan interaksi antar beberapa orang lintas divisi yang memiliki
perbedaan kepentingan disuatu organisasi. Dalam proses penyusunan anggaran,
beberapa orang atau divisi akan mengalami perbedaan pendapat yang akan
menyebabkan timbulnya konflik internal. Konflik juga dapat timbul dari laporan kinerja
yang akan evaluasi dan dibandingkan antar satu departemen dan departemen lainnya.
Konflik internal ini kemudian akan menciptakan situasi kompetitif dan persaingan
antar divisi walaupun sebenarnya secara keseluruhan tujuan mereka sebagai suatu
organisasi adalah sama. Konflik ini akan menyebabkan individu untuk terfokus dan
mementingkan kepentingan pribadi dan divisinya daripada kepentingan organisasinya
secara keseluruhan. Ketika konflik terjadi, penetapan tujuan saat proses penyusunan
anggaran akan terganggu bahkan yang lebih buruk lagi, proses penyusunan anggaran
dapat terhenti dan membutuhkan lebih banyak waktu. Adanya konflik internal ini akan
mengurangi kerjasama dan kekompakan divisi didalam suatu organisasi. Manajemen
harus bisa mengidentifikasi dan mengenali apa yang menjadi penyebab konflik ini.
Kemudian, berusaha menghentikan konflik yang terjadi dan mengembalikan hubungan
yang harmonis dan produktif antar divisi.
Tekanan anggaran akan lebih parah bagi supervisor yang dituntut untuk mencapai
tujuan tertentu. Karena supervisor seringkali tidak dapat membagi tanggungjawab ke
bawahannya, mereka secara terpaksa mengambil langkah disfungsional, salah satu
langkah ini addalah dengan merubah proses penghitungan. Dampak negatif lainnya yang
mungkin muncul adalah tekanan pada kinerja departemen, dan tidak adanya tekanan
pada kinerja organisasi secara keseluruhan.
Manajemen dan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih akan cenderung untuk
bekerjasama dalam penyusunan anggaran. Tanpa adanya edukasi mengenai anggaran
mungkin kerjasama ini susah untuk terjalin. Seberapa hebat dan canggihnya teknik
penganggaran akan terkesan sia-sia jika permasalahan tidak dapat diidentifikasi dan
diselesaikan dengan benar.
Sebelum kita bisa menjelaskan secara harfiah konsep ilmu keperilakuan yang
berdampak dari perencanaan dan penyusunan anggaran, penting bagi kita untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan variasi pada lingkungan perencanaan atau
planning environment. Lingkungan perencanaan memiliki arti sebagai suatu struktur,
proses, dan motif interaksi didalam tempat kerja.
Suatu ukuran dan struktur, gaya kepemimpinan, jenis sistem pengendalian, dan
stabilitas lingkungan pada organisasi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja dimana perencanaan sedang terjadi. Kemudian, di lingkungan tersebut,
tindakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen puncak akan mengakibatkan perilaku
dan hasil anggaran yang menguntungkan, begitu pula sebaliknya.
Ukuran dan struktur suatu organisasi akan mempengaruhi perilaku manusia dan
motif interaksi dalam perumusan tujuan, implementasi, dan tahap kontrol serta evaluasi
dari suatu proses perencanaan. Ukuran organisasional akan mempengaruhi struktur
organisasional.
Planning environment juga dipengaruhi oleh tingkat otonomi atau hak istimewa
pengambilan keputusan yang diizinkan untuk diambil oleh subdivisi atau manajer level
bawah. Aspek struktur organisasional ini biasanya diaplikasikan pada perusahaan yang
menggunakan sistem desentralisasi.
Jadi dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajer yang agresif
seringkali menggunakan anggaran sebagai senjata. Sedangkan pemimpin yang
demokratis akan menggunakan anggaran sebagai alat motivasi dan komunikasi.
Pada saat tahap penetapan tujuan, manajemen puncak memiliki tugas penting
untuk memberikan ukuran dan tujuan yang jelas kepada seluruh organisasi dan
subdivisinya. Seluruh anggota yang ada didalam suatu organisasi memiliki peran penting
dalam menentukan tujuan dan mencapainya, maka dari itulah dibutuhkan kekompakan,
keharmonisan, dan koordinasi antara satu dan lainnya.
1. Goal Congruence
Goal congruence atau keselarasan tujuan terjadi ketika individu didalam suatu
organisasi memiliki kesamaan tujuan, mereka merasa bahwa kepuasan atau
tujuan mereka akan tercapai jika tujuan dari organisasi tempat mereka bekerja
juga tercapai.
Jika keselarasan tujuan antara individu dan organisasi tidak tercapai, akan timbul
berbagai macam masalah seperti timbulnya sifat persaingan. Untuk mendapatkan
keselarasan tujuan ini, manajemen mungkin bisa menggunakan insentif seperti
misalnya imbalan jika karyawan mencapai kinerja yang ditargetkan.
2. Partisipasi
Participation atau partisipasi adalah ketika organisasi mengikutsertakan
manajemen tingkat menengah dan bawah untuk ikut membuat keputusan yang
akan digunakan sebagai penetapan sasaran operasional dan sasaran kinerja. Dari
banyak penelitian yang dilakukan, partisipasi memberikan pengaruh yang positif
terhadap tingkah laku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi,
dan meningkatkan kerjasama antar manajer.
Beberapa tolak ukur mungkin dapat digunakan untuk menentukan seberapa
banyak pihak yang akan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Misalnya,
depth atau kedalaman (siapa yang harus berpartisipasi), scope atau cakupan
(keputusan seperti apa yang mereka harus ikuti), dan weight atau berat (tingkat
kekuatan partisipan dalam keputusan akhir). Dengan menggunakan tolak ukur ini,
manajemen puncak akan tahu siapa saja yang layak untuk diikutsertakan, apakah
harus manajemen puncak saja, atau hingga wakil dari karyawan tingkat bawah.
Agar partisipasi lebih efektif, partisipan harus memberikan input nyata terhadap
keputusan yang mereka buat, dan mereka juga harus sadar bahwa mereka
bertanggungjawab atas hasil yang akan dicapai nantinya.
3. Manfaat Partisipasi
Salah satu keuntungan menggunakan partisipasi adalah partisipan akan merasa
dihargai dan terlibat secara ego, bukan hanya dilibatkan dalam mengerjakan tugas
saja. Partisipasi akan meningkatkan moral dan inisiatif pada seluruh lapisan
manajemen. Partisipasi juga akan meningkatkan kekompakan, yang akan
menyebabkan meningkatnya kerjasama untuk mencapai target atau tujuan.
Partisipasi juga dapat mengurangi perasaan tertekan dan kegelisahan. Ini
dikarenakan orang yang berpartisipasi dalam menetapkan tujuan paham bahwa
tujuan yang mereka tuju masuk akal dan dapat tercapai.
4. Batasan dan Masalah dari Partisipasi
Proses partisipasi akan memberikan manajer kekuatan untuk menetapkan konten
atau isi-isi anggaran mereka. Sebagai contoh, manajer akan menciptakan yang
dinamakan dengan ”organizational slack” pada anggaran mereka, organizational
slack adalah perbedaan antara sumberdaya yang sebenarnya diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, dan jumlah sumberdaya yang mereka tetapkan. Manajer
akan menciptakan slack dengan cara merendahkan pendapatan, memperbesar
biaya, dan memperbesar biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
produk. Mereka melakukan ini agar adanya margin aman dalam mencapai tujuan
yang dianggarkan.
1. Mengkomunikasikan Anggaran
Controller atau pengendali rencana bertanggungjawab untuk implementasi
anggaran yang telah disusun. anggaran harus diinformasikan keseluruh lapisan
organisasi, bahkan hingga yang terendah. Dalam mengkomunikasikannya, akan
timbul berbagai masalah seperti ketidakpahaman individu karena latar belakang
edukasi dan pelatihan yang berbeda. Pengendali harus bisa menerjemahkan
anggaran ini agar mudah dipahami, dan akan lebih efektif jika mereka yang kurang
paham diajari dan dijelaskan secara langsung.
2. Kerjasama dan Koordinasi
Implementasi anggaran yang sukses membutuhkan kerjasama berbagai macam
individu dengan keahlian yang berbeda-beda. Direktur perencanaan harus bisa
mendeteksi jika ada kemungkinan yang akan memecah kerjasama antar divisi.
Kerjasama dan koordinasi adalah suatu seni yang secara efektif
mengkombinasikan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh suatu organisasi, baik
itu sumberdaya berupa finansial, maupun non finansial seperti tenaga kerja.
1. Laporan Kinerja
Terdapat berbagai cara untuk mengendalikan biaya dan menjaga agar karyawan
termotivasi untuk mencapai sasaran, salah satunya adalah dengan menyusun dan
menyiapkan laporan kinerja dalam periode tertentu, paling tidak sebulan sekali.
Laporan kinerja juga dapat mengurangi tekanan dan kegelisahan, karena mereka
dapat memantau sudah sejauh apa kinerja yang mereka berikan selama ini untuk
mencapai sasaran atau tujuan.