BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.2.2 Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Profil teknis GI Koto Panjang secara umum memiliki 10 bay, yaitu Bay
PLTA 1, bay PLTA 2, Bay PLTA 3, bay payakumbuh 1, bay payakumbuh 2, bay
bangkinang, bay pekanbaru, bay trafo daya 1, bay trafo daya 2, bay couple bus. GI
Koto Panjang menggunakan sistem 2 bus kopel untuk meningkatkan kehandalan,
mempermudah dalam maneuver beban saat pemeliharaan dan lain-lain. GI Koto
Panjang memiliki 4 penyulang, diantaranya penyulang Pangkalan, Muara Takus,
Tandun dan Ekspres Tandun. GI Koto Panjang mendapatkan sumber tegangan dari
GI payakumbuh dan PLTA Koto Panjang.
8
BAB III
DASAR TEORI
Arus gangguan hubung singkat satu fasa ketanah dapat didefinisikan sebagai
persamaan 1(Gonen, 1979).
𝑉𝑓
𝐼𝑎1 = (1)
𝑍0 +𝑍1 +𝑍2 +3𝑍𝑓
Arus gangguan hubung singkat dua fasa ketanah dapat didefinisikan sebagai
sebagai persamaan 2(Gonen, 1979).
𝑉𝑓
𝐼𝑎1 = 𝑍2 (𝑍0 +3𝑍𝑓 ) (2)
𝑍1 +
𝑍0 +𝑍2 +3𝑍𝑓
Arus gangguan hubung singkat gangguan hubung singkat gangguan tiga fasa dapat
didefinisikan sebagai persamaan 4(Gonen, 1979).
𝑉𝑓
𝐼𝑎1 = (4)
𝑍1 +𝑍𝑓
Dimana:
𝑉𝑓 = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadi gangguan (V)
𝐼𝑎1 = Arus gangguan urutan positif (A)
𝑍𝑓 = Impedansi Gangguan (Ohm)
𝑍0 = Impedansi urutan nol dilihat dari titik gangguan (Ohm)
𝑍1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan (Ohm)
𝑍2 = Impedansi urutan negative dilihat dari titik gangguan (Ohm)
2. Keandalan
Suatu sistem proteksi dikatakan handal jika dapat bekerja dengan baik dan
benar pada berbagai kondisi sistem. Selain itu, sistem proteksi juga dikatakan
handal bila, sistem proteksi memiliki proteksi cadangan.
3. Kecepatan Kerja
Sistem proteksi harus memiliki tingkat kecepatan yang tinggi, agar
meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas operasi.
Relai harus bekerja sesuai waktu yang setting relai. Berdasarkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 37 tahun 2008 tentang Aturan
Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sumatera atau disebut Grid Code Sumatera, untuk
sistem 150 kV waktu pemutusan gangguan yaitu kurang dari 120 ms. Sedangkan
untuk proteksi cadangan adalah kurang dari 400 ms.
4. Sensitivitas
Sensitivitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
Sebenarnya pada saat gangguan pada sistem yang menyebabkan arus melebihi arus
setting, relai jarak dan OCR akan bekerja (Pick – up), akan tetapi karena adanya
waktu tunda OCR, relai jarak yang lebih dahulu memberikan sinyal trip kepada
PMT.
𝑁1
𝑎= (7)
𝑁2
Dimana:
𝑎 = Rasio CT
𝑁1 = Jumlah lilitan primer
𝑁2 = Jumlah liitan sekunder
3.4.2 Jenis CT
1. Jenis CT berdasarkan tipe konstruksinya dan pasangannya
a Tipe Konstruksi
1) Tipe cincin (ring/window type)
2) Tipe cor – coran cast resin (mounded cast resin type)
3) Tipe tangka minyak (oil tank type)
4) Tipe CT bushing
b Tipe Pasangan
1) Pasangan dalam (indoor)
2) Pasangan luar (outdoor)
2. Jenis CT berdasarkan konstruksi belitan primer
a. Sisi primer batang (bar primary)
GI Koto Panjang menggunakan dua jenis tipe CT, contohnya pada bay PHT
150 kV Bangkinang digunakan CT jenis bar primary (top core), sedangkan CT sisi
primer tipe lilitan diterapkan pada bay trafo daya dua.
a. CT kering
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan.
b. CT cast resin
CT ini biasanya digunakan pada tegangan menegah, umumnya digunakan
pada pasangan dalam ruangan, misalnya CT tipe cincin yang digunakan pada
kubikel penyulang 20 kV.
c. CT isolasi minyak
CT isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan, misalkan CT tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran penghantar tegangan 70 kV dan
150 kV.
d. CT isolasi SF6
CT ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
digunakan pada pasangan di luar ruangan misalkan CT tipe top-core.
4. Jenis CT berdasarkan pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, CT dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. CT pemasangan luar ruangan
CT pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi
yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik
internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
2) Primer paralel
Contoh: CT dengan rasio 800 – 1600/1 A
Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 1600 A, seperti
gambar 3.17 berikut.
3.5 OCR
3.5.1 Pengertian
Relai arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi nilai penyetelan.
Pada proteksi jaringan transmisi relai arus lebih digunakan sebagai proteksi
cadangan terhadap relai jarak.
GI Koto Panjang menggunakan OCR merek MiCOM P141 Feeder
Management Relay produksi Schneider Electric. MiCOM P141 Feeder
Management Relay memeberikan solusi terpadu untuk proteksi, kontrol dan
pemantauan saluran udara dan kabel tanah pada level tegangan distribusi dan
transmisi (Schneider Electric). MiCOM P141 merupakan relai numerik/digital, dan
menggunakan mikrokontroler untuk mengolah setiap data yang diterimanya.
Untuk mendapatkan selektifitas koordinasi relai arus lebih dilakukan
penyetelan waktu kerja relai, karena ada bagian pangkal dan ujung. Pada OCR
terdapat beberapa karakteristik waktu yaitu waktu instan, waktu tertentu, waktu
terbalik. Adapun masing-masing karakteristik diuraikan dibawah.
1. Standard Inverse
0,14
𝑡= 𝐼ℎ𝑠 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 (11)
[ ] −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
2. Very Inverse
13,5
𝑡= 𝐼ℎ𝑠 2
𝑥 𝑇𝑀𝑆 (12)
[ ] −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
3. Extremely Inverse
80
𝑡= 𝐼ℎ𝑠 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 (13)
[ ] −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
Dimana:
T = Waktu relai bekerja, lama waktu yang diinginkan (s)
His = Arus hubung singkat (A)
Iset = Arus setting relai sisi primer (A)
TMS = Time Multiple Setting (karakteristik kerja relai yang diinginkan sesuai
hasil perhitungan.
29
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1. Metode
Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktek ini digunakan
beberapa metode pelaksanaan yang digunakan dalam kerja praktek serta
penyusunan laporan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literature adalah bagian dari metode yang digunakan oleh penulis
untuk mendapatkan teori-teori yang akan dibahas. Hal ini sangat bermanfaat bagi
penulis untuk mempelajari dasar-dasar teori dari studi kepustakaan yang diberikan
pembimbing lapangan maupun dari buku-buku dan media lain seperti internet
sebagai referensi penulis dalam menyusun laporan kerja praktek.
2. Wawancara
Wawancara merupakan bagian dari metode yang digunakan oleh penulis
untuk melakukan tanya jawab dengan pembimbing, operator dan pegawai lapangan
lainnya. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan
dengan pembimbing kerja praktek yang berhubungan dengan alat-alat maupun
objek penulisan dalam laporan kerja praktek ini
3. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan secara teliti dan
sistematis pada objek pembahasan dengan cara mengamati, menganalisa hubungan
dengan topik yang dibahas.
4.3. Data
Untuk melihat waktu tunda dan koordinasi dari OCR digunakan perangkat
lunak Etap 12.6, maka perlu dilakukan pemodelan saluran transmisi yang akan
dianalisa. Jenis penghantar saluran transmisi adalah ACSR 435/55 mm2. Data – data
yang diperlukan untuk pemodelan terdapat pada tabel 4.2.
karakteristik OCR. Data tersebut didapatkan dari PT. PLN (Persero) UPT
Pekanbaru. Waktu tunda OCR tiap GI yang berbeda, disebut grading time, dengan
tujuan untuk meningkatkan selektivitas OCR terhadap daerah kerjanya. Selain
waktu tunda, arus setting juga mempengaruhi selektivitas dari relai. Saat terjadi
gangguan hubung singkat pada saluran transmisi maka OCR pada saluran tersebut
akan merasakan arus gangguannya, maka itu diperlukan koordinasi waktu antar
OCR. Koordinasi waktu tunda OCR yang baik dapat meningkatkan kehandalan
sistem kelistrikan. Misalkan TMS OCR saluran GI KTPJG arah BKNG, GI BKNG
arah GRDSK di set bertingkat, ini bertujuan agar OCR yang terdekat yang akan
bekerja terlebih dahulu memutuskan gangguan, sedangkan OCR lain menunggu,
dengan begitu penyaluran daya akan tetap berlangsung pada sistem yang normal.
1
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) 𝑥
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇
Tabel 4.4. Arus Beban Penuh yang Mengalir Pada Sistem 150 kV
Dari Ke Arus (A)
KTPJG GRDSK 400
KTPJG BKNG 620
BKNG GRDSK 420
Dari tabel 4.4 dapat dilakukan perhitungan arus setting OCR dengan
menggunakan kaidah diatas, yaitu:
1. Sisi GI Koto Panjang
a. OCR Saluran Arah GI Garuda Sakti (relai 2)
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 1,2 𝑥 400
= 480 𝐴
1
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 480 𝐴 𝑥
1250
5
= 1,92 𝐴
2. Sisi GI Bangkinang
a. OCR Saluran Arah GI Koto Panjang
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 1,2 𝑥 620
= 744 𝐴
1
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 480 𝐴 𝑥
1250
5
= 2,98 𝐴
1
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 504 𝐴 𝑥
1250
5
= 2,016 𝐴
Nilai primer dan sekunder ditentukan untuk melakukan setting pada relai,
tergantung ingin setting OCR dalam nilai primer atau sekunder CT, karena tampilan
pada relai bisa dipilih ingin setting dalam nilai sekunder atau primer CT, sedangkan
input relai tetap sekunder CT (Ramlond, 2018).
b. Relai 2
Relai 2 berada pada saluran yang berbeda dan tidak merasakan arus hubung
singkat yang besar, sehingga relai 2 tidak pick-up.
c. Relai 3
Relai 3 berada pada saluran yang berbeda, sama halnya dengan relai 2, relai
3 tidak merasakan arus hubung singkat yang besar sehingga relai 3 tidak pick-
up.
d. Relai 4
0,14
𝑡= 𝑥 0,16
2766 0,02
[ 744 ] −1
42
𝒕 = 𝟎, 𝟖𝟒𝟐
e. Relai 5
0,14
𝑡= 𝑥 0,16
3623 0,02
[ ] −1
525
𝒕 = 𝟎, 𝟓𝟔𝟗 𝒔
f. Relai 6
0,14
𝑡= 𝑥 0,13
2225 0,02
[ ] −1
525
𝒕 = 𝟎, 𝟔𝟐𝟏 𝒔
Dari perhitungan diatas hanya berbeda sedikit dari hasil simulasi pada
perangkat lunak ETAP 12.6. Relai 2 dan 3 tidak merasakan arus gangguan yang
besar karen berada jauh dari titik gangguan sehingga relai tidak pick-up.
𝒕 = 𝟏, 𝟔𝟑𝟓 𝒔
b. Relai 2
Relai 2 berada pada saluran yang berbeda dan tidak merasakan arus hubung
singkat yang besar, sehingga relai 2 tidak pick-up.
c. Relai 3
Relai 3 berada pada saluran yang berbeda, sama halnya dengan relai 2, relai
3 tidak merasakan arus hubung singkat yang besar sehingga relai 3 tidak pick-
up.
43
d. Relai 4
0,14
𝑡= 𝑥 0,16
2416 0,02
[ 744 ] −1
𝒕 = 𝟏, 𝟎𝟓 𝒔
e. Relai 5
0,14
𝑡= 𝑥 0,16
2811 0,02
[ ] −1
525
𝒕 = 𝟎, 𝟔𝟓𝟔 𝒔
f. Relai 6
0,14
𝑡= 𝑥 0,13
1726 0,02
[ ] −1
525
𝒕 = 𝟎, 𝟕𝟓𝟔 𝒔
Gambar 4.2. Kurva Waktu Relai 5 Terhadap Arus Gangguan di jarak 10%
panjang saluran GI Bangkinang arah GI Garuda Sakti
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah pemaparan, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Relai proteksi berfungsi untuk melindungi peralatan listrik dari bahaya arus
hubung singkat atau gangguan operasi sistem lainnya.
2. Pada titik gangguan yang sama waktu tunda OCR akan bertambah lama jika
Zf semakin besar, hal ini dikarenakan arus hubung singkat semakin kecil
seiring bertambah besarnya Zf.
3. Arus setting OCR harus lebih besar dari arus beban maksimum, maka itu OCR
dikalikan faktor pengaman 1,05 sampai 1,2, diharapkan agar OCR tidak trip
saat arus yang mengalir pada saluran mencapai arus beban maksimum.
4. Setting waktu tunda di ujung saluran lebih singkat daripada di pangkal agar
saat terjadi gangguan ujung, relai yang trip terlebih dahulu adalah relai di
ujung.
5. Relai 2 dan 3 tidak bekerja (pick-up) dikarenakan arus hubung singkat yang
terbaca oleh OCR dibawah arus setting.
5.2 Saran
1. Relai hendaknya di evaluasi secara berkala untuk menguji kehandalannya.
2. Kemapuan Hantar Arus (KHA) tidak ideal untuk dijadikan pedoman
penyetelan arus OCR karena nominalnya yang berada jauh diatas arus beban
maksimum yang mengalir.
3. Saat hendak melakukan pekerjaan dilapangan, diharapkan mematuhi standar
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang berlaku.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ari Gustia Warman, F. (2017). Studi Keandalan Dan Evaluasi Sistem Kerja Rele
jaringan Transmisi 150 kV Koto Panjang - Pekanbaru. Jurusan Teknik
Elektro Universitas Riau, 7.
Gonen, T. (1979). Electric Power Transmission System Engineering - Analysis and
Design. America.
Khalik Al Ridha, F. (2016). Evaluasi Koordinasi Relay Arus Lebih (OCR) dan
Gangguan Tanah (GFR) pada Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru.
Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau.
Zulkarnaini Zulkarnaini, M. R. (2017). Studi Koordinasi Rele Proteksi Pada
Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV GI. Payakumbuh - GI. Koto
Panjang.
SKDIR 520, Buku Pedoman Transformator Arus