Korupsi
Korupsi
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB 2
PEMBAHASAN
Mengapa korupsi sangat sulit diberantas? Alasannya karena korupsi diawali oleh
kekuasaan dan dikaburkan pula oleh kekuasaan. Lord Acton menghubungkan korupsi dengan
kekuasaan pemimpin dalam kata-katanya yang terkenal yaitu “power tends to corrupt and
absolute power corrupt absolutely”, hal ini menjelaskan bahwa eratnya hubungan antara
korupsi dengan kekuasaan seorang pemimpin. Jika korupsi dilakukan dengan kekuasaan,
maka korupsi harus pula dilawan dengan kekuasaan yang anti korupsi. Disini menunjukkan
betapa penting keteladanan pemimpin dalam menggunakan kekuasaannya untuk memerangi
kekuasaan untuk memerangi kekuasaan yang korup.
Singkatnya, pemberantasan korupsi akan menjadi norma yang kosong bila tidak
digerakkan oleh kepemimpinan yang mengabdi pada kedaulatan hukum. Implementasi dari
tanggung jawab pemimpin jadi kunci sukses pemberantasan korupsi. Memberantas korupsi
tidak cukup hanya dengan pidato, meneriakkan slogan secara lantang, atau menyerahkan
kasus-kasus korupsi ke ranah hukum, tetapi harus dengan tindakan nyata pemimpin secara
partisipatoris, yang didasari kejujuran, kelurusan hati, dan tanggung jawab. Lantas, pemimpin
harus berani menerapkan sanksi sosial yang berkaitan dengan hati nurani dan sikap batin para
koruptor. Sanksi sosial yang memiliki derajat efek jera adalah tidak hanya memenjarakan
koruptor, tetapi juga menyita seluruh harta milik (diserahkan kepada negara), memberlakukan
kerja sosial, menjadikan keluarganya (suami/istri dan anak) sebagai anak negara, dan
melokalisasi mereka dalam kluster hunian khusus.
Cara lain untuk mengatasi korupsi adalah dengan desentralisasi atau pembagian
kekuasaan. Mengenai desentralisasi untuk mengatasi korupsi ini ada pro dan kontra. Dulu
korupsi tersentralisasi di pusat kekuasaan, seiring otonomi atau desentralisasi daerah yang
diikuti oleh desentralisasi pengelolaan keuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan dan
pertumbuhan yang signifikan. Tetapi desentralisasi juga dapat mengurangi kasus korupsi,
karena dengan desentralisasi pengawasan korupsi di daerah lebih bisa terfokuskan. Pengaruh
dari desentralisasi ini tergantung pada cara kerja dari pemerintah dalam menangani kasus
korupsi. Upaya penanggulangan korupsi menurut Marmosudjono adalah
a.Preventif/pencegahan
Contohnya yaitu dengan membangun dan menyebarkan etos pemimpin dan pegawai
baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas antara milik
perusahaan atau negara.
b.Represif/menekan.
Contohnya yaitu perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku (internal) ataupun dari luar diri pelaku (eksternal).
- Ketidak-efisienan
- Ketidak adilan
- Rakyat tidak mempercayai pemimpin
- Memboroskan sumber negara
- Tidak mendorong perusahaan untuk berusaha
- Ketidakstabilan politik
- Pembatasan dalam kebijakan pemerintah
- Rusaknya generasi muda
BAB 3
PENUTUP
1. Rangkuman
Kebanyakan orang yang melakukan tindakan korupsi adalah pemimpin yang memiliki
sikap materialistis dan terbawa arus pemikiran atau pengruh politik yang serba halal dalam
melakukan suatu hal. Beberapa cara untuk memberantas korupsi yang ada di indonesia adalah
pencegahan dan menekan.
2. Kesimpulan
Jadi, bisa kita ketahui bahwa hubungan antara pemimpin dan korupsi sangatlah erat.
Karena korupsi biasanya terjadi di dalam suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang
pemimpin. Jika didalam suatu organisasi diketahui terdapat kasus korupsi, maka yang
pertama dicari adalah pemimpinnya. Namun, bukan berarti pemimpin yang melakukan kasus
korupsi tersebut. Anggota atau bahkan didapati antara pemimpin dan anggotanya ada
keterlibatan antara satu dengan yang lain.
3. Kata Kunci
Desentralisasi. Penyebab. Akibat. Pemberantasan. Penanggulangan. Pengaruh
kekuasaan. Tokoh pemimpin korupsi di Indonesia. Pro dan kontra. Korelasi.
Tanggung jawab.