Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju modernisasi.


Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih
nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatanjuga senantiasa mengikuti
perkembangan jaman dan bertransformasi dalambentuk-bentuk yang semakin canggih
dan beranekaragam. Kejahatan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa
turut mengikutinya. Kejahatanmasa kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-
cara lama yang tela hterjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini.
Bisa kita lihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana
pencucian uang (money laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidanalainnya.
Tindak pidana korupsi tidak jauh dari hubungannya dengan kedudukan seorang pemimpin.

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemimpin dan Korupsi

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai wewenang dalam menuntun,


mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan suatu tugas guna tujuan tertentu dalam suatu
perusahaan atau organisasi. Pemimpin diharapkan menjadi orang yang kredibel dan tahu
aturan mana yang dapat dilakukan atau tidak boleh dilakukan, norma, dan juga memiliki
ketelitian.

Sedangkan istilah korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio-corrumpere” yang


artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mengeduk keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Orang yang melakukan
korupsi adalah koruptor. Korupsi dapat dilihat dari dua segi, yaitu korupsi aktif dan korupsi
pasif.
A. Korupsi aktif adalah tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri atau orang
lain atau korporasi yang dapat merugikan, dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau korporasi.
B. Korupsi pasif adalah tindakan menerima pemberian atau janji karena
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatan yang bertentangan
dengan kewajibannya.

Menurut pemakaian umum istilah ‘korupsi’ pemimpin, korup dikatakan apabila


seseorang pemimpin menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang dengan maksud
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan-kepentingan si
pemberi. Terkadang perbuatan menawarkan pemberian seperti itu atau hadiah lain yang
menggiurkan juga tercakup dalam konsep korupsi. Pemerasan, yakni permintaan pemberian
atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-tugas. Hal seperti ini juga bisa dipandang sebagai
korupsi. Sesungguhnya istilah itu terkadang juga dikenakan pada pemimpin yang
menggunakan dana publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka sendiri, dengan kata
lain, mereka yang bersalah melakukan penggelapan diatas jumlah yang harus dibayar oleh
publik. Dimanapun, kapanpun ada kesempatan, orang akan melakukan korupsi.

2. Pemimpin dan Korupsi

Mengapa korupsi sangat sulit diberantas? Alasannya karena korupsi diawali oleh
kekuasaan dan dikaburkan pula oleh kekuasaan. Lord Acton menghubungkan korupsi dengan
kekuasaan pemimpin dalam kata-katanya yang terkenal yaitu “power tends to corrupt and
absolute power corrupt absolutely”, hal ini menjelaskan bahwa eratnya hubungan antara
korupsi dengan kekuasaan seorang pemimpin. Jika korupsi dilakukan dengan kekuasaan,
maka korupsi harus pula dilawan dengan kekuasaan yang anti korupsi. Disini menunjukkan
betapa penting keteladanan pemimpin dalam menggunakan kekuasaannya untuk memerangi
kekuasaan untuk memerangi kekuasaan yang korup.

Singkatnya, pemberantasan korupsi akan menjadi norma yang kosong bila tidak
digerakkan oleh kepemimpinan yang mengabdi pada kedaulatan hukum. Implementasi dari
tanggung jawab pemimpin jadi kunci sukses pemberantasan korupsi. Memberantas korupsi
tidak cukup hanya dengan pidato, meneriakkan slogan secara lantang, atau menyerahkan
kasus-kasus korupsi ke ranah hukum, tetapi harus dengan tindakan nyata pemimpin secara
partisipatoris, yang didasari kejujuran, kelurusan hati, dan tanggung jawab. Lantas, pemimpin
harus berani menerapkan sanksi sosial yang berkaitan dengan hati nurani dan sikap batin para
koruptor. Sanksi sosial yang memiliki derajat efek jera adalah tidak hanya memenjarakan
koruptor, tetapi juga menyita seluruh harta milik (diserahkan kepada negara), memberlakukan
kerja sosial, menjadikan keluarganya (suami/istri dan anak) sebagai anak negara, dan
melokalisasi mereka dalam kluster hunian khusus.

Cara lain untuk mengatasi korupsi adalah dengan desentralisasi atau pembagian
kekuasaan. Mengenai desentralisasi untuk mengatasi korupsi ini ada pro dan kontra. Dulu
korupsi tersentralisasi di pusat kekuasaan, seiring otonomi atau desentralisasi daerah yang
diikuti oleh desentralisasi pengelolaan keuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan dan
pertumbuhan yang signifikan. Tetapi desentralisasi juga dapat mengurangi kasus korupsi,
karena dengan desentralisasi pengawasan korupsi di daerah lebih bisa terfokuskan. Pengaruh
dari desentralisasi ini tergantung pada cara kerja dari pemerintah dalam menangani kasus
korupsi. Upaya penanggulangan korupsi menurut Marmosudjono adalah

a.Preventif/pencegahan
Contohnya yaitu dengan membangun dan menyebarkan etos pemimpin dan pegawai
baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas antara milik
perusahaan atau negara.

b.Represif/menekan.
Contohnya yaitu perlu penayangan wajah koruptor di televisi.

3. Faktor Penyebab Korupsi Pemimpin

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku (internal) ataupun dari luar diri pelaku (eksternal).

Faktor internal penyebab korupsi yaitu:

- Sifat tamak/rakus dan wujud perburuan kekuasaan demi kekayaan semata.


- Moral yang kurang kuat
- Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik
yang masih mendewakan materi.
Faktor eksternal penyebab korupsi yaitu:

- Kelemahan kepemimpinan dalam posisi kunci yang memberikan ilham dan


mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
- Pengaruh politik yang serba halal.
- Lemahnya penegakan hukum.
- Aspek ekonomi / pendapatan yang kurang dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan.

Pemberantasan korupsi di Indonesia ditangani oleh KPK (Komisi Pemberantasan


Korupsi). KPK bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.

4. Akibat Korupsi Pemimpin


Korupsi yang terjadi di dalam suatu organisasi dapat mengakibatkan dampak yang
buruk bagi pemimpin, anggota, dan organisasi itu sendiri. Dampak buruk yang
disebabkan oleh korupsi antara lain:

- Ketidak-efisienan
- Ketidak adilan
- Rakyat tidak mempercayai pemimpin
- Memboroskan sumber negara
- Tidak mendorong perusahaan untuk berusaha
- Ketidakstabilan politik
- Pembatasan dalam kebijakan pemerintah
- Rusaknya generasi muda

BAB 3
PENUTUP
1. Rangkuman

Pemimpin adalah orang yang wewenang untuk mengatur dan mengarahkan


bawahannya dalam melakuan suatu hal untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Korupsi
adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merugikan orang lain untuk membuat
keuntungan dirinya sendiri.

Faktor penyebab pemimpin korupsi adalah keinginan materialistik seseorang yang


dapat diwujudkan dengan menjadi seorang pemimpin, serta pengaruh kekuasaan yang
menghalalkan segala cara.

Kebanyakan orang yang melakukan tindakan korupsi adalah pemimpin yang memiliki
sikap materialistis dan terbawa arus pemikiran atau pengruh politik yang serba halal dalam
melakukan suatu hal. Beberapa cara untuk memberantas korupsi yang ada di indonesia adalah
pencegahan dan menekan.

2. Kesimpulan

Jadi, bisa kita ketahui bahwa hubungan antara pemimpin dan korupsi sangatlah erat.
Karena korupsi biasanya terjadi di dalam suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang
pemimpin. Jika didalam suatu organisasi diketahui terdapat kasus korupsi, maka yang
pertama dicari adalah pemimpinnya. Namun, bukan berarti pemimpin yang melakukan kasus
korupsi tersebut. Anggota atau bahkan didapati antara pemimpin dan anggotanya ada
keterlibatan antara satu dengan yang lain.

3. Kata Kunci
Desentralisasi. Penyebab. Akibat. Pemberantasan. Penanggulangan. Pengaruh
kekuasaan. Tokoh pemimpin korupsi di Indonesia. Pro dan kontra. Korelasi.
Tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai