Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Esofagus


Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut,
yaitu Leher(pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea
dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni
berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan
bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping
kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk
ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di
kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.1
Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm
dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.1
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus
superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm,
ke v. pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang
lebih 40-45 cm.1
Bagian cervical:
1. Panjang 5-6 cm,setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebra
thoracalis I
2. Anterior melekat dengan trachea (tracheoesophageal party wall)
3. Anterolateral tertutup oleh kelenjar thyroid
4. Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
5. Posterior berbatasan dengan hypopharynx
6. Pada bagian lateral ada carotid sheats beserta isinya
Bagian Thoracal:
1. Panjang 16-18 cm, setinggi Vertebra thoracalis IX-X
2. Berada di mediastinum superior antara trachea dan collumna
vertebralis
3. Dalam rongga thorax disilang oleh arcus aorta setinggi vertebra
thoracalis IV dan bronchus utama sinistra setinggi Vertebra thoracalis
V
4. Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
5. Pada bagian distal antara dinding posterior oesophagus dan ventral
corpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan
vena intercostalis.

Bagian abdominal:
1. Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebra
thoracalis X.
2. Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan
cardia gaster disebut gastroesophageal junction.

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering


menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama
adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan
antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif
melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan
cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga
disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.1

Vaskularisasi Esofagus
Vaskularisasi dari esofagus berasal dari beberapa cabang arteri dan vena.
Arteri yang memperdarahi pada bagian cervical berjalan dari artery thyroidea
inferior (cabang truncus thyrocervicalis artery subclavia sinistra), bagian
thoracal berjalan dari aorta thoracal descendens, artery intercostals, dan artery
cabang bronchial, dan bagian abdominal berjalan dari cabang-cabang artery
gastric sinistra dan kadang-kadang artery phrenic inferior yang langsung dari
aorta abdominalis. Sedangkan vena yang memperdarahi, bagian cervical
dialirkan ke dalam vena thyroid inferior, bagian thoracal dialirkan ke dalam
vena azygos dan hemiazygos, dan bagi an abdominal dialirkan ke dalam vena
gastric sinistra. 1

Persarafan Esofagus
Persarafan esofagus terdiri dari saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
vagus yang menimbulkan vasokonstriksi, kontraksi sfingter, dan relaksasi
dinding muscular, dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia sympathies
cervicalis inferior, nervus thoracal dan splanchnicus yang dapat meningkatkan
sekresi kelenjar dan aktivitas peristaltik.1
+

Gambar 1. Anatomi Esofagus.2


2.2 Fisiologi Menelan
Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau
cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan rangkaian gerakan
otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan voluntar lidah dan
diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Bagian
aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX,
dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula oblongata. Di bawah
koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu
yang sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah,
faring, laring, dan esofagus.3
Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi terjadi
dalam tiga fase: oral, faringeal, dan esofageal. Pada fase oral, makanan yang
telah dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke belakang mengenai
dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat yang timbul dari
peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks menelan.3
Pada fase pharingeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, laring terangkat dan menutup
glotis, mencegah makanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor
faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah
dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas orifisium laring
akan melindungi saluran pernapasan sehingga mencegah makanan memasuki
trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara voluntar menarik napas dan
menelan dalam waktu yang bersamaan.3
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat,
gelombang peristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot
krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik terus
berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter distal ini sejenak sehingga
memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung. Gelombang peristaltik primer
bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang
tertelan mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi
arkus aorta, timbul gelombang peristaltik sekunder apabila gelombang primer
gagal mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh
peregangan esofagus oleh sisa partikel partikel makanan.3
Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan cairan
melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus bagian
bawah. Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor penting yang
mempermudah transport pada esofagus bagian bawah, tetapi adanya gerakan
peristaltik memungkinkan seseorang untuk minum air sambil berdiri terbalik
dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar angkasa dengan gravitasi
nol.3
Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang
mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan
tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan
daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah
aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan menurun bila masing-masing sfingter
relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik
melewatinya.3
Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa rangkaian gerakan kompleks yang
menyebabkan terjadinya proses menelan mungkin terganggu bila ada sejumlah
proses patologis. Proses ini dapat mengganggu transport makanan maupun
mencegah refluks lambung.3
Gambar 2. Fisiologi Menelan.3

2.3 Definisi
Benda asing esofagus adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. 4
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur
pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun
patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi. 4

2.4 Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan napas (suffocation) akibat tertelan
atau teraspirasi benda asing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak
pada anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak
usia 1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada
komplikasi yang terjadi. Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah
penyempitan fisiologis esofagus. Benda asing yang bukan makanan
kebanyakan tersangkut di servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau
arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus
utama kiri pada sfingter kardio esophagus. Sekitar 70% dari 2394 kasus benda
asing esofagus ditemukan di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12
% didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esofagus torakal. 4

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :5,6
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka binatang), dan zat anorganik seperti paku, jarum,
peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia,
dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

2.6 Patogenesis
Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama
bila terjadi pada anak-anak.4
Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik Natrium atau
Kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang in vtro dan in vivo, bila baterai berada dalam
lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi
dengan cepat, sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification)
dengan ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan
metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda
asing batu baterai harus segera dikeluarkan.4

2.7 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama
pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur ada
tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis
dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.7
Penyebab pada anak yakni anomali kongenital termasuk stenosis kogenital,
web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor predisposisi
antara lain belum tumbhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik,
koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik yang mendasarinya.8
Faktor predisposisi pada orang dewasa yaitu pemabuk dan pemakai gigi
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, gangguan mental dan
psikosis.9
Faktor predisposisi lain yakni adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis seperti esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambbung, cara
mengunyah yang salah degan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).9

2.8 Manifestasi Klinis


Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher
bila benda asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di
esophagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung.
Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga
timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah
odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah
berdarah. Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi
akibat penekanan trakea atau benda asing.4,9
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal karena benda asing
atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung,
retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul
pneumotoraks atau pyotoraks. Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda
perforasi atau mediastinitis.9

2.9 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Bila diperhatikan gejala-gejala yang dapat terjadi
akibat teretelannya benda asing di esofagus terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini
terjadi ketika benda asing pertama tertelan. Pada tahap kedua adalah interval
tidak ada gejala. Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi
ditimbulkan. Pada tahap ini dapat berlangsung untuk sesaat atau sementara.
Pada tahap ketiga terdiri dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh komplikasi.
Kemungkinan timbul rasa tidak nyaman, disfagia, sumbatan, atau perforasi
esofagus dengan dihasilkan mediastinitis Terdapat kekakuan lokal pada leher
bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif . Bila benda asing
ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-
mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di
daerah pre cordial dan inter scapula.4
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang
terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.4
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing,demam,
abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun
dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal
esophagus dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran
napas dengan stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior trachea
esophageal party wall).4

2.10 Pemeriksaan Penunjang


Foto Rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan
lateral, harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda
asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus
dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui
kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam
umumnya koronal, maka hasil foto Rontgen servikal / torakal pada posisi PA
akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada pasien
lateral berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebra. Benda
asing seperti kulit telur, tulang, dan lain-lain cenderung berada pada posisi
koronal dalam esophagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral.
Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium, dan lain-lain, dapat
diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring
dan esofagus bagian proksimal.9
Gambar 3. Gambaran Radiologi Benda Asing di Esofagus.

Foto Rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi,


dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan,
adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa
hari.9 Gambaran radiologik benda asing batu baterei menunjukkan pinggir bulat
dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering
tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang ikan,
sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram).9
Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filling
defect persistent”. Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaiknya tidak
dilakukan pada benda asing radioopak karena densitas benda asing biasanya
sama dengan zat kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya
benda asing. Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras
barium lebih baik daripada zat kontras yang larut dia air (water soluble
contrast), seperti gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran
napas bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi
paru. Oleh karena itu pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama
pada anak.9
Gambar 4 . Gambaran Esofagogram Benda Asing.
Suatu penelanan barium dalam jumlah besar sebaiknya tidak diberikan,
karena akan menutupi dinding esofagus dengan penebalan pasta putih akibatnya
sangat sulit dilakukan esofagoskopi. Lebih baik pasien menelan sedikit kapas
atau marshmallow dengan kontras medium di dalamnya. Serat kapas dapat
menangkap benda asing untuk sementara atau selama penelanan, dengan
demikian menampakkan adanya benda asing melalui floroskopi. Pengetahuan
orientasi dari benda asing pada esofagus sangat membantu dalam
merencanakan endoskopi.4
Radiogram sebaiknya termasuk semua daerah dari hidung hingga anus.
Seringkali lebih dari satu benda asing yang tertelan, kecuali pemeriksaan
lengkap dilakukan, objek tambahan, seperti jarum yang telah menembus ke
dalam kolon, dapat terlewatkan.4
Computerized tomographyc scanner (CT scan) esofagus dapat
menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. Indikasi dilakukan
CT-Scan jika kecurigaan adanya benda asing di esofagus tapi pada foto polos
servikal/toraks tidak ditemukan atau negatif, sedangkan pada esofagogram
terlihat atau positif. Dapat menunjukkan adanya gambaran inflamasi jaringan
lunak dan abses, juga gambaran benda asing yang tidak terlihat dengan foto
roentgen. CT-Scan juga bisa untuk mengevaluasi ada atau tidak komplikasi
setelah ekstraksi benda asing.4

Gambar 5 . Gambaran CT-Scan (a.Inflamasi,b. abses dan perforasi,c.cedera vaskular


dalam mediastinum akibat Benda Asing di Esofagus.

Magnetic resonanse imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua


keadaan patologis esofagus. Dapat menunjukkan gambaran semua keadaan
patologik pada esofagus. Dapat menampilkan keseluruhan gambar
jaringan/massa servikotorakal dan hubungan dengan jaringan neurovaskular
sekitar. MRI juga dapat menunjukkan adanya perluasan abses atau
pembentukan granuloma.Tapi bukanlah pemeriksaan inisial untuk melihat
adanya benda asing.4

2.11 Tatalaksana
jika terdapat sumbatan jalan napas lengkap, pertolongan pertama pada
tahap awal gejala-gejala sebaiknya mendorong untuk “melakukan sesuatu”.
Memukul punggung pasien, menggantungkan anak dengan memegang
tumitnya, meletakkan jari telunjuk di bawah tenggorok pasien, atau
mengusahakan pengeluaran secara buta dapat mengubah benda asing tidak
terkomplikasi sederhana ke dalam sumbatan terkomplikasi.10
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing
telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing
tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau
esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya
perforasi yang kecil segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan,
baik makanan maupun ludah dan diberikan antibiotika berspektrum luas selama
7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah
masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pilorus. Oleh karena
itu perlu dilakukan evaluasi dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda
perforasi sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiologik untuk
mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing
menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan
secra pembedahan (laparotomi).9

Gambar 6. Alat Esofagoskopi.


Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.
Endoskopi kaku digunakan untuk diagnosa dan pengambilan benda asing pada
esofagus bagian atas (krikofaringeal). Alat ini sering digunakan di bagian THT.
Endoskopi lentur digunakan di bagian penyakit dalam. Keberhasilan alat ini
untuk mengambil benda asing dalam esofagus adalah 99,5%. Hanya 0,5 % yang
membutuhkan pembedahan. Keuntungan alat ini di bandingkan endoskopi kaku
adalah tidak memerlukan general anesthesia dan juga komplikasi perforasi lebih
kecil yaitu insiden komplikasi menggunakan endoskopi kaku antara 0,1 %-0,9
%, sedangkan insiden komplikasi menggunakan endoskopi lentur yaitu 0,007
%-0,15%.10
External approach (lateral esofagotomi) digunakan apabila pengambilan
menggunakan endoskopi lentur maupun kaku mengalami kegagalan. Cara ini
agak rumit. Pada prinsipnya adalah mengeluarkan benda asing lewat
esofagotomi.4,10
Terakhir, pembedahan torakotomi dilakukan apabila benda asing tidak
didapat atau tidak mungkin diambil dengan cara diatas atau bila benda asing
tidak memungkinkan untuk keluar spontan lewat tinja atau juga bila sudah ada
perforasi.4,10
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan
tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi.(Adam)
Benda asing baterei bundar (disk/button battery) di esogagus merupakan benda
yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi
dengan cepat dalam waktu ± 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.4,10

2.12 Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat
menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing bulat atatu
tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, akibat sekunder dan inflamasi kronik
dan erosi. Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing
berada di esofagus dalam waktu yang lama.8
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit
di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan
menggiggil, gelisah, nadi, dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke
punggung, retrosternal, dan epigastrium. Bila terjadi perforasike pleura dapat
timbul pneumotoraks atatu pyotoraks.8,10

Anda mungkin juga menyukai