Anda di halaman 1dari 9

PERANAN ILMU FORENSIK DALAM USAHA UNTUK MEMECAHKAN KASUS-KASUS

KRIMINALITAS (DITINJAU DARI SEGI ILMU HUKUM PIDANA)

A. Latar Belakang Masalah


Dunia sekarang ini terasa semakin sempit saja, hal ini disebabkan dengan adanya
berbagai kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi, bahkan istilah “ buku
adalah jendela dunia “ rasa-rasanya sudah tidak tepat untuk dipakai di masa sekarang ini,
karena buku bukanlah satu-satunya lagi sumber pengetahuan kita untuk mengetahui isi
dunia ini. Berbagai kemajuan teknologi yang ada telah memunculkan berbagai macam
piranti (baik lunak maupun keras) pengganti buku, seperti internet, televisi, radio, telepon
dan masih banyak lagi. Selain kemajuan di bidang teknologi, kemajuan di bidang
hubungan internasional negara-negara yang ada di dunia ini juga menjadikan dunia ini
terasa semakin sempit. Semangat persatuan dari negara-negara yang merasa senasib
ataupun setujuan menjadikan munculnya berbagai kelompok negara-negara yang mencoba
untuk meningkatkan kemampuan negara mereka di berbagai bidang dengan berusaha
menghilangkan ataupun mengabaikan sekat-sekat yang dulunya telah ada diantara para
anggotanya, sehingga dapat kita temui fenomena–fenomena semacam Asian Free Trade
Area (area perdagangan bebas asia), Masyarakat Ekonomi Eropa, Uni Eropa (persatuan
negara-negara eropa), World Trade Organization (organisasi perdagangan dunia) dan masih
banyak lagi organisasi-organisasi lain baik yang bersifat bilateral maupun multilateral
dengan berbagai dasar dan tujuan yang berbeda-beda di dunia ini. Hal diatas masih
ditambah dengan adanya beberapa negara adi kuasa yang dengan kapitalismenya berusaha
untuk semakin memperkokoh dan memperluas kekuasaannya, yang tentu saja dengan
semakin kokoh dan berkuasanya dia maka keuntungan yang bisa diperoleh negara tersebut
akan semakin besar. Dengan adanya berbagai kondisi diatas maka muncullah suatu keadaan
dimana dunia yang besar dan terdiri bermacam negara, suku, bangsa, adat, dan bahasa ini
seakan telah menjadi satu atau yang sering disebut dengan istilah globalisasi. Adanya
globalisasi tak bisa dipungkiri memiliki berbagai macam dampak bagi tiap negara dan
individu, baik itu dampak yang bersifat positif maupun negatif. Dampak positif akan di
dapat oleh pihak-pihak yang dapat beradaptasi dengan adanya globalisasi, sedangkan pihak
yang tidak dapat beradaptasi hanya akan mendapat dampak-dampak negatif dan akan
semakin terlindas dengan globalisasi yang semakin maju. Berbicara mengenai globalisasi,
globalisasi juga sangat berpengaruh bagi negara kita Indonesia tercinta, baik itu pengaruh
yang positif maupun yang negatif. Untuk pengaruh negatifnya dapat kita lihat masuknya
unsur-unsur asing yang mana sangat bertentangan dengan norma, adat, faham, dan
budaya ketimuran seperti free sex, hedonisme, kapitalisme, dan lain lain. Kemudian negara
yang lemah harus tunduk pada negara yang kuat kalau tidak ingin ditindas (kolonialisme
gaya baru), munculnya kaum-kaum pinggiran karena tersingkirkan oleh pembangunan dan
perkembangan jaman, dan sebagainya. Sedangkan untuk pengaruh positif dapat kita lihat
pada semakin cepatnya perkembangan di segala bidang dikarenakan mengikuti arus
globalisasi yang ada. Munculnya golongan–golongan terpelajar dan profesional,
berkembangya pola berpikir global, dan yang paling utama adalah pembangunan di segala
bidang yang berkembang secara pesat, sehingga mau tidak mau masyarakat harus ikut
berkembang mengikuti perkembangan yang ada. Pembangunan di negara Indonesia ini
termasuk berhasil, tetapi tidak merata, karena yang diutamakan adalah pembangunan-
pembangunan di kota besar ataupun daerah yang dianggap potensial, dan daerah sekitar
yang dapat turut mengembangkan kota besar atau daerah tersebut. Hal ini menyebabkan
munculnya daerah-daerah tertinggal karena daerah tersebut kurang diperhatikan oleh
pemerintah sehingga terjadilah ketimpangan antar daerah. Dengan adanya ketimpangan ini
memunculkan anggapan di masyarakat daerah tertinggal bahwa kalau ingin maju atau
berubah harus ke kota besar. Maka muncullah masalah baru bagi kota besar ataupun
daerah yang lebih maju mengenai masalah kependudukan, yaitu urbanisasi atau pindahnya
masyarakat dari desa ke kota dengan tujuan untuk merubah nasib mereka. Tetapi sangat
disayangkan perpindahan mereka dari desa ke kota tidaklah disertai dengan kemampuan
yang memadai untuk bekerja dan hidup di kota, sehingga kedatangan mereka hanya
menambah panjang daftar pengangguran di kota, serta menambah jumlah penduduk di
kota yang sudah sangat padat. Jumlah penduduk yang sangat padat ditambah dengan
jumlah pengangguran yang sangat banyak, sulitnya mencari pekerjaan serta persaingan
yang sangat tajam dan ketat merupakan suatu kombinasi yang tepat dalam menciptakan
kondisi yang memunculkan potensi kejahatan yang kemudian akan menjadi tindak
kejahatan atau kriminalitas. Dengan munculnya kriminalitas maka bertambahlah masalah
yang harus dihadapi. Kriminalitas adalah tindakan melawan hukum yang nampaknya di
masyarakat kita sekarang ini sudah menjadi suatu hal yang tidak ditabukan lagi dan biasa,
hal ini dapat kita lihat dengan makin banyaknya berita-berita tentang kriminalitas di
berbagai media, bahkan sampai membuat media-media tersebut memberikan tempat
tersendiri terhadap berita-berita tentang kriminalitas. Ini merupakan suatu hal yang sangat
meresahkan, bahkan sekarang ini kriminalitas seolah-olah telah menjadi
sebuah subculture atau salah satu bagian tersendiri dari budaya dalam masayarakat
moderen (bukan lagi hanya sebuah penyimpangan pranata sosial belaka). Kenapa peneliti
menganggap kriminalitas telah menjadi sebuah subculture tersendiri, sebelumnya marilah
kita melihat dulu ke arti dasar dari budaya. Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata
budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai
sebagai singkatan dari kata kebudayaan, yang berasal dari bahasa
sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari katabuddhi yang berarti budi atau
akal (Koentjaraningrat, 1990:181). Budaya atau kebudayaan dalam bahasa Belanda
diistilahkan dengan kata cultuur, sedangkan dalam bahasa Inggris kita kenal
dengan culture yang oleh beberapa ahli diartikan menjadi segala daya dan aktifitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam, dalam perkembangannya maka muncullahsubculture-
subculture atau bagian-bagian dari culture atau budaya yang utama. Subculture muncul
karena ketidakpuasan masyarakat terhadap culture atau budaya yang utama, baik itu
ketidakpuasan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Hal inilah yang mendasari
mengapa peneliti menganggap bahwa kriminalitas telah menjadi subculture tersendiri dalam
masyarakat moderen ini bukan lagi sekedar penyimpangan pranata sosial, sedangkan proses
dari kriminalitas yang hanya sebagai penyimpangan pranata sosial hingga menjadi
sebuah subculture dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam suatu kebudayaan terdapat
orang-orang yang menyimpang, pada perkembangannya merekapun kemudian berkumpul
untuk tujuan ganda, yaitu saling membantu dan memberikan suasana, tempat mereka
dapat melakukan penyimpangan, sehingga terbentuklah suatu subkebudayaan tetapi
bersifat menyimpang atau istilah asingnya deviant subculture. Deviant subculture ini
memisahkan diri dari aturan-aturan, nilai, bahasa, dan istilah-istilah yang berlaku secara
umum dalam kebudayaan yang dominan. Inilah yang dilakukan oleh sebagian besar individu
yang ditolak oleh masyarakat, mereka langsung mencari persahabatan dalam
subkebudayaan menyimpang, mereka memulai proses sosialisasi agar dapat memahami
aturan-aturan perilaku yang diterima dan memperkirakan peranan yang tepat buat mereka,
sehingga muncullah kelompok-kelompok deviant subculture atau subkebudayaan
menyimpang yang antara lain sebagai berikut ;

1. Kelompok penjudi

2. Kelompok pelacur

3. Kelompok pemakai obat-obatan terlarang

4. Kelompok kejahatan

5. dan lain lain.

Ini merupakan sebuah perubahan kondisi sosial akibat negatif dari pembangunan
yang tidak tepat sasaran dan sangat meresahkan, karena kriminalitas di dalam masyarakat
sekarang ini bukan lagi merupakan sesuatu yang dirahasiakan lagi, melainkan sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat moderen, bahkan para pelaku
kriminalitas sekarang ini tidak lagi malu akan perbuatan yang telah mereka lakukan, tetapi
malah bangga dengan apa yang telah mereka lakukan, dengan anggapan sebagian dari
mereka “bahwa ini adalah lahan pekerjaan baru di tengah persaingan pencarian pekerjaan
yang sangat ketat di jaman moderen ini“. Hal ini juga yang akhirnya mendasari para pelaku
kriminal menjadikan perbuatan mereka lebih profesional dengan berbagai cara, bahkan
merekapun mendirikan organisasi-organisasi untuk mewadahi atau memperlancar aktifitas
mereka, walaupun tidak semua tindakan kriminal bertendensi atau bermotif ekonomi atau
mencari untung, ada juga yang bermotif dendam, nafsu, dan bahkan ada pula yang hanya
bermotif iseng belaka. Tindak kriminal di jaman moderen ini sudah sangat bervariasi,
berbeda dengan jaman dahulu yang hanya mengenal tindak kriminal hanya sebatas
pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dan tindakan-tindakan lain yang sejenis, tetapi di
jaman moderen ini tindak kriminal juga menjadi sangat beragam, mulai dari tindak-tindak
kriminal umum semacam contoh di atas, hingga muncul juga tindak-tindak kriminal jenis
baru seperti pemalsuan uang, pemalsuan surat-surat penting, kejahatan-kejahatan dalam
dunia maya atau lebih dikenal dengan istilah cyber crime, dan masih banyak lagi. Hal ini
berakibat semakin sulitnya kasus-kasus tentang kriminal yang ada untuk dipecahkan karena
selain kasus yang ada semakin banyak, kasus-kasus tersebut juga berkaitan dengan
kemajuan teknologi yang ada. Untuk itulah diperlukan adanya penanggulangan terhadap
kejahatan atau kriminalitas, sehingga hal-hal seperti yang telah disebutkan diatas tidak perlu
terjadi. Tentu saja untuk melakukan penanggulangan diperlukan berbagai sarana dan
prasarana ditambah dengan ilmu pengetahuan yang menunjang penanggulangan terjadinya
tindak kejahatan. Dalam bidang sarana dan prasarana penanggulangan kejahatan dapat
disebutkan antara lain pihak kepolisian, adanya siskamling (sistem keamanan lingkungan),
pembentukan hansip (pertahanan sipil) atau linmas (perlindungan masyarakat), adanya pos
ronda, serta sarana dan prasarana yang lain. Sedangkan dari segi ilmu pengetahuan
terdapat beberapa ilmu penunjang untuk menanggulangi adanya tindak kejahatan, antara
lain kriminologi (mempelajari proses terjadinya kejahatan di masyarakat), kriminalistik
(mempelajari berbagai macam tindak kejahatan), ilmu pengetahuan agama (untuk
mencegah manusia berbuat jahat), pendidikan moral, dan lain sebagainya. Pencegahan
ataupun penanggulangan saja tidaklah cukup, dibutuhkan juga hal-hal untuk menghadapi
kejahatan yang telah terjadi, karena jika telah terjadi kita tidak bisa mencegah lagi,
melainkan harus mengusutnya hingga tuntas, untuk itu diperlukan ilmu pengetahuan seperti
ilmu hukum pidana (untuk menghadapi atau menentukan hukuman tindak kejahatan yang
telah terjadi) ilmu hukum acara pidana (mengatur tata cara penyelesaian kasus pidana), dan
ilmu forensik (untuk membantu mempermudah pengungkapan suatu kasus kejahatan). Jika
dilihat secara sekilas, nampaknya ilmu forensik memiliki peranan yang penting dalam
pengungkapan sebuah tindak kejahatan yang telah terjadi, terutama terhadap kasus-kasus
yang sulit dipecahkan atau membutuhkan teknik khusus dalam pengungkapannya. Hal ini
karena ilmu forensik memang diciptakan untuk mempermudah proses peradilan terutama
dalam hal pembuktian, yang mana ilmu forensik sendiri terdiri dari berbagai macam ilmu
pengetahuan seperti pathologi dan biologi, toksikologi, kriminalistik, kedokteran forensik,
antropologi, jurisprudensi, psikologi dan masih banyak lagi, sehingga orang sering menyebut
ilmu forensik sebagai ilmu dewa, karena dengan ilmu forensik kita dapat mengetahui
berbagai macam hal yang sebelumnya tidak kita ketahui (William G. Eckert, 1980: 2). Dilihat
dari hal-hal yang telah dibahas di atas sebenarnya seberapa pentingkah arti dari ilmu
forensik hingga kita terutama pihak peradilan sangat membutuhkannya? Ilmu forensik
amatlah penting bagi peradilan, terutama pihak kepolisian karena untuk membantu
memecahkan kasus atau tindak kejahatan yang terjadi, terutama kasus-kasus yang sulit
untuk menentukan tersangkanya ataupun pembuktiannya, contoh peranan dari ilmu forensik
dapat kita lihat pada kasus bom Bali, dalam kasus seperti bom Bali kita tidak akan dapat
menemukan tersangka yang sekarang ini tanpa adanya bantuan dari ilmu forensik, dengan
adanya ilmu forensik maka akhirnya dapat diketahui siapa para tersangka yang terlibat, para
tersangka tersebut dapat diketahui setelah dilakukan penelitian terhadap bukti-bukti atau
petunjuk yang ada seperti nomor rangka dan mobil apa yang digunakan untuk
pengeboman, bahan apa saja yang digunakan untuk membuat bom tersebut, sidik jari siapa
yang tertinggal pada barang bukti yang ada, menganalisa potongan tubuh yang ada untuk
menentukan identitas aslinya melaui uji deoxyribonucleic acid (DNA), dan masih banyak lagi
hal-hal yang lain, tetapi sayangnya hal-hal luar biasa tersebut tidak murni dilakukan oleh
pihak kepolisian Indonesia karena kita dibantu oleh kepolisian-kepolisian luar negeri,
terutama dari kepolisian Australia, hal ini disebabkan masih sangat tertinggalnya ilmu
pengetahuan forensik di negara kita baik dari segi ilmu maupun teknologi yang ada. Kasus
bom Bali hanyalah salah satu contoh dari kegunaan ilmu forensik, masih banyak kasus-
kasus lain yang dipecahkan oleh ilmu forensik. Dari sinilah dapat kita lihat arti pentingnya
ilmu forensik. Dari hal-hal di atas dapat kita lihat bahwa sebenarnya ilmu forensik adalah
ilmu pengetahuan yang amat vital dan penting terutama dalam hal penegakan hukum,
karena tanpa adanya ilmu pengetahuan forensik maka penegakan hukum akan berjalan
lambat sebagai akibat dari banyaknya kasus kejahatan yang tak terpecahkan. Tetapi
sepertinya hal ini kurang disadari oleh masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari
sedikitnya bahan-bahan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan forensik berbahasa
Indonesia yang khusus diterbitkan untuk khalayak umum, buku-buku yang ada masih
dikhususkan untuk para akademisi dan para praktisi di bidang ini, selain itu masih ditambah
pengetahuan masyarakat yang masih sempit terhadap arti dari ilmu pengetahuan forensik
itu sendiri, mereka menganggap ilmu pengetahuan forensik hanya sebatas pemeriksaan
mayat untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah fungsi ilmu forensik itu ?

2. Bagaimanakah peranan ilmu forensik dalam usaha untuk memecahkan kasus-kasus


kriminalitas ?
Perhatian kalangan hukum terhadap ilmu forensik dinilai masih kurang.
Bahkan ada yang menafsirkan forensik sebatas ilmu membedah mayat.
Padahal bagi kalangan hukum, baik mahasiswa dan akademisi maupun
profesi hukum, pengetahuan tentang forensik sangat penting artinya.
Kontribusi psikologi forensik di dunia peradilan pun dipandang masih
minim.

Pandangan itu disampaikan Prof. Agus Purwadianta dan Prof. Adrianus


Meliala menyinggung perkembangan ilmu-ilmu forensik dewasa ini. Di
beberapa fakultas hukum, ilmu forensik hanya sebatas pilihan sukarela,
bahkan ada yang tak mempelajari sama sekali.

Kondisi sebaliknya ditemukan Prof Agus saat berkunjung ke Seattle,


Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Di sana, mahasiswa hukum dibekali
ilmu forensik, malah basis kedokteran dan epidemiologi. Sebab, dalam
praktek, ilmu-ilmu tersebut dibutuhkan ketika bersinggungan dengan
bioetika. Misalnya, soal etika penanganan seorang pasien. Bioetika, jelas
Agus, sudah memasuki ranah hukum.

Sayang, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia itu perhatian orang hukum masih minim. Padahal,
forensik merupakan jembatan untuk semua ilmu pengetahuan. Dalam
praktek, fenomena ilmu pengetahuan alam dan medis sering harus
diterjemahkan ke dalam bahasa hukum. Tes asal usul biologis seorang
anak misalnya. Hal ini akan berkaitan dengan status anak di depan
hukum, termasuk hak-hak warisnya kelak.

Memahami forensik, kata Prof. Agus, akan mengasah logika kalangan


hukum. Ketimbang menjauhkan diri, sebaiknya kalangan hukum
membangun jembatan yang menghubungkan ilmu hukum dengan ilmu
lain. Jembatan dimaksud adalah ilmu forensik, yang pada dasarnya
merupakan criminal sciences investigation. Logika hukum akan lebih
terasah jika teman-teman sarjana hukum ikut berkelana dan mau masuk
ke wilayah natural sciences, ujarnya kepadahukumonline.

Kurangnya perhatian kalangan hukum terhadap forensik, khususnya


psikologi forensik, juga diamini Adrianus Meliala. Kriminolog
Universitas Indonesia ini melihat pada praktek di pengadilan. Meskipun
ada kecenderungan naik, faktanya �menunjukkan masih terbatasnya
aplikasi psikologi forensik terkait dunia peradilan'. Tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga antara lain bisa diukur dari dampak
psikologis (UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam
Rumah Tangga).

Bangun kerja sama


Pada prakteknya, forensik memang telah mengalami perkembangan
cukup pesat. Forensik berkembang seiring dengan dimensi kejahatan.
Istilah forensik tak lagi sebatas konteks pembunuhan sebagaimana
dipahami awam. Kini, sudah dikenal forensik asuransi, forensik akuntansi,
forensik computer, toksikologi forensik dalam kasus kejahatan
lingkungan, dan forensik balistik. Meski berbeda sebutan, tujuannya tetap
sama. Forensik itu mengungkap kejahatan, tandas Prof. Agus
Purwadianta.

Kalangan penegak hukum adalah profesi yang dekat dengan upaya


penanggulangan kejahatan. Karena itu, seyogianya penegak hukum
membangun kerja sama sekaligus menyamakan persepsi tentang
kontribusi forensik bagi dunia hukum.

Terkait upaya menyamakan persepsi dan kerja sama itu, Departemen


Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI mencoba membentuk
Forum Komunikasi Ilmu-Ilmu Forensik. Pertengahan Januari lalu, Forum
Komunikasi ini mengundang para pemangku kepentingan untuk duduk
satu meja dalam workshop membahas �Forensic Sciences and
Investigation Methods'.

Ini untuk membangun kerja sama antar semua ahli forensik untuk
berperan optimal dan professional membantu pengungkapan fakta baik
untuk peradilan maupun non-peradilan, kata Prof. O. Diran, Ketua Forum
Komunikasi Ilmu-Ilmu Forensik.

Hukumonline juga akan menurunkan sejumlah tulisan berkaitan dengan


perkembangan ilmu-ilmu forensik.

Anda mungkin juga menyukai