Anda di halaman 1dari 15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC, juga bersifat magnetis dan

tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi juga dipadukan

dengan besi, krom, dan loga lainnya, dapat membentuk baja yang tahan karat yang

keras (Arda, 2012).

B. Proses Terbentuknya Nikel

Didalam bijih nikel mengandung unsur-unsur lain seperti Fe, S, MgO, CaO,

dan lain sebagainya. Salah satu metode mengurangi kandungan adalah peleburan.

Pada proses ini bijih nikel dileburkan kemudian ditambahkan fluks dan gypsun

(sebagai sumber sulfur).

Selanjutnya besi akan di masukan dalam terak kemudian di buang. Cairan

hasil peleburan selanjutnya dimasukkan ke dalam konverter untuk dihembuskan di

udara. Proses dikonventer menghasilkn pemurnian oksida nikel yang bebas dari

kandungan besi. Selanjutnya hasil pemurnian dicampur dengan bahan pengurang

sulfur kedalam bentuk briket dan akan dilakukan proses reduksi pada suhu 1.500C

sehingga didapat nikel murni (Sumanto, 1994).

5
C. Iklim dan Curah Hujan

Seperti umumnya daerah di Indonesia, beriklim tropis yang setiap tahunnya

dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim

kemarau dapat terjadi pada bulan Juni sampai dengan November. Sedangkan musim

hujan dapat terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Juni. Pada grafik

dijelaskan bahwa curah hujan dan kelembapan tertinggi terdapat pada bulan April

sedangkan tingkat kelembapan terendah terjadi pada bulan September.

Data Curah Hujan


35

30
28.71 28.94
27.32 26.97
25
23.85
20
18.92
15 14.5
12.85
10 10
8
5 4.12 4.57

Gambar 2.1. Data Curah Hujan Daerah Bombana Periode 2015


Sumber : PT. Timah Investasi Mineral

6
D. Penambangan Nikel

Metode penambangan yang dilakukan PT. Timah Investasi Mineral sejak

tahun 2008 dilakukan secara tambang terbuka, saat ini penambangan difokuskan pada

Kec. Kabaena Barat, Kab. Bombana dengan penambangan menggunakan alat gali

muat Excavator Kobelco SK 330 dimuat ke alat angkut Dump Truck dan langsung di

angkut ke Stockpile. Adapun tahapan kegiatan penambangan :

1. Tahap Persiapan Penambangan

Sebagai realisasi dari rencana yang telah ditetapkan, maka sebelum

dilakukan penambangan perlu adanya kegiatan persiapan penambangan.

Menurut (Suhala dkk, 1995), menyatakan ada beberapa tahap-tahap

persiapan penambangan tersebut antara lain :

a. Perintisan (Pioneering)

Perintisan adalah kegiatan persiapan yang mencakup perbuatan sarana jalan

angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran). Dalam pembuatan jalan, lebar

dan kemiringan jalan harus sesuai dengan yang direncanakan sehingga hambatan-

hambatan dalam pengangkutan bijih material dapat diatasi dan tingkat keamanan

pengguna jalan lebih terjamin. Untuk pembuatan jalan dapat dilakukan dengan

menggunakan Bulldozer.

7
b. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan merupakan proses pembersihan lahan sebelum aktivitas

penambangan dimulai. Kegiatan ini pada umumnya diawali dengan mepersiapkan

lahan yaitu membersihkan pohon-pohon, pembuatan jalan agar alat-alat mekanis bisa

dijangkau menuju ke area tambang dengan menggunakan bulldozer dan excavator.

c. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)

Pada kegiatan ini, batuan yang berada diatas cadangan bahan galian bijih

nikel akan dilakukan pengupasan dengan suatu perencanaan berdasarkan letak

pembuangan atau penimbunan sementara (overburden). Pekerjaan ini biasanya

dilakukan bersama-sama dengan kegiatan land clearing dengan menggunakan

excavator dan bulldozer.

2. Kegiatan Penambangan

Setelah tahap persiapan penambangan telah selesai dilakukan, maka kegiatan

penambangan material bijih nikel dapat dilakukan dengan rangkaian-rangkaian

kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :

a. Penggalian (Digging)

Kegiatan penggalian pasti dilakukan pada hampir semua kegiatan

pertambangan. Salah satu keputusan penting yang perlu dilakukan adalah pemilihan

sistem penggalian yang cocok karena material yang digali sangat bervariasi.

8
b. Pemuatan (Loading)

Pemuatan adalah merupakan rangkaian kegiatan atau pekerjaan yang

dilakukan untuk memuat material hasil penggalian kedalam alat angkut. Kegiatan

pemuatan ini dilakukan dengan menggunakan excavator (Rizal, 2016).

E. Analisis Tempat Kerja

Medan kerja sangat berpengaruh, karena apabila medan kerja buruk

akan mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara optimal

(Yanto. I, 2015).

1. Kondisi Front Kerja

Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian

sasaran produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas

pekerja yang berada disekitarnya. Tempat kerja yang luas akan memperkecil

waktu edar alat karena ada cukup tempat untuk berbagai kegiatan, seperti

keleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi sebelum melakukan kegiatan

sebelum pemuatan maupun untuk tempat penimbunan sehingga kondisi tempat kerja

menentukan pola pemuatan yang akan diterapkan.

2. Pola Muat

Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut ditentukan

oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut, apakah kedudukan alat

muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan kedua-duanya sama tinggi.

9
a. Top loading

Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit (alat muat berada di

atas tumpukan material atau berada diatas jenjang). Cara ini hanya dipakai pada alat

muat backhoe. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dalam

menempatkan material. Berikut ini adalah pola muat top loading dapat dilihat pada

gambar 2.2.

Gambar 2.1 Pola Muat Top Loading.

Gambar 2.2. Pola Muat Top Loading


(Sumber: PT. TIM, 2016)

b. Bottom Loading

Ketinggian atau letak alat angkut dump truck jungkit adalah sama. Cara ini

dipakai pada alat muat power shovel. Berikut ini adalah pola muat bottom loading

dapat dilihat pada gambar 2.3.

10
Gambar 2.3. Pola Muat Bottom Loading.
(Sumber: PT. TIM, 2016)

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat


Angkut

Menurut (Munthoha, 2016) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat

gali muat dan alat angkut adalah:

1. Waktu Edar

Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat

untuk menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka

produksinya semakin tinggi (Fathoni, 2015).

11
a. Waktu Edar Alat Gali Muat

Merupakan total waktu pada alat gali, yang dimulai dari pengisian

bucket sampai dengan menumpahkan muatan ke tempat penampungan material dan

kembali kosong.

Rumus : CT = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 ................................................ (2.1)

Keterangan : CT : Waktu edar Excavator (detik)


Tm1 : Waktu menggali material (detik)
Tm2 : Waktu berputar (swing) dengan bucket terisi muatan
(detik)
Tm3 : Waktu menumpahkan muatan (detik)
Tm4 : Waktu berputar (swing) dengan bucket kosong (detik)

b. Waktu Edar Alat Angkut

Waktu edar alat angkut (dump truck) pada umumnya terdiri dari

waktu menunggu alat untuk dimuat dan waktu mengatur posisi untuk dimuati,

waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping, dan waktu

kembali kosong.

Rumus : CT = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 ..................................(2.2)

Keterangan : CT : Waktu edar dump truck (menit)


Ta1 : Waktu mengambil posisi untuk dimuati (menit)
Ta2 : Waktu diisi muatan (menit)
Ta3 : Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 : Waktu mengambil posisi untuk menumpahkan muatan
(menit)

12
Ta5 : Waktu menumpahkan muatan (menit)
Ta6 : Waktu kembali kosong (menit)

Waktu edar yang diperoleh setiap alat mekanis berbeda, hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor :

1. Kondisi tempat kerja

Tempat kerja yang luas akan memperkecil waktu edar alat gali muat.

Dengan ruang gerak yang cukup luas, maka pengambilan posisi dapat dilakukan

dengan mudah, seperti untuk berputar, menggambil posisi sebelum diisi muatan

atau penumpahan serta untuk kegiatan pemuatan. Dengan demikian alat tidak

perlu maju mundur untuk mengambil posisi karena ruang gerak cukup luas,

sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja alat.

2. Sifat fisik material

Kemampuan alat-alat mekanis untuk bekerja baik itu alat angkut maupun

alat muat sangat dipengaruhi oleh sifat fisik material seperti faktor bobot isinya

kekerasan material.

3. Kondisi alat

Kodisi alat-alat mekanis baik untuk pemuatan maupun pengangkutan

mempengaruhi waktu edarnya. Waktu edar alat muat yang baru tentunya akan lebih

kecil dibandingkan dengan waktu edar alat muat yang telah lama digunakan.

13
4. Kemampuan operator

Kemampuan operator sangat berpengaruh terhadap waktu yang akan

digunakan. Bagi operator yang sudah berpengalaman akan dapat memperkecil waktu

yang diperlukan dalam penggunaan alat muat maupun alat angkut.

5. Pengaruh cuaca

Dalam cuaca panas dan berdebu akan mengurangi jarak pandang operator,

tapi hal tersebut dapat diatasi dengan penyiraman jalan. Sedangkan apabila hujan,

semua kegiatan di lapangan akan dihentikan (Yuliandy, 2016).

2. Efisiensi Kerja

Menurut (Rochmanhadi, 1989) efisiensi kerja adalah perbandingan antara

waktu yang dipakai untuk bekerja (waktu efektif) dengan waktu kerja yang

tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akan mempengaruhi

kemampuan produksi dari suatu alat. Persamaan yang dapat digunakan untuk

menghitung efisiensi kerja adalah sebagai berikut :

Rumus: We = Wt – (Wtd+Whd)

We
E x100%
Wt ...........................................................................(2.3)
Keterangan : E = Efisiensi kerja (%)
We = Waktu kerja efektif (menit)
Wt = Waktu kerja tersedia (menit)
Whd = Waktu hambatan dapat dihindari (menit)
Wtd = Waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit)

14
G. Produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut

1. Alat Gali Muat (Excavator)

Karakteristik dari hydraulic excavator adalah pada umumnya menggunakan

tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Pengoperasian excavator yang efektif

adalah menggunakan metode heel and toe (ujung dan pangkal) mulai dari atas

permukaan sampai pada bagian bawah dan bagian atas bisa berputar 360 derajat.

Dalam konfigurasi backhoe ukuran lengan lebih panjang sehingga jangkauan lebih

jauh, tetapi bucket lebih kecil. Ini bukan berarti produksinya rendah karena putaran

swiing-nya bisa lebih kecil yang berarti cycle time-nya lebih pendek.

Pada konfigurasi yang lain, loading sovel biasanya lengannya lebih pendek,

akan tetapi bucket-nya lebih besar dan cycle time swing lebih lama. Hal ini bukan

berarti produksinya lebih rendah karena ukuran bucket-nya lebih besar dari pada back

hoe. Kelebihan excavator ini bisa mendistribusikan muatan ke seluruh bagian vessel

dengan merata. Artinya, lebih mudah mengatur muatan sehingga jalannya dump truck

menjadi seimbang (Tenriajeng, 2013).

Menurut (Munthoha, 2016) produktivitas excavator dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Rumus:

3600
Q=q× × E............................................................................(2.4)
Cm

15
Keterangan: Q = Produksi Excavator ( Ton/jam)
Cm = Waktu edar alat muat (Detik)
q = Kapasitas mangkuk alat muat ( m3)
(q1= kapasitas bucket × K= bucket fill factor)
E = Efesiensi kerja (%)
D = Density (Ton/m3)

2. Alat Angkut (Dump Truck)

Alat angkut dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan

material pada jarak menengah sampai jarak jauh. Muatannya diisikan oleh alat

pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya, alat ini dapat bekerja sendiri.

Ditinjau dari besar muatannya, dump truck dapat dikelompokkan ke dalam dua

golongan :

- On high way dump truck, muatannya lebih kecil dari 20 m3

- Off high dump truck, muatannya lebih besar dari 20 m3

Rumus:

60
Q= × E × M………………......................................................(2.5)
Cmt

Keterangan: Q = Produksi alat angkut (ton/jam)


Cmt = Cycle time alat angkut (menit)
E = Efesiensi kerja (%)
M = banyaknya alat angkut dalam operasi (unit)
Cm
=
n x Cmt
Dimana : n = Jumlah pemuatan (unit)
D = Density (ton/m3)

16
H. Keserasian Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan sistematis yang

digunakan untuk menghitung tingkat keserasian kerja antara alat gali muat dan alat

angkut untuk setiap kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan. Untuk

mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan alat angkut, maka

produksi antara alat gali muat harus sesuai dengan produksi alat angkut.

Faktor keserasian antara alat gali muat dan alat angkut didasarkan pada

produksi alat gali muat dan alat angkut yang dinyatakan dalam match faktor (MF).

Hal ini dapat dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, kapasitas dan

kemampuan suatu alat baik untuk alat gali muat dan alat gali angkut. Untuk menilai

keserasian alat gali muat dan alat angkut dapat digunakan rumus match faktor adalah

sebagai berikut: (Yanto. I, 2007).

Rumus:

Nh Cm
MF  x
Nl Cmt ........................................................................................(2.6)

Keterangan: Nh = Jumlah alat angkut (unit)


Cmt = Waktu edar alat muat (menit)
Nl = Jumlah alat muat (unit)
Cmt = Waktu edar alat angkut (menit)

Adapun cara menilai faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut adalah :

17
1. MF < 1, artinya alat gali muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat angkut

bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu

alat angkut yang belum datang.

2. MF = 1, artinya alat gali muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi

waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

3. MF > 1, artinya alat gali muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja

kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

I. Estimasi Jumlah Alat yang Dibutuhkan

Didalam kegiatan penambangan keberadaan alat mekanis sangat dibutuhkan

guna menunjang penambangan itu sendiri disamping meningkatkan efisiensi kerja dan

produktivitas alat gali muat dan alat angkut. Walaupun demikian dalam penggunaan

perlu dilakukan secara tepat agar kemampuan alat dapat digunakan secara optimal

serta mempunya tingkat efisiensi yang tinggi (Rochmanhadi, 1992).

Sehubungan hal tersebut, maka sekiranya perlu diadakan estimasi jumlah dan

keserasian alat yang dibutuhkan agar pencapaian target produksi bisa optimal. Untuk

dapat mengestimasikan jumlah alat yang dibutuhkan, maka terlebih dahulu harus

diketahui perolehan waktu edar alat gali muat dan alat angkut dan jumlah alat yang

sudah ditetapkan untuk target produksi.

18
Rumus:

Cmt
M= …………………………………………………….......(2.7)
nxCm

Keterangan: M = jumlah alat yang dibutuhkan (unit)


Cmt = cycle time alat angkut (menit)
n = Jumlah pemuatan (unit)
Cm = cycle time alat muat (menit)

19

Anda mungkin juga menyukai