Anda di halaman 1dari 12

Abstrak

Pendahuluan

Pada umumnya para pakar HAM Barat berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai
dengan lahirnya Magna Charta (Piagam Agung,1215) yakni suatu dokumen yang mencatat
beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan
bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja John
itu.perkembangan berikutnya adalah munculnya Bill of Rights (Undang-undang hak, 1969) di
Inggris, kemudian munculnya Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan
hak-hak manusia dan warga negara, 1789 di Perancis).

Di Indonesia, HAM bersumber dan bermuara pada pancasila. Bagi bangsa Indonesia,
melaksanakan Hak Asasi Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika
dalam melaksanakan hak tidak memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah
benturan hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara atau
dengan kata lain dapat menimbulkan kasus-kasus pelanggaran HAM. Kasus-kasus
pelanggaran HAM bisa saja terjadi di berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali di bidang
pendididikan. Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya hak asasi manusia kian
meningkat, namun dibanding dengan negara-negara maju dalam mengembangkan kesadaran
tentang hak-hak itu tentu masih jauh ketinggalan. Tetapi sesungguhnya ketertinggalan itu
tidaklah sedemikian parahnya. Seperti dibentuknya Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia
(Komnas HAM).

Jika diukur dengan semua nilai yang dijabarkan dan dikehendaki sebagai konsep hak-
hak asasi sebagaimana ditutur kan di atas, maka keadaan di Indonesia tentu jauh dari
memadai. Banyak kejadian yang di negeri maju dianggap sebagai pelanggaran gawat
terhadap hak-hak asasi, di Indonesia masih dipandang biasa saja. Oleh karena itu saya ingin
memberi judul artikel ini “Pentingnya Kesadaran Hak Asasi Manusia di Indonesia”. Untuk
menekankan pentingnya kesadaran HAM dalam artikel ini saya akan membahas tentang
pengertian Hak asasi manusia itu sendiri, bentuk-bentuk pelanggaran HAM, pandangan
Indonesia tentang HAM, serta upaya usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
HAM.
PEMBAHASAN

Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia
semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.

Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di
dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan
atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.

Sejak lahir, manusia telah mempunyai hak asasi yang harus dijunjung tinggi dan
diakui semua orang. Hak ini lebih penting dari hak seorang penguasa atau raja. Hak asasi
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, diberikan kepada manusia. Akan tetapi, hak asasi sering
kali dilanggar manusia untuk mempertahankan hak pribadinya.

Hak Asasi Manusia mucul dari keyakinan manusia itu sendiri bahwasanya semua
manusia selaku makhluk ciptaan Tuhan adalah sama dan sederajat. Manusia dilahirkan bebas
dan memiliki martabat serta hak-hak yang sama. Atas dasar itulah manusia harus
diperlakukan secara sama adil dan beradab. HAM bersifat universal, artinya berlaku untuk
semua manusia tanpa mebeda-bedakannya berdasarkan atas ras, agama, suku dan bangsa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah hak yang
melekat pada diri manusia sejak manusia lahir yang tidak dapat diganggu gugat dan bersifat
kodrati, tetap , abadi dan universal berkait dengan harkat dan martabat manusia. Hak asasi
manusia juga berarti seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh negara,hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat martabat manusia (UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM)

Hak asasi manusia menurut pandangan islam adalah hak-hak kodrati yang
dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia, yang tidak dapat dicabut atau dikurangi
oleh kekuasaan atau badan apapun(Maududi, dalam Cipto, et al., 2002: 133) Islam telah
memiliki doktrin perlindungan HAM ynag lebih komperehensif dibandingkan konsep HAM
dalam Magna Charta. Konsep HAM dalam Magna Charta yang baru ada 600 tahun setelah
kedatangan Islam, baru merupakan suatu dokumen yang berisi beberapa hak yang diberikan
Raja Inggris kepada beberapa bangsawan. Oleh karena itu, juga sangat tidak benar jika Barat
mengklaim bahwa embrio atau tonggak sejarah HAM berasal dari Magna Charta.

Kita sebagai warga negara yang baik tentunya haruslah saling menghormati satu sama
lain dengan tidak membedakan ras, agama, golongan, jabaatan ataupun status sosial.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali
sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah
ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan
hak asasi manusia.

Wagranegara merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus


terhadap negaranya. Ia mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik kepada
negaranya (Tim ICCE UIN Jakarta, 2003: 73). Warganegara juga diartikan sebagai orang-
orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, yang dahulu disebut
hamba atau kawula negara. Tetapi sekarang ini lazim disebut warganegara (Ubaidillah,
2000:58).

Di negara kita yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dalam undang-undang sebagai warganegara
(UUD 1945 Pasal 26 ayat 1). Setiap negara pada umumnya mencantumkan pasal hak dan
kewajiban warga negara dalam UUD dan peraturan hukum lainnya sebagai syarat objektif
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Hak warganegara di negara Republik Indonesia
diatur dalam UUD 1945 yaitu (1) sama kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan; (2)
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; (3) ikut serta dalam
pembelaan negara; (4) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul; (5) mengeluarkan pikiran
lisan atau tulisan; (6) ikut serta dalam usaha pertahanan negara; (7) mendapatkan pendidikan;
(8) dipelihara negara (khusus fakir miskin dan anak terlantar). Sedangkan kewajiban warga
negara di negara Republik Indonesia yang diatur dalam UUD 1945 meliputi: (1) kewajiban
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan; (2) ikut serta dalam pembelaan negara; (3)
menhormati hak asasi orang lain; (4) tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang; (5) ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara; dan (6)
mengikuti pendidikan dasar.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu dirumuskan
dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan UUD 1945 dan
pasasl-pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun Deklarasi PBB pada
tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa Indonesia sebelum
tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak
asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta
dalam sidang BPUPKI sebagai berikut : “Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan,
tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul
negara kekuasaan (Machsstaat atau negara penindas)”. Deklarasi bangsa Indonesia pada
prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah
yang merupakan sumber normativ bagi hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam
pasal pasal UUD 1945.

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa “Kemerdekaan ialah
hak segala bangsa”. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak
asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-
hak Asasi Manusia PBB pasal I.

Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis,


malainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial)
sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia .Kata-
kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya”. Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa…” mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan
manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas…” dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia
mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945
dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Setiap orang bertanggung jawab untuk terlibat dalam penegakan HAM. Walaupun
secara formaltanggung jawab negara lebih besar, tetapi peran masyarakat luas sebenarnya
dampak yangsangat besar bagi terbangunnya kesadarang untuk menghormati HAM. Tentu
saja tanggung jawab itu harus di awali dengan pemahaman akan pentingnya hak asasi
manusia. Tetapi orangharus memahami bahwa HAM seorang perlu mendapat perlindungan
demi martabatnyasebagai manusia. Jika seorang memahami konsep sedasar ini , maka akan
semakin mudahmenyebarluaskan tanggungjawab masing-masing individu untuk turut aktif
dalam penegakanupaya HAM. sikap positif dalam penegakan HAM dapat di mulaikan dari
lingkungan keluarga, warga sekitar tempat tinggal, sekolah dan masyarakat luas. Di
lingkungan masyarakat luas,sikap positip terhadap penegakan HAM dapat di lakukan antara
lain (1) Tidak mengganggu ketertiban umum; (2) Saling menjaga dan melindungi harkat dan
mertabat manusia; (3) menghormati keberadaan sendiri; (4) Berkomunikasi dengan baik dan
sopan; (5) Turut maembantu terselenggaranya masyarakat madani , yakni hidup
berdampingansecara damai, sayang menyayangi tanpa membedakan ras, keturunan dan
pandangan politiknya, serta kelompok besar tidak memaksakan kehendaknya kepada
kelompok kecil dan sebaliknya kelompok kecil menghormati kelompok besar.
Pemerintah Indonesia telah berupaya memajukan, menghormati, dan menegakkan hak
asasi manusia, meskipun sampai saat ini masih terjadi banyak pelanggaran terhadap hak-hak
asasi manusia di Indonesia. Upaya pemerintah Indonesia ini diwujudkan dalam berbagai
bentuk. Dua di antaranya adalah membentuk peraturan perundang-undangan tentang HAM
dan membentuk kelembagaan HAM di Indonesia.
Dalam pembentukan perundang-undangan tentang HAM yang dibuat negara
Indonesia merupakan pemikiran tentang pemajuan, penghormatan, dan perlindungan hak-hak
asasi manusia telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Hal ini dapat kita buktikan
dengan telah dirumuskannya ketentuan tentang penghormatan hak asasi manusia dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea I–IV yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

1) Alinea I yang berbunyi: ” . . . kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa . . .”. Alinea ini
menunjukkan pengakuan hak asasi manusia berupa hak kebebasan atau hak kemerdekaan dari
segala bentuk penjajahan atau penindasan dari bangsa lain.
2) Alinea II yang berbunyi: ”. . . mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Alinea ini
menunjukkan adanya pengakuan atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan dan
ekonomi.
3) Alinea III yang berbunyi: ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas . . .”. Alinea
ini menunjukkanadanya pengakuan bahwa kemerdekaan itu berkat anugerah Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Alinea IV yang berbunyi: ”. . . melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia . . .”. Alinea ini merumuskan dasar filsafat
negara (Pancasila) yang maknanya mengandung pengakuan akan hak-hak asasi yang bersifat
universal.
Selanjutnya, dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum amendemen juga sudah dimuat
tentang jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dalam berbagai bidang seperti berikut.
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

1) Hak dalam Bidang Politik


(a) Hak persamaan di depan hukum. Hak ini dimuat dalam pasal 27 ayat (1).
(b) Hak mengeluarkan pendapat, berkumpul, dan berserikat. Hak ini dimuat dalam pasal 28.
2) Hak dalam Bidang Ekonomi
(a) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hak ini dimuat dalam pasal 27 ayat (2).
(b) Hak atas kekayaan alam. Hak ini dimuat dalam pasal 33.
(c) Hak fakir miskin dan anak telantar. Hak ini dimuat dalam pasal 34.
3) Hak dalam Bidang Sosial dan Budaya
(a) Hak kebebasan beragama. Hak ini dimuat dalam pasal 29 ayat (2).
(b) Hak mendapatkan pendidikan. Hak ini dimuat dalam pasal 31 ayat (1).
4) Hak dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Hak untuk membela negara. Hak ini dimuat dalam pasal 30. Dalam perkembangan
selanjutnya, pemerintah Indonesia membuat peraturan pelaksana dari UUD 1945 yang
mengatur tentang hak asasi manusia. Peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan
seperti berikut:
1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Setelah melalui berbagai perdebatan yang seru, pemerintah Indonesia berhasil


mengamendemen UUD 1945 yang salah satu inti perubahannya adalah menambahkan
beberapa pasal khusus mengenai hak asasi manusia. Beberapa pasal tambahan yang khusus
mengatur tentang hak asasi manusia adalah pasal 28A–28J hasil perubahan kedua. Itulah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dalam upaya
pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM.
Dalam pembentukan kelembagaan HAM di Indonesia Ada beberapa lembaga HAM
yang dibentuk oleh pemerintah. Antara lain:
1) Komnas HAM
Pada tanggal 7 Juni 1993 Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Soeharto,
melalui Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 membentuk sebuah lembaga HAM di
Indonesia. Lembaga HAM yang dimaksud adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM). Kedudukan Komnas HAM kemudian mempunyai kekuatan hukum yang
lebih kuat dengan diundangkannya Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Komnas HAM merupakan suatu
lembaga yang mandiri. Komnas HAM mempunyai kedudukan yang setingkat dengan
lembaga negara lainnya. Komnas HAM mempunyai fungsi untuk melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Selain itu, mengenai
Komnas HAM juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Komnas HAM merupakan suatu lembaga yang mempunyai
wewenang untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan
penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat. Komnas HAM dibentuk dengan tujuan
(a) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. (b) Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi
dalam berbagai bidang kehidupan
2) Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan ini dibentuk berdasarkan


Keppres Nomor 181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan komisi ini adalah upaya
mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan ini bersifat independen dan mempunyai tujuan;
(a) Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan; (b)
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan; (c) Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan.

3) Lembaga Bantuan Hukum

Bagi warga negara yang tidak mampu membayar dan tidak memiliki biaya untuk
melakukan tuntutan hukum, dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan
hukum bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku,
keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama, atau kelompok
orang yang membelanya. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum adalah mencegah adanya ledakan
gejolak sosial dan keresahan masyarakat. Keberhasilan gerakan bantuan hukum akan dapat
mengembalikan wibawa hukum dan wibawa pengadilan yang selama ini terpuruk di negara
kita.

4) Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum


Dalam rangka pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat, beberapa fakultas
hukum mengadakan biro konsultasi dan bantuan hukum. Biro ini ditangani oleh dosen-dosen
muda yang masih dalam proses belajar untuk menjadi advokat profesional.
5) Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam UUD
1945 dan PBB tentang hak-hak anak. Meskipun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, dalam
pelaksanaannya masih memerlukan undang-undang sebagai landasan yuridis bagi
pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
negara. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan anak,
dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia meliputi hal-hal berikut; (a) Melakukan
sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak; (b) Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada
presiden dalam rangka perlindungan anak.
Komisi Nasional Perlindungan Anak merupakan lembaga yang bergerak di bidang
perlindungan anak. Melalui lembaga ini diharapkan hak-hak yang dimiliki anak Indonesia
dapat terlindungi. Hampir setiap hari kita bisa melihat adanya anak-anak usia sekolah yang
ada di jalanan, bahkan kita bisa melihat anak-anak di bawah umur yang harus bekerja demi
kepentingan orang tua atau pihak lain. Padahal mereka adalah anak-anak yang juga
mempunyai hak untuk sekolah guna mendapatkan pendidikan dan mempunyai hak hidup
layak.
Dengan adanya Komisi Nasional Perlindungan Anak ini diharapkan hak-hak anak
tidak lagi dilanggar oleh para orang tua yang tidak bertanggung jawab ataupun pihak mana
pun. Dengan demikian, hak asasi anak dapat ditegakkan. Pemajuan dan Penegakan HAM di
Indonesia Era Reformasi Pada periode 1998–2005, pemajuan dan penegakan HAM di
Indonesia memasuki tahapan status penentu dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada
tahap ini pemerintah menerima norma internasional HAM, baik melalui ratifikasi maupun
institusionalisasi nilai HAM.
Sudah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran warga negara
tentang hak asasi manusia untuk mencgah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. dari
upaya yang kecil Seperti dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan tentang hak asasi manusia
yang dimulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA yaitu pada mata pelajaran PKN
Serta mata kuliah wajib di kalangan perguruan tinggi hingga upaya besar dalam membuat
peraturan perundang-undangan tentang HAM dan pembentukan kelembagaan tentang HAM.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting keberadaan HAM,


pihak terkait sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya baik yang bersifat konseptual-
strategis maupun teknis-implementatif. Upaya tersebut di antaranya adalah dengan
mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang bernuansa HAM, bahkan
melakukan amandemen UUD 1945 dengan memasukkan materi HAM yang lebih
komprehensif.
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwasanya kita sebagai warga
negara yang baik tentunya haruslah saling menghormati hak satu sama lain dengan tidak
membedakan ras, agama, golongan, jabaatan ataupun status sosial. Hak Asasi Manusia
merupakan hak kita sebagai manusia yang layak,tanpa Hak Asasi Manusia kita tidak
dihargai,tidak diperhitungkan dibandingkan yang lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting keberadaan HAM,
pihak terkait sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya baik yang bersifat konseptual-
strategis maupun teknis-implementatif. Upaya tersebut di antaranya adalah dengan
mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang bernuansa HAM, bahkan
melakukan amandemen UUD 1945 dengan memasukkan materi HAM yang lebih
komprehensif.

SARAN
Upaya-upaya untuk mewujudkan pemahaman tentang HAM tidak semata-mata
tanggung jawab pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melainkan dari seluruh lapisan
masyarakat. Kita sebagai masyarakat bisa memulai dari hal-hal kecil seperti saling
menghormati satu sama lain, karena kita sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup kita maka
sewajarnya jika kita ingin mendapat perlakuan baik yang seharusnya menjadi hak kita
sebagai manusia hendaknya kita juga memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan
diri sendiri.
Daftar Pustaka

- Tim Nasional Dosen Pendidikan


Kewarganegaraan.2013.PendidikanKewarganegaraan.Bandung: Alfabeta
- Sumber: http://news.detik.com/ Senin, 16/02/2015 17:19 WIB
- https://bayuhendralosa.wordpress.com/matematika/upaya-penegakan-ham-di-indonesia/
- http://www.edukasippkn.com/2015/09/upaya-pemerintah-indonesia-dalam_22.html
- http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html

Anda mungkin juga menyukai