Pendahuluan
Pada umumnya para pakar HAM Barat berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai
dengan lahirnya Magna Charta (Piagam Agung,1215) yakni suatu dokumen yang mencatat
beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan
bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja John
itu.perkembangan berikutnya adalah munculnya Bill of Rights (Undang-undang hak, 1969) di
Inggris, kemudian munculnya Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan
hak-hak manusia dan warga negara, 1789 di Perancis).
Di Indonesia, HAM bersumber dan bermuara pada pancasila. Bagi bangsa Indonesia,
melaksanakan Hak Asasi Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika
dalam melaksanakan hak tidak memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah
benturan hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara atau
dengan kata lain dapat menimbulkan kasus-kasus pelanggaran HAM. Kasus-kasus
pelanggaran HAM bisa saja terjadi di berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali di bidang
pendididikan. Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya hak asasi manusia kian
meningkat, namun dibanding dengan negara-negara maju dalam mengembangkan kesadaran
tentang hak-hak itu tentu masih jauh ketinggalan. Tetapi sesungguhnya ketertinggalan itu
tidaklah sedemikian parahnya. Seperti dibentuknya Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia
(Komnas HAM).
Jika diukur dengan semua nilai yang dijabarkan dan dikehendaki sebagai konsep hak-
hak asasi sebagaimana ditutur kan di atas, maka keadaan di Indonesia tentu jauh dari
memadai. Banyak kejadian yang di negeri maju dianggap sebagai pelanggaran gawat
terhadap hak-hak asasi, di Indonesia masih dipandang biasa saja. Oleh karena itu saya ingin
memberi judul artikel ini “Pentingnya Kesadaran Hak Asasi Manusia di Indonesia”. Untuk
menekankan pentingnya kesadaran HAM dalam artikel ini saya akan membahas tentang
pengertian Hak asasi manusia itu sendiri, bentuk-bentuk pelanggaran HAM, pandangan
Indonesia tentang HAM, serta upaya usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
HAM.
PEMBAHASAN
Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia
semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di
dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan
atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.
Sejak lahir, manusia telah mempunyai hak asasi yang harus dijunjung tinggi dan
diakui semua orang. Hak ini lebih penting dari hak seorang penguasa atau raja. Hak asasi
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, diberikan kepada manusia. Akan tetapi, hak asasi sering
kali dilanggar manusia untuk mempertahankan hak pribadinya.
Hak Asasi Manusia mucul dari keyakinan manusia itu sendiri bahwasanya semua
manusia selaku makhluk ciptaan Tuhan adalah sama dan sederajat. Manusia dilahirkan bebas
dan memiliki martabat serta hak-hak yang sama. Atas dasar itulah manusia harus
diperlakukan secara sama adil dan beradab. HAM bersifat universal, artinya berlaku untuk
semua manusia tanpa mebeda-bedakannya berdasarkan atas ras, agama, suku dan bangsa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah hak yang
melekat pada diri manusia sejak manusia lahir yang tidak dapat diganggu gugat dan bersifat
kodrati, tetap , abadi dan universal berkait dengan harkat dan martabat manusia. Hak asasi
manusia juga berarti seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh negara,hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat martabat manusia (UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM)
Hak asasi manusia menurut pandangan islam adalah hak-hak kodrati yang
dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia, yang tidak dapat dicabut atau dikurangi
oleh kekuasaan atau badan apapun(Maududi, dalam Cipto, et al., 2002: 133) Islam telah
memiliki doktrin perlindungan HAM ynag lebih komperehensif dibandingkan konsep HAM
dalam Magna Charta. Konsep HAM dalam Magna Charta yang baru ada 600 tahun setelah
kedatangan Islam, baru merupakan suatu dokumen yang berisi beberapa hak yang diberikan
Raja Inggris kepada beberapa bangsawan. Oleh karena itu, juga sangat tidak benar jika Barat
mengklaim bahwa embrio atau tonggak sejarah HAM berasal dari Magna Charta.
Kita sebagai warga negara yang baik tentunya haruslah saling menghormati satu sama
lain dengan tidak membedakan ras, agama, golongan, jabaatan ataupun status sosial.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali
sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah
ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan
hak asasi manusia.
Di negara kita yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dalam undang-undang sebagai warganegara
(UUD 1945 Pasal 26 ayat 1). Setiap negara pada umumnya mencantumkan pasal hak dan
kewajiban warga negara dalam UUD dan peraturan hukum lainnya sebagai syarat objektif
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Hak warganegara di negara Republik Indonesia
diatur dalam UUD 1945 yaitu (1) sama kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan; (2)
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; (3) ikut serta dalam
pembelaan negara; (4) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul; (5) mengeluarkan pikiran
lisan atau tulisan; (6) ikut serta dalam usaha pertahanan negara; (7) mendapatkan pendidikan;
(8) dipelihara negara (khusus fakir miskin dan anak terlantar). Sedangkan kewajiban warga
negara di negara Republik Indonesia yang diatur dalam UUD 1945 meliputi: (1) kewajiban
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan; (2) ikut serta dalam pembelaan negara; (3)
menhormati hak asasi orang lain; (4) tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang; (5) ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara; dan (6)
mengikuti pendidikan dasar.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu dirumuskan
dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan UUD 1945 dan
pasasl-pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun Deklarasi PBB pada
tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa Indonesia sebelum
tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak
asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta
dalam sidang BPUPKI sebagai berikut : “Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan,
tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul
negara kekuasaan (Machsstaat atau negara penindas)”. Deklarasi bangsa Indonesia pada
prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah
yang merupakan sumber normativ bagi hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam
pasal pasal UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa “Kemerdekaan ialah
hak segala bangsa”. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak
asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-
hak Asasi Manusia PBB pasal I.
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya”. Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa…” mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan
manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas…” dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia
mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945
dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Setiap orang bertanggung jawab untuk terlibat dalam penegakan HAM. Walaupun
secara formaltanggung jawab negara lebih besar, tetapi peran masyarakat luas sebenarnya
dampak yangsangat besar bagi terbangunnya kesadarang untuk menghormati HAM. Tentu
saja tanggung jawab itu harus di awali dengan pemahaman akan pentingnya hak asasi
manusia. Tetapi orangharus memahami bahwa HAM seorang perlu mendapat perlindungan
demi martabatnyasebagai manusia. Jika seorang memahami konsep sedasar ini , maka akan
semakin mudahmenyebarluaskan tanggungjawab masing-masing individu untuk turut aktif
dalam penegakanupaya HAM. sikap positif dalam penegakan HAM dapat di mulaikan dari
lingkungan keluarga, warga sekitar tempat tinggal, sekolah dan masyarakat luas. Di
lingkungan masyarakat luas,sikap positip terhadap penegakan HAM dapat di lakukan antara
lain (1) Tidak mengganggu ketertiban umum; (2) Saling menjaga dan melindungi harkat dan
mertabat manusia; (3) menghormati keberadaan sendiri; (4) Berkomunikasi dengan baik dan
sopan; (5) Turut maembantu terselenggaranya masyarakat madani , yakni hidup
berdampingansecara damai, sayang menyayangi tanpa membedakan ras, keturunan dan
pandangan politiknya, serta kelompok besar tidak memaksakan kehendaknya kepada
kelompok kecil dan sebaliknya kelompok kecil menghormati kelompok besar.
Pemerintah Indonesia telah berupaya memajukan, menghormati, dan menegakkan hak
asasi manusia, meskipun sampai saat ini masih terjadi banyak pelanggaran terhadap hak-hak
asasi manusia di Indonesia. Upaya pemerintah Indonesia ini diwujudkan dalam berbagai
bentuk. Dua di antaranya adalah membentuk peraturan perundang-undangan tentang HAM
dan membentuk kelembagaan HAM di Indonesia.
Dalam pembentukan perundang-undangan tentang HAM yang dibuat negara
Indonesia merupakan pemikiran tentang pemajuan, penghormatan, dan perlindungan hak-hak
asasi manusia telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Hal ini dapat kita buktikan
dengan telah dirumuskannya ketentuan tentang penghormatan hak asasi manusia dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea I–IV yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
1) Alinea I yang berbunyi: ” . . . kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa . . .”. Alinea ini
menunjukkan pengakuan hak asasi manusia berupa hak kebebasan atau hak kemerdekaan dari
segala bentuk penjajahan atau penindasan dari bangsa lain.
2) Alinea II yang berbunyi: ”. . . mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Alinea ini
menunjukkan adanya pengakuan atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan dan
ekonomi.
3) Alinea III yang berbunyi: ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas . . .”. Alinea
ini menunjukkanadanya pengakuan bahwa kemerdekaan itu berkat anugerah Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Alinea IV yang berbunyi: ”. . . melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia . . .”. Alinea ini merumuskan dasar filsafat
negara (Pancasila) yang maknanya mengandung pengakuan akan hak-hak asasi yang bersifat
universal.
Selanjutnya, dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum amendemen juga sudah dimuat
tentang jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dalam berbagai bidang seperti berikut.
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Bagi warga negara yang tidak mampu membayar dan tidak memiliki biaya untuk
melakukan tuntutan hukum, dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan
hukum bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku,
keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama, atau kelompok
orang yang membelanya. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum adalah mencegah adanya ledakan
gejolak sosial dan keresahan masyarakat. Keberhasilan gerakan bantuan hukum akan dapat
mengembalikan wibawa hukum dan wibawa pengadilan yang selama ini terpuruk di negara
kita.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwasanya kita sebagai warga
negara yang baik tentunya haruslah saling menghormati hak satu sama lain dengan tidak
membedakan ras, agama, golongan, jabaatan ataupun status sosial. Hak Asasi Manusia
merupakan hak kita sebagai manusia yang layak,tanpa Hak Asasi Manusia kita tidak
dihargai,tidak diperhitungkan dibandingkan yang lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting keberadaan HAM,
pihak terkait sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya baik yang bersifat konseptual-
strategis maupun teknis-implementatif. Upaya tersebut di antaranya adalah dengan
mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang bernuansa HAM, bahkan
melakukan amandemen UUD 1945 dengan memasukkan materi HAM yang lebih
komprehensif.
SARAN
Upaya-upaya untuk mewujudkan pemahaman tentang HAM tidak semata-mata
tanggung jawab pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melainkan dari seluruh lapisan
masyarakat. Kita sebagai masyarakat bisa memulai dari hal-hal kecil seperti saling
menghormati satu sama lain, karena kita sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup kita maka
sewajarnya jika kita ingin mendapat perlakuan baik yang seharusnya menjadi hak kita
sebagai manusia hendaknya kita juga memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan
diri sendiri.
Daftar Pustaka