Anda di halaman 1dari 12

HUMANIORA

Filsafat Kaitannya dengan Kebidanan dan Perbedaan dengan Filsafat

Filsafat Kebidanan
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan
logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika
dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran
dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap
skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya.
Sehingga Filsafat kebidanan Adalah merupakan pandangan hidup atau penuntun
bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Falsafah kebidanan tersebut adalah :
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang-Undang maupun Peraturan
Pemeritah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan
profesional secaa Internasional diakui oleh ICM, FIGO dan WHO.
2. Tugas dan tanggung jawab kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan Menteri Kesehatan ditujukan dalam rangka
membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka
menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas yang aman
dan KB.
3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri
mendapat informasi yang cukup untuk berperan di segala aspek pemeliharaan
kesehatan.
4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopaus adalah
proses fisiologi hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medik.
5. Persalinan adalah suatu proses yang alami peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang
berkualitas.
7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang
membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.
9. Intervensi kebidanan bersifat komprehenship mencakup upaya promotif,
prepentif, kuratif dan rehabilitatif ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat.
10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam
rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang profesional dan interaksi
sosial.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian
berlangsung sepanjang hidup manusia perlu di kembangkan dan diupayakan untuk
berbagai strata masyarakat.

Pelopor Perkembangan Kebidanan


1. Hipokrates (Yunani : 460 – 370 SM) disebut sebagai Bapak Pengobatan menaruh
perhatian terhadap :
1) Kebidanan/Keperawatan dan pengobatan
2) Wanita yang bersalin dan nifas mendapatkan pertolongan dan pelayanan
selayaknya.
2. Soranus (Turki : 98 – 138 SM) disebut Bapak Kebidanan :
1) Berpendapat bahwa seorang ibu yang telah melahirkan tidak takut akan hantu
atau setan dan menjauhkan ketahyulan.
2) Kemudian diteruskan oleh Moscion bekas muridnya : meneruskan usaha dan
menulis buku pelajaran bagi bidan-bidan yang berjudul : KATEKISMUS bagi
bidan-bidan Roma – pengetahuan bidan semakin maju.

Perkembangan Karir Bidan


A. Perkembangan Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan dalam Hipokrates system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan
kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Layanan kebidanan oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
1. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung
jawab bidan.
2. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
3. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan
oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten
ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/ menerima rujukan dari
penolong persalinan lainnya seperti rujukan

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur
Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertololongan persalinan, tetapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit
Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum
merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland,
Ilmu Kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh
seorang dokter militer Belanda (dr. W Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu
dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diaakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melaui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus
Tambahan Bidan pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-
kota besar lain di Nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun
1957.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui instruksi Presiden secara lisan pada sidang kabinet
tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Bidan dalam melaksanakan peran fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan
dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Falsafah Asuhan Kebidanan
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa arab yaitu “falsafa” (timbangan) yamg
dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. (Harun Nasution, 1979)
Menurut bahasa Yunani “philosophy“berasal dari dua kata yaitu philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijkasanaan,
pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat
diartikan “ cinta kebijaksanaan atau kebenaran.”
B. DEFINISI BIDAN
Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk menolong
perempuan saat melahirkan. Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE
yang artinya “Pendamping Wanita”, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta “Wirdhan”
yang artinya “Wanita Bijaksana”. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional
maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.

1. Menurut International Confederation of Midwives (ICM)


Pengertian bidan dan bidang praktikya secara internasional telah diakui oleh ICM tahun
1972 dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) tahun 1973,
World Health Organisation (WHO) dan badan lainnya. Pada pertemuan dewan di Kobe
tahun 1980, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang telah di sahkan oleh FIGO
(1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian bidan adalah sebagai berikut:
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

3. Menurut Undang-undang
a. KepPres No 23 tahun 1994 Pasal 1 butir 1 tentang pengangkatan bidan sebagai
pegawai tidak tetap berbunyi: “Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti Program
Pendidikan Bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku”.
b. KepMenKes No 822/MenKes/SK/IX/1993 pasal 1 butir 1 tentang penyelenggaraan
Program Pendidikan Bidan berbunyi: “Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
dan lulus Program Pendidikan Bidan sesuai dengan persyaratan yang berlaku”.
c. Lampiran KepMenKes No 871/MenKes/SK/VIII/1994 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak tetap, pada pendahuluan butir
c dan pengertian organisasi: “Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus
Program Pendidikan Bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku”.
d. PerMenKes No 572/MenKes/Per/VI/1996 pasal 1 ayat 1 tentang registrasi dan praktek
bidan yang berbunyi: “Bidan adalah seseorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku”.
e. KepMenKes RI No.900/MenKes/SK/2000 tentang registrasi dan praktek bidan, pada
pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Bidan adalah seseorang wanita yang telah mengikuti
dan lulus program pendidikan bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku”.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktek
kebidanan di negeri itu yang mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan
nasehat yang dibutuhkan wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca
persalinan, memimpin persalinan atas tanggng jawabnya sendiri serta pada asuhan pada
bayi baru lahir dan anak.
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai,
serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Kepanjangan BIDAN:
B : Bakti
I : Ibu
D : Demi
A : Anak
N : Negara

C. PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan kebidanan (midwifery services) adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
dan masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang
diberikan oleh bidan sesuai kewenangan yang diberikan dengan maksud meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualiatas, bahagia
dan sejahtera.
Klasifikasi pelayanan kebidanan:
1. Layanan Kebidanan Primer
Merupakan layanan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan diantaranya:
a. Bidan berpegangan pada keyakinanan informasi klien untuk melindungi hak akan
privasi dan menggunakan keadilan dalam hal saling berbagi informasi.
b. Bidan bertanggung jawab dalam keputusan dan tindakannya dan bertanggung jawab
untuk hasil yang berhubungan dengan asuhan yang diberikan pada wanita.
c. Bidan dapat menolak ikut serta dalam kegiatan yang berlawanan dengan moral yang
dipegang, akan tetapi tekanan pada hati nurani individu seharusnya tidak
menghilangkan pelayanan pada wanita yang essensial.
d. Bidan memahami konsekuensi yang merugikan dalam pelanggaran kode etik dan akan
bekerjasama untuk mengurangi pelanggaran.
e. Bidan berperan serta dalam mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan dalam
bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan semua wanita dan
pasangan usia subur.
2. Layanan Kebidanan Kolaborasi
Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab
bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat (misal: bidan, dokter atau tenaga
kesehatan yang professional lainnya). Bidan merupakan anggota tim.
3. Layanan Kebidanan Rujukan
Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab
kepada dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan professional lainnya untuk mengatasi
masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka menjamin
kesejahteraan ibu dan anaknya. Contoh: pelayanan yang dilakukan bidan ketika
menerima rujukan dari dukun, layanan rujukan bidan ke tempat fasilitas pelayanan
kesehatan secara horizontal atau vertikal atau ke profesi kesehatan yang lain.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang
meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1. Peningkatan (promotif): misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan
(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat utnuk pola hidup sehat).
2. Pencegahan (preventif): dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil, pemeriksaan Hb, imunisasi bayi, pelaksanaan senam hamil dan sebagainya.
3. Penyembuhan (kuratif): dialkukan sebagai upaya pengobatan mosalnya pemberian
transfusi darah pada ibu dengan anemia berat karena perdarahan post partum.
4. Pemulihan (rehabilitatif): misalnya pemulihan kondisi ibu post Sectio Caesaria (SC).
D. PRAKTIK KEBIDANAN
Praktik kebidanan (midwifery practice) adalah penerapan ilmu kebidanan dalam
memberikan pelayanan/ asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan
manajemen kebidanan. Manajemen Kebidanan (midwifery management) adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri/ otonomi pada perempuan,
remaja putri, dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan sesudahnya. Praktik
kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanaan kesehatan yang berorientasi pada
masyarakat, dokter, perawat, dan dokter spesialis dipusat-pusat rujukan.

E. ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan ataupun
masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir,
serta program keluarga berencana. Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin
kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan
keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya
dengan menumbuhkan rasa percaya diri.

F. TINJAUAN FILOSOFI DALAM ILMU KEBIDANAN


1. Tinjauan Keilmuan
Setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang
penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah ontologi,
efistemologi dan aksiologi. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup
ujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontologi atau objek formal pengetahuan)
dan penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologis atau objek
formal tersebut. Epistemologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi
merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam
tubuh pengetahuan tersebut.
a. Pendekatan ontologis
Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada
daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada
dalam batas pra pengalaman (penciptaan manuasia) dan pasca pengalaman (surga dan
neraka) diserahkan ilmunya kepengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu
pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan
dalam batas-batas ontologis tertentu yaitu penemuan dan penyusunan pernyataan yang
bersifat benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan ontologis adalah penafsiran hakekat realitas dari objek
ontologis pengetahuan. Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan pada
karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yang dapat
diverifikasi secara fisik yaitu suatu pernyataan dapat diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah setelah melalui pengkajian/ penelitian berdasarkan efistemologis
keilmuan.
b. Pendekatan efistemologis
Landasan efistemologis ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan:
1) Kerangka pemikiran, yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
3) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran
pernyataan secara faktual. Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai logica –
hypotetico – verifikatif atau deducto – hypotetic – verfikatif.
Kerangka pemikiran yang bersifat logis adalah argumentasi yang bersifat rasional
dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verfikasi secara empiris
berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan
faktual. Verifikasi ini menyatakan bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain selain
yang terkandung dalam hipotesis (mungkin fakta menolak pernyataan hipotesis).
Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru mempunyai sifat
pragmatis yang prosesnya secara berulang (siklus) berdasarkan berfikir kritis.
Disamping sikap moral yang secara implisit terkait dengan proses logico-hypotetico-
verifikatif tersebut terdapat azas moral yang secara eksplisit merupakan yang bersifat
seharusnya dalam efistemologis keilmuan. Azas tersebut menyatakan bahwa dalam
proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan
kebenaran yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan
langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan argumentasi secara individual
c. Pendekatan aksiologis
Aksiologis keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan
ilmiah baik secara internal, eksternal maupun sosial. Nilai internal berkaitan dengan
wujud dan kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan tanpa mengesampingkan
fitrah manusia. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan
penggunaan pengetahuan ilmiah. Nilai sosial menyangkut pandangan masyarakat yang
menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi tertentu. Oleh karena itu, kode etik
profesi merupakan suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi. Kode etik
profesi ini pada hakekatnya bersumber dari nilai internal dan eksternal dari suatu
disiplin keilmuan. Bangsa indonesia berbahagia karena kebidanan sebagai suatu
profesi dibidang kesehatan telah memiliki kode etik yang mutlak diaplikasikan
kedalam praktek klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk keuntungan/berfaedah
bagi manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai saran atau alat dalam
meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat
manusia dan kelestarian/ keseimbangan alam. Untuk kepentiungan manusia tersebut
maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun merupakan milik bersama,
dimana setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal
berarti ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama
Tanggung jawab ilmuwan: profesional dan moral
Pendekatan ontologis, aksiologis dan efistemologis memberikan 18 azas moral
yang terkait dengan kegiatan keilmuan. Keseluruhan azas moral ini pada hakekatnya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompk asas moral yang membentuk
tanggung jawab profesional dan kelompok tanggung jawab sosial. Tanggung jawab
profesional ditujukan kepada masyarakat ilmuwan dalam mempertanggung jawabkan
moral yang berkaitan dengan landasan efistemologis. Sedangkan tanggung jawab
sosial yakni pertanggung jawaban ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut
azas moral mengenai pemilihan etis terhadap objek penelaahan keilmuwan dan
penggunaan pengetahuan ilmiah.
2. Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan
Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya ditopang
oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga dalam
perjalanan mulai dipertanyakan identitas dirinya sebagai satu disiplin keilmuan yang
mandiri. Yang sering dipertanyakan pada pengetahuan kebidanan (Midwifery
Knowledge) terutama berfokus kepada tubuh pengetahuan kebidanan untuk
bereksistensi sebagai satu disiplin keilmuan yang mandiri. Lebih lanjut sering
dipertanyakan adalah ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan pengetahuan
kebidanan dengan ilmu yang lain.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu, maka setiap cabang pengetahuan
dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa yang diketahui (ontologi),
bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun (epistemologi) serta nilai mana
yang terkait dengan pengetahuan tersebut (aksiologi). Oleh karena serta itu
pengetahuan ilmiah mempunyai landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
spesifik bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan
sebagai pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi persyaratan ontologi,
efistemologi dan aksiologi keilmuan.
Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan karakteristik, yaitu:
a. Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan.
b. Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah
c. Bersifat spesifik artinya memiliki ciri-ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu yang
membedakannya dengan ilmu disiplin yang lain.
3. Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan kebidanan mempunyai karakteristik dan spesifikasi baik objek
forma maupun objek materia. Objek forma disiplin keilmuwan kebidanan adalah cara
pandang yang berfokus pada ojek penelaahan dalam batas ruang lingkup tertentu.
Objek forma dari disiplin keilmuawan kebidanan adalah mempertahankan status
kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya
(late menopause) termasuk berbagai implikasi dalam siklus kehidupannya.
Objek materi disiplin keilmuwan kebidanan adalah substansi dari objek
penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek materia dalam disiplin keilmuwan adalah
janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun (balita) dan wanita secara utuh/
holistik dalam siklus kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasa, lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan reproduksi.
Berdasarkan pikiran dasar, objek forma dan ojek materia, disusunlah tubuh
pengetahuan kebidanan (body of knowledge) yang dikelompokkan menjadi empat:
a. Ilmu dasar
Anatomi, Psikologi, Mikrobiologi dan Parasitologi, Patofisiologi, Fisika, dan
Biokimia.
b. Ilmu-ilmu sosial
Pancasila dan Wawasan nusantara, Bahasa Inggris, Antopologi, Administrasi dan
Kepemimpinan, Pendidikan (prinsip belajar dan mengajar), Bahasa Indonesia,
Sosiologi, Psikologi, Ilmu Komunikasi, dan Humaniora.
c. Ilmu terapan
Kedokteran, Farmakologi, Epidemiologi, Statistik, Teknik Kesehatan Dasar,
Paradigma Sehat, Ilmu Gizi, Hukum Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, dan Metode
Riset.
d. Ilmu kebidanan
Ø Dasar-dasar kebidanan (perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi,
organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
Ø Teori dan model konseptual kebidanan
Ø Siklus kehidupan wanita
Ø Etika kebidanan
Ø Pengantar kebidanan profesionalisme (Konsep Kebidanan, Definisi dan Lingkup
Kebidanan,
dan Manajemen Kebidanan)
Ø Teknik dan prosedur kebidanan
Ø Asuhan kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus kehidupan
manusia
dan wanita)
Ø Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
Ø Legislasi kebidanan
Ø Praktik klinik kebidanan
Referensi
1. Bakhtiar, Amsal. Falsafah Ilmu, Jakarta, 2007.
2. Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.
3. Estiwidani, Meilani, Widyasih, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
4. Syofyan, Mustika, et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan
Cetakan ke III, Jakarta : PP IBI. 2004
5. Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep Kebidanan, Jakarta.
1995

Anda mungkin juga menyukai