Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang
berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok
yang fatal.1 Dua penyebab paling umum dari perdarahan yang signifikan di
trimester ketiga adalah plasenta previa dan solusio plasenta. Pada plasenta previa,
plasenta terletak dekat atau di atas ostium uteri interna. Solusio plasenta adalah
pemisahan prematur plasenta. Perdarahan dengan rasa nyeri biasanya berarti
solusio plasenta, sedangkan perdarahan tanpa rasa nyeri biasanya berarti plasenta
previa.2
Insiden plasenta previa telah meningkat selama 30 tahun terakhir. Insiden
yang dilaporkan rata-rata 0,3 persen atau 1 kasus per 300 hingga 400 kelahiran.
Frekuensi di Parkland Hospital dari 1988 hingga 2003 untuk hampir 250.000
kelahiran adalah 2,6 per 1000. Untuk periode 2004 hingga 2015, naik menjadi 3,8
per 1000. Frekuensi yang sama juga dilaporkan dari Austria, Finlandia, dan Israel.3

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plaenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.1 Plasenta
previa adalah lokasi plasenta dekat atau di atas ostium uteri interna dan
berhubungan dengan peningkatan kelahiran prematur serta mortalitas dan
morbiditas perinatal.2
2.2 Epidemiologi

Insiden plasenta previa telah meningkat selama 30 tahun terakhir. Insiden yang
dilaporkan rata-rata 0,3 persen atau 1 kasus per 300 hingga 400 kelahiran. Frekuensi
di Parkland Hospital dari 1988 hingga 2003 untuk hampir 250.000 kelahiran adalah
2,6 per 1000. Untuk periode 2004 hingga 2015, naik menjadi 3,8 per 1000.
Frekuensi yang sama juga dilaporkan dari Austria, Finlandia, dan Israel.3

2.3 Etiologi

Penyebab pasti implantasi plasenta di segmen bawah rahim tidak diketahui.


Berikut ini beberapa teori yang dikemukakan :5

a. Dropping down teori : ovum yang dibuahi turun dan ditanam di segmen
bawah. Reaksi desidua yang buruk di segmen uterus bagian atas mungkin
menjadi penyebabnya. Kegagalan zona pelusida menghilang pada waktunya
bisa menjadi kemungkinan hipotetis. Hal ini menjelaskan pembentukan
pusat plasenta previa.
b. Aktivitas chorionic persisten dalam desidua capsularis dan perkembangan
selanjutnya menjadi kapsuler plasenta yang bersentuhan dengan desidua
vera segmen bawah dapat menjelaskan pembentukan derajat plasenta previa
yang lebih rendah.
c. Defective decidua : hasil penyebaran vili korio diatas area yang luas di
dinding uterus untuk mendapatkan nutrisi. Selama proses ini, tidak hanya
plasenta yang menjadi membran tetapi juga masuk ke dalam segmen bawah.

2
Plasenta previa seperti itu dapat menginvasi desidua atau miometrium yang
mendasari untuk menyebabkan plasenta accreta, increta atau percreta.
d. Permukaan plasenta yang besar, seperti pada kembar dapat meluas ke
segmen bawah Rahim.

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan letaknya terhadap ostium uteri interna, plasenta previa dibagi


menjadi 3 tipe4 :

a. Plasenta previa totalis/komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh


ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.

2.5 Faktor Resiko

Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan kejadian plasenta previa :6

a. Faktor intrinsik
- Tingkat paritas yang tinggi
- Umur ibu saat hamil

3
- Ras ibu
b. Faktor intrinsik
- Riwayat merokok
- Penggunaan kokain
- Obat-obatan kontrasepsi
c. Faktor fetal
- Gemelli
- Janin laki-laki
d. Riwayat plasenta preia sebelumnya
e. Riwayat operasi daerah uterus ataupun caesarean sebelumnya

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri.3 Pendarahan diyakini terjadi dari gangguan pembuluh darah plasenta dalam
hubungannya dengan perkembangan dan penipisan dari segmen bawah rahim.6 Jika
plasenta terletak menutupi ostium uteri internum, pembentukan segmen bawah
uterus dan pembukaan ostium uteri internum akan menyebabkan perobekan
perlekatan plasenta. Perdarahan ini diperhebat dengan ketidakmampuan bawaan
serat miometrium di segmen bawah rahim untuk berkontraksi menutup pembuluh
darah yang robek.3 Antara 70% - 80% pasien dengan plasenta previa akan memiliki
setidaknya satu episode perdarahan. Sekitar 10% - 20% pasien datang dengan
kontraksi uterus sebelum berdarah, dan kurang dari 10% tetap asimtomatik sampai
kehamilan aterm. Dari mereka yang berdarah, sepertiga ibu hamil akan datang
sebelum 30 kehamilan minggu, sepertiga antara 30 dan 36 minggu, dan sepertiga
lainnya setelah 36 minggu. Pendarahan onset awal (<30 minggu) memberikan
risiko terbesar untuk transfusi darah dan berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas perinatal.6

2.7 Diagnosis

Plasenta previa atau solusio plasenta harus selalu difikirkan saat


menghadapi perempuan dengan perdarahan uterus pada paruh kedua kehamilan.
Kemungkinan plasenta previa tidak boleh disingkirkan hingga pemeriksaan
sonografi telah jelas menunjukkan ketiadaan plasenta previa. Diagnosis jarang

4
dapat ditegakkan secara pasti melalui pemeriksaan klinis, kecuali jika sebuah jari
dimasukkan melalui serviks dan plasenta dipalpasi. Pemeriksaan serviks dengan
jari seperti demikian tidak diperbolehkan, kecuali perempuan tersebut berada di
dalam ruang operasi dengan persiapan lengkap untuk pelahiran caesar segera,
karena sentuhan jari yang paling lembut sekalipun dapat menyebabkan perdarahan
hebat.

Penentuan letak plasenta yang cepat dan akurat dapat dicapai dengan
menggunakan teknik sonografi standar. Hal ini biasanya dilakukan dengan
transabdominal sonografi. Jika plasenta jelas menutupi leher rahim atau jika terletak
jauh dari segmen bawah, pemeriksaan memiliki kepekaan yang sangat baik dan
nilai prediktif negatif. Wanita gemuk mungkin menyebabkan keterbatasan
visualisasi segmen bawah rahim. Dan juga, pada kandung kemihn yang penuh
mungkin secara langsung dapat memanjang serviks dan menekan segmen bawah
rahim untuk memberi kesan bahwa plasenta berada diatas serviks. Jika lokasi
plasenta tetap sulit sitentukan, sonografi transvaginal adalah metode yang paling
akurat digunakan. Hal ini aman dilakukan, bahkan ketika ada pendarahan.3

MRI juga dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta


termasuk pada plasenta previa. Namun, MRI kalah praktis jika dibandingkan
dengan USG, terlebih dalam keadaan yang mendesak.1

2.8 Penatalaksanaan

Wanita hamil dengan plasenta previa dikelola berdasarkan pada keadaan


klinis masing-masing. Tiga faktor utama yang diperhatikan adalah usia janin dan
kematangan, paritas, dan keparahan perdarahan.3 Observasi yang ketat meliputi,
pengukuran tekanan darah, pemberian cairan, tirah baring, dan pemberian steroid
untuk kematangan paru janin mungkin tepat jika janin prematur dan pendarahan
tidak cukup berat untuk menjamin dilakukan persalinan.2

Manajemen awal pasien dengan plasenta previa berdarah sangat mirip


dengan yang awal manajemen pasien dengan abrupsi plasenta. Status hemodinamik
ibu seharusnya segera dievaluasi dan stabilisasi dilakukan jika diperlukan. Saluran

5
intravena yang besar seharusnya ditempatkan, dan denyut jantung janin harus
dipantau terus menerus.4

Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester kedua


atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
faktor Rh. Jika Rh negatif RhoGam perlu diberikan pada pasien yang belum pernah
mengalami sensitisasi. Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan
berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur dibolehkan pulang
dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat
konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan segera kembali ke rumah
sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak mencemaskan.
Dalam keadaan yang stabil tidak ada keberatan pasien dirawat di rumah atau rawat
jalan. Sikap ini dapat dibenarkan sesuai dengan hasil penelitian yang mendapatkan
tidak ada perbedaan pada morbiditas ibu dan janin bila pada masing-masing
kelompok diberlakukan rawat inap atau rawat jalan. Pada kehamilan antara 24
minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk
pematangan paru janin. Dengan rawat jalan pasien lebih bebas dan kurang stres
serta biaya dapat ditekan. Rawat inap kembali diberlakukan bila keadaan menjadi
lebih serius.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah adaptasi fisiologik perempuan


hamil yang memperlihatkan seolah keadaan klinis dengan tanda-tanda vital dan
hasil pemeriksaan laboratorium yang masih normal padahal bisa tidak
mencerminkan keadaannya yang sejati. Jika perdarahan terjadi dalam trimester
kedua perlu diwantiwanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika
ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia, pasien tersebut mungkin
telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.

Pada keadaan yang kelihatan stabil dalam rawatan di luar rumah sakit
hubungan suami isteri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan, dianjurkan minimal untuk mengurangi
kegiatan setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi menjauhi ostium uteri

6
internum. Bila hasil USG tidak demikian, pasien tetap dinasihati untuk mengurangi
aktifitas fisiknya dan melawat ke tempat jauh tidak dibenarkan sebagai antisipasi
terhadap per darahan ulang sewaktu-waktu.

Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan terhadap
pasien dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal
yang ketat berhubung tidak bisa diramalkan pada pasien mana dan kapan
perdarahan ulang akan terjadi. Perdarahan pada plasenta previa berasal dari ibu
karenanya keadaan janin tidak sampai membahayakan. Pasien dengan plasenta
previa dilaporkan berisiko tinggi untuk mengalami solusio plasenta (rate rasio13,8),
seksio sesarea (rate ratio 3,9), kelainan letak janin (rate ratio 2,8), dan perdarahan
pascasalin (rate ratio 1,7). Sebuah laporan menganjurkan pemeriksaan maternal
serum alfa feto protein (MSAFP) dalam trimester kedua sebagai upaya mendeteksi
pasien yang perlu diawasi dengan ketat. Bila kadar MSAFP naik tinggi lebih dari 2
kali median (2.0 multiples of the median) pasien tersebut mempunyai peluang 50 %
memerlukan rawatan dalam rumah sakit karena perdarahan sebelum kehamilan 30
minggu, harus dilahirkan prematur sebelum 34 minggu hamil, dan harus dilahirkan
atas indikasi hipertensi dalam kehamilan sebelum kehamilan 34 minggu. Pada lebih
kurang 20 % pasien solusio plasenta datang dengan tanda his. Dalam keadaan janin
masih prematur dipertimbangkan memberikan sulfas magnesikus untuk menekan
his buat sementara waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan
paru janin. Tokolitik lain seperti beta-mimetics, calcium channel blocker tidak
dipilih berhubung pengaruh efek samping bradikardia dan hipotensi pada ibu. De-

mikian juga dengan indometasin tidak diberikan berhubung mempercepat


penutupan duktus arteriosus pada janin.

Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan


istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang serius
cukup alasan untuk merawatnya sampai melahirkan. Serangan perdarahan ulang
yang banyak bisa saja terjadi sekalipun pasien diistirahatbaringkan. Jika pada waktu
masuk terjadi perdarahan yang banyak perlu segera dilakukan terminasi bila
keadaan janin sudah viabel. Bila perdarahannya tidak sampai demikian banyak
pasien diistirahatkan sampai kehamilan 36 minggu dan bila pada amniosentesis

7
menunjukkan paru janin telah matang, terminasi dapat dilakukan dan jika perlu
melalui seksio sesarea.1

2.9 Komplikasi

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal :

a. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka


pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta
perkreta.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat
ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada
retensio plasenta.
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebihhsering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
e. Kelahiran prematur dan gawat janian sering tidak terhindarkan sebagian
oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm.

8
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Anamnesa Pribadi

Nama : Ny. F

Umur : 36 tahun

Suku : Jawa

Alamat : Jln.T bongkar IX Medan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SLTP

Status : Menikah

Tanggal masuk : 19 Agustus 2018

Jam masuk : 06. 54 WIB

No. RM : 01.06.39.04

B. Anamnesa Umum ( Tanggal 19-08-2018)

Ny.F, usia 39 tahun, G3P2A0, suku Jawa, agama Islam, pendididkan SMA,
pekerjaan Ibu rumah tangga, i/d Tn.H, usia 40 tahun, suku Jawa, agama Islam,
pendidikan SMP, pekerjaan Wiraswasta, datang ke RSUD Pirngadi dengan:

Keluhan utama : Keluar Darah dari Kemaluan

Telaah : Hal ini dialami pasien berulang-ulang , keluar darah dari


kemaluan dialami pasien sejak 3 bulan yang lalu.berupa darah
segar dan bekuan darah .pasien sebelumnya di opname di
RSUD Pirngadi pada tanggal 03-08-2018 Selama 3 hari.

9
Dengan diagnosan Prev.SC 1x + Plasenta Previa Totalis
+MG+KDR(27-28) minggu + persentasi bokong +AH+
Anemia dan diberikan tranfusi darah sebanyak 7
kantong.keluar darah terjadi kembali pada tanggal
19/08/2018jam 00.00 keluar darah segar + bekuan
darah.Riwayat trauma (-), riwayat perut terasa nyeri (-),
riwayat perut mules menjalar ke pinggang , makin lama makin
kuat dan sering (-),riwayat keluar air-air (-),Riwayat trauma (-
),Riwayat keputihan (-), riwayat postcoital (-),riwayat minum
jamu / obat-obatan (-),Riwayat diurut-urut (-),riwayat kuret (-
).pasien mengaku hamil kurang bulan dan gerakan janin masih
di rasakan.

Riwayat penyakit terdahulu : tidak dijumpai

Riwayat pemakaian obat : Tidak dijumpai

Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak dijumpai

Status ekonomi dan gizi : sedang

Status perkawinan : Menikah 1 kali

C. Riwayat Haid
 HPHT : 02/02/2018
 TTP : 09/11/2018
 ANC : 1x ke SpOG,1x ke bidan

D. Riwayat Persalinan

1. Perempuan, 3200 gram, aterm, SC, dokter, RS, 13 tahun, sehat


2. Perempuan, 3300 gram, aterm, PSP , Bidan,Klinik, 4 tahun, sehat
3. Hamil saat ini

10
E. Pemeriksaan Fisik

A.pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

BB : 65 kg

TB : 155 cm

Tekanan darah :110/80 mmhg

Nadi : 90 x/Menit

Respirasi :22 x/Menit

B. Pemeriksaan Khusus

Kepala

Mata : Konjungtiva anemis (+/+),sklera ikterik (-),edema palpebra (-


),Pupil isokor 3mm, Reflek cahaya (+/+)

Hidung : kavum nasi dexstra et sinistrablapang , sekret (-),pendarahan (-)

Telinga : CAE dexstra et sinistra lapang ,sekret (-), serumen (+),membran


timpani sulit dinilai.

Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai

Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru


Auskultasi : Jantung : S1 (N) S2 (N) S3 (-) S4 (-) reguler,
Murmur (-)

11
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)

Abdomen : Membesar simetris, soepel, peristaltik (+) dalam batas normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, clubbing finger (-), oedem pretibial

(-/-)

C.Pemeriksaan obstetri

Pemeriksaan luar :

TFU 4 jari bawah prosesus xyphoideus (24 cm),Tegang(kiri),Terbawah


(Bokong) ,HIS (-),DJJ 154 x/ menit,P/V: (+)

Pemeriksaan dalam

Inspekulo :Tampak darah pada liang vagina,dibersihkan. Kesan


darah menetes dari OUE volume darah setelah di evaluasi ± 50 ml

Vaginal toucher : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 USG TAS
o Janin tunggal, presentasi bokong, anak hidup
o FM (+), FHR (+) 144 x/menit
o BPD : 77,1 mm
o HC : 292,3 mm
o AC : 280,2 mm
o FL : 54,6 mm
o EFW : 1771 gram
o MVF : 3,76 cm
Kesan : Placenta previa totalis +IUP (30) minggu + Persentasi Bokong + Anak
Hidup

12
Laboratorium (19 Agustus 2018)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Darah Rutin

WBC 21,60 x 103 4.000-11.000/μL

RBC 3,50 x 106 4,00-5,40 x 106/μL

HGB 8,9 12-16 gr/dL

HCT 28,3 36-48 %

MCV 80,9 80,0-97,0 fL

MCH 25,4 27,0-33,7 pg

MCHC 31,4 31,5-35,0 g/dL

PLT 471.000 150.000-400.000/μL

KGD

Glukosa Adrandom 108,00 <140 mg/dL

Fungsi Ginjal

Ureum 10,00 10,00-50,00

Creatinin 0,43 0,60-1,20 mg/dl

Imunologi

HbsAg Kualitatif Negatif Negatif

Elektrolit

Natrium 139 136-155 mmol/L

Kalium 3,40 3.50-5.50 mmol/L

Klorida 111,00 95.00-103.00 mmol/L

13
DIAGNOSIS KERJA

Anemia + Prev SC 1x + Plasenta Previa Totalis+ MG + KDR (28-30) Minggu + PB


+ AH

TATALAKSANA

 Bedrest Total
 O2 Nasal kanul 2-3 L/i
 IVFD Nacl 20 gtt/i
 Inj.Ceftriaxone 1 gr /12 jam
 Nifedipine 3 x 10 mg

RENCANA

 Tranfusi PRC 2 bag (1 bag/hari)


 Cek darah 6 jam post tranfusi

PROGNOSIS

Ibu : bonam

Anak : bonam

14
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 19 agustus 2018 20 agustus 2018 21 agustus 2018

Keluhan - - -

Sens Composmentis Composmentis Composmentis

Tek. Darah 110/80 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg

Nadi 84 x/i 82 x/i 84 x/i

Pernapasan 24 x/i 24 x/i 24 x/i

Suhu 36,6oC 36,7oC 36,5oC


Status
Present Anemis (+/+) (+/+) (-/-)

Ikterik (-) (-) (-)

Sianosis (-) (-) (-)

Dyspnoe (-) (-) (-)

Oedem (-) (-) (-)

Soepel, peristaltik (+) Soepel, peristaltik Soepel, peristaltik


Abdomen
normal (+) normal (+) normal

TFU 3 jari di bawah pusat 3 jari di bawah pusat 3 jari di bawah pusat

Status P/V (+) bercak-bercak (+) bercak-bercak (+) bercak-bercak


Lokalisata
(+) dalam batas (+) dalam batas (+) dalam batas
BAB
normal normal normal

(+) dalam batas (+) dalam batas (+) dalam batas


BAK
normal normal normal

Anemia + Prev SC 1x Anemia + Prev SC Anemia + Prev SC


Diagnosis
+ Plasenta Previa 1x + Plasenta Previa 1x + Plasenta Previa

15
Totalis+ MG + KDR Totalis+ MG + KDR Totalis+ MG + KDR
(28-30) Minggu + PB (28-30) Minggu + (28-30) Minggu +
+ AH PB + AH PB + AH

 Bed rest Total  Bed rest Total


 Bed rest Total
 Pasang folley  O2 Nasal 2-3 L/i
 O2 Nasal 2-3 L/i
cateter  IVFD Nacl 20
 IVFD Nacl 20
 O2 Nasal 2-3 L/i gtt/i
gtt/i
Terapi  IVFD Nacl 20 gtt/i  Inj.Ceftriaxone 1
 Inj.Ceftriaxone 1
 Inj.Ceftriaxone 1 gr /12 jam
gr /12 jam
gr /12 jam  Nifedipine 3 x
 Nifedipine 3 x
 Nifedipine 20 mg 10 mg
10 mg
(kalau perlu)
 Tranfusi PRC 2  USG Konfirmasi
bag (1 bag / hari) hari ini
 Tranfusi PRC 2 bag
 Cek daran post  Pantau
(1 bag / hari)
tranfusi os HIS,HB,DJJ
 Cek darah per 6
Rencana menolak
jam post tranfusi
 Beri diet MB 1
 Pantau
porsi
HIS,HB,DJJ
 Pantau
HIS,HB,DJJ

16
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 22 agustus 2018 23 agustus 2018 24 agustus 2018

Keluhan - - -

Sens Composmentis Composmentis Composmentis

Tek. Darah 110/80 mmHg 120/80 mmHg 120/70 mmHg

Nadi 84 x/i 80 x/i 80 x/i

Pernapasan 24 x/i 24 x/i 24 x/i

Suhu 36,6oC 36,7oC 36,5oC


Status
Present Anemis (-/-) (-/-) (-/-)

Ikterik (-) (-) (-)

Sianosis (-) (-) (-)

Dyspnoe (-) (-) (-)

Oedem (-) (-) (-)

Soepel, peristaltik (+) Soepel, peristaltik Soepel, peristaltik


Abdomen
normal (+) normal (+) normal

TFU 3 jari di bawah pusat 3 jari di bawah pusat 3 jari di bawah pusat

Status P/V (+) bercak-bercak (+) bercak-bercak (+) bercak-bercak


Lokalisata
(+) dalam batas (+) dalam batas (+) dalam batas
BAB
normal normal normal

(+) dalam batas (+) dalam batas (+) dalam batas


BAK
normal normal normal

Anemia + Prev SC 1x Anemia + Prev SC Anemia + Prev SC


Diagnosis
+ Plasenta Previa 1x + Plasenta Previa 1x + Plasenta Previa

17
Totalis+ MG + KDR Totalis+ MG + KDR Totalis+ MG + KDR
(28-30) Minggu + PB (28-30) Minggu + (28-30) Minggu +
+ AH PB + AH PB + AH

 Bedrest Total  Pasien menolak


 Bedrest Total
 O2 Nasal 2-3 L/i dilakukan terapi
 O2 Nasal 2-3 L/i
 IVFD Nacl 20
 IVFD Nacl 20 gtt/i
gtt/i
Terapi  Inj.Ceftriaxone 1
 Inj.Ceftriaxone 1
gr /12 jam
gr /12 jam
 Nifedipine 3 x 10
 Nifedipine 3 x
mg
10 mg
 Pasien pulang
atas permintaan
 Pantau  Pantau sendiri dan
Rencana
HIS,HB,DJJ HIS,HB,DJJ menandatangani
surat persetujuan
(10.30 WIB)

18
BAB IV

ANALISIS KASUS

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul BS, Tijatmo R. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014
2. Robert C, et al. Beckmann and Ling’s Obstetrics and Gynecology. 8th ed.
China; Lippincot Williams and Wilkins; 2014
3. Cunningham FG, et al. Williams Obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2018
4. Alan HD, et al. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology.
11th ed. Los Angeles: McGraw-Hill Education; 2013
5. Hiralal K. DC Dutta’s Textbook of Obstetrics. 8th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher Ltd; 2015
6. Gabbe, Steven G. Obstetrics: Normal And Problem Pregnancies. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2017

21
22

Anda mungkin juga menyukai