1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)
induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk
b. Faktor Fisiologis
yang diberikan tidak hanya pengaruh pada fisik saja, melainkan juga
secara psikologis.
c. Faktor Psikologis.
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau ada di luar diri
lingkungan.
PRAKELAHIRAN
A. Pengertian Prakelahiran
Pengertian pranatal dalam istilah kamus besar bahasa Indonesia mempunyai
arti “pra-lahir” atau “sebelum lahir”. Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan
bagi anak yang masih berada dalam kandungan. Kehidupan baru mulai dengan
bersatunya sel seka pria dan sel seks wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan
dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks pria, spermatozoa diproduksi
dalam gonad pria, sedangkan sel-sel seks wanita yaitu ovum, diproduksi dalam
gonad wanita, yaitu indung telur ovarium. Jadi dengan kata lain prakelahiran
(sebelum lahir) dimulai dari masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9
bulan atau 280 hari.
Jasmani manusia, yang menjadi wadah bagi ruh selama ia mengalami
kehidupan duniawi, juga diciptakan Allah sesuai dengan ketentuannya. Al-Qur'an
dan hadits banyak membahas tentang hal itu. Al-Qur'an bahkan merupakan satu-
satunya kitab suci yang membahas tentang awal proses perkembangan pra
kelahiran manusia di dalam perut ibu secara cukup rinci. Kemudian setelah
peralatan kedokteran berkembang pesat, gambaran pra kelahiran ini terbukti secara
empirik.
١٣ ين ٖ ث ُ َّم َج َع ۡلنَهُ نُ ۡطفَ ٗة ِفي قَ َر ٖار َّم ِك١٢ ين ٖ سلَلَ ٖة ِمن ِط ُ سنَ ِمن ِ ۡ َولَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا
َ ٱۡلن
َ ظ ٗما فَ َك
س ۡونَا َ ضغَةَ ِع ۡ ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل ُم ۡ ث ُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱلنُّ ۡطفَةَ َعلَقَ ٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل َعلَقَةَ ُم
١٤ َس ُن ۡٱل َخ ِل ِقين ۡ
َ ٱَّللُ أ َ ۡح َ َظ َم لَ ۡح ٗما ث ُ َّم أَنشَأنَهُ خ َۡلقًا َءاخ ۚٓ ََر فَتَب
َّ ار َك َ ۡٱل ِع
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik. (QS Al-Mukminun [23]: 12-14).
Jadi, periode ini adalah saat di mana sifat bawaan dan jenis kelamin individu
ditentukan; di mana kondisi-kondisi dalam tubuh ibu dapat mendorong atau
mengganggu pola perkembangan prakelahiran, di mana pertumbuhan dan
perkembangan secara proporsional lebih besar daripada dalam periode-periode
lain; ketika terdapat banyak bahaya fisik maupun psikologis; dan saat orang-orang
yang berarti membentuk sikap individu yang baru tercipta.
B. Tahapan – tahapan Perkembangan Prakelahiran
a. Perspektif Islam
Periode pra kelahiran (pra natal period) mulai pada saat pembuahan
(konsepsi) dan berakhir pada saat kelahiran (kira-kira 38 minggu). Selama
perkembangan pra kelahiran, manusia mengalami perkembangan yang sangat
cepat dalam kehidupannya.
Dalam salah satu ayat Al-Qur'an digambarkan bahwa Allah menempatkan
bayi yang lemah pada awal perkembangannya di suatu tempat yang aman dan
kokoh.
Pada tahap inin manusia makan dari hasil bumi dan ketika saripati tanah
masuk ke dalam tubuh manusia, saripati itu lantas dipakai tubuh sebagai starting
materials dalam proses metabolisme perbentukan nutfah di dalam sel-sel
reproduksi.
2) Tahap Nuthfah
Kata nutfah sering kali diterjemahkan dengan air mani atau setetes mani.
Kata yang biasa digunakan adalah hampir serupa dengan nutfah adalah nutfatin
amsyaaj, atau setetes mani yang bercampur. Ini berarti pencampuran dua nutfah
atau benih yaitu dari laki-laki (sperma) dan dari perempuan (sel telur, ovarium)
Ada hadits yang membahas tentang proses penciptaan dalam tahap ini,
misalnya ketika Rasul ditanya oleh seorang Yahudi,
Nutfah juga disebut sebagi air yang hina (maa’in mahiin, surat al-
mursalat:20) atau air yang terpancar (maa’in daafiq, surat at-thaariq:6). Menurut
hitungan para ahli, sperma yang kuat dalam satu kali ejakulasi berjumlah jutaan
ekor. Akan tetapi dari jumlah sebanyak itu, hanya satu yang dapat melakukan
pembuahan. Setelah pembuahan berlangsung, terjadilah perubahan yang cepat
pada indung telur. Dengan segera, indung telur menghasilkan membran yang
mencegah sperma lain untuk ikut melakukan pembuahan.
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia pada awal
perkembangannya diciptakan dari tetesan (nutfah), misalnya dalam ayat Al-Qur’an
berikut ini:
Oleh karena itu, kata nutfah sering kali diterjemahkan dengan air mani atau
setetes mani. Kata yang biasa digunakan adalah hampir serupa dengan nutfah adalah
nutfatin amsyaaj, atau setetes mani yang bercampur. Ini berarti pencampuran dua
nutfah atau benih yaitu dari laki-laki (sperma) dan dari perempuan (sel telur,
ovarium)
3) Tahap ‘Alaqah
Setelah lima jam dalam bentuk zigot, kemudian zigot tersebut membelah diri
tanpa merubah ukuran dan bergerak melalui tabung yang menghubungkan indung
telur dan rahim. Zigot selanjutnya menempelkan diri di dinding rahim.
ث ُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱلنُّ ۡطفَةَ َعلَقَ ٗة فَ َخ َل ۡقنَا١٣ ين ٖ ث ُ َّم َج َع ۡلنَهُ نُ ۡطفَ ٗة فِي قَ َر ٖار َّم ِك
ُظ َم لَ ۡح ٗما ث ُ َّم أَنش َۡأنَهَ س ۡونَا ۡٱل ِع َ ضغَةَ ِع
َ ظ ٗما فَ َك ۡ ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل ُم ۡ ۡٱلعَلَقَةَ ُم
١٤ َس ُن ۡٱل َخ ِل ِقين َ ٱَّللُ أ َ ۡح
َّ ار َك َ خ َۡلقًا َءاخ ۚٓ ََر فَت َ َب
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS Al-Mukminun
[23]: 13-14).
4) Tahap Mudhghah
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari
setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang
Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu
dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah
diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS Al-Hajj [22]:5).
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. .
(QS Lukman [31]14)
Di akhir tahap pertama kontraksi membuka serviks sekitar 4 inci, sehingga
bayi dapat bergerak dari
uterus menuju kanal lahir. Bagi wanita yang mengandung anak pertamanya, tahap
pertama berlangsung rata-rata 12 hingga 24 jam, tahap ini adalah tahap yang
paling panjang dari ketiga tahap.
Tahap kelahiran kedua mulai saat kepala bayi mulai bergerak melalui serviks
dan kanal lahir. Tahap ini berakhir saat bayi muncul secara penuh dari tubuh ibu.
Untuk kelahiran pertama tahap ini berlangsung sekitar 1½ jam. Dengan setiap
kontraksi, ibu mengejang keras untuk mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Saat
kepala bayi berada diluar tubuh ibu, kontraksinya dating hampir setiap menit dan
berlangsung sekitar semenit.
Pascalahir adalah tahapan ketiga, saat dimana plasenta tali pusar, dan
membran lain diputus dan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan tahap yang
paling singkat dari ketiga tahap kelahiran, berlangsung hanya dalam hitungan
menit.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK
A. Definisi Perkembangan
B. Definisi Fisik
Fisik merupakan tempat berkambang berbagai perkembangan manusia.
Didalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama, dan
bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh
sebab itu ada pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in
carpore sano (di dalam tubuh yang sehat terjadi jiwa yang sehat). Fisik
manusia berkembang dalam beberapa tahapan, mulai tahap anak-anak usia
lanjut. Pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia dimulai dari masa anak-
anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
a. Perkembangan Fisik Peserta Didik
Tinggi dan berat badan Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi
adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat 3,4 kg. Dibandingkan dengan ukuran
tubuh orang dewasa, panjang bayi lebih dekat dari pada beratnya: panjang
bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari satu perempat tinggi orang dewasa,
sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya sebagian kecil dari berat
badan orang dewasa (Seifert & Hoffnung, 1994).
1) Pernapasan
2) Menghisap
3) Mencari
4) Menelan
5) Mengedip
6) Biji mata
7) Moro
8) Memegang
9) Penguatan leher
10) Babinski
11) Melangkah
12) Berenang
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebih maju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991),
“perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya kata berkembang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau
membentang, menjadi besar, luas, daan banyak, serta bertambah sempurna dalam
hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya. Dengan demikian, kata
“berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan
pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of
Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan
organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri
organisme-organisme tersebut.
B. Pengertian Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di
otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
1) Faktor Hereditas
Teori hereditas atau nativisme pertama kali di pelopori seorang ahli
filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat di pengaruhi lingkungan.
Berdasarkan teori nya tingkat kempuan kognitif anak sudah di tentukan saat
ia di lahirkan sedangkan lingkungan tidak ada pengeruhnya.
2) Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme di pelopori oleh jhon locke. Dia
berpendapat bahwa manusia di lahirkan itu suci atau tabularasa. Menurut
pendapatnya perkembangan manusia di tentukan oleh lingkungannya.
Berbeda 180% dengan faktor hereditas, faktor lingkungan sangat memegang
teguh kenyakinan bahwa perkembangan kognitif manusia sangat di
pengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang di peroleh dari
lingkungan.
Begitupun sebaliknya anak-anak yang di lahirkan dengan
pembawaan (hereditas) baik tetapi tinggal di lingkungan yang kurang maka
kemampuannya tidak akan berkembang dengan luas di bandingan dengan
berada di lingkungan yang baik.
Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada
remaja ialah:
1) Pemasakan
Pemasakan ialah proses pembentukan struktur dan jaringan otot pada
organ-organ fisik pada taraf yang relatif baik (matang). Di band ingkan
dengan kondisi sebelumnya yang kemudian mempengaruhi perkembangan
kognitif individu. Misalnya: pertumbuhan susunan saraf pusat pada otak.
2) Kontak dengan Lingkungan (Pengalaman)
3) Transmisi Sosial
Pengalaman individu berhungan dengan lingkungan sosial (teman, ibu,
saudara, dll) dalam hal ini individu mendapat pengalaman dari memahami
pengalaman orang lain, yang artinya ia belajar dari pengalaman orang lain.
Proses Ekuilibrasi/Keseimbangan. Proses ekuilibrium dapat terjadi apabila
individu dapat beradaptasi dengan lingkungan nya agar terjadi keselarasan,
keharmonisan, maupun keseimbangan, menurut Sntrock (1998) sebelum
terjadi ekuilibrium individu mengalami ketidak seimbangan yang di tandai
proses asimilasi dan akomodasi.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MOTORIK
Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim di sebut dengan istilah
infant, artinya “tidak mampu berbicara”. Pada dasarnya bayi sudah mampu
untuk berkomunikasi dengan orang lain, hanya saja bayi belum bisa
mengungkapkan secara bahassa mereka hanya mampu mengungkapkannya
dalam bentuk tangisan, senyuman atau gerak tubuh.
Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14
bulan. Bahwa bayi menjelang usia satu tahun, bayi dimanapun sudah mampu
menghasilkan bunyi-bunyi vokal “aaa”, “eee” atau “uuu” dengan maksud
untuk menyatakan perasaan tertentu (Dora, dkk., 2006, Reffler Engel, 2003).
Namun sebenarnya usaha ke arah “menghasilkan” bunyi-bunyi itu sudah
melai pada minggu-minggu sejak kelahiran bayi itu. Perkembangan dalam
menghasilkan bunyi ini, yang kita sebut perkembangan artikulasi, dilalui
seorang bayi melalui rangkaian tahapan sebagai berikut:
2. Bunyi resonansi
3. Bunyi berdekut
4. Bunyi berleter
2. Perkembangan isyarat.
3. Penambahan persepsi
suara; bicara bayi merupakan
hasil menangis dan
keributan; bermain dengan
suara termasuk mengulang
bicara dengan orang lain
yang dimulai usia 3 bulan ;
antara enam (6) sampai
sepuluh (10) bulan dapat
menggunakan konsonan dan
huruf vocal terbatas.
Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-
anak. Hal ini mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik
dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan
perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya
dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual
menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri
anak selama tahun-tahun SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga
karakteristik konsep diri, yaitu:
a. Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih
memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui
karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983)
menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung
menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian)
dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan
karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya,
anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang
yang pintar dan terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang
dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, Aku
biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
b. Karakteristik Aspek-aspek Sosial
Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya
juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali
menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam
deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka
sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua
sahabat karib.
c. Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan
diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara
absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir tentang apa
yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung
berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan
”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa tipologi
kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah.Macam-macaam
kepribadian ini adalah :
• Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus
memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun
dan sensitif.
• Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek,
memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial
luas, banyak teman, dan suka makan.
• Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis
memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik,
pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe
campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial
seseorang, yaitu:
• Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
• Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai
oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti
orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya
(1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan
atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di dekolah”.
• Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun) Masa anak awal
berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan
mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk
mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai
pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel,
keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang
sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai
SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa.
Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup
secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak.
• Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun) Masa puber adalah
suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal.
Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber.
Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir.
Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri
kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber
relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat
pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan
perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat
pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan
penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di
sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak
puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta
membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan
bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya
“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini
berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu
yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan
memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian
seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh
keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara
terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan
perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan
lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta
menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak
mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.Dalam
perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal
atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun
gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin
diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya ”(Buchori1982).Menurut
Suadianto (2009) menerangkan bahwa sifat mempunyai dua ciri yang menonjol,
yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan
kekhasan ciri bagioranglain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama
dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian
yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa mengenai perkembangan pola
kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangankepribdian seseorang
termasuk peserta didik,yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya
sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga
wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat
yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai
pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi.
Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan
kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya,
terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak
berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang.
Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan
yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya,
serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.