Anda di halaman 1dari 86

PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut A.E Sinolungan,(1997) , pertumbuhan menunjuk pada perubahan
kuantitatif , yaitu yang dapatdihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Sedangkan Ahmad Thonthowi(1993) mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan
jasad yang meningkat dalam ukuran(size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan
sel-sel. (Desmita,2012:5)

Hurlock (1980: 2) menyatakan perkembangan sebagai rangkaian perubahan


progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Daele
sebagaimana dikutip Hurlock (1980: 2) menyatakan “perkembangan berarti
perubahan secara kualitatif.” Berkembang merupakan salah satu perubahan
organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur.
Contohnya pematangan sel ovum dan sperma atau pematangan hormon-hormon
dalam tubuh.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping
dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor
psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor
lingkungan. Kedua faktor ini berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang
lain, sehingga menyebabkan perbedaan yang disebut dengan istilah individual
differences. Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan individu adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)

Gen adalaah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari

induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk

tubuh, tingga tubuh, warna kulit, dan sebagainya.

b. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Factor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan

peserta didik diantaranya adalah:

1) Tubuh dan warna kulit.

Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan

seseorang yang tidak bisa disamakan dengan yang lainnya, begitupun

dengan warna kulit seseorang.

2) Faktor Gizi atau Asupan Makanan

Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi

yang baik dan berimbang.

3) Cacat dan penyakit

Kondisi individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu,

tentu saja akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh

yang diberikan tidak hanya pengaruh pada fisik saja, melainkan juga

secara psikologis.

c. Faktor Psikologis.

Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang

tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu


terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan

intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan

sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau ada di luar diri

siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan

pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal

yang memengaruhi perkembangan dapat digolongkan menjadi 7 macam

yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif, religious dan

lingkungan.

C. Aliran – Aliran yang Berhubungan dengan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Perkembangan Siswa
1. Aliran Nativisme
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap
aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof jerman. Aliran ini konon dijuluki
sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata
hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli yang menganut aliran ini
berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh
keturunannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
apa-apa.
2. Aliran Emperisisme
Faktor orang tua atau keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat
menentukan arah perkembangan masa depan para siswa yang mereka
lahirkan. Doktrin aliran ini adalah “Tabula rasa” sebuah istilah bahasa latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong. Doktrin ini
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam
arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan
dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini penganut aliran ini
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong tak
punya kemampuan dan bakat apa apa, yang kelak akan bergantung pada
pengalaman atau lingkungan yang mendidiknya.
3. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi merupakan gabungan antara aliran emperisisme dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting pembawaan dengan
lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren(1871-
1938), seorang filosof dan psikolog Jerman. Para penganut aliran ini
berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama sama mempunyai peranan yang besar dalam menentukan masa depan
seseorang. Jaadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kiai ,
umpamanya, ia kelak akan menjadi ahli agama apabila ia dididik
dilingkungan pendidikan keagamaan. ( Muhibbin Syah,2010:43-45)
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Pengertian Perkembangan Peserta Didik


Secara bahasa, perkembangan adalah proses menjadi bertambah sempurna
(kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain-lain). Sedangkan menurut istilah,
perkembangan adalah proses perubahan yang berkesinambungan dan saling
berhubungan yang terjadi pada setiap makhluk hidup, menuju kesempurnaan
kematangannya. Menurut J.P Chaplin perkembangan juga memiliki arti yang sama
dengan pertumbuhan. Namun, kata pertumbuhan biasanya sering diartikan sebagai
proses perubahan kuantitatif dari perubahan fisik. Adapun yang dimaksud dengan
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Jika
perkembangan dipahami sama dengan pertumbuhan, maka dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa perkembangan peserta didik adalah proses perubahan
fungsi-fungsi jasmani dan psikis (sosial, kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain
sebagainya) peserta didik yang berkesinambungan dan berhubungan menuju
kesempurnaan kematangannya.
B. Fase-fase Perkembangan Peserta Didik
Fase perkembangan adalah penahapan atau periodeisasi rentang kehidupan
manusia yang ditandai oleh ciri-ciri atau pola tingkah laku tertentu. Berdasarkan hasil
penelitian para ahli terlihat bahwa dasar yang digunakan untuk mengkaji periodeisasi
perkembangan anak ternyata berbeda-beda. Secara garis besarnya terdapat empat
dasar pembagian fase-fase perkembangan ini, yaitu:
1. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Biologis
Periodeisasi perkembangan ini diantaranya dikemukakan oleh:
a. Aristoteles (384-322 S.M)
Ia membagi masa periodeisasi perkembangan selama 21 tahun dalam 3 masa,
yaitu:
(1) Fase anak kecil (0-7 tahun), fase ini diakhiri dengan pergantian gigi.
(2) Fase anak sekolah (7-14 tahun), fase ini dimulai dari tumbuhnya gigi baru
sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin.
(3) Fase remaja (pubertas) 14-21 tahun, disebut masa peralihan diri anak
menjadi orang dewasa. Fase ini dimulai dari bekerjanya kelenjar-kelenjar
kelamin sampai akan memasuki masa dewasa.
2. Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktis
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase ini adalah materi
dan cara mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian ini diantaranya
dikemukakan oleh Johann Amos Comenius (seorang ahli pendidikan di Moravia).
Pembagian tersebut adalah:
a. 0-6 tahun : sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alatalat indra dan
memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu
b. 6-12 tahun : sekolah anak, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatanya
dibawah pendidikan sekolah rendah.
c. 12-18 tahun : sekolah bahasa Latin (sekolah remaja), merupakan masa
mengembangkan daya pikirannya dibawah pendidikan sekolah menengah. Pada masa
ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa asing.
d. 18-24 tahun: sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan
kemaunnya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan
tinggi.
3. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periodeisasai perkembangan psikologis didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang
menonjol pada manusia. Periodeisasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli,
diantaranya:
a. Oswald Kroh
Ciri-ciri psikologis yang digunakan sebagai dasar oleh Oswald Kroh adalah
pandangannya terhadap anak-anak yang umumnya memiliki keguncangan jiwa yang
dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz (keras kepala). Atas dasar ini ia membagi
masa perkembangan dalam 3 fase, yaitu:
(1) Fase anak awal: Dari lahir (0-3 tahun). Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama,
yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang.
(2) Fase keserasian sekolah: dari umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat
trotz kedua, dimana anak suka menentang kepada orang lain, terutama kepada orang
tuanya.
(3) Fase kematangan: anak berumur 14-19 tahun. Pada fase ini anak mulai menyadari
kekurangannya dan kelebihannya, yang dihadapi dengan sikap sewajarnya.
b. Kohnstamm
Kohnstamm membagi fase perkembangan manusia menjadi 5 fase, yaitu:
(1) Periode vital: umur 0-1,5 tahun, disebut juga fase menyusui.
(2) Periode estetis: umur 1,5-7 tahun, disebut juga fase pencoba dan bermain.
(3) Periode intelektual (fase sekolah): umur 7-14 tahun.
(4) Periode sosial (remaja): umur 14-21 tahun.
(5) Periode matang: umur 21 tahun keatas, disebut juga masa tua
4. Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Konsep Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan
timbul dan dimiliki setiap manusia dalam periode perkembangannya. Periodeisasai
ini dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:
(1) Periode bayi dan anak-anak: umur 0-6 tahun.
(2) Periode sekolah: umur 6-12 tahun.
(3) Periode remaja (adolecence) : umur 12-18 tahun.
(4) Periode dewasa (early adulthood): umur 18-30 tahun.
(5) Periode dewasa pertengahan (Midle age): umur 30-50 tahun.
(6) Periode tua (latter maturity): umur 50 tahun keatas.
C. Karakteristik Fase-fase Perkembangan Peserta Didik
1. Karakteristik Perkembangan bayi-anak usia dini
Kohnstamm, seorang ilmuwan bangsa Belanda, menyebut masa ini dengan
masa vital. Seorang anak mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan
jasmani dan psikisnya. Untuk mengimbangi proses perkembangan ini ia memerlukan
pemenuhan kebutuhan seperti makanan sehat, pakaian yang bersih, perawatan yang
teratur dan lain sebagainya. Pada saat bayi, seorang anak akan menghabiskan
waktunya untuk tidur dan ketika bangun aktivitas mereka banyak diisi dengan
permainan sensomotorik seperti tendangan, gerakan mengangkat tubuh,
menggerakkan jemari, berceloteh, menghisap jari . Pola aktivitas bermain ini terus
berlanjut sesuai dengan proses perkembangannya. Pada usia ini, anak memiliki
beberapa karakteristik diantaranya meliputi:
a. Perkembangan Fisik
1) Pada usia 0-12 bulan perkembangan fisik bayi terjadi pada fungsi motorik halus
dan kasar. Yakni bayi mulai bisa mengangkat kepala, membalikan badan,
merangkak, duduk dan berdiri, berjalan lambat, memegang, mengambil,
melempar, bertepuk tangan dan lain sebagainya.
2) Pada usia 1-3 tahun, perkembangan motorik halus meliputi: perkembangan fisik
tangan yang biasanya ditandai oleh kemampuan mencoret-coret dengan alat tulis
dan menggambar bentuk-bentuk sederhana (garis dan lingkaran tak beraturan) dan
bermain dengan balok. Adapun perkembangan motorik kasar ditandai dengan
kemampuan berjalan, mencoba memanjat.
3) Pada usia 4-6 tahun, perkembangan motorik halus pada anak usia dini ditandai
dengan kemampuan anak yang mulai bisa mengontrol fungsi motorik tanpa
bantuan orang lain, belajar menggunting, menggambar, melipat kertas.
Perkembangan pada motorik kasar: berlari dengan cepat, naik tangga, melompat.
b. Perkembangan Kognitif
1) Usia 0-12 bulan: bayi bisa mengamati mainan, mengenal dan membedakan
wajah ayah dan ibu, memasukkan benda ke mulut.
2) Usia 1-3 tahun: mulai mengenal benda milik sendriri, mengenal konsep warna
dan bentuk, meniru perbuatan orang lain, menunjukkan rasa ingin tahu yang besar
dengan banyak bertanya, mengenal makhluk hidup.
3) Usia 4-6 tahun: dapat menggunakan konsep waktu, mengelompokkan benda
dengan berbagai cara (warna, ukurandan bentuk), mengenal macam-macam rasa,
bau, suara, mengenal sebab-akibat, melakukan uji coba sederhana, mengenal
konsep bilangan, mengenal bentuk-bentuk geometri, alat untuk mengukur,
penambahan dan pengurangan benda-benda.
c. Perkembangan Sosial-Emosi
1) Usia 0-12 bulan: bayi bisa membalas senyuman orang lain, menangis sebagai
reaksi terhadap perasaanya yang tidak nyaman, tertawa dan menjerit karena
gembira, mengenal wajah anggota keluarga.
2) Usia 1-3 tahun: mulai dapat berinteraksi sosial dengan anggotakeluaraga atau
orang yang sudah dikenal, menunjukkan reaksi emosi yang wajar (marah, senang,
sakit, takut).
3) Usia 4-6 tahun: mulai memiliki sikap tenggang rasa, bekerjasama, dapat
bermain dengan teman, berimajinasi, mulai belajar berpisah dengan orang tua,
mengenal dan mengikuti aturan merasa puas dengan prestasi yang diperoleh.
d. Perkembangan spiritual
Menurut James Fowler, perkembangan spiritual pada periode ini berada
pada tingkatan berikut:
1) Tahap primal faith. Tahap kepercayaan ini terjadi pada usia 0 sampai 2 tahun,
yang ditandai dengan rasa percaya dan setia anak pada pengasuhnya.
2) Tahap intituitive-projective faith. Berlangsung antara usia 2-7 tahun. Pada tahap
ini kepercayaan anak bersifat peniruan, karena kepercayaan yang dimilikinya
masih merupakan gabungan pengajaran dan contoh-contoh dari orang dewasa.
2. Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Secara umum,
karakteristik perkembangan anak (sekolah SD usia 6-10 tahun) berbeda dengan
anak-anak yang usianya lebih muda. Anak-anak ini senang bergerak, bekerja
dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh karena itu, hendaknya pendidik dalam mengembangkan proses pendidikan
mengandung unsur permainan, bergerak, bekerja dalam kelompok, serta memberi
kesempatan untuk terlibat langsung. Berikut karakteristik perkembangan anak usia
sekolah:
a. Perkembangan Kognitif
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti membaca,menulis, dan menghitung). Menurut Piaget,
dilihat dari aspek perkembangan kongintif masa ini berada pada tahap operasi
konkretyang ditandai dengan kemampuan: mengklasifikasikan benda-
bendaberdasarkan ciri yang sama, menyusun (menghubungkan atau menghitung)
angka-angka, dan memecahkan masalah yang sederhana.
b. Perkembangan Psikologis (Emosi dan Sosial)
Pada usia sekolah (khususnya dikelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6), anak mulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima atau tidak
disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol ekspresi emosinya. Adapun perkembangan sosial pada usia ini
ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota
keluarga, juga dengan teman sebaya. Namun, akibat perluasan hubungan ini anak
tidak lagi mudah untuk menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya. Terkait dengan ini, Elizabeth Hurlock menjelaskan beberapa
pelanggaran yang umum dilakukan pada fase ini diantaranya, berbohong, tidak
mau menjalankan kegiatan rutin di rumah, mengganggu teman dikelas, dan lain-
lain. Meskipun begitu, pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap
bekerjasama (koooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain).
c. Perkembangan Kesadaran beragama
Perkembangan kesadaran beragama pada periode ini menurut James
Fowler ada pada tahap mythic-literal faith. Pada tahap ini, anak mulai mengambil
makna dari tradisi masyarakatnya. Gambaran tentang Tuhan diibaratkan sebagai
seorang pribadi, orang tua atau penguasa yang bertindak dengan sikap
memperhatikan secara konsekuen dan tegas.Kepercayaan anak pada Tuhan pada
masa ini, bukanlah keyakinan hasil pemikiran, akan tetapi merupakan sikap emosi
yang berhubunganerat dengan kebutuhan jiwa akan kasih sayang dan
perlindungan. Oleh karena itu, dalam mengenalkan Tuhan kepada anak,
sebaiknyaditonjolkan sifat-sifat pengasih dan penyayangnya. Sampai kira-kirausia
10 tahun, ingatan anak masih bersifat mekanis, sehinggakesadaran beragamanya
hanya merupakan hasil sosialisasi orang tua,guru, dan lingkungannya. Begitu juga
dengan pengamalan ibadahnya yang masih bersifat peniruan belum dilandasi
kesadarannya.
3. Karakteristik Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan
masa dewasa. Masa ini dikenal dengan adolescence yang berarti ‘to grow into
adulthhood’ (periode transisi dari masa kanak-kakank ke masa dewasa). Menurut
Stannley Hall, masa remaja juga merupakan masa storm and stress (masa penuh
konflik) maksudnya pada periode ini, remaja berada dalam duasituasi, yakni antara
kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang
dewasa. Berikut karakteristik pada perkembangan remaja:
a. Perkembangan Fisik
Menurut Santrock, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat
masa pubertas, yakni saat meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan
sosial. Adapun perubahan fisik yang terjadi pada remaja putra meliputi:
membesarnya ukuran penis dan buah pelir, tumbuhnya bulu kapuk disekitar
kemaluan, ketiak, dan wajah, perubahan suara, dan terjadinya sejakulasi pertama,
biasanya melalui masturbasi/onani atau wet dream (mimpi basah). Sementara itu
perubahan fisik pada remaja putri ditandai dengan : menstruasi, membesarnya
payudara, tumbuhnya bulu kapuk disekitar ketiak dan kelamin, membesarnya
ukuran pinggul. Puncak pertumbuhan fisik masa pubertas adalah pada usia sekitar
11, 5 tahun bagi remaja putri dan usia 13,5 tahun bagi remaja putra.
b. Perkembangan Psikis (Kognitif, emosi dan sosial)
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan individu untuk
memanipulasi dan mengingat informasi. Menurut Jean Piaget, perkembangan
kognitif remaja berada pada tahap “Formal operation stage yaitu tahap keempat
atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berfikir formal ini
terdiri dari dua subperiode, yaitu:
1) Early formal operational thought yaitu kemampuan remaja untuk berpikir
dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran bebas tentang
berbagai kemungkinan yang tidak terbatas, dalam periode awal ini remaja
mempresepsi dunia sangat bersifat subjektif dan idealistik.
2) Late formal operational thuogt, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang
berlawanan dengan pengalamannya, dan mengembalikankeseimbangan
intelektualnya. Melalui akomodasi (penyesuaian terhadap informasi/hal baru),
remaja mulai dapat menyesuaikan terhadap bencanaatau kondisi pancaroba yang
telah dialaminya. Kemampuan berpikir hipotetik, berarti remaja telah dapat
mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa mendatang.
c. Perkembangan Kesadaran Beragama
Pada masa remaja, perkembangan kesadaran beragama ada pada tahap
synthethic-convetional faith. Artinya kepercayaan remaja pada tahap ini ditandai
dengan kesadaran tentang simbolisme dan memiliki lebih dari satu cara untuk
mengetahui kebenaran. Sistem kepercayaan remaja mencerminkan pola
kepercayaan masyarakat pada umumnya, namun kesadaran kritisnya sesuai dengan
tahap operasional formal, sehingga menjadikan remaja. melakukan kritik atas
ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh lembaga keagamaan kepadanya. Pada
tahap ini, remaja juga mulai mencapai pengalaman bersatu dengan Yang
transenden melalui simbol dan upacara keagamaan yang dianggapnya sakral.
4. Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa Awal-Usia Lanjut
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu
setelah masa remaja. Dari segi biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu
periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan
tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi. Berikut karakteristik
perkembangan masa ini :
a. Perkembangan Fisik
Secara biologis, perkembangan fisik pada fase dewasa awal (sekitar usia
18/20 tahun-40 tahun) merupakan pertumbuhan fisik yang prima, sehingga
dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secarakeseluruhan.
Namun, pada kenyataannya tidak sedikit juga yang mengalami sakit karena gaya
hidup tidak sehat. Selanjutnya, fungsi-fungsi fisik akan mulai melemah ketika
menginjak usia 40 tahun dan berakhir 60 tahun (masa dewasa madya).
Melemahnya fugsi fisik juga akan terus berlanjut sampai masa dewasa akhir yakni
umur 60 keatas.
b. Perkembangan Psikis
Menurut Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka yang berumur 20 hingga
30 tahun. Pada tahap ini manusia memiliki kepedulian untuk membesarkan anak,
mulai menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat . Dalam fase
selanjutnya (sekitar umur 30-40 tahun), biasanya orang dewasa dengan keyakinan
yang mantap menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk
memajukan karirnya. Pekerjaan dan kehidupan keluarga membentuk struktur peran
yag memunculkan aspekaspe kepribadian yang diperlukan dalam fase tersebut.
Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan psikologis,
perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, serta mulai kehilangan
status sosialnya.
c. Perkembangan Kesadaran Agama
Menurut James Fowler, perkembangan kesadaran agama pada masa dewasa
ada pada 3 tahap, yaitu:
1) Tahap individuative faith, terjadi pada masa dewasa awal. Pada tahap ini
mulai muncul tanggungjawab individual terhadap kepercayaan tersebut .
2) Tahap conjuctive-faith, terjadi pada masa dewasa madya. Pada tahap ini
ditandai dengan perasaan terintegrasi dengan simbol-simbol, ritualritual dan
keyakinan beragaman.
3) Tahap universailizing faith. Tahapan ini terjadi pada usia lanjut.
Perkembangan agama pada usia ini ditandai dengan munculnya sistem
kepercayaan trasendental untuk mencapai perasaan ketuhanaan serta
desentralisasi diri dan pengosongan diri.
PEMBAHASAN

PRAKELAHIRAN

A. Pengertian Prakelahiran
Pengertian pranatal dalam istilah kamus besar bahasa Indonesia mempunyai
arti “pra-lahir” atau “sebelum lahir”. Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan
bagi anak yang masih berada dalam kandungan. Kehidupan baru mulai dengan
bersatunya sel seka pria dan sel seks wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan
dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks pria, spermatozoa diproduksi
dalam gonad pria, sedangkan sel-sel seks wanita yaitu ovum, diproduksi dalam
gonad wanita, yaitu indung telur ovarium. Jadi dengan kata lain prakelahiran
(sebelum lahir) dimulai dari masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9
bulan atau 280 hari.
Jasmani manusia, yang menjadi wadah bagi ruh selama ia mengalami
kehidupan duniawi, juga diciptakan Allah sesuai dengan ketentuannya. Al-Qur'an
dan hadits banyak membahas tentang hal itu. Al-Qur'an bahkan merupakan satu-
satunya kitab suci yang membahas tentang awal proses perkembangan pra
kelahiran manusia di dalam perut ibu secara cukup rinci. Kemudian setelah
peralatan kedokteran berkembang pesat, gambaran pra kelahiran ini terbukti secara
empirik.

‫ور ِه ۡم ذ ُ ِريَّت َ ُه ۡم َوأ َ ۡش َهدَ ُه ۡم َع َل ٓى‬ ۡ


ُ ‫ي َءادَ َم ِمن‬
ِ ‫ظ ُه‬ ٓ ‫َو ِإذ أ َ َخذَ َرب َُّك ِم ۢن َب ِن‬
‫ش ِه ۡدنَ ۚٓا ٓ أَن تَقُولُواْ َي ۡو َم ۡٱل ِق َي َم ِة ِإنَّا ُكنَّا َع ۡن‬
َ ‫أَنفُ ِس ِه ۡم أَلَ ۡستُ ِب َر ِب ُك ۡۖۡم قَالُواْ َبلَى‬
١٧٢ َ‫َهذَا َغ ِف ِلين‬
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)",(QS Al-A;raf [7]:172)
Ibn Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw, pernah bersabda, “Sesungguhnya
seseorang dari kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40
hari (asal sperma), kemudian menjadi segumpal darah bekuitu pun selama 40
hari, selanjutnya mejadi segenggam daging juga 40 hari. Selanjutnya Allah Swt.,
mengutus seorang malaikat, maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya.
Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan) empat hal, yaitu mengenai
rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Penjelasan Rasulullah Saw., tentang proses kejadian anak di dalam perut
dikuatkan pula oleh Al-Qur’an,

١٣ ‫ين‬ ٖ ‫ ث ُ َّم َج َع ۡلنَهُ نُ ۡطفَ ٗة ِفي قَ َر ٖار َّم ِك‬١٢ ‫ين‬ ٖ ‫سلَلَ ٖة ِمن ِط‬ ُ ‫سنَ ِمن‬ ِ ۡ ‫َولَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا‬
َ ‫ٱۡلن‬
َ ‫ظ ٗما فَ َك‬
‫س ۡونَا‬ َ ‫ضغَةَ ِع‬ ۡ ‫ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل ُم‬ ۡ ‫ث ُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱلنُّ ۡطفَةَ َعلَقَ ٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل َعلَقَةَ ُم‬
١٤ َ‫س ُن ۡٱل َخ ِل ِقين‬ ۡ
َ ‫ٱَّللُ أ َ ۡح‬ َ َ‫ظ َم لَ ۡح ٗما ث ُ َّم أَنشَأنَهُ خ َۡلقًا َءاخ ۚٓ ََر فَتَب‬
َّ ‫ار َك‬ َ ‫ۡٱل ِع‬

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik. (QS Al-Mukminun [23]: 12-14).
Jadi, periode ini adalah saat di mana sifat bawaan dan jenis kelamin individu
ditentukan; di mana kondisi-kondisi dalam tubuh ibu dapat mendorong atau
mengganggu pola perkembangan prakelahiran, di mana pertumbuhan dan
perkembangan secara proporsional lebih besar daripada dalam periode-periode
lain; ketika terdapat banyak bahaya fisik maupun psikologis; dan saat orang-orang
yang berarti membentuk sikap individu yang baru tercipta.
B. Tahapan – tahapan Perkembangan Prakelahiran
a. Perspektif Islam
Periode pra kelahiran (pra natal period) mulai pada saat pembuahan
(konsepsi) dan berakhir pada saat kelahiran (kira-kira 38 minggu). Selama
perkembangan pra kelahiran, manusia mengalami perkembangan yang sangat
cepat dalam kehidupannya.
Dalam salah satu ayat Al-Qur'an digambarkan bahwa Allah menempatkan
bayi yang lemah pada awal perkembangannya di suatu tempat yang aman dan
kokoh.

ٖ ‫ث ُ َّم َجعَ ۡلنَهُ نُ ۡطفَ ٗة فِي قَ َر ٖار َّم ِك‬


١٣ ‫ين‬
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). (Q.S. Al-Mukminun [23] : 13)
Bayi dalam perut ibu dapat dikatakan berada dalam tempat yang aman dan
kokoh, yang memungkinkan untuk tumbuh dalam keadaan relatif aman dari
serangan dunia luar, dengan asupan makanan yang terpenuhi dari ibunya. Yang
dimaksud tempat yang aman dan kokoh tadi adalah rahim (uterus). Rahim
merupakan ruang kosong yang berotot dan kuat dengan berat sekitar 50 gram.
Struktur ini belum cukup untuk seorang bayi yang sedang berkembang. Dengan
demikian, struktur rahim akan mengalami perubahan selama kehamilan.
Ukuran rahim akan berkembang berangsur-angsur meningkat sampai 1.100
gram pada akhir kehamilan.
Tahap-tahap perkembangan masa prenatal berdasarkan al-qur’an seperti
yang dijelaskan pada ayat diatas dapat diuraikan lebih jelas sebagai berikut:

1) Tahap Sulalatin Min Thin (Saripati Tanah)

Pada tahap inin manusia makan dari hasil bumi dan ketika saripati tanah
masuk ke dalam tubuh manusia, saripati itu lantas dipakai tubuh sebagai starting
materials dalam proses metabolisme perbentukan nutfah di dalam sel-sel
reproduksi.

2) Tahap Nuthfah

Kata nutfah sering kali diterjemahkan dengan air mani atau setetes mani.
Kata yang biasa digunakan adalah hampir serupa dengan nutfah adalah nutfatin
amsyaaj, atau setetes mani yang bercampur. Ini berarti pencampuran dua nutfah
atau benih yaitu dari laki-laki (sperma) dan dari perempuan (sel telur, ovarium)

Ada hadits yang membahas tentang proses penciptaan dalam tahap ini,
misalnya ketika Rasul ditanya oleh seorang Yahudi,

“Dari materi apakah manusia tercipta?” Rasulullah menjawab, “Wahai


Yahudi, masing-masing manusia diciptakan dari nutfah laki-laki dan nutfah
perempuan.” (HR. Ahmad)

Nutfah juga disebut sebagi air yang hina (maa’in mahiin, surat al-
mursalat:20) atau air yang terpancar (maa’in daafiq, surat at-thaariq:6). Menurut
hitungan para ahli, sperma yang kuat dalam satu kali ejakulasi berjumlah jutaan
ekor. Akan tetapi dari jumlah sebanyak itu, hanya satu yang dapat melakukan
pembuahan. Setelah pembuahan berlangsung, terjadilah perubahan yang cepat
pada indung telur. Dengan segera, indung telur menghasilkan membran yang
mencegah sperma lain untuk ikut melakukan pembuahan.
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia pada awal
perkembangannya diciptakan dari tetesan (nutfah), misalnya dalam ayat Al-Qur’an
berikut ini:

َ َ‫ ث ُ َّم َكانَ َعلَقَ ٗة فَ َخلَقَ ف‬٣٧ ‫ي يُ ۡمنَى‬ ۡ


٣٨ ‫س َّوى‬ ٖ ‫أَلَ ۡم َيكُ نُطفَ ٗة ِمن َّم ِن‬
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),Kemudian mani
itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, (QS.
Al-Qiyamah [75]: 37-38).

٤٦ ‫ ِمن نُّ ۡطفَ ٍة ِإذَا تُمۡ نَى‬٤٥ ‫ٱلز ۡو َج ۡي ِن ٱلذَّ َك َر َو ۡٱۡلُنثَى‬


َّ َ‫َوأَنَّ ۥهُ َخلَق‬

Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.

Dari air mani, apabila dipancarkan. (QS. An-Najm [53]: 45-46).

Oleh karena itu, kata nutfah sering kali diterjemahkan dengan air mani atau
setetes mani. Kata yang biasa digunakan adalah hampir serupa dengan nutfah adalah
nutfatin amsyaaj, atau setetes mani yang bercampur. Ini berarti pencampuran dua
nutfah atau benih yaitu dari laki-laki (sperma) dan dari perempuan (sel telur,
ovarium)

3) Tahap ‘Alaqah

Setelah lima jam dalam bentuk zigot, kemudian zigot tersebut membelah diri
tanpa merubah ukuran dan bergerak melalui tabung yang menghubungkan indung
telur dan rahim. Zigot selanjutnya menempelkan diri di dinding rahim.

Proses pembuahan dan perjalanan zigot hingga akhirnya menempel di dinding


rahim yang memelukan waktu hingga enam hari. Zigot tetap menempel pada dinding
rahim dan tumbuh hingga hari ke-15 ketika bentukan ‘alaqah dimulai.

Al-Qur'an juga telah membahas proses perkembangan embriologis tahap demi


tahap pada periode ini. Menurut Al-Qur'an tetesan (nutfah) kemudian akan
berkembang menjadi alaqah, seperti berikut ini :
٣٩ ‫ فَ َج َع َل ِم ۡنهُ ٱل َّز ۡو َج ۡي ِن ٱلذَّ َك َر َو ۡٱۡلُنث َ ٓى‬٣٨ ‫س َّوى‬
َ َ‫ث ُ َّم َكانَ َعلَقَ ٗة فَ َخلَقَ ف‬
Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya,Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan. (Q.S. Al-Qiyamah [75] : 38-39)

‫ ث ُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱلنُّ ۡطفَةَ َعلَقَ ٗة فَ َخ َل ۡقنَا‬١٣ ‫ين‬ ٖ ‫ث ُ َّم َج َع ۡلنَهُ نُ ۡطفَ ٗة فِي قَ َر ٖار َّم ِك‬
ُ‫ظ َم لَ ۡح ٗما ث ُ َّم أَنش َۡأنَه‬َ ‫س ۡونَا ۡٱل ِع‬ َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظ ٗما فَ َك‬ ۡ ‫ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل ُم‬ ۡ ‫ۡٱلعَلَقَةَ ُم‬
١٤ َ‫س ُن ۡٱل َخ ِل ِقين‬ َ ‫ٱَّللُ أ َ ۡح‬
َّ ‫ار َك‬ َ ‫خ َۡلقًا َءاخ ۚٓ ََر فَت َ َب‬
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS Al-Mukminun
[23]: 13-14).

‘Alaqah merupakan bentuk praembrionik yang terjadi setelah pencampuran


sperma dan ovarium. ‘Alaqah oleh para ilmuwan disamakan dengan lintah karena
hidupnya tergantun pada darah ibunya. ‘Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak
pembuahan. Jika jaringan praembrionik ini digugurkan maka ia akan tampak seperti
segumpal darah.

4) Tahap Mudhghah

Dalam surat Al-Hajj, Al-Qur’an memberikan gambaran bahwa mudghah


memiliki kejadian yang sempurna dan tidak sempuna, sebagaimana berikut ini.
‫اب ث ُ َّم‬ٖ ‫ث فَإِنَّا َخلَ ۡقنَ ُكم ِمن ت ُ َر‬ ِ ۡ‫ب ِمنَ ۡٱلبَع‬ ٖ ‫اس ِإن ُكنت ُ ۡم فِي َر ۡي‬ ُ َّ‫ٓيَأَيُّ َها ٱلن‬
ۡ ‫ِمن نُّ ۡطفَ ٖة ث ُ َّم ِم ۡن َعلَقَ ٖة ث ُ َّم ِمن ُّم‬
‫ضغ َٖة ُّمخَلَّقَ ٖة َوغ َۡي ِر ُمخَلَّقَ ٖة ِلنُبَيِنَ لَ ُك ۡۚٓم‬
‫س ٗمى ث ُ َّم نُ ۡخ ِر ُج ُك ۡم ِط ۡف ٗٗل ث ُ َّم‬ َ َ‫َونُ ِق ُّر ِفي ۡٱۡل َ ۡر َح ِام َما ن‬
َ ‫شا ٓ ُء ِإلَ ٓى أ َ َج ٖل ُّم‬
‫شدَّ ُك ۡۖۡم َو ِمن ُكم َّمن يُت َ َوفَّى َو ِمن ُكم َّمن يُ َردُّ ِإلَ ٓى أ َ ۡرذَ ِل ۡٱلعُ ُم ِر‬ ُ َ ‫ِلت َ ۡبلُغُ ٓواْ أ‬
‫َامدَ ٗة َفإِذَآ أَنزَ ۡلنَا َعلَ ۡي َها‬
ِ ‫ضه‬ َ ‫ِل َك ۡي َٗل يَعۡ لَ َم ِم ۢن بَعۡ ِد ِع ۡل ٖم ش َٗۡي ۚٓا َوت َ َرى ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ۡ ‫ۡٱل َما ٓ َء‬
ٖ ‫ٱهت َ َّز ۡت َو َربَ ۡت َوأ ۢنبَت َ ۡت ِمن ُك ِل زَ ۡو ۢجِ بَ ِه‬
٥ ‫يج‬

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari
setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang
Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu
dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah
diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS Al-Hajj [22]:5).

Embrio berubah bentuk dari tahapan ‘alaqah ke permulaan tahapan


mudhghah pada hari ke 24 atau 26. Waktunya relatif lebih cepat ketimbang
perubahan dari tahap nutfah ke ‘alaqah. Tahapan mudhghah ditandai dengan
bermulanya pertumbuhan dan pembiakan sel yang luar biasa. Segumpal
daging ini terdiri dari sel-sel atau jaringan-jaringan yang sudah maupun yang
belum mengalami diferensiasi. Pada minggu ke-5, jantung mulai berdetak.
Embrio juga sudah mengembangkan plasenta, suatu bentuk tabung yang
masuk kedalam dinding rahim dan mengalirkan oksigen serta makanan dari
darah ibu ke tubuh janin. Tahapan mudhghah berakhir pada munggu ke-6,
kurang lebih pada hari ke-40.
5) Tahap ‘Idzaman
Tahap pembentukan tulang ini jelas sangat penting, dimulai dengan
bentuk seperti daging atau permen karet dengan lekukan dan tonjolan seperti
digigit-masa mudhghah, dengan cepat berubah menjadi sesuatu dengan bakal
orang yang mulai tampak, walaupun tentuk manusia belum kelihatan secara
jelas. Kemudian dalam waktu singkat –beberapa hari pada akhir minggu ke-
6, terbentuk tulang-tulang yang merubah penampakan secara drastis menjadi
mirip manusia. Pada minggu ke-7, bentuk manusia semakin nyata dengan
bermulanya pembentukan kerangka. Masa ini –sekitar hari ke-40 hingga 45-
adalah garis batas yang membedakan masa mudhghah dan bentuk manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masa antara hari ke-40 hingga 45
adalah hari-hari yang sangat penting bagi perkembangan embrio. Pada waktu
itulah embrio berubah bentuk menjadi bentuk manusia. Pembentukan tulang
ini akan semakin berbentuk mirip manusia setelah pada tahap berikutnya
tulang itu diselimuti otot dan daging.
6) Tahap Lahman
Dengan selesainya masa pembulatan tulang dengan lahm (otot dan
daging), bentuk semakin jelas. Otot mengambil posisi di sekeliling tulang di
sekujur tubuh. Dengan demikian kata “memberi pakaian” kepada tulang
yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah tepat adanya. Bagian-bagian tubuh
embrio yang semula terpisah-pisah telah saling terhubung. Seiring dengan
selesainya fase pembentukan otot, embrio manusia pun mulai dapat
digerakkan.
Pembungkusan tulang oleh otot dan daging merupakan babak baru
dalam perkembangan anak manusia. Seiring usianya proses membentukan
otot, embrio mulai dapat bergerak. Masa ini, dimulai pada akhir minggu ke-7
dan berakhir pada akhir minggu ke-8, dianggap sebagai babak akhir
pembentukan embrio, atau dalam bahasa Arab disebut takhalluq. Akhir fase
embriologi ini segera diikuti dengan fase dimulainya perkembangan janin,
yang dalam Al-Qur’an dibahasakan dengan nasy’ah alias perkembangan.
7) Tahap Takhalluq (perkembangan)
Pada akhir minggu ke-8, satu fase penting dimulai. Perubahan fase ini
jauh lebih cepat ketimbang tahap-tahap sebelumnya. Embrio berubah
menjadi makhluk lain saat ukuran kepala, tubuh, kaki dan tangan mulai
mencapai ukuran proporsional. Ini terjadi antara minggu ke-9 dan 12. Pada
minggu ke-10, organ kelamin bagian luar sudah terbentuk. Tulang yang
semulaterdiri atas unsur-unsur lunak berubah menjadi bahan kapur yang
keras pada minggu ke-12. Jari kaki dan jari tangan juga sudah dapat
dibedakan pada minggu ini.
Berat janin meningkat signfikan pada mingg-minggu ini seiring
perkembangan otot dan dagingnya. Pada saat ini janin sudah secara sadar
menggunakan tangannya untuk menangkap sesuatu, menendang dengan
kakinya atau bahkan melakukan salto. Pada saat ini pula janin sudah dapat
melakukan apa yang di ingiinkannya. Pada tahap ini, semua organ sudah
berfungsi. Janin siap untuk hidup di luar rahim sejak berumur sekitar 22-26
minggu, yakni kurang lebih 6 bulan pasca pembuahan. Namun tentunya ini
terjadi bila sistem pernafasan dan syarafnya berfungsi normal.

Menurut perspektif Islam, suratan takdir juga telah mulai ditentukan


pada saat manusia masih dalam proses kehamilan. Hadits menggambarkan
bahwa Allah mengutus malaikat untuk mengurus perkembangan embronik
disertai dengan penyuratan takdir Allah terhadap embrio tersebut. Misalnya :
“Allah mewakilkan suatu malaikat pada rahim. Lantas malaikat itu
berkata, “Wahai Tuhanku, apakah nutfah ini (berkembang) ? Wahai
Tuhanku, apakah alaqah ini (berkembang) ? Wahai Tuhanku, apakah
mudghah ini (berkembang) ? Apabila Allah menghendaki penciptaan embrio
itu, maka malaikat kembali berkata, “Wahai Tuhanku, apakah laki-laki atau
perempuan ? Sebagai orang celaka atau bahagia ? Dan kapan ajalnya tiba
?” Lantas semua ketentuan itu akan ditulis sejak di dalam perut ibunya.”
(HR. Bukhari)
1. Tahap-tahap dalam perkembangan pranatal secara terperinci sebagai berikut:
a. Minggu ke-1 Ovum yang telah dibuahi akan turun melalui tuba fallopi
menuju ke uterus .
b. Minggu ke-2 Embrio melekatkan dirinya pada dinding uterus dan
berkembang dengan cepat.
c. Minggu ke-3 Embrio mulai berbentuk, bagian kepala dan ekor dapat
dibedakan dan jantung sederhana mulai berdenyut.
d. Minggu ke-4 Permulaan pembentukan daerah mulut, saluran
pencernaan dan hati. Jantung mulai berkembang dengan pesat serta
daerah kepala dan otak mulai dapat dibedakan.
e. Minggu ke-6 Tangan dan kaki mulai terbentuk, namun lengan masih
terlalu pendek dan tumpul untuk saling bertemu, hati mulai
membentuk sel darah merah.
f. Minggu ke-8 Panjang embrio sekitar 1 inci. Wajah, mulut, mata dan
telinga mulai mempunyai bentuk yang jelas. Pertumbuhan otot dan
tulang dimulai.
g. Minggu ke-12 Panjang janin sekitar 3 inci. Ia mulai membentuk
seorang manusia, walaupun perbandingan kepala terlalu besar. Wajah
mempunyai profil seperti bayi. Kelopak mata dan kuku mulai
terbentuk, dan jenis kelamin dapat dibedakan dengan mudah. Susunan
saraf masih sangat sederhana.
h. Minggu ke-16 Panjang janin sekitar 4,5 inci. Gerakan yang dilakukan
janin sudah mulai dirasakan oleh ibu. Kepala dan organ-organ dalam
tubuh berkembang dengan pesat. Perbandingan bagian-bagian tubuh
mulai menyerupai bayi.
i. 5 Bulan Kehamilan hampir sempurna. Panjang janin sekitar 6 inci dan
mampu mendengar serta bergerak lebih bebas. Tangan dan kaki sudah
lengkap.
j. 6 Bulan Panjang janin sekitar 10 inci. Mata sudah terbentuk dengan
lengkap dan bintik-bintik pengecap timbul pada lidah. Janin mampu
bernafas dan menangis lemah, seandainya kelahiran berlangsung
prematur.
k. 7 Bulan Usia kehamilan yang penting. Janin mencapai tahap “mampu
hidup“, (bila lahir prematur). Secara fisiologis janin mampu
membedakan macam-macam rasa dan bau. Rasa sakit relatif belum
ada. Kemampuan bernafas dangkal dan tak teratur. kemampuan
menghisap dan menelan masih lemah.
l. 7 Bulan sampai masa kelahiran. Janin lebih siap untuk hidup secara
mandiri di luar rahim. Tegangan otot bertambah, gerakan menjadi
lebih sering dan pernafasan menjadi jelas, kunyahan, hisapan, dan
tangisan lapar menjadi lebih kuat. Setelah minggu ke 38 (9 bulan).
Bayi siap lahir biasanya ia berputar sehingga posisi kepalanya turun
kearah pelvis. Pada awal proses kelahiran atau partus (labour) si ibu
biasanya mengalami kontraksi otot yang kuat dan lentur. Ujung bawah
uterus (cervix), perlahan-lahan membuka, makin lama makin lebar.
Setelah 12 jam (lamanya bisa berubah-ubah), diameter cervix kira-kira
mencapai 10 cm. Tahap kedua berlangsung kira-kira satu jam
kontraksi yang semakin kuat mendorong bayi turun melalui cervix,
lalu ke vagina dan akhirnya keluar dari tubuh itu yang dimulai dengan
pecahnya membran di sekitar bayi, kemudian keluar Cairan atau
amnion atau air tuban, terjadilah proses kelahiran yang mengakhiri
masa kehamilan.
c. Karakteristik Masa Prakelahiran
Meskipun relatif singkat ,periode prenatal mempunyai enam
karakteristik penting, masing-masing karakteristik mempunyai akibat yang
lambat pada perkembangan selama rentang kehidupan. Ciri - cirinya yaitu:
Pada masa ini sifat-sifat bawaan yang berfungsi sebagai dasar
bagiperkembangan selanjutnya diturunkan sekali untuk selamanya. Kondisi-
kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjangperkembangan sifat
bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapatmenghambat
perkembangannya bahkan sampai mengganggu polaperkembangan yang akan
datang.
Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada
saatpembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak
akanmempengaruhinya, sama halnya dengan pembuahan. Perkembangan dan
pertumbuhan yang oral lebih banyak terjadi selamaperiode prenatal
dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruhkehidupan individu.
Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya baikfisik
maupun psikologis. Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang
yang berkepentinganmembentuk sikap - sikap yang baru diciptakan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pada Masa Prakelahiran


Genetis
Pertumbuhan setiap individu sudah terprogram sejak masa pembuahan
yang dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan). Faktor gen lebih
menekankan pada aspek biologis yang dibawa melalui aliran darah dalam
kromosom. Kalau semenjak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis
yang sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula.
Unsur-unsur genetis seorang individu antara lain:
a. Sifat-sifat Fisik
Sifat-sifat fisik yang dapat diturunkan secara genetis misalnya:
rambut, tangan, wajah, kaki, mata dan lain sebagainya.
b. intelegensi
Kecerdasan yang dimiliki orang tua dapat menurun kepadaanak-
anaknya, seperti yang dikemukakan oleh JJ Rousseauyang mengatakan
bahwa anak cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas.
c. Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek
fisiologi,kognitif, maupun afektif yang membantu pola perilaku individu
dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkunganya, kepribadian akan
mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang.
1. Interaksionisme antara genetis dan lingkungan
Perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkunganmenyatakan
bahwa perkembangan seseorang tidak akanmaksimal kalau hanya
mengandalkan salah satu faktor saja.Karena itu, keduanya harus
digabungkan untuk mengupayakanmaksimalisasi perkembangan seseorang.
Upaya yang harus dilakukan pada masa prakelahiran (prenatal):
a) Menjaga kesehatan ibu selama hamil.
Berdoa agar proses kehamilan sampai melahirkan lancer serta anak
yang dilahirkan sesuai harapan.Ibu sebaiknya mengkonsumsi makanan yang
memberikan pengaruh baik bagi perkembangan janin .
b) Kesehatan Ibu
Penyakit yang diderita oleh ibu hamil dapat mempengaruhi
perkembangan masa pranatal. Apalagi penyakit tersebut bersifat kronis
seperti, kencing manis, TBC, penyakit kelamin, dan sebagainya. Itu dapat
mengakibatkan lahirnya bayi-bayi yang cacat. Demikian pula bila terjadi
benturan ketika janin berusia 3 bulan disertai dengan gangguan-gangguan
kesehatan pada ibu, seperti influensa, gondok, cacar, dapat merusak
perkembangan janin.
c) Gizi Ibu
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan masa
pranatal adalah gizi ibu. Hal ini terjadi karena janin yang sedang
berkembang sangat tergantung pada gizi ibunya, yang diperoleh melalui
darah ibunya. Oleh sebab itu makanan ibu-ibu yang sedang hamil harus
mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat untuk menjaga
kesehatan bayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi
cenderung cacat.
d) Pemakaian bahan-bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan
yang ada dalam peredaran darah ibu yang tengah hamil, dapat
mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun pada sistem kimiawi
dalam tubuh janin yang disebut metabolite. Bahan-bahan kimia juga dapat
mempengaruhi lingkungan di dalam rahim ibu yang secara tidak langsung
juga mempengaruhi janin.

e.Tahapan – tahapan Masa Kelahiran


Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah sangat menghargai
kesulitan dan penderitaan ibu ketika melahirkan. Untuk menghargai hal ini,
Allah memberikan kewajiban kepada manusia untuk berbat baik kepada
orang tuanya terutama ibu, karena tanggung jawab reproduksi yang
dimilikinya.

َ ‫سنَ بِ َو ِلدَ ۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّم ۥهُ َو ۡهنًا َعلَى َو ۡه ٖن َو ِف‬


‫صلُ ۥهُ ِفي‬ ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬
َ ‫ٱۡلن‬ َّ ‫َو َو‬
١٤ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ۡٱل َم‬ ۡ ‫َعا َم ۡي ِن أ َ ِن‬
َّ َ‫ٱش ُك ۡر ِلي َو ِل َو ِلدَ ۡي َك ِإل‬

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. .
(QS Lukman [31]14)
Di akhir tahap pertama kontraksi membuka serviks sekitar 4 inci, sehingga
bayi dapat bergerak dari
uterus menuju kanal lahir. Bagi wanita yang mengandung anak pertamanya, tahap
pertama berlangsung rata-rata 12 hingga 24 jam, tahap ini adalah tahap yang
paling panjang dari ketiga tahap.
Tahap kelahiran kedua mulai saat kepala bayi mulai bergerak melalui serviks
dan kanal lahir. Tahap ini berakhir saat bayi muncul secara penuh dari tubuh ibu.
Untuk kelahiran pertama tahap ini berlangsung sekitar 1½ jam. Dengan setiap
kontraksi, ibu mengejang keras untuk mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Saat
kepala bayi berada diluar tubuh ibu, kontraksinya dating hampir setiap menit dan
berlangsung sekitar semenit.
Pascalahir adalah tahapan ketiga, saat dimana plasenta tali pusar, dan
membran lain diputus dan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan tahap yang
paling singkat dari ketiga tahap kelahiran, berlangsung hanya dalam hitungan
menit.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK

A. Definisi Perkembangan

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubaham yang sistematis,


progresif, dan berkesinambungan dalam diri seseorang sejak lahir hingga
akhir hayatnya. Salah satu aspek pokok dari perkembangan adalah
pertumbuhan (growth), yaitu proses berlangsungnya sejumlah perubahan
jasmani pada diri seseorang dengan meningkatnya umur, sampai kejasmanian
telah terbentuk sepenuhnya Secara singkat, perkembangan (development)
adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal
jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah
tahapan perkembangan a stageof development (McLeod, 1989).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah
perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar,
luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian,
pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang”
tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan
pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret (perhatikan
kata-kata yang dicetak miring di atas).

B. Definisi Fisik
Fisik merupakan tempat berkambang berbagai perkembangan manusia.
Didalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama, dan
bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh
sebab itu ada pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in
carpore sano (di dalam tubuh yang sehat terjadi jiwa yang sehat). Fisik
manusia berkembang dalam beberapa tahapan, mulai tahap anak-anak usia
lanjut. Pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia dimulai dari masa anak-
anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
a. Perkembangan Fisik Peserta Didik

Perkembangan pada masa bayi. Perkembangan Fisik, Selama 2 tahun


pertama kehidupannya, perkembangan fisik bayi berlangsung sangat ekstensif.
Pada saat lahir, bayi memiliki kepala yang sangat besar dibandingkan dengan
bagian tubuh lain. Tubuhnya bergerak terus menerus ke kiri dan ke kanan dan
seringkali tidak dapat dikendalikan.

Tinggi dan berat badan Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi
adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat 3,4 kg. Dibandingkan dengan ukuran
tubuh orang dewasa, panjang bayi lebih dekat dari pada beratnya: panjang
bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari satu perempat tinggi orang dewasa,
sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya sebagian kecil dari berat
badan orang dewasa (Seifert & Hoffnung, 1994).

Rangkaian tingkah laku dan keadaan bayi Perkembangan refleks dan


fungsi motorik pada bayi kemudian memunculkan serangkaian tingkah laku
yang lebih kompleks. Dengan tingkah laku yang kompleks tersebut telah
memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan hidup. Menurut
Lerner & Hultsch (1983), tingkah laku tersebut meliputi:

1) Pola tidur dan bangun


2) Pola makan dan minum
3) Pola buang air

Seifert & Hoffnung (1994), menyebutkan ada 12 gerak refleks yang


dimiliki oleh anak baru lahir, yaitu:

1) Pernapasan
2) Menghisap
3) Mencari
4) Menelan
5) Mengedip
6) Biji mata
7) Moro
8) Memegang
9) Penguatan leher
10) Babinski
11) Melangkah
12) Berenang

Secara garis besarnya, 12 refleks tersebut dapat dibagi 2. Pertama,


Refleks Survival, yaitu refleks yang secara nyata berguna untuk memenuhi
kebutuhan fisik bayi, terutama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
barunya. Kedua, Refleks Primitif, yaitu refleks yang tidak secara nyata
berguna bagi pemenuhan kebutuhan fisik, walaupun ia mungkin merupakan
tingkah laku refleks yang penting pada tahap awal evolusi manusia yang
diwariskan oleh nenek moyang kita. Diantara refleks-refleks yang muncul
pada masa bayi itu adalah:
1) Refleks menghisap dan mencari
2) Refleks moro (moro reflex)
3) Refleks menggenggam (grasping reflex)

b. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa


Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk
pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-
gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran
cairan/getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala
keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap
kegiatan organ-organ fisik.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK

A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebih maju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991),
“perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya kata berkembang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau
membentang, menjadi besar, luas, daan banyak, serta bertambah sempurna dalam
hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya. Dengan demikian, kata
“berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan
pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of
Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan
organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri
organisme-organisme tersebut.
B. Pengertian Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di
otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

1. Teori-teori Ahli Mengenai Perkembangan Kognitif


a. Jean Piaget
Teorinya disebut “Cognitive Developmental” Dalam teorinya, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena
penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan
umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget,
pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental
yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif,
melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental
anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut Suhaidi
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat
tahap:
a) Tahap sensory-motorik, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik
dan persepsi yang masih sederhana.
b) Tahap Pre – Operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai
digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
c) Tahap concrete – operational, yakni yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-
aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada
karakteristik perseptual pasif.
d) Tahap formal –operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah
anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola pikir “kemungkinan”.
C. Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Hunt menyatakan kemampuan kognitif merupakan
kemampuan memproses informasi yang diperoleh melalui indera. Sedangkan
Gardner menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menciptakan
karya.
Perkembangan kognitif Menurut Pandangan Pieget
Jean Piaget adalah pakar psikologi dari Swiss yang hidup dari tahun
1896-1980. Pada awalnya Piaget lebih tertarik meneliti tentang
perkembangan kognitif pada manusia. Piaget berpendapat bahwa anak-
anak membangun sendiri secara aktif dunia kognitif mereka. Informasi
tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak lewat lingkungan. Anak-
anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk meliputi gagasan-gagasan
baru. Proses ini selalu dikenal dengan istilah asimilasi dan akomodasi
(Santrock, 2008: 41).

Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

1) Pengurutan. Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan objek


menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi
benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil.
2) Classification. Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama
dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
3) Decentering. Decentering adalah kemampuan anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
4) Reversibility. Reversibility adalah kemampuan anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
5) Konservasi. Konservasi adalah kemampuan memahami kuantitas,
panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya
sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme. Penghilangan sifat Egosentrisme
kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
D. Karakteristik Fase-fase Perkembangan Peserta Didik
1) Perkembangan Kognitif
i. Usia 0-12 bulan: bayi bisa mengamati mainan, mengenal dan
membedakan wajah ayah dan ibu, memasukkan benda ke
mulut.
2) Usia 1-3 tahun: mulai mengenal benda milik sendriri, mengenal konsep warna
dan bentuk, meniru perbuatan orang lain, menunjukkan rasa ingin tahu yang
besar dengan banyak bertanya, mengenal makhluk hidup.
3) Usia 4-6 tahun: dapat menggunakan konsep waktu, mengelompokkan benda
dengan berbagai cara (warna, ukuran dan bentuk), mengenal macam-macam
rasa, bau, suara, mengenal sebab-akibat, melakukan uji coba sederhana,
mengenal konsep bilangan, mengenal bentuk-bentuk geometri, alat untuk
mengukur, penambahan dan pengurangan benda-benda.

E.Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif

1) Faktor Hereditas
Teori hereditas atau nativisme pertama kali di pelopori seorang ahli
filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat di pengaruhi lingkungan.
Berdasarkan teori nya tingkat kempuan kognitif anak sudah di tentukan saat
ia di lahirkan sedangkan lingkungan tidak ada pengeruhnya.
2) Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme di pelopori oleh jhon locke. Dia
berpendapat bahwa manusia di lahirkan itu suci atau tabularasa. Menurut
pendapatnya perkembangan manusia di tentukan oleh lingkungannya.
Berbeda 180% dengan faktor hereditas, faktor lingkungan sangat memegang
teguh kenyakinan bahwa perkembangan kognitif manusia sangat di
pengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang di peroleh dari
lingkungan.
Begitupun sebaliknya anak-anak yang di lahirkan dengan
pembawaan (hereditas) baik tetapi tinggal di lingkungan yang kurang maka
kemampuannya tidak akan berkembang dengan luas di bandingan dengan
berada di lingkungan yang baik.
Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada
remaja ialah:
1) Pemasakan
Pemasakan ialah proses pembentukan struktur dan jaringan otot pada
organ-organ fisik pada taraf yang relatif baik (matang). Di band ingkan
dengan kondisi sebelumnya yang kemudian mempengaruhi perkembangan
kognitif individu. Misalnya: pertumbuhan susunan saraf pusat pada otak.
2) Kontak dengan Lingkungan (Pengalaman)

Ketika individu melakukan kontak dengan lingkungan maka akan


memperoleh dua pengalaman penting, yakni pengalaman fisik dan
pengalaman sosial atau pengalaman mental. Dalam hal ini anak akan
mendapat pengalaman fisik apabila ia melakukan kontak langsung dengan
benda-benda kongrit kemudian bisa mengabstraksikan nya. sedangkan anak
akan mendapatkan pengalaman sosial atau mental apabila berinteraksi
dengan individu lain. Pengalaman mental menurut piaget lebih mengarah
pada logika-matematik.

3) Transmisi Sosial
Pengalaman individu berhungan dengan lingkungan sosial (teman, ibu,
saudara, dll) dalam hal ini individu mendapat pengalaman dari memahami
pengalaman orang lain, yang artinya ia belajar dari pengalaman orang lain.
Proses Ekuilibrasi/Keseimbangan. Proses ekuilibrium dapat terjadi apabila
individu dapat beradaptasi dengan lingkungan nya agar terjadi keselarasan,
keharmonisan, maupun keseimbangan, menurut Sntrock (1998) sebelum
terjadi ekuilibrium individu mengalami ketidak seimbangan yang di tandai
proses asimilasi dan akomodasi.
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN MOTORIK

A. Pengertian Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan


jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan
kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut
terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. (Jhon W. Santrock 2012 : 150)

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh


tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai
perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat
motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan
kematangan syaraf dan otot. Oleh sebab itu ,setiap gerakan yang dilakukan
anak sesederhanapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem tubuh yang dikontrol otak. Jadi
otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan
mengkontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

B. Jenis-jenis Perkembangan Motorik


Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan
berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Kemajuan
besar,baik dalam keterampilan motorik kasar maupun halus terjadi pada
kanak-kanak awal. Anak-anak mengembangkan rasa penguasaan akan sesuatu
melalui peningkatan kemampuan keterampilan motorik kasar, seperti berjalan
dan berlari. Meningkatkan motorik halus seperti membalikan halamanbuku
satu persatu, juga berkontribusi dalam timbulnya masa penguasaan anak di
tahun kedua. ( Jhon W. Santrock 2011:12)
1. Keterampilan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan oto-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Dorongan anak berlari ,melompat, berdiri
diatas satu kaki, mengendarai sepeda roda tiga, bermain bola.
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. ( Hurlock, 1978)
2. Keterampilan Motorik Halus
Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting,
motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakan
didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi
membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti. (Depdiknas:2007:1)

Berikut ini adalah tabel Perkembangan Motorik Masa anak-anak awal :

Usia/ Motorik Kasar Motorik Halus


Tahun
2.5-3.5 Berjalan dengan baik, berlari Meniru sebuah lingkaran, tulisan
lurus kedepan, melompat. cakar ayam, dapat mekan
menggunakan sendok, menyusun
beberapa kotak.

3.5-4.5 Berjalan dengan 80 % Mengancingkan baju, meniru


langkah orang dewasa, bentuk sederhana, membuat
berlari 1/3 kecepatan orang gambar sederhana
dewasa, melempar dan
menangkap bola besar tetapi
lengan masih kaku.
4.5-5.5 Menyeimbangkan badan Menggunting, menggambar orang,
diatas satu kaki, berlari jauh meniru angka dan huruf
tanpa jatuh, dapat berenang sederhana, membuat susunan yang
dalam air yang dangkal. kompleks dengan kotak-kotak.

a. Karakteristik Perkembangan Motorik


1) Perkembanga pada fase orok

Masa orok merupakan masa perkembangan yang terpendek


dam kehidupan manusia. Dimulai sejak lahir hingga 2 minggu. Masa
orok biasanya dibagi dalam dua masa yakni: masa pertunate yang
berlangsung selama 15-30 menit pertama sejak lahir sejak lahir sampai
tali pusatnya digunting, dan masa neonate yaitu sejak tali pusat sampai
usia 2 minggu.

2) Perkembangan pada Fase Bayi

Pada fase ini perkembangan motorik tergantung pada


kematangan otak dan syaraf. Dalam sejumlah study longitudinal, telah
diuji dan diamati sejumlah kelompok bayi dan balita selama beberapa
periode untuk melihat kapan timbulnya bentuk perilaku motorik
tertentu, dan untuk menemukan apakah bentuk tersebut serupa untuk
anak yang lain yang umurnya sama. Dari study tersebut lahir lima
prinsip perkembangan motorik setiap prinsip tersebut akan dibahas
sebagai berikut:

3) Perkembangan Motorik Bergantung Pada Kematangan


Otot dan Syaraf

Perkembangan bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan


dengan perkembangan daerah (areas) system syaraf yang berbeda.
Karena perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat
dalam urat syaraf tulang belakang, pada waktu lahir berkembangnya
lebih baik ketimbang pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada pada
otak, maka gerak reflek pada waktu lahir lebih baik dikembangkan

4) Belajar Keterampilan Motorik Tidak Terjadi Sebelum


Anak Matang

Sebelum sistem syaraf dan otot berkembanag dengan baik,


supaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia-sia.
Sama juga halnya apabila upaya tersebut diprakarsai oleh anak sendiri.
Pelatihan seperti itu mungkin menghasilkan beberapa keuntungan
sementara tetapi dalam jaka panjang pengaruhnya tidak akan berarti
atau nihil.

5) Perkembangan Motorik Mengikuti Pola Yang Dapat


Diramalkan

Perkembangan motorik mengikuti hokum arah


perkembangan. Pola perkembangan motorik yang dapat diramalkan
terbukti dari adanya perubahan kegiatan masa ke kegiatan khusus.
Dengan matangnya mekanisme urat syaraf, kegiatan masa digantikan
dengan kegiatan spesifik, dan secara acak gerakan kasar membuka
jalan untuk memperhalus gerakan yang hanya melibatkan otot dan
anggota badan yang tepat.

C. Perkembangan pada Fase Anak Sekolah ( usia Sekolah Dasar)

Pada usia sekolah dasar (7-12 tahun) anak sudah dapat


mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif. ( seperti membaca, menulis dan berhitung). (Syamsu
Yusuf: 2015:178)
1) Bahaya Dalam Perkembangan Motorik
Banyak orang yang mengira bahwa satu-satunya bahaya yang
serius dalam perkembangan keterampilan dan koordinasi motorik anak
adalah kekakuan. Meskipun tidak dapat disanksikan bahwa kekakuan
merupakan bahaya yang serius bagi penyesuain sosial dan pribadi
yang baik, tetapi tidak hanya itu. Bahaya yang lain mungkin ada dan
menimbulkan akibat sikologis yang serius. Sebagian bahaya tersebut
dibahas berikut ini:
2) Terlambatnya Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan
motorik yang berada dibawah norma umur anak. Akibatnya, pada umur
tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh
sekelompok sosialnya. Sebagai contoh anak yang berada di bawah norma
untuk dapat berjalan dan makan sendiri, akan di pandang sebagai anak
yang “terbelakang”. Banyak penyebab terlambatnya perkembangan
motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Hal itu
mungkin timbul dari kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pra
lahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan yang tidak
menyenangkan pada permulaan pasca lahir. Akan tetapi, keterlambatan
lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari
keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau
kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya.
3) Harapan Keterampilan Yang Tidak Realistik
Harapan yang tidak realistic adalah harapan yang lebih banyak
didasarkan atas harapan dan keinginan ketimbang harapan atas potensi
anak sendiri. Sebagian harapan yang realistis timbul dari orang tua,
sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri. Terlepeas dari
sumbernya, harapan yang demikian berbahaya bagi penyesuaian sosial
dan pribadi anak yang lebih baik.
4) Pemakaian Tangan Kiri
Pemakaian tangan kiri merupakan bahaya potensial bagi
penyesuaian social dan pribadi yang baik. Hal ini jelas berbahaya dalam
dua kondisi berikut. Pertama, jika sebagai pemakai tangan kiri anak
menyadari bahwa mereka berbeda dan jika mereka merasa lebih rendah,
hal itu akan mempengaruhi sikap mereka terhadap diri sendiri dan pada
gilirannya mempengaruhi sikap terhadap perilaku mereka. Kedua,
penggunaan tangan kiri menjadi bahaya yang nyata bagi penyesuaian
sosial dan pribadi yang baik jika hal itu menghambat anak untuk
mempelajari keterampilan dan menghasilkan keterampilan yang menurut
keyakinannya berada dibawah kemampuannya. (Elizabeth B. Hurlock:
1980:164)

D. Fungsi Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang


berbeda pula dalam penyusuain sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh,
sebagai keterampilan berfungsi membantu anak dalam kemandiriannya,
sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantumendapatkan
penerimaan sosial. Dikarenakan tidak mungkin mempelajari keterampilan
motorik secara serempak, anak akan memutuskan perhatian untuk
mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka memperoleh
bentuk penyusuaian yang penting pada saat itu. Misalnya apabila anak
merasa ingin mandiri, keterampilan yang memungkinkan mereka dapat
mandiri.

Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap


perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlcok (1996) sebagai
berikut :
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar
dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi
yang tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ketempat lainnya dan dapat bergerak
dari satu tempat ketempat lainnya dan dapat berbuat sendiri
untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembanganrasa
kepercayaan diri.
c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyusuaikan
dirinya di lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi
perkembangan self-concept atau kepribadian anak. Pada tahun
2001, Hurlock membagi fungsi keterampilan motorik menjadi 4
kategori, meliputi:
e. Keterampilan bantu diri (self help). Untuk mencapai
kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik
yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sasuatu
bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi
keterampilan makan, berpakian, merawat diri, dan mandi.
f. Keterampilan Bantu Sosial (Social help). Untuk menjadi anggota
kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah dan
tetangga, anak harus menjadi anggota kooperatif. Contoh
keterampilan agar dapat memperoleh peneriman sosial antara
lain membantu pekerjaan rumah atau mengerjakan pekerjaan
sekolah.
g. Keterampilan Bermain. Untuk dapat menikmati kegiatan
kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri diluar
kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain
bola, menggambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain.
h. Keterampilan Sekolah. Pada tahun permulaan sekolah, sebagian
besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik seperti
melukis, menggambar, menulis, dan menari. Semakin banyak
dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik
penyesuaian sosial yang dilakukan semakin baik prestasi
sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun prestasi yang
bukan akademis.
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

A. Pengertian Pekembangan Bahasa Anak


Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi
menggunakan lisan,tulisan,isyarat,mimik muka. Menurut Eliason (1994)
dalam Soetjiningsih. (2004 )perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan
mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan
bahasa. Anak belajar bahasa sejak masa bayi, sebelum belajar berbicara
mereka berkomunikasi malaului tangisan, senyuman dan gerakan badan.
Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk
komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat,
bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan bicara
adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, dan serta paling banyak dipergunakan.
Sementara pengertian perkembangan merupakan suatu proses yang
pasti dialami setiap individu, perkembangan bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan serta sistematis, Syamsu Yusuf dalam
bukunya mendefinisikan perkembagan sebagai perubahan yang progres dan
kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati, yang mana aspek-
aspek dari perkembangan meliputi fisik, intelegensi, emosi, bahasa, moral,
sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama
B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa, yaitu:

a. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan) Tinggi rendahnya


kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu.
b. Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dalam suatu keluarga yang pola
komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa
keluarganya. Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan
bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar” disini terjadi hambatan
belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis akan
mendorong anak untuk belajar bicara.
c. Jumlah Anak atau Jumlah Keluarga Suatu keluarga yang memiliki
banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat,
karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang
hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain
keluarga inti.
d. Posisi Urutan Kelahiran Perkembangan bahasa anak yang posisi
kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau
anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah
komunikasi ke atas saja. Dalam keluarga yang sama, anak pertama
lebih cepat berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini
karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak
untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar
dibanding untuk anak yang lahir kemudian.
e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa) Anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus
dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan
bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan
bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
f. Faktor Kesehatan Apabila pada usia dua tahun pertama, anak
mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan
mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan
bahasanya. Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara dibanding
anak yang tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat
untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan
anggota kelompok tersebut.
g. Intelegensi
Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya
mempunyai intelegensi normal. Anak dengan kecerdasan yang tinggi,
dalam belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan
bahasa yang lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang
rendah.
h. Status Sosial Ekonomi Keluarga Beberapa studi tentang hubungan
antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga
menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin
mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan
dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini
terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau
kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan
perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya.
i. Jenis Kelamin Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan
dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua
tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari
anak pria.
j. Hubungan Keluarg Proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada
anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (yang penuh
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya) akan memfasilitasi
perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan/kelambatan dalam
perkembangan bahasanya.
C. Tahapan perkembangan bahasa pada anak

Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim di sebut dengan istilah
infant, artinya “tidak mampu berbicara”. Pada dasarnya bayi sudah mampu
untuk berkomunikasi dengan orang lain, hanya saja bayi belum bisa
mengungkapkan secara bahassa mereka hanya mampu mengungkapkannya
dalam bentuk tangisan, senyuman atau gerak tubuh.

1. Tahap perkembangan artikulasi

Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14
bulan. Bahwa bayi menjelang usia satu tahun, bayi dimanapun sudah mampu
menghasilkan bunyi-bunyi vokal “aaa”, “eee” atau “uuu” dengan maksud
untuk menyatakan perasaan tertentu (Dora, dkk., 2006, Reffler Engel, 2003).
Namun sebenarnya usaha ke arah “menghasilkan” bunyi-bunyi itu sudah
melai pada minggu-minggu sejak kelahiran bayi itu. Perkembangan dalam
menghasilkan bunyi ini, yang kita sebut perkembangan artikulasi, dilalui
seorang bayi melalui rangkaian tahapan sebagai berikut:

2. Bunyi resonansi

Penghasilan bunyi yang terjadi di rongga mulut, tidak terlepas dari


kegiatan dan perkembangan motorik bayi pada bagan rongga mulut itu.
Kegiatan atau aktifitas rutin yang menyangkut rongga mulut itu telah ada pada
ibunya. Bunyi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis
bila merasa tidak enak atau mrasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai batuk,
bersin, dan sendawa..

3. Bunyi berdekut

Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangkan kendali otot


mulut untuk memulai dan menghentikan gerakan secara mantap. Pada tahap
ini, suara tawa dan suara berdekut (cooing) telah terdengar. Bunyi berdekut
ini, agak mirip dengan bunyi [ooo] pada burung merpati. Bunyi berdekut ini
sebenarnya adalah bunyi “kuasi konsonan” yang berlangsung dalam satu
hembusan napas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan
tengah dengan vokal belakang, tetapi tanpa resonansi penuh

4. Bunyi berleter

Berleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus-menerus tanpa tujuan.


Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara 4-6 bulan.
Contoh : paaaaa, maaaaa, baaaa dll

5. Bunyi berleter ulang

Menjelang usia enam bulan si anak dapat “memonyongkan” bibir dan


menariknya ke dalam tanpa menggerakan rahang. Begitu pun kini dia dapat
mengubah cara mengunyah dari yang semula vertikal menjadi lebih memutar
ini berarti dia dapat meeningkatkan kemampuan penguasaan pada lidahnya.
Konsonan yang mula-mula dapat diucapkan adalah bunyi labial [p] dan [b], [t]
dan [d], dan bunyi [i]. Yang paling umum terdengar adalah bunyi suku kata
yang merupakan rangkaian konsonan dan vokal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-
ma-ma”.
Setiap anak mempunyai Language Acquisition Device (LAD), yaitu
kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-
anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-
period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka
ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami
seumur hidup.

Tahapan Perkembangan Bahasa

No Tingkatan Usia Kemampuan

1 Pra bicara Lahir s.d 10 bulan 1. Perkembagan


suara(persepsi dan hasil).

2. Perkembangan isyarat.

3. Penambahan persepsi
suara; bicara bayi merupakan
hasil menangis dan
keributan; bermain dengan
suara termasuk mengulang
bicara dengan orang lain
yang dimulai usia 3 bulan ;
antara enam (6) sampai
sepuluh (10) bulan dapat
menggunakan konsonan dan
huruf vocal terbatas.

2 Kata-kata pertama 10 s. d 13 bulan 1. Pengertian kata tunggal.


pemunculan nama
2. Menghasilkan kata
tunggal.

3. Perbedaan individual dalm


penggunaan kata tunggal.

4. Fungsi isyarat sebagai


kata.

5. Perhatian dapat diarahakan


dengan nama obyek (lihat
anjing, Ami, anjing); mulai
13 bulan menerima kosakata
dari 17 sampai dengan 97
kata

3 Kombinasi kata 18 s.d 24 bulan 1. Penggunaan satu kata


tunggal dengan arti kompleks
untuk ungkapan multi kata.
Contoh: “susu” (artinya
dapat minta susu atau
meminta ASI). 2.
Penggunaan kombinasi kata
untuk kalimat, contoh: mama
kue (maksudnya mama minta
kue).

4 Tata bahasa 20 s.d 30 bulan 1. Kecepatan memperoleh


morfem. 2. Perkembangan
bahasa yang unik pada usia
ini, seperti mulai
menggunakan kata ganti
saya, kita, dia, kamu.

3. Penggunaan kalimat dalam


pola dan aturan yang teratur.

D. Karakteristik perkembangan bahasa anak


Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja
telah banyak belajar dari lingkungan dan dengan demikian bahasa remaja
terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan
keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan
sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam
keluarga atau bahasa ibu. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga,
masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa akan menyebabkan
perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain.
1. Penggunaan Bahasa Dilingkungan Pendidikan
Pendidikan bahasa dan linguistik berkembang terus, pandangan
terhadap bahasa mengalami perubahan. Bahasa tidak dipandang sebagai
unsur-unsur, bagian-bagian, atau potongan-potongan, tetapi dipandang
sebagai satu keutuhan dalam berbagai ranah penggunaannya. Orientasi,
pendekatan, dan metode pun berubah. Peserta didik tidak lagi menjadi objek
pengajaran bahasa, tetapi menjadi pelaku bahkan mejadi pusat dalam proses
belajar bahasa. Materi bukan tentang bahasa, melainkan tentang bagaimana
mahir menggunakan bahasa baik lisan maupun tulis, pada aspek pemahaman
ataupun penggunaan sebagai sarana penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni dan pengembangan daya kritisdan kreatif. Maka, lahirlah
pendekatan yang dikenal dengan pendekatan komunikatif.
Terkait peran sastra dalam pembelajaran bagi peserta didik
diungkapkan oleh Tarigan (1995: 10) bahwa sastra sangat berperan dalam
peserta didik, yaitu dalam (1) perkembangan bahasa, (2) perkembangan
kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.
Mangunwijaya (1992: 7) menegaskan bahwa dunia sastra masih tetap
memegang peran penting khususnya dalam dimensi dimensi yang menentukan
sikap kita terhadap diri sendiri.
PEMBAHASAN
KONSEP DIRI

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri
sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang
kita harapkan.
B. Dimensi Konsep Diri

Pengetahuan (kognitif)Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa


yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang
akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran mengenai diri sendiri
akan membentuk citra diri(self image). Dimensi pengetahuan dari konsep diri
mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi,
seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak baik”, dan
seterusnya.HarapanDimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan
atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah
pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga
mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri
kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi
diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri
yang dicita-citakan.

Penilaian Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap


diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang
harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella
(1990),
C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Konsep Diri Negatif. Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu


yang mempunyai konsep diri negatif umumnya memiliki sedikit pengetahuan
tentang dirinya sendiri, biasanya memiliki pandangan tentang dirinya yang
sedikit, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kekuatannya dan kelemahannya. Konsep diri bisa
terlalu stabil atau kaku, mungkin karena didikan yang sangat keras. Individu
tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan
dari aturan. Keadaan inilah yang menyebabkan kecemasan yang mengancam
dirinya.

Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak realistis.


Individu ini mempunyai sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya ia
tidak mencapai apapun yang berharga. Bila ia mengalami kegagalan, maka
kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak dan
menghantam dirinya sendiri.

Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pengertian


tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri
yang rendah. Individu ini memandang dirinya tidak punya potensi dan
mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah cemas dan putus asa,
kurang mampu mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah curiga.
Individu dengan konsep diri negatif menganggap suatu keberhasilan diperoleh
bukan karena kemampuannya tapi karena suatu kebetulan atau nasib semata.

Konsep Diri Positif. Individu yang mempunyai konsep diri positif


mengenal dirinya dengan baik. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Indvidu ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri
baik positif atau negatif. Individu dengan konsep diri positif dapat memahami
dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.
Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang dengan
tujuan-tujuan yang sesuai dengan realistis. Artinya memiliki kemunginan
besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Individu ini dapat
menghadapi kehidupan di depannya. Indvidu dengan konsep diri positif
dapat tampil ke depan dengan bebas, ia akan bertindak dengan berani,
spontan dan memperlakukan orang lain dengan hangat serta hormat.
Individu ini memandang hidup lebih menyenangkan dan penuh harapan.
Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh pengalaman
mental individu, penilaian tentang dirinya menjadi positif. Individu ini
dapat menerima dirinya apa adanya dan juga dapat menerima orang lain
apa adanya.
Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki pengertian
yang luas dan bermacam-macam tentang dirinya, pengharapan yang
realistis dan harga diri yang tinggi. Individu ini akan mampu mengatasi
dan mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


1. Usia

Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep


diri akan dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga akan semakin
mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan
bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya
turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2. Peran Sexsual

Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia


termasuk laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan
mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran
seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan
membentuk konsep diri anak.
3. Keadaan Fisik

Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang,


khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik
memegang peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran
fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya mengenai
tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan
mempengaruhi konsep diri secara tidak langsung. Dengan kata lain,
proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan
umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan
fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap Orang di Lingkungan Sekitarnya

Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri


ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan
balik yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku
individu tersebut. Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya
akan mempengaruhi konsep diri indvidu.
5. Figur-figur Bermakna
Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya
memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun
melalui perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur
tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan
perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang
mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua, angota
keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
E. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
a) Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah

Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-
anak. Hal ini mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik
dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan
perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya
dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual
menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri
anak selama tahun-tahun SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga
karakteristik konsep diri, yaitu:
a. Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih
memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui
karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983)
menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung
menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian)
dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan
karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya,
anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang
yang pintar dan terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang
dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, Aku
biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
b. Karakteristik Aspek-aspek Sosial
Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya
juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali
menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam
deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka
sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua
sahabat karib.
c. Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan
diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara
absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir tentang apa
yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung
berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan
”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.

F. Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik


terhadap Pendidikan
a) Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru

Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan


emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan dukungan penghargaan
(esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan)
positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara satu
siswa dengan siswa lain.
b) Membuat siswa merasa bertanggung jawab

Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan


sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk
memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi kesempatan kepada
siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada
siswa.

c) Membuat siswa merasa mampu


Dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap dan pandangan
yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus
berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki
kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan

d) Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik

Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan


mengacu pada pencapaian di masa lampau, sehingga pencapaian
prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu untuk
bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri
e) Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik

Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis,


yang membantu rasa percaya akan kemampuan mereka dalam
menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi belajar di
kemudian hari.
f) Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta


didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga
atas prestasi yang dicapai. Ini merupakan salah satu kunci untul
menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN SOSIAL

A. Pengertian Perkembangan Sosial


Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah
mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi
ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak
dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses
integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil
peran penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang
mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan
proses sosialisasi.
Menurut Piaget interaksi sosial anak pada tahun pertama sangat
terbatas, terutama dengan ibunya. Perilaku sosial anak tersebut berpusat
pada dirinya atau agocentric dan hampir keseluruhan perilakunya
berpusat pada dirinya. Bayi belum banyak memperhatikan
lingkungannya, dengan demikian apabila kebutuhan dirinya telah
terpenuhi, bayi itu tidak peduli lagi terhadap lingkungannya, sisa waktu
hidupnya digunakan untuk tidur. Pada tahun kedua, anak sudah belajar
kata “tidak” dan sudah mulai belajar “menolak” lingkungan, seperti
mengatakan “tidak mau ini”, “tidak mau itu”, “tidak pergi”, dan
semacamnya. Anak telah mulai mereaksi lingkungan secara aktif, ia telah
belajar membedakan dirinya daripada orang lain, perilaku emosionalnya
telah mulai berkembang dan lebih berperan.
Berikut ini teori perkembangan sosial menurut Erick Erickson yang
tergambar pada tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:

Umur Fase Perkembangan Perkembangan Perilaku

0-1 Trust vs Mistrust Tahap pertama adalah tahap


perkembangan rasa percaya
diri kepada orang lain,
sehingga mereka sangat
memerlukan sentuhan dan
pelukan.

2-3 Autonomy vs Shame Tahap ini bisa dikatakan


sebagai masa pemberontakan
anak atau masa nakalnya.
Namun kenakalannya tidak
dapat dicegah begitu saja,
karena tahap ini anak sedang
mengembangkan kemampuan
motorik dan mental, sehingga
yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan
tempat untuk
mengembangkan motorik dan
mental. Pada saat ini anak
sangat terpengaruh oleh
orang-orang penting di
sekitarnya, misal orang tua
atau guru.

4-5 Inisiative vs Guilt Mereka banyak bertanya


dalam segala hal, sehingga
terkesan cerewet. Mereka
juga mengalami
perkembangan inisiatif atau
ide, sampai pada hal-hal yang
berbau fantasi.

6-11 Indusstry vs Inferiority Mereka sudah bisa


mengerjakan tugas-tugas
sekolah dan termotivasi untuk
belajar. Namun masih
memiliki kecenderungan
untuk kurang hati-hati dan
menuntut perhatian.

12-18/ Ego-identity vs Role on fusion Tahap ini manusia ingin


20 mencari identitas dirinya.
Anak yang sudah beranjak
menjadi remaja mulai ingin
tampil memegang peran-
peran sosial di masyarakat.
Namun masih belum bisa
mengatur dan memisahkan
tugas dalam peran yang
berbeda.

18/19- Intimacy vs Isolation Memasuki tahap ini manusia


30 sudah mulai siap menjalani
hubungan intim dengan orang
lain, membangun bahtera
rumah tangga bersama calon
pilihannya.

31-60 Genaration vs Stagtation Tahap ini ditandai dengan


munculnya kepedulian yang
tulus terhadap sesama. Tahap
ini terjadi saat seseorang telah
memasuki usia dewasa.

60 ke Ego Integrity vs Putus asa Masa ini dimulai pada usia


atas 60-an, masa dimana manusia
mulai mengembangkan
integritas dirinya.

B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa

Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri


sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau
sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat
perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini
dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang
membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar
tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan
betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain
sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-
nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap
”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman
sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan
sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan
menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu
menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka
sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti
kelompoknya tersebut.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian
pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat
akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia
anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya.
4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.


Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan (sekolah).
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara
baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan
berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai
oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku


Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya
dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering
mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya degan orang
lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan
sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran
anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang
tuanya.

E. Implikasi Perkembangan Sosial Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati
dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau
sebaliknya. Mereka belum memahami benar tentang norma-norma sosial
yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat
menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar
untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan
merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya
pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari lingkungan
keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan
memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan
tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan
kesempatan secara maksimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk
mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan merasa
bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia
oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Dalam konteks bimbingan
orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola
asuh orang tua yaitu :
1) Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap
setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
2) Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak
meskipun anak tidak dapat menerimanya.
3) Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah
mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya
itu dikembalikan seperti sediakala.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

A. Pengertian Moral dan Perkembangan Moral


Secara etimologi istilah moral berasal dari bahasa Latin mos, moris (adat,
istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan) mores (adat istiadat,
kelakuan, tabiat, watak, akhlak). Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral ini antara lain, seruan untuk berbuat baik kepada
orang lain, atau larangan untuk tidak berbuat kejahatan kepada orang lain. Jadi
dapat disimpulkan bahwa moral merupakan tingkah laku manusia yang
berdasarkan atas baik-buruk dengan landasan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
B. Pengertian Spiritual dan Perkembangan Spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara,
spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Mempunyai kepercayaan atau
keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama
kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga
keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan
didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan
tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasaa, sesuatu perasaan
yang memberikan alasan tentang keyakinan (believe) dan keyakinan
sepenuhnya (action), harapan (hope).
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas
juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal
(hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain
dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat
yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi).
Jadi spiritual merupakan kepercayaan peserta didik terhadap suatu keyakinan
yang didasarkan pada adat istiadat maupun ketuhanan.
Perkembangan spiritual lebih spesifik membahas tentang kebutuhan
manusia terhadap agama. Agama adalah sebagai sistem organisasi
kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan
jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Perkembangan spiritual
diartikan sebagai tahap dimana seseorang yang dalam hal ini adalah peserta
didik untuk membentuk kepercayaannya. Baik berupa kepercayaan yang
berhubungan dengan religi maupun adat.
C. Teori-Teori dari Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik
Teori perkembangan moral
Kohlberg mengembangkan gagasannya mengenai perkembangan moral
melalui penelitian terhadap individu-individu dari berbagai usia. Terhadap
setiap orang, ia mengajukan ceritera dan disertai dengan pertanyaan-
pertanyaan terhadap ceritera tersebut. Mengenai perkembangan moral, dia
yakin bahwa perkembangan yang baik terjadi manakala perilaku manusia
mengalami perubahan-perubahan dari perilaku yang dikontrol secara internal
oleh si pelaku moral. Ketiga tingkatan tersebut adalah penalaran
prakonvensional, penalaran konvensional, dan penalaran postkonvensional
a) Penalaran Prakonvensional

Pada tingkatan terendah ini individu tidak menunjukkan adanya


internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh faktor
internal, yakni hadiah, pujian, tepukan bahu, atau sebaliknya berupa cacian,
makian, kritik, hukuman. Pada tingkatan yang paling dasar ini dipilah menjadi
dua tahap, yaitu:

Tahap 1: punishment and obedience orientation. Pada tahap orientasi


hukuman dan kepatuhan ini pemikiran moral didasarkan pada hukuman.
Contohnya, seorang menjadi berperilaku patuh karena takut kalau-kalau
hukuman menimpa dirinya.
Tahap 2: Individualism and purpose. Pada tahap ini perkembangan moral
lebih berdasar pada hadiah dan minat pribadi anak atau remaja. Anak atau
remaja menjadi patuh karena dia berharap akan mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan setelah dia menjalankan perilaku patuh.
b) Penalaran Konvensional

Pada tingkatan ini individu melakukan kepatuhan berdasarkan standar


pribadi yang diperoleh atau yang diinternalisasi dari lingkungan ata orang
lain. Pada tingkatan kedua ini dipilah menjadi dua tahap:

Tahap 1: Interpersonal norm. Pada tahap norma interpersonal ini, anak


beranggapan bahwa rasa percaya, rasa kasih sayang , dan kesetiaan kepada
orang lain sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap perilaku moral.
Agar anak dikatakan sebagai anak yang baik, maka anak mengambil standar
moral yang diberlakukan oleh orang tuanya. Dengan demikian, hubungan
antara anak dan orang tua tetap terjaga dalam suasana penuh kasih sayang.
Tahap 2: social system morality. Pada tahap keempat ini ukuran moralitas
didasarkan pada sistem sosial yang berlaku saat itu. Artinya, kehidupan
masyrakat didasarkan pada aturan hukum yang dibuat dengan maksud
melindungi semua warga di dalam komunitas tertentu. Jadi pada tahap
perkembangan moral didasrkan pada pemahaman terhadap aturan, hukum,
keadilan, dan tugas sosial kemasyarakatan.
c) Penalaran postkonvensional

Tingkatan tertinggi dari perkembangan moral adalah


diinternalisasikannya standar moral sepenuhnya dalam diri individu tanpa
didasarkan pada standar orang lain. Pada tingkatan tertinggi ini dibagi
menjadi dua tahap:
Tahap 1: community rights vs individual rights. Pada tahap ini, perkembangan
moral mengarah ke pemahaman bahwa nilai dan hukum bersifat relatif.
Sementara itu nilai yang dimiliki orang satu berbeda dari orang yang lainnya.
Tahap 2: Universal ethical principles. Tahapan tertinggi dari perkembangan
moral adalah seseorang sudah mampu membentuk standar moral sendiri
berdasar pada hak-hak manusia yang bersifat universal. Walaupun
mengandung resiko, orang pada tahap ini berani mengambil suatu tindakan
berdasar kata hatinya sendiri, bahkan bertentangan dengan hukum sekalipun.

Perkembangan spiritual didasarkan pada ayat-ayat alquran dan hadist yang


menjelaskan tentang fitrah beragama. Dalam perkembangannya, firtrah
beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada juga yang mendapat
bimbingan dari para rasul Allah SWT, sehingga fitrahnya itu berkembang
sesuai kehendak Allah SWT. Keyakinan bahwa manusia itu mempunyai fitrah
atau kepercayaan kepada Tuhan didasarkan pada firman Allah:
Surat Al-‘araf ayat 172 yang artinya: “dan ingatlah ketika tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘bukankah
aku ini tuhanmu?’ mereka menjawab: ‘betul (engkau tuhan kami). Kami
menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat tidak
mengatakan, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan tuhan).”
Surat ar-rum ayat 30, yang artinya:“maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama allah, (tetaplah atas) fitrah allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. Ituah agam lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Surat Asy-syams ayat 8 yang artinya: “maka allah mengilhamkan kepada jiwa
itu kefasikan dan ketakwaannya.” Fitrah beragama ini merupakan disposisi
(kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk
berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama
anak sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini
sebagaimana yang telah dinyatakan oleh nabi Muhammad Saw: “setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena keadaan orangtuanyalah, anak
itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi.” Hadis ini mengisyaratkan bahwa
faktor lingkungan (terutama orangtua) sangat berperan dalam mempengaruhi
perkembangan fitrah keberagamaan anak. Jiwa beragama merujuk kepada
aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang
direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat
habluminallah dan hablumminannas.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan
Spiritual Peserta Didik

Berbagai aspek perkembangan pada peserta didik dipengaruhi oleh


interaksi atau gabungan dari pengruh internal dan faktor eksternal. Begitu pula
dengan perkembangan moral dan spiritual dari peserta didik. Meskipun kedua
aspek perkembangan tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal
yang hampir sama tetapi kadar atau bentuk pengaruhnya berbeda.

Pada perkembangan moral peserta didik faktor internal meliputi faktor


genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan yang ada pada diri peserta didik.
Selanjutnya sifat-sifat yang mendasari adanya perkembangan moral
dikembangkan atau dibentuk oleh lingkungan. Peserta didik akan mulai melihat
dan memasukkan nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitarnya baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat yang dapat meliputi para tetua yang
mungkin menjadi teladan di masyarakat, para tetangga, teman maupun guru yang
ada di lingkungan sekolah. Semua aspek di atas memiliki peran yang penting
dalam perkembangan moral peserta didik yang kadarnya tau besarnya pengaruh
bergantung pada usia atau kebiasaan dari peserta didik itu sendiri (Baharuddin,
2011).
E. Dampak Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik pada
Pendidikan

Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-


tahapannya. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh
sampai dengan dua belas tahun, individu tersebut disebut sebagai peserta
didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem
pendidikan.

Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan


perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan
perbedaan individual anak; (2) tidak dilakukan secara monoton, tetapi
disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas; dan (3) melibatkan
penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan
anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses
perkembangannya (Syamsuddin, 2007).

Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap


proses pendidikan melalui karakteristik perkembangan moral dan religi akan
diuraikan seperti di bawah ini.

Implikasi Perkembangan Moral. Purwanto (2006) berpendapat bahwa


moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak
dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih
luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung
jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara,
berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke
dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari
anak-anak. Adapun perkembangan moral menurut Santrock yaitu
perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Desmita,
2008).

Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara,


salah satunya melalui pendidikan langsung. Pendidikan langsung yaitu
melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau
baik-buruk oleh orang tua dan gurunya. Selanjutnya pada usia sekolah dasar
anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu
bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan
suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat
kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik. (Yusuf, 2011).

Implikasi Perkembangan Spiritual. Anak-anak sebenarnya telah


memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk
mengembangkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ
tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada
perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga. Zohar dan Marshall
(Desmita, 2008) pertama kali meneliti secara ilmiah tentang kecerdasan
spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

A. Pengertian Perkembangan Kepribadian


Perkembangan adalah Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubaham yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam
diri seseorang sejak lahir hingga akhir hayatnya. Sedangkan “Kata
kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata
ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau
seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang
menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam
drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah
perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh
keseluruhan tingkah laku orang lain.

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai "kualitas perilaku


individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya
terhadap lingkungan secara unik" (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
dalam buku Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, oleh (Prof. Dr.
M. Djawad Dahlan: 2012, 126-127)

B. Macam-macam karakteristik kepribadian

1. Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini


adalah tipe-tpekepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita
lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses
kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan bahwa tipe
kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas,
bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif,
menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas
sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka
menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan
kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat,
dan gugup.

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian terbagi


menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar
(evasive), neurotik.
4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan,
menyendiri, sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung,
impulsif, tidak bertanggung jawab.
9. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah
lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka
mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan
temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
1. Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan
temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
2. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan
temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
3. Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas,
dan kadang apatis/ masa bodoh.
4. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif,
dinamis, dan cekatan.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa tipologi
kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah.Macam-macaam
kepribadian ini adalah :
• Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus
memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun

dan sensitif.
• Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek,
memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial
luas, banyak teman, dan suka makan.
• Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis
memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik,
pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe
campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial
seseorang, yaitu:
• Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
• Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai
oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

C. Karakteristik Perkembangan Kepribadian Peserta Didik

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti
orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya
(1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan
atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di dekolah”.

Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa karakteristik atau kepribadian


seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik
perkembangan pada masa anak sampai masa puber.

• Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun) Masa anak awal
berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan
mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk
mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai
pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel,
keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang
sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai
SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa.
Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup
secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak.

• Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12tahun) Karakteristik atau ciri-


ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal
denganmemperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau
pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada
masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh
orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan
tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para
pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini
(6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting
untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya
kelak.

• Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun) Masa puber adalah
suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal.
Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber.
Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir.
Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri
kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber
relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat
pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan
perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat
pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan
penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di
sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak
puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta
membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan
bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya

D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian

“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini
berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu
yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan
memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian
seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh
keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara
terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan
perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan
lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta
menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak
mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.Dalam
perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal
atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun
gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin
diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya ”(Buchori1982).Menurut
Suadianto (2009) menerangkan bahwa sifat mempunyai dua ciri yang menonjol,
yaitu:

(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan
kekhasan ciri bagioranglain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama
dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian
yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa mengenai perkembangan pola
kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangankepribdian seseorang
termasuk peserta didik,yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya
sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga
wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.

2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil.


Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial
pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.

3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar


kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga
mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.

Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat
yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai
pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi.
Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan
kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya,
terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak
berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang.
Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan
yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya,
serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan)


maupun lingkungan (seperti:fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian
adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik
atau tidak cantik), kesehatan ( sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh
atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
Intelegensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Individu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah
biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang harmonis dan agamis; dalam arti, orangtua memberikan curahan kasih
sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka
perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang brokenhome, kurang harmonis,
orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai
agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan
mengalami distorsi atau kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
Teman sebaya (peergroup). Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan
teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia
mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau
perilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin
tidak sesuai dengan harapan orangtuanya. Melalui hubungan interpersonal
dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang dan
bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya, biasanya kurang memilki
kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh
sifat dan perilaku kelompoknya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata
tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum minuman keras atau
bergaul bebas, karena pengaruh perilaku teman sebaya.
Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa)
memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan
suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap
anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang
sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern
yang budayanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif
yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian,
hubungan interpersonal atau cara memandang waktu. (Prof. Dr. M. Djawad
Dahlan: 2012, 128-129).

E. Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik

Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat


penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik
yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter
tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan
dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling
mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi
pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya. Berdasarkan tipe-
tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik
pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu
merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup,
ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu
hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah
kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa
hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka
bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan
kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita
langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan
ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung
merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik
harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak.
Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan
kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka
kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah
tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan
akhirnya prestasi menurun

Anda mungkin juga menyukai