Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PETROLOGI

OLEH:
NUGRA ARDIANSYAH
09320140147

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERITA MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
Kata Pengantar

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya, serta kesehatan sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang isi dari petrologi yaitu,batuan

beku,batuan sedimen dan batuan metamorf. Tujuan pembuatan makalah ini adalah

untuk menyelesaikan tugas sp matakuliah petrologi.

Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi

teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena itu, demi

penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran sangat saya harapkan.

Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Makassar 03 agustus 2018

Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. BATUAN METAMORF
2.2. BATUAN BEKU
2.3. BATUAN SEDIMENT

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai


batuan dan kondisi pembentukannya. Ada empat cabang petrologi, berkaitan
dengan tiga tipe batuan: beku, piroklastik, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi
itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".

1. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu
lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
2. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api
(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali
bersifat klastik.
3. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung
partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
4. Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang
bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan
kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan,
suhu, atau keduanya).

1.2. TUJUAN

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan


analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi
modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan
eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental
menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki
geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan
suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki
batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam
perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan
atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses
metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur
batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga
merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung
akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200C dan 300 Mpa (mega
pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa berlangsung pada
suhu dibawah 200C dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh
dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.

Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:

”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat
(solid slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa”.

Batuan metamorf memerlukan perhatian tersendiri, karena perubahannya


berlangsung dalam keadaan padat. Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan
fragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat,
terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan
sudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk
batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan
padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwa-
peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf
merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya
tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.

1. Proses metamorfisme
 Proses metamorfisme, meliputi:
1. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga
kristaloblastik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun
susunan sendiri).
2. Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan
kimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi, tapi
hanya perubahan ikatan kimia.

 Tahap-tahap proses metamorfisme:


1. Rekristalisasi
Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan
kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada
sebelumnya.

2. Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian
kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur
dan struktur yang ada.

3. Pembentukan mineral-mineral baru


Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi
yang sebelumnya sudah ada.

a. Dalam metamorfosa yang berubah adalah : tekstur dan asosiasi


mineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa
melalui fase cair).
b. Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.
c. Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal :
1) Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P &
T tinggi.
2) Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P &
T rendah.
Kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi
rekristalisasi dan tekstur.

1) Tekanan : - Tekanan Hidrostatik


- Tekanan searah (stress)

Di sini dikenal 2 kelompok mineral yaitu :

a. Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap


tekanan.
Contoh : staurolit, kinit

b. Anti stress mineral : yaitu mineral-mineral yang jarang


dijumpai pada batuan yang mengalami stress.
Contoh : olivin, andalusit

2) Temperatur : pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih


efektif daripada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya
bagi perubahan mineralogi.

Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada


metamorfose bertemperatur rendah.

Ada 2 hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu :

(a) Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar


ruang butiran.
(b) Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak
antar larutan nimia dengan fragüen-fragmen.
3) Fluid
4) Komposisi
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan
batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa
kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas
kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran / kristalnya. Proses
metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu
disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika
tergantung pada jenis batuan asalnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme


Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan mineral
baru, demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu dan tekanan tidaklah
berperan langsung, akan tetapi juga ada atau tidaknya cairan serta lamanya
mengalami panas dan tekanan yang tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah,
terpuntir dan sebagainya.

A. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia


Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi ole cairan
(fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yang
terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular
ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai peran yang penting dalam
metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi akan terjadi
pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi
cairan ini sebagai media transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya,
sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau
jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan berlangsung lambat,
karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral yang padat.

B. Suhu dan tekanan


Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentukmineral-
mineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya
berasal dari panas dalam bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan
(burial) atau terobosan dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehingga
sukar dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan suhu saja.
Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang mempunyai
besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatkan bahwa batuan ini
terbentuk di bawah differensial stress, atau tekanannyatidak sama besar dari
segala arah.
Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah
pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua
arah.

C. Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah
mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya.

Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanan


suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal dengan
ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yang
kecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan
berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta
suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya
pendek serta suhu dan tekanan yang rendah.

Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau temperatur,


dalam keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan asalnya.

Proses metamorfosa/malihan dipengaruhi oleh komposisi batuan asal dan kondisi


metamorfosis.
D. Tipe-tipe metamorfosis
a) Berdasarkan penyebab/proses utama
 Dynamic Metamorphism(metamorfisme dynamo), terjadi akibat pengaruh
tekanan kuat dalam waktu yang lama. Contohnya batu sabak.
 Metamorfosa kontak (Thermal Metamorphism), terjadi akibat pengaruh
suhu yang tinggi karena adanya aktifitas magma. Contohnya marmer.
 Metamorfosa dinamo-termal (Dynamo-thermal Metamorphism), terjadi
akibat tambahan tekanan dan kenaikan temperatur. Contohnya skis.
b) Berdasarkan setting
 Contact Metamorphism
 Pyrometamorphism
 Regional Metamorphism
 Orogenic Metamorphism
 Burial Metamorphism
 Ocean Floor Metamorphism
 Hydrothermal Metamorphism
 Fault-Zone Metamorphism
 Impact or Shock Metamorphism

E. Fasies dan Seri fasies metamorfosis


 Fasies metamorfosis
Sekumpulan batuan yang masing‐masing mempunyai paragenesa mineral
tertentu; mempunyai keseimbangan P dan T yang sama. Mineral indikatornya
berupa himpunan mineral yang mencirikan kondisi P & T tertentu.
 Seri fasies metamorfosis
Sekumpulan fasies metamorfosis yang mencirikan suatu daerah secara
individu;dalam satu diagram P‐T ditunjukkan oleh satu kurva atau sekumpulan
kurva yang memperlihatkan batasan dari tipe fasies dan metamorfosis yang
berbeda ‐‐‐‐> akibat adanya gradien geotermalberbeda di daerah terjadinya
metamorfosis.

F. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan


Metamorf
a) Warna

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya.
b) Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang


ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan
erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan
sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari
rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Secara umum, tekstur
metamorf terbagi atas tekstur dan tekstur larutan sisa. Tekstur metamorf yaitu :

 Lepidoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang tabular.


 Nematoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang prismatic.
 Porfiroblastik, apabila mempunyai tekstur porfiroblastik
 Granoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang
equedimensional (granular) dengan batas – batas yang sutured.
Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.
 Granuloblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang
equedimensional (granular) dengan batas – batas yang unsutured.
Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.
 Relic, apabila tteksturnya berasal dari batuan terdahulu.
 Hornfelsik, seperti granoblastik memperlihatkan tekstur mosaic tetapi
tidak menunjukkan orientasi.
 Homeoblastik, apabila batuan terdiri dari atas satu tekstur saja.
 Heteroblastik, apabila batuan terdiri atas lebih dari satu tekstur.
 Granoblastik polygonal
c) Struktur Batuan

Secara umum struktur batuan metamorf terdiri atas :

1. Foliasi
Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai
akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral –
mineral prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu.
Dihasilkan oleh proses metamorfisme regional, kataklastik.
2. Non-Foliasi
Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri
dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme
kontak.
Struktur – struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf adalah :

a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai


bibang – bidang belah pada batu sabak.
b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan cleavage,
merupakan bmozaik yang terdiri dari mineral yang equidimensional, hasil
dari metamorphosis thermal
c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah
mulai terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) tetapi belum
sempurna, lebih kilap daripada batu sabak.
d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral
equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus – putus.
e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral
equigranular, orientasi mineral pipih terputus – putus oleh mineral
granular.
f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan – gerusan akibat
granulation yang kuat.
g) Filonitik : gejala dan kenampakan mirip milonitik, tetapi sudah terjadi
rekristalisasi dan menunjukkan kilap silky.
HASIL PRAKTIKU

2.2 BATUAN BEKU

2.2 Batuan Beku


Pada tahun 1902 sekelompok petrographers Amerika mengusulkan agar
semua klasifikasi batuan beku yang ada harus dibuang dan diganti dengan
klasifikasi "kuantitatif" berdasarkan analisis kimia. Mereka menunjukkan betapa
kabur dan sering tak ilmiah jauh dari yang ada terminologi dan berpendapat
bahwa komposisi kimia dari batuan beku adalah karakteristik yang paling
mendasar itu harus diangkat ke posisi utama.Batuan beku diklasifikasikan
menurut cara terjadinya, tekstur, mineralogi, komposisi kimia, dan geometri tubuh
batuan beku.
Klasifikasi dari berbagai jenis batuan beku berbeda dapat memberikan kami
informasi penting tentang kondisi di mana mereka terbentuk. Dua variabel penting
yang digunakan untuk klasifikasi batuan beku adalah ukuran partikel, yang
sebagian besar tergantung pada sejarah pendinginan, dan komposisi mineral batu.
feldspar , kuarsa atau feldspathoids , olivines ,pyroxenes , Amfibol , dan mika
semua mineral penting dalam pembentukan hampir semua batuan beku, dan
mereka merupakan dasar bagi klasifikasi batuan ini. Semua mineral lain ini
dianggap sebagai tidak penting dalam batuan beku semua hampir dan disebut
mineral aksesori. Jenis batuan beku dengan mineral penting lainnya yang sangat
jarang, dan ini batu langka termasuk mereka yang penting karbonat .
Dalam klasifikasi sederhana, jenis batuan beku dipisahkan berdasarkan jenis ini
feldspar, ada atau tidak adanya kuarsa , dan batu tanpa feldspar atau kuarsa, jenis
atau magnesium mineral besi yang terdapat. Rocks kuarsa mengandung (silika
dalam komposisi) adalah silika-jenuh. Rocks dengan feldspathoids adalah silika-
undersaturated, karena feldspathoids tidak dapat hidup berdampingan dalam
hubungan stabil dengan kuarsa.
Batuan beku yang memiliki kristal cukup besar untuk dilihat dengan mata
telanjang disebut phaneritic ; mereka dengan kristal terlalu kecil untuk dilihat
disebut aphanitic . Secara umum, phaneritic menyiratkan asal intrusif; aphanitic
salah satu yang ekstrusif. Sebuah batuan beku dengan yang lebih besar, dilihat
kristal jelas tertanam dalam matriks yang lebih baik-grained disebut porfiri .
tekstur porfiritik terjadi ketika beberapa kristal tumbuh ke ukuran yang cukup
sebelum massa utama magma mengkristal sebagai halus-grained, bahan seragam.
Tekstur adalah kriteria penting untuk penamaan batuan vulkanik. The tekstur
batuan vulkanik, termasuk ukuran, bentuk, orientasi, dan distribusi mineral biji-
bijian dan hubungan antar butir, akan menentukan apakah batu dinamakan tuff,
sebuah piroklastik lava atau sederhana lava, kriteria tekstur kurang kritis dalam
mengklasifikasikan batuan intrusi di mana sebagian besar mineral akan terlihat
dengan mata telanjang atau setidaknya menggunakan lensa tangan, kaca pembesar
atau mikroskop. batuan Plutonik juga cenderung kurang texturally bervariasi dan
tidak mudah untuk mendapatkan kain struktural. istilah tekstur dapat digunakan
untuk membedakan berbagai fase mengganggu pluton besar, misalnya porfiritik
margin untuk badan mengganggu besar, porfiri saham dan sub volkanik tanggul
(apophyses). Mineralogi klasifikasi paling sering digunakan untuk
mengklasifikasikan batuan plutonik. klasifikasi kimia lebih disukai untuk
mengklasifikasikan batuan vulkanik, dengan spesies phenocryst digunakan
sebagai awalan, misalnya "picrite olivin-bearing" atau "riolit orthoclase-phyric".

KLASIFIKASI KIMIA
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan parameter kimia atau
mineralogi:
Kimia: total alkali-silika konten ( TAS diagram ) untuk batuan volkanik klasifikasi
digunakan kapan atau mineralogic modal data tidak tersedia:
 batuan beku asam yang mengandung kadar silika tinggi, lebih besar dari
63% SiO 2 (contoh granit dan riolit )
 batuan beku intermediate berisi antara 52-63% SiO 2 (misalnya andesit
dan dasit )
 batuan beku dasar telah silika rendah 45-52% dan biasanya besi tinggi -
kadar magnesium (contoh gabro dan basalt )
 ultrabasa batuan beku dengan kurang dari 45% silika. (Contoh picrite dan
komatiite )
 bersifat alkali batuan beku dengan 5 - 15% alkali (K 2 O + Na 2 O) konten
atau dengan molar rasio alkali silika lebih besar dari 1:6. (Contoh
phonolite dan trachyte)

Macam-macam batuan beku dalam :


a) Granit dan Granodiarit
Feldspar dan kuarsa adala mineral-mineral yang sebagian besar mengutamakan
granit dan granodiarit, mika, muskovit dan biotit juga terdapat pada keduanya
sedangkan pada banyak batuan granit tersusun atas butiran-butiran hornblende.
b) Diorit
Sebagian besar mineral diorit adalah plagioklas selain itu terdapat juga kuarsa dan
mika begitu pula dengan amphibol dan proksen. Diorit adalah batuan beku biasa.
c) Gabro dan Peridotit
Diorit yang memiliki warna gelap termasuk dalam kelompok gabro begitu pula
dengan mineral piroksen dan oliven yang berwarna gelap sedangkan batuan beku
dengan butiran kasar dinamakan oliven sebagai mineral utama disebut peridotit.

Macam-macam batuan beku luar :


1. Rhyolit dan Dacit
Batuan beku afanitik dengan komposisi dari granit disebut rhyolit. Jika komposisi
batuan beku afanitiknya adalah granodiorit maka disebut dengan dacit. Baik
rhyolit maupun dacit sebenarnya memuat granit, perbedaanya adalah rhyolit
sebagian besar tersusun atas potasium feldspar sedangkan dacit penyusun
utamanya adalah plagioklas.
2. Andesit
Batuan beku yang nampak seperti dacit tetapi tidak terdapat kuarsa disebut
andesit. Komposisi andesit sama dengan diorit dan andesit biasanya berwarna
abu-abu, ungu, dan bahkan hijau gelap. Sebagian besar andesit adalah porfiritik
dengan ponokrist ampibol, piroksen, atau plagioklas tetapi bukan kuarsa.
3. Basalt
Batuan utama penyusun kerak samudra adalah basalt. Basalt adalah batuan beku
dengan butiran yang halus bahkan kadang-kadang porfiritik, basalt warnanya
selalu abu-abu gelap atau hitam, dan komposisinya sama dengan gabro.

2.3. Batuan Sedimen


Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya
mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian
benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu,
kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi
sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan
sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan
batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang
tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat
ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari
pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat
selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih
tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-
rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan
yang berbeda-beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat.
Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-
rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama
sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer.
Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu
bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi
dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua
sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil
perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik (Clarke ,1924).
Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari
sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang
termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan
sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya
5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5%
ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80%
( Pettijohn, 1975 )..
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya
mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami
proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat – sifat utama batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan
adanya proses sedimentasi.
2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama
pada golongan detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit,
dolomite dan rijing.
Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh
para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan
dua golongan ( Pettijohn, 1975 ).
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan
batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu
sendiri. ( Pettjohn, 1975).
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan
besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya
batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar
seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan
sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau.
Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua
lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam ( Pettjohn,
1975)..
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses
proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
1. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari
berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
2. Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila
derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
3. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal
dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi
sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
4. Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik
ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (Pettjohn, 1975).
Gambar Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan Koesoemadinata (1981)
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam
golongan yaitu :
1.Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan
ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat
pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
2. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau,
serpih, batu lempung dan Nepal.
3. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi
untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),
radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan
terbatas sekali.
4. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia
yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau
laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-
unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka
akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk
kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
5. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh
suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya
pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus
memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk
menjadi satu di tempat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang.2005.PENGANTAR GEOLOGI DASAR..Surakarta:Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP)

Institut Teknologi Bandung. 2006. Pedoman Praktikum Geologi Fisik. Bandung :


Labroratorium Geologi Dinamik.

Sapiie, benyamin dkk.geologi fisik.bandung : penerbit ITB

Munir, moch.2003.Geologi Lingkungan.Malang : bayumedia publishing malang


Website :

http://batuan-metamorf.blogspot.com/search/label/Batuan%20Metamorf
%20Gneiss

http://batuan-metamorf.blogspot.com/2009/02/gneiss.html

http://batuan-metamorf.blogspot.com/2009_02_01_archive.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf

http://ilmubatuan.blogspot.com/

http://en.wikipedia.org/wiki/Mafic

http://en.wikipedia.org/wiki/Phyllite

http://en.wikipedia.org/wiki/Quartzite

http://en.wikipedia.org/wiki/Serpentinite

http://en.wikipedia.org/wiki/Marble

http://en.wikipedia.org/wiki/Metamorphic_rock

Anda mungkin juga menyukai