A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolism yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi karbihidrat (Silvia Anderson Price, 1995). Diabetes Melitus adalah
gangguan metabolic kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin (Barbara Engram, 1999).
B. Etiologi
Menurut WHO tahun 1995, penyebab Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. DM Tipe 1 (DM tergantung insulin)
a. Faktor herediter / genetic
Kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus / mempermudah perkembangan antobodi antoimun
melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel bata.
Terjadi paling sering pada orang dewasa dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah
reseptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolic yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pancreas melalui
proses mekanik (fibrosis) / toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Penurunan BB
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kecil pintu masuk kedalam sel.
Pada keadaan tadi jumlah lubang kunsinya kurang, sehingga biarpun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada
DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi / normal. Keadaan
ini disebut resistensi insulin.
E. Penatalaksanaan
1. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika merekomendasikan = 50-60 % kalori yang berasal
dari karbohidrat 60-70 %, protein 12-20 %, lemak 20-30 %
2. Latihan
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah
3. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
4. Pendidikan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah meningkat
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg / dl (11,1 mmol/L) (random)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg / dl (7,8 mmol/L) (nuchter)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post
prandial)
2. Tes toleransi glukosa
G. Komplikasi
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengantisipasi kekuatan dan pertahanan pasien
serta merumuskan diagnosa keperawatan.
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi terjadinya penyakit DM.
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari pada pasien.
c. Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM.
2. Data dasar
a. Aktivitas
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
b. Istirahat
Gejala : Gangguan tidur/istirahat
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Abdomen keras, adanya asites
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
e. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat.
Penurunan berat badan dar periode beberapa hari/minggu.
Haus.
Penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah).
Kekakuan/distensi abdomen, muntah
Bau halitosis, bau buah (nafas aseton)
f. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen/tergantung adanya
infeksi/tidak.
Tanda : Lapar udara
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernapasan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan head to
toe.
4. Pemeriksaan diagnostik
d. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mmol /L
e. Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Gemoglobin glukolisat
Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir dan karenanya sangat bermanfaat dan membedakan DKA dengan kontrol tidak dekuat versus DKA
yang berhubungan dengan insiden (misalnya ISK baru).
g. Gas darah arteri
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah
Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap respons atau
infeksi.
i. Ureum/kreatinin
Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
j. Amilase darah
Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab DKA.
k. Insulin darah
Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resistensi insulin
dpt berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
l. Urine
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
m. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 1999).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperglikemia
Tujuan : Kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ostostatik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan ikeh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemia
dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi
duduk.
b. Pola nafas seperti adanya pernapasan kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorius terhadap keadaan ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan
asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
c. Frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan alat bantu nafas dan adanya periode apnea dan munculnya
sianosis.
R : Koreksi hiperglikemia akan menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal. Tetapi
peningkatan kerja pernapasan ; pernapasan dangkal, pernapasan cepat dan munculnya sianosismungkin
merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan dan/atau mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya untuk
melakukan kompensasi pada asidosis
dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral. Dan selanjutnya terus mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
R : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
sangat lemah
b. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu.
R : Mencegah kelelahan yang berlebihan
c. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan TD sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
R : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditolerandi secara fisiologis.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Data : -
Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan pasien,
meskipun pasien itu sendiri. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
c. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif. Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap
kering, linen tetap kering dan kencang. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
e.Bantu pasien melakukan oral higiene. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
f. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
g.Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis.
Sel beta pankreas rusak / terganggu Defisiensi Insulin
Produksi insulin Glikoneogonesis
Katabolisme protein Glukagon Lemah
Glukoneogenesis Diuretic osmotic kalori keluar Tdk ada nafsu
makan
Sel kelaparan Poliuria rasa lapar Gangguan nutrisi
Respon perd. Darah lambat kelelahan < volume cairan & elektrolit < pengetahuan perubahan
nutrisi
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. M.R
Umur : 49 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Paal IV
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Manado/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 17 Juni 2013
Tanggal pengkajian : 18 Juni 2013
No. Med. Rec : 37.16.58
Diagnosa medis : DM Tipe II
Penanggung Jawab
Nama : Tn. J.K
Umur : 48 th
Pekerjaan : Sopir
Hubungan : Suami
2. :
Perempuan : menderita penyakit
Genogram yang sama Ket.
____ : Hubungan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri ulu hati
b. Riwayat keluhan utama
Nyeri dirasakan sejak 4 hari SMRS disertai tidak ada nafsu makan. Nyeri seperti diiris – iris, panas (+), mual-
muntah (+), banyak kencing, konstipasi, dehidrasi.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, mual-muntah (+), nyeri pada abdomen masih dirasakan, banyak kencing (+), panas
(+), pucat (+)
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit ini sudah di derita selama 2 th, hipertensi (-)
e. Riwayat Keluarga
Ayah pasien menderita penyakit yang sama
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien tidak merokok dan tidak meminum alkohol serta tidak alergi makanan dan obat.
2) Pola nutrisi dan cairan
Kondisi Sebelum MRS Saat dikaji
Selera makan/ Baik Tidak Baik / Baik
minum
Menu Nasi , ikan, sayur, buah, Bubur, extrak/ air putih
makan/minum air putih
Frekuensi 3x/hari /2000-2500/hari 5x/hari /1000-1500 ml/hari
Porsi makan/minum Dihabiskan Tidak dihabiskan
Keluhan (-) Anoreksia
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-)
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS : Pasien Keturunan, gaya hidup Gangguan nutrisi <
mengatakan tidak dari kebutuhan tubuh
ada nafsu makan Resistensi Insulin
karena nyeri pada
ulu hati Pankreas terganggu
Dehidrasi
2. Kekurangan volume cairan Hidrasi 1. Pantau TTV Tgl 18 Juni 2013 S : Pasien
tubuh b/d diuresis osmotic adekuat R : Hipovolemia dapat Jam : 13.00 mengatakan masih
DS : Pasien mengatakan KH : dimanifestasi oleh 1. Memantau TTV sering BAK
pasien sering BAK -TTV Stabil hipotensi TD : 110/80 mmHg
DO : Pasien tampak lemah -Haluaran 2. Pantau masukan dan N : 88x/mnt O : Pasien tampak
urine tepat keluaran urine R : 20x/mnt lemah
Pola Eliminasi R : memberikan S : 37,5°C
Frekuensi : 6-8x/mnt perkiraan kebutuhan 2. Memantau A : Masalah belum
Warna : Kuning akan cairan masukan dan teratasi
Bau : Khas 3. Kolaborasi dengan keluaran urine
TTV dokter dalam Cairan masuk : P : Lanjutkan
TD : 110/80mmHg pemberian obat 1000-1500ml/hari Intervensi
N : 88x/mnt R : Obat yang BAK : 6-8x/hari
R : 20x/mnt menurunkan kadar 3. Berkolaborasi
S : 37,5°C gula dapat mengurangi dengan dokter
poliuria dalam pemberian
obat
- obat metformin
3x1 tab
Konny Liane Rako di 16.24
Berbagi
Posting Komentar
›
Beranda
Lihat versi web
Im a simple Girl, love Jesus, my family and my friends..