Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

UPT PUSKESMAS PAMINGGIR


Jln. Murung Keramat RT. II Desa. Paminggir Kec. Paminggir
Kode Pos 71453 email. pkm.paminggir@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS PAMINGGIR


NOMOR: /SK/PKM.PMG/2018

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN TES HIV DI UPT


PUSKESMAS PAMINGGIR

KEPALA UPT PUSKESMAS PAMINGGIR,

Menimbang : a. bahwa penularan Human Immunodeficeincy Virus


berdampak pada kesakitan, kecacatan dan kematian serta
memerlukan pelayanan kesehatan jangka panjang dengan
beban biaya yang besar;
b. bahwa untuk mengetahui status HIV secara dini perlu
ditunjang dengan pelayanan konseling dan tes HIV yang
komprehensif sehingga akibat negatif yang timbul dapat
dicegah sejak awal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Kepala UPT Puskesmas Paminggir tentang Pedoman
Pelayanan Konseling dan Tes HIV di UPT Puskesmas
Paminggir;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1507/MENKES/SK/X/2005 tentang Pedoman Pelayanan

1
2

Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela;


3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan
Tes HIV;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS


: PAMINGGIR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
KONSELING DAN TES HIV DI UPT PUSKESMAS
PAMINGGIR

Kesatu Pedoman pelayanan konseling dan tes HIV sebagaimana


: tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini;

Kedua Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


: ketentuan apabila kemudian hari terdapat kekeliruan, akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Paminggir
pada tanggal 01 Februari 2018

KEPALA UPT PUSKESMAS PAMINGGIR,

YUNIARTI
3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS PAMINGGIR
NOMOR 445/ /SK/PKM.PMG/2018
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN
TES HIV/AIDS

PEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN TES HIV (KTHIV)

Layanan KTHIV untuk menegakkan diagnosa HIV dilakukan melalui 2


pendekatan, yaitu :
1. KTHIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling yang disingkat
dengan KTIP
2. KTHIV secara sukarela yang disingkat dengan KTS

A. Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV Atas Inisiasi Pemberi Layanan


Kesehatan (KTIP)
1. Pemberian Informasi Tentang HIV dan AIDS Sebelum Tes
Pemberian informasi ini terdiri atas beberapa sasaran sebagai berikut :
a. Sesi informasi pra-tes secara kelompok
Sesi ini bisa dilakukan sebagai pilihan bila sarana memungkinkan. Semua
pasien yang datang ke layanan kesehatan, terutama pasien TB, IMS,
KIA, KB, populasi kunci, kelompok pekerja yang beresiko, atau pasien
yang datang secara sukarela dapat diberikan KIE secara berkelompok di
ruang tunggu sebelum bertatap muka dengan petugas yang bersangkutan
sambil menunggu giliran dilayani. Edukasi meliputi :
1) Informasi dasar HIV dan AIDS;
2) Upaya pencegahan yang efektif;
3) Keuntungan dan pentingnya tes HIV sedini mungkin;
4) Membahas konfidensialitas (kerahasiaan);
5) Rujukan ke layanan yang terkait dengan HIV.

b. Sesi informasi secara individual


Pada sesi individual, pasien mendapatkan informasi edukasi dari petugas
kesehatan/konselor tentang HIV untuk menguatkan pemahaman pasien
atas HIV dan implikasinya agar dia mampu menimbang perlunya
pemeriksaan. Edukasi meliputi :

1
1) Informasi dasar HIV dan AIDS;
2) Penularan dan pencegahan;
3) Tes HIV dan konfidensialitas;
4) Alasan permintaan tes HIV;
5) Fasilitas kesehatan yang memiliki ketersediaan program pengobatan;
6) Keuntungan membuka status pada pasangan dan atau orang dekat;
7) Mempertahankan dan melindungi diri serta pasangan/keluarga agar
tetap sehat.

c. Sesi informasi pra-tes pada kelompok khusus


Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap dampak
buruk seperti diskriminasi, pengucilan, tindak kekerasan. Dalam hal
tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal di atas,
untuk meyakinkan informed consentnya.
1) Perempuan hamil
Fokus informasi :
a) Resiko penularan HIV kepada bayi yang dikandung;
b) Manfaat diagnosa HIV dini bagi bayi yang akan dilahirkan.
2) Bayi, anak, remaja
Fokus informasi :
a) Informasi dasar HIV dan AIDS secara singkat;
b) Informasi tentang pencegahan, pengobatan, dan perawatan;
c) Masalah pengungkapan status HIV kepada anak pada saatnya;
d) Masalah stigma dan diskriminasi di lingkungan keluarga dan
masyarakat setempat.
3) Pasien TB
Banyak pasien TB yang tidak menyadari kemungkinan terinfeksi
HIV, sehingga petugas kesehatan perlu memberikan informasi tentang
keterkaitan HIV dengan TB yang dilanjutkan dengan penawaran tes.

2. Persetujuan Tes HIV (Informed Consent)


Aspek penting di dalam informed consent adalah sebagai berikut :
a. Pasien telah memahami tentang maksud dan tujuan tes serta resiko dan
dampaknya;

2
b. Informasi bahwa jika hasil tes positif, akan dirujuk ke layanan HIV
termasuk pengobatan ARV dan penatalaksanaan lainnya;
c. Bagi yang menolak tes HIV dicatat dalam rekam medik untuk dilakukan
konseling dan penawaran tes ulang pada kunjungan berikutnya;
d. Persetujuan untuk anak dan remaja di bawah umur diperoleh dari orang
tua atau wali;
e. Pada pasien dengan gangguan jiwa berat, dapat dimintakan kepada
isteri/suami/ibu/ayah kandung/anak kandung/saudara kandung/wali.

Petugas kesehatan/ konselor tidak diperkenankan menyampaikan hasil


kepadad siapapun di luar kepentingan kesehatan pasien tanpa seijin pasien,
kecuali :
a. Pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain;
b. Pasien tidak mampu bertanggung jawab atas keputusan/tindakannya;
c. Atas permintaan pengadilan/hukum/undang-undang.

Kerahasiaan tidak bersifat mutlak, dalam hal ini petugas kesehatan/konselor


dapat berbagi hasil tes HIV pasien jika memang dibutuhkan, seperti kepada :
a. Tenaga kesehatan yang akan melayani dan berhubungan seccara langsung
menangani kesehatan pasien;
b. Pengawas minum obat atau kelompok dukungan sebaya;
c. Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap;
d. Pasangan seksual;
e. Pihak lain sesuai ketentuan undang-undang.

3. Pengambilan Darah untuk Tes


Metode tes HIV yang digunakan sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium HIV Kementerian Kesehatan. Tes HIV wajib menggunakan
reagen tes HIV yang sudah diregisterasi dan dievaluasi oleh institusi yang
ditunjuk Kementerian Kesehatan.
Di UPT Puskesmas Paminggir tes HIV dapat dilakukan dengan metode rapid
test (tes cepat). Tes cepat harus dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan
oleh pabriknya (ada dalam kotak reagen).
Jika hasil tes HIV non reaktif, maka hasil yang dikeluarkan NEGATIF (-).

3
Jika hasil tes HIV reaktif, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
memiliki tes HIV tahap 2 untuk memastikan hasilnya POSITIF(+) atau
NEGATIF (-).

4. Penyampaian Hasil Tes


Hal-hal yang dilakukan petugas pada penyampaian hasil tes :
a. Membacakan hasil tes;
b. Menjelaskan makna hasil tes;
c. Memberikan informasi selanjutnya;
d. Merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang memiliki tes HIV tahap 2 jika
hasil reaktif.

5. Konseling Pasca Tes


Semua pasien yang menjalani tes HIV perlu menerima konseling pasca tes
tanpa memandang apapun hasil tesnya.

6. Rujukan
Jika hasil tes reaktif, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
memiliki tes HIV tahap 2 untuk pemeriksaan lebih lanjut.

B. Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS)

1. Konseling Pra Tes


Ruang lingkup konseling pra tes pada KTS adalah :
a. Alasan kunjungan, informasi dasar tentang HIV;
b. Penilaian resiko untuk membantu pasien memahami factor resiko;
c. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan HIV;
d. Memberikan pengetahuan tentang implikasi terinfeksi HIV;
e. Meminta informed consent sebelum dilakukan tes HIV;
f. Menjelaskan pentingnya menyingkap status untuk kepentingan
pencegahan, pengobatan, dan perawatan.
Komunikasi perubahan perilaku adalah unsur penting dalam konseling pra tes
yang tidak boleh dihilangkan. Unsur penting tersebut meliputi :
a. Penilaian resiko dan kerentanan;
b. Penjelasan dan praktik keterampilan perilaku aman;

4
c. Penguatan dan komitmen untuk menjalani hidup lebih sehat;
d. Lingkungan yang mendukung.

2. Konseling Pasca Tes


Konseling pasca tes adalah konseling untuk menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada pasien secara individual guna memastikan pasien
mendapat tindakan sesuai hasil tes terkait dengan pengobatan dan perawatan
selanjutnya. Proses ini membantu pasien memahami penyesuaian diri dengan
hasil pemeriksaan.

KEPALA UPT PUSKESMAS PAMINGGIR,

YUNIARTI

Anda mungkin juga menyukai